Nama kelompok :
1.Ainun Jariyah
2.Deny Mahendra
3.Safira putri A
4.Sazulfa putri
5.Tiara imam cahyaning
A. PENGERTIAN KHUTBAH/KHOTBAH, TABLIGH DAN DAKWAH
#1. Pengertian Khutbah
Khutbah secara bahasa berarti ceramah atau pidato. Selain itu juga, khutbah dapat
bermakna memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat dalam kegiatan ibadah
seperti : salat(salat Jumat, Idul Adha, Istisqa’, Kusuf) wukuf dan nikah.
Seseorang yang melakukan tabligh disebut dengan muballig. Muballig ini biasanya
menyampaikan tablignya dengan gaya dan retorika yang menarik. Sobat pasti sering
mendengar istilah tabligh akbar, istilah tersebut dapat diartikan sebagai kegiatan
menyampaikan ‘pesan’ Allah Subhanahu Wata’ala dalam jumlah pendengar yang
banyak.
Dakwah berasal dari Bahasa Arab yaitu da’a – yad’u – da’watan yang berarti
memanggil, menyeru atau mengajak. Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan untuk
mengajak orang lain ke jalan Allah Subhanahu Wata’ala secara lisan atau perbuatan
untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan nyata supaya mendapat kebahagiaan
yang hakiki baik di dunia dan akhirat.
Dakwah dengan tulisan (majelis buku, membuat artikel lalu diletakkan di majalah
dinding atau diunggah ke internet).
Dakwah dengan perilaku (memberi contoh kepada orang lain agar berperilaku
baik sesuai syariat Islam).
Selain itu, kegiatan dakwah dapat berupa aksi sosial yang nyata. Misalnya santunan
kepada anak yatim, sumbangan untuk membangun fasilitas umum, dan sebagainya.
Ketika khutbah menjadi salah satu aktivitas ibadah, maka tidak mungkin khutbah
ditinggalkan. Jikapun demikian, maka akan membatalkan (tidak sah) ibadah
tersebut. Contohnya, apabila salat Jumat dan wukuf tidak ada khutbahnya, maka
ibadahnya menjadi tidak sah.
Jadi peranan khutbah di sini menjadi sangat penting, apalagi khutbah menjadi saran
untuk membimbing manusia menuju ke-rida-an Allah Subahanahu Wata’ala.
Khutbah juga memiliki kedudukan Agung dalam Islam sehingga sepatutnya seorang
khatib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Telah kita ketahui bersama, tablig merupakan salah satu sifat wajib bagi rasul. Itulah
sebabnya mengapa Allah Subhanahu Wata’ala sering kali menyebut dalam kitab-
Nya bahwa tugas seorang rasul tidak lain hanyalah menyampaikan. Setelah
Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam wafat, kebiasaan ini dilanjutkan oleh para
sahabatnya, pengikut sahabat (tabi’in) dan pengikut pengikutnya sahabat (tabi’ut
tabi’in).
Setelah mereka semua tiada, kita sebagai umat muslim memiliki tanggung jawab
untuk meneruskan kegiatan tabligh tersebut.
Tidak mesti menjadi seorang ulama dahulu, siapapun yang melihat kemungkaran
dimatanya, dan ia mampu menghentikannya maka ia wajib menghentikannya. Bagi
yang mengerti permasalahan agama, ia harus menyampaikannya kepada yang lain
siapa pun mereka, walaupun itu hanya satu ayat.
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah yang munkar.
Merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran/3 :104)
Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, serta mendapat rida dari Allah Subhanahu
Wata’ala. Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam mencontohkan dakwah
kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan.
Ia memulai dakwahnya kepada istri, keluarga dan teman-temannya hingga raja yang
berkuasa pada saat itu (seperti Kaisar Heraklius dari Byzantium, Raja Mukaukis dari
Mesir, Raja Kisra dari Persia/Iran, dan Raja Najaysi dari Habasyah/Ethiopia).
Islam.
Ballig.
Berakal sehat.
Tertib
Membaca hamdallah.
Membaca syahadat.
Berwasiat taqwa.
Khotbah diucapkan dengan kalimat yang jelas, fasih, mudah dipahami, dan
disampaikan dengan penuh semangat.
Tambahan :
Pada prinsipnya, ketentuan dan cara khutbah, baik itu untuk salat Jumat, Idul Fitri,
Idul Adha maupun salat khusuf itu sama. Letak perbedaannya yaitu pada waktu
pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan setelah salat dan diawali dengan takbir.
Khutbah wukuf adalah khutbah yang dilakukan pada saat wukuf di Arafah dan
merupakan salah satu rukun wukuf setelah melaksanakan salat dzuhur dan ahsar (di
qasar). Khutbah wukuf hampir sama dengan khutbah Jumat, bedanya pada waktu
pelaksanaannya yaitu ketika wukuf di Arafah.
Syarat Muballig
Islam.
Ballig.
Berakal sehat.
Materi dakwah yang disampaikan harus memiliki dasar hukum yang kuat,
sumbernya juga harus jelas.
Islam.
Ballig.
Berakal sehat.
Dakwah dilaksanakan dengan hikmah (diucapkan dengan jelas, tegas dan sikap
yang bijaksana).
Dakwah dilaksanakan dengan mauzatul hasanah atau nasihat yang baik, yaitu
cara persuasif (tanpa kekerasan) dan edukatif (pengajaran).
Dakwah dilaksanakan dengan mujadalah, yaitu diskusi atau bertukar pikiran yang
berjalan dengan dinamis dan santun serta menghargai pendapat orang lain.
Objek dakwah adalah orang yang didakwahi, dengan kata lain orang yang diajak
kepada agama Allah dan untuk kebaikan. Objek dakwah mencakup seluruh
manusia, tak terkecuali si pendakwah itu sendiri.
Secara umum, materi dakwah mencakup 4 hal yaitu : akidah (keyakinan), syariah
(hukum), akhlak (perilaku), dan muamalah (hubungan sosial).
Metode dakwah yaitu cara-cara yang digunakan oleh seorang da’i dalam berdakwah
agar maksud dari dakwah tersebut tercapai. Metode dakwah tersebut telah
disebutkan dalam Al Quran Surah An-Nahl ayat 125 yang artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk” (Q.S. An-Nahl/16 : 125)
Memberikan motivasi untuk berbuat baik atau memberi peringatan jika melakukan
maksiat.
Jadi, mau’idah hasanah dapat diartikan sebagai nasihat yang diucapkan dengan
perkataan lemah lembut sehingga dapat masuk ke dalam hati orang yang didakwahi
dan dapat diterima dengan penuh kesadaran.
Sebagai umat Islam yang baik, kita tentu harus merealisasikan nilai-nilai khutbah,
tabligh dan dakwah di mana saja kita berada. Adapun cara-cara yang dapat
dilakukan yaitu :
#1. Ketika solat Jumat, hendaknya mengamati dan menyimak khutbah yang
disampaikan khatib. Dengan memperhatikannya secara utuh, diharapkan suatu saat
nanti bisa tampil seabagi khatib pada waktu salat Jumat.
#2. Ketika kita melihat keadaan sekitar yang termasuk maksiat (seperti mencuri,
tawuran, mencontek, dan sebagainya), kita harus mencegahnya dengan
memberikan alasan yang logis, baik atas dasar agama maupun sosial. Cara
mencegahnya dapat kita lakukan dengan perbuatan, jika tidak mampu dengan lisan,
dan jika tidak mampu juga maka dengan hati.
#3. Jika melihat sesuatu yang baik, contohlah. Dimulai dari diri sendiri, dari tindakan
yang kecil dimulai dari sekarang.