Anda di halaman 1dari 10

Bab 4

“Sampaikan dariku walau satu ayat”

Nama kelompok :
1.Ainun Jariyah
2.Deny Mahendra
3.Safira putri A
4.Sazulfa putri
5.Tiara imam cahyaning
A. PENGERTIAN KHUTBAH/KHOTBAH, TABLIGH DAN DAKWAH
#1. Pengertian Khutbah

Khutbah secara bahasa berarti ceramah atau pidato. Selain itu juga, khutbah dapat
bermakna memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat dalam kegiatan ibadah
seperti : salat(salat Jumat, Idul Adha, Istisqa’, Kusuf) wukuf dan nikah.

Sedangkan pengertian khutbah secara istilah yaitu kegiatan ceramah yang


disampaikan kepada sejumlah orang Islam dengan syarat dan rukun tertentun yang
erat kaitannya dengan keabsahan dan/atau kesunahan ibadah (misalnya khutbah
Jumat untuk solat Jumat, khutbah nikah untuk kesunahan akad nikah).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kita dapat menyimpulkan beberapa macam


khutbah, yaitu : khutbah Jumat, khutbah Idul Fitri, khutbah Idul Adha, khutbah
Istisqa’, maupun khutbah dalam rangkaian salat Kusuf dan Khusuf.
#2. Pengertian Tabligh

Tablig secara etimologi/bahasa berasal dari kata ballaga-yuballigu-tabligan yang


artinya menyampaikan atau memberitahukan dengan lisan.

Adapun menurut terminologi/istilah, tablig berarti menyampaikan ajaran Islam baik


dari Al-Quran maupun Hadist yang ditujukan kepada umat manusia.

Tablig juga dapat diartikan sebagai kegiatan menyampaikan ‘pesan’ Allah


Subhanahu Wata’ala secara lisan kepada satu orang Islam atau lebih untuk
diketahui dan diamalkan isinya.

Misalnya, Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam memerintahkan kepada sahabat di


majlisnya untuk menyampaikan suatu ayat kepada sahabat yang tidak hadir.

Seseorang yang melakukan tabligh disebut dengan muballig. Muballig ini biasanya
menyampaikan tablignya dengan gaya dan retorika yang menarik. Sobat pasti sering
mendengar istilah tabligh akbar, istilah tersebut dapat diartikan sebagai kegiatan
menyampaikan ‘pesan’ Allah Subhanahu Wata’ala dalam jumlah pendengar yang
banyak.

#3. Pengertian Dakwah

Dakwah berasal dari Bahasa Arab yaitu da’a – yad’u – da’watan yang berarti
memanggil, menyeru atau mengajak. Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan untuk
mengajak orang lain ke jalan Allah Subhanahu Wata’ala secara lisan atau perbuatan
untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan nyata supaya mendapat kebahagiaan
yang hakiki baik di dunia dan akhirat.

Seseorang yang melaksanakan dakwah disebut da’i. Adapun macam-macam


dakwah berdasarkan bentuk penyampaiannya yaitu :

Dakwah dengan lisan (kultum, kajian, khutbah).

Dakwah dengan tulisan (majelis buku, membuat artikel lalu diletakkan di majalah
dinding atau diunggah ke internet).

Dakwah dengan perilaku (memberi contoh kepada orang lain agar berperilaku
baik sesuai syariat Islam).

Selain itu, kegiatan dakwah dapat berupa aksi sosial yang nyata. Misalnya santunan
kepada anak yatim, sumbangan untuk membangun fasilitas umum, dan sebagainya.

B. PENTINGNYA KHUTBAH, TABLIGH, DAN DAKWAH


Setelah kita memahami berbagai ulasan di atas, kita juga perlu memahami seberapa
pentingkah khutbah, tabligh dan dakwah dalam kehidupan. Yuk simak
pembahasannya sekali lagi...

#1. Pentingnya Khutbah

Ketika khutbah menjadi salah satu aktivitas ibadah, maka tidak mungkin khutbah
ditinggalkan. Jikapun demikian, maka akan membatalkan (tidak sah) ibadah
tersebut. Contohnya, apabila salat Jumat dan wukuf tidak ada khutbahnya, maka
ibadahnya menjadi tidak sah.

Jadi peranan khutbah di sini menjadi sangat penting, apalagi khutbah menjadi saran
untuk membimbing manusia menuju ke-rida-an Allah Subahanahu Wata’ala.
Khutbah juga memiliki kedudukan Agung dalam Islam sehingga sepatutnya seorang
khatib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

#2. Pentingnya Tabligh

Telah kita ketahui bersama, tablig merupakan salah satu sifat wajib bagi rasul. Itulah
sebabnya mengapa Allah Subhanahu Wata’ala sering kali menyebut dalam kitab-
Nya bahwa tugas seorang rasul tidak lain hanyalah menyampaikan. Setelah
Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam wafat, kebiasaan ini dilanjutkan oleh para
sahabatnya, pengikut sahabat (tabi’in) dan pengikut pengikutnya sahabat (tabi’ut
tabi’in).

Setelah mereka semua tiada, kita sebagai umat muslim memiliki tanggung jawab
untuk meneruskan kegiatan tabligh tersebut.

Tidak mesti menjadi seorang ulama dahulu, siapapun yang melihat kemungkaran
dimatanya, dan ia mampu menghentikannya maka ia wajib menghentikannya. Bagi
yang mengerti permasalahan agama, ia harus menyampaikannya kepada yang lain
siapa pun mereka, walaupun itu hanya satu ayat.

Nabi pernah bersabda yang berbunyi :

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (H.R. Bukhari)

#3. Pentingnya Dakwah

Dakwah merupakan kewajiban setiap umat Islam. Di antara pentingnya dakwah


yang disebutkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala dalam Al Quran antara lain :

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar.
Merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran/3 :104)
Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, serta mendapat rida dari Allah Subhanahu
Wata’ala. Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam mencontohkan dakwah
kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.

Ia memulai dakwahnya kepada istri, keluarga dan teman-temannya hingga raja yang
berkuasa pada saat itu (seperti Kaisar Heraklius dari Byzantium, Raja Mukaukis dari
Mesir, Raja Kisra dari Persia/Iran, dan Raja Najaysi dari Habasyah/Ethiopia).

C. KETENTUAN KHUTBAH/KHOTBAH, TABLIGH DAN DAKWAH

#1. Ketentuan Khutbah

a.) Syarat Seorang Khatib

Islam.

Ballig.

Berakal sehat.

Mengetahui ilmu agama.

b.) Syarat Dua Khutbah

Khutbah dilaksanakan sesudah waktu masuk dzuhur.

Khatib duduk di antara dua khutbah.

Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas.

Tertib

c.) Syarat-syarat Khotbah Jumat

Khutbah dilaksanakan sesudah tergelincirnya matahari (masuk waktu dzuhur).

Khatib dalam keadan suci dari hadas dan najis.

Khatib harus laki-laki.

Khatib duduk di antara dua khutbah.

Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas.

Khutbah dilakukan dalam keadaan berdiri (jika mampu).

Hendaknya tertib dalam melakukan rukun khutbah.

d.) Rukun Khutbah

Membaca hamdallah.
Membaca syahadat.

Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam.

Berwasiat taqwa.

Membaca ayat Al Qur’an pada salah satu khotbah.

Berdoa pada khutbah kedua.

e.) Sunah-sunah Khutbah Jumat

Khatib memberikan salam sebelum azan dikumandangkan.

Khotbah diucapkan dengan kalimat yang jelas, fasih, mudah dipahami, dan
disampaikan dengan penuh semangat.

Khatib menyampaikan khutbah hendaknya diperpendek dan jangan terlalu


panjang, sebaliknya solat Jumatnya yang diperpanjang.

Khatib menghadap ke jamaah ketika berkhutbah.

Menertibkan rukun-rukun khutbah.

Khotbah dilakukan di atas mimbar atau tempat yang tinggi.

Tambahan :

Pada prinsipnya, ketentuan dan cara khutbah, baik itu untuk salat Jumat, Idul Fitri,
Idul Adha maupun salat khusuf itu sama. Letak perbedaannya yaitu pada waktu
pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan setelah salat dan diawali dengan takbir.

Khutbah wukuf adalah khutbah yang dilakukan pada saat wukuf di Arafah dan
merupakan salah satu rukun wukuf setelah melaksanakan salat dzuhur dan ahsar (di
qasar). Khutbah wukuf hampir sama dengan khutbah Jumat, bedanya pada waktu
pelaksanaannya yaitu ketika wukuf di Arafah.

#2. Ketentuan Tabligh

Syarat Muballig

Islam.

Ballig.

Berakal sehat.

Mendalami ajaran Agama Islam.

Etika dalam Menyampaikan Tabligh


Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

Bersikap lemah lembut, tidak kasar dan tidak merusak.

Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan


bersama.

Materi dakwah yang disampaikan harus memiliki dasar hukum yang kuat,
sumbernya juga harus jelas.

Menyampaikannya dengan ikhlas dan sabar, sesuai dengan kondisi, psikologis


dan sosiologi si penerima.

Tidak menghasut orang lain untuk merusak, bermusuhan, berselisih, dan/atau


mencari kesalahan orang lain.

#3. Ketentuan Dakwah

a.) Syarat Seorang Da’i

Islam.

Ballig.

Berakal sehat.

Mendalami ajaran Agama Islam.

b.) Etika dalam Berdakwah

Dakwah dilaksanakan dengan hikmah (diucapkan dengan jelas, tegas dan sikap
yang bijaksana).

Dakwah dilaksanakan dengan mauzatul hasanah atau nasihat yang baik, yaitu
cara persuasif (tanpa kekerasan) dan edukatif (pengajaran).

Dakwah dilaksanakan dengan memberi contoh yang baik.

Dakwah dilaksanakan dengan mujadalah, yaitu diskusi atau bertukar pikiran yang
berjalan dengan dinamis dan santun serta menghargai pendapat orang lain.

c.) Objek Dakwah (Mad’u)

Objek dakwah adalah orang yang didakwahi, dengan kata lain orang yang diajak
kepada agama Allah dan untuk kebaikan. Objek dakwah mencakup seluruh
manusia, tak terkecuali si pendakwah itu sendiri.

d.) Materi Dakwah (Al Maudhu’)


Materi dakwah adalah segala sesuatu yang disampaikan kepada subyek dakwah
kepada objek dakwah yang meliputi seluruh ajaran Islam yang bersumber dari Al
Quran maupun Hadist.

Secara umum, materi dakwah mencakup 4 hal yaitu : akidah (keyakinan), syariah
(hukum), akhlak (perilaku), dan muamalah (hubungan sosial).

e.) Metode Dakwah (asalibud da’wah)

Metode dakwah yaitu cara-cara yang digunakan oleh seorang da’i dalam berdakwah
agar maksud dari dakwah tersebut tercapai. Metode dakwah tersebut telah
disebutkan dalam Al Quran Surah An-Nahl ayat 125 yang artinya :

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (Q.S. An-Nahl/16 : 125)

Metode dakwah tersebut jika kita jabarkan menjadi :

a.) Berdakwah dengan Hikmah

Al Quran dan sunah.

Ucapan ringkas yang mengandung banyak makna.

Manfaat serta rahasia setiap hari.

b.) Berdakwah dengan Mau’idah Hasanah

Memberikan motivasi untuk berbuat baik atau memberi peringatan jika melakukan
maksiat.

Ucapan yang lemah lembut.

Pengajaran yang mengandung pesan positif.

Jadi, mau’idah hasanah dapat diartikan sebagai nasihat yang diucapkan dengan
perkataan lemah lembut sehingga dapat masuk ke dalam hati orang yang didakwahi
dan dapat diterima dengan penuh kesadaran.

c.) Berdakwah dengan Mujadalah Ahsan

Mujadalah ahsan adalah melakukan diskusi, bertukar pikiran ataupun membantah


perkataan yang lembut dan tidak menggunakan ucapan yang kasar sehingga dapat
diterima oleh lawan dengan lapang dada.
D. MENERAPKAN PERILAKU MULIA SEHUBUNGAN DENGAN KHUTBAH,
TABLIGH DAN DAKWAH

Sebagai umat Islam yang baik, kita tentu harus merealisasikan nilai-nilai khutbah,
tabligh dan dakwah di mana saja kita berada. Adapun cara-cara yang dapat
dilakukan yaitu :

#1. Ketika solat Jumat, hendaknya mengamati dan menyimak khutbah yang
disampaikan khatib. Dengan memperhatikannya secara utuh, diharapkan suatu saat
nanti bisa tampil seabagi khatib pada waktu salat Jumat.

#2. Ketika kita melihat keadaan sekitar yang termasuk maksiat (seperti mencuri,
tawuran, mencontek, dan sebagainya), kita harus mencegahnya dengan
memberikan alasan yang logis, baik atas dasar agama maupun sosial. Cara
mencegahnya dapat kita lakukan dengan perbuatan, jika tidak mampu dengan lisan,
dan jika tidak mampu juga maka dengan hati.

#3. Jika melihat sesuatu yang baik, contohlah. Dimulai dari diri sendiri, dari tindakan
yang kecil dimulai dari sekarang.

#4. Lebih aktif mengikuti kegiatan keagamaan.

#5. Memprakarsai kegiatan di lingkungan sekolah, remaja masjid, karang taruna,


dakwah kampus, dan sebagainya.

Perbedaan-perbedaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

KHUTHBAH TABLIGH DAKWAH


1.  Dilaksanakan pada 1.  Dapat dilakukan kapan 1.  Dapat dilakukan kapan
waktu-waktu tertentu. saja saja.
2.  Ada syarat dan rukun. 2.  Tidak ada syarat dan 2.  Tidak ada syarat dan
3.  Ada mimbar khusus rukun rukun
untuk melaksanakannya. 3.  Ada yang meggunakan 3.  Tidak perlu ada mimbar
4.  Waktunya terbatas mimbar dan ada yang khusus dalam
5.  Dilakukan oleh seorang tidak, tergantung tempat pelaksanannya
yang memiliki pelaksanaannya 4.  Tidak dibatasi waktu
kemampuan berorasi 4.  Ada yang tidak terbatas 5.  Boleh dilakukan siapa
dan memiliki dan ada yang dibatasi saja, karena setiap muslim
pengetahuan yang cukup waktunya wajib, mempelari,
6.  Orang yang 5.  Bisa dilakukan oleh siapa mengamalkan dan
melaksanakan disebut saja yang memiliki mendakwahkan Islam.
khatib. kemampuan berorasi dan 6.  Orang yang melaksana-
7.  Dilakukan secara khusus pengetahuan agama kannya disebut dengan
dan memiliki tata cara 6.  Orang yang melaksanakan da’i.
tertentu. disebut 7.  Dapat dilakukan tanpa
mubaligh/mubalighot melalui acara formal
7.  Dapat dilakukan melalui karena dapat dilakukan
berbagai cara seperti kapan dan dimana saja.
seminar atau
menggunakan tehnologi
1.

Anda mungkin juga menyukai