Anda di halaman 1dari 120

BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR

MANUSIA (KDM) I

BABI
KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
A. Konsep Manusia
Konsep manusia dibagi menjadi dua bagian: Manusia sebagai makhluk holistik dan
Manusia sebagai system.
1. Manusia sebagai Makhluk Holistik
Manusia sebagai makhluk holistik mengandung pengertian, manusia makhluk yang
terdiri dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spritual, atau sering disebut juga sebagai
makhluk biopsikososialspritual. Dimana, keempat unsur ini tidak dapat terpisahkan,
gangguan terhadap salah satu aspek merupakan ancaman terhadap aspek atau unsur yang lain.
Manusia sebagai makhluk biologis, disebabkan karena:

Manusia terdiri dari gabungan sistem-sistem organ tubuh

Manusia mempertahankan hidup

Manusia tidak terlepas dari hukum alam (khususnya hukum perkembangan)

Manusia sebagai makhluk psikologis, karena:

Setiap individu memiliki kepribadian yang unik (sanguin, melankholik,dll)

Setiap individu memiliki tingkahlaku yang merupakan manifestasi dari kejiwaan

Setiap individu memiliki kecerdasan dan daya fikir

Setiap individu memiliki kebutuhan psikologis untuk mengembangkan kepribadian

Manusia sebagai Makluk sosial, karena:

Setiap individu hidup bersama dengan orang lain

Setiap individu dipengaruhi oleh kebudayaan

Setiap individu terikat oleh norma yang berlakuk dimasyarakat

Setiap individu dipengaruhi dan beradaptasi dengan lingkungan social

Setiap individu tidak dapat hidup sendiri perlu bantuam orang lain

Manusia sebagai makhluk Spritual karena:

setiap individu memiliki keyakinan sendiri tentang adanya Tuhan

setiap individu memiliki pandangan hidup, dan dorongan sejalan dengan keyakinan yang
dipegangnya

2. Manusia sebagai Sistem


Manusia ditinjau sebagai sistem, artinya manusia terdiri dari beberapa unsur/sistem
yang membentuk suatu totalitas; yakni sistem adaptif, sitem personal, sistem interpersonal,
dan sistem social
Manusia sebagai sistem adaptif, disebabkan:

Setiap individu dapat berubah

Setiap individu merespon terhadap perubahan

Manusia sebagai sistem personal, disebabkan:

Setiap manusia memiliki proses persepsi

Setiap manusia bertumbuh kembang

Manusia sistem interpersonal

setiap manusia berinteraksi dengan yang lain

setiap manusia memiliki peran dalam masyarakat

setiap manusia berkomunikasi terhadap orang lain

Manusia sebagai sistem social

setiap individu memiliki kekuatan dan wewenang dalam

pengambilan keputusan dalam lingkungannya; keluarga, masyarakat, dan tempat kerja

B. Homeostatis dan Homeodinamik


Homeostatis ialah Pengaturan stabilitas dan adaptasi secara alamiah terhadap
konsisi lingkungan sekitarnya secara terus menerus. Homeostatis terdiri dari homeostatis
fisiologis dan psikologis.

Homeostatis fisiologis dikendalikan oleh sistem endokrin dan saraf otonom.


Homeostatis fisiologis terjadi melalui proses pengaturan diri, kompensasi, umpan balik
negatif, umpan balik ketidakseimbangan fisiologis.
1.

Sisten Pengaturan diri: pengaturan fungsi tubuh secara otomatis yang terjadi pada orang
sehat, contohnya pada sitem pencernaan.

2.

Sistem kompensasi: reaksi tubuh terhadap ketidaknormalan yang terjadi didalamnya,


misalnya saat lampu tiba-tiba mati maka mata akan dilatasi atau membesar untuk
meningkatkan kemampuan visual terhadap gelap.

3.

Sistem umpan balik negatif: makanisme penyimpangan tubuh dari keadaan normal.

4. Sistem umpan balik ketidakseimbangan fisiologis: Misalnya pada saat kita lari, maka jantung
akan memompa/berdenyut lebih cepat untuk mengimbangi metabolisme yang lebih cepat.
Homeostasis psikologis berperan dalam keseimbangan emosional dan kesejahteraan
mental yang didapat dari pengalaman hidup sehari-hari dan interaksi dengan orang lain, dan
dipengaruhi oleh norma dan adat istiadat masyarakat. contohnya ialah menangis ketika orang
lain kedukaan, tertawa ketika orang lain sedang bercerita sesuatu yang lucu.
Proses

homeostatis

dapat

digambarkan

sebagai

berikut:

Homeodinamik ialah proses pertukaran energi secara terus menerus antara manusia
dan tempat tinggalnya. Pada proses ini manusia berinteraksi dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan untuk bertahan hidup. Homeodinamik mengikuti prinsip integralitas, resonansi,
dan helicy
1.

Prinsip integralitas, prinsip dasar hubungan antara manusia dan lingkungannya yang tidak
dapat dipisahkan. Perubahan proses kehidupan ini terjadi secara kontinu karena adanya
interaksi yang saling mempengaruhi antara manusia dengan lingkungannya.

2.

Prinsip resonansi, yaitu prinsip bahwa proses kehidupan manusia selalu berirama dan
frekuensinya bervariasi, mengingat manusia memiliki pengalaman beradaptasi dengan
lingkungan

3.

Prinsip helicy, yaitu prinsip bahwa setiap perubahan dalam proses kehidupan manusia
berlangsung bertahap dan terdapat hubungan antara manusia dan lingkungan.

C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia


Kebutuhan dasar manusia ialah unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis dan psikologis untuk memper-tahankan kehidupan
dan kesehatan.
Menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan menyatakan bahwa
setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar:
1. Kebutuhan fisiologis (makan, minum, pakaian),
2. Rasa aman
3. Cinta kasih
4. Harga diri, dan
5. Aktualisasi diri
D. Ciri Kebutuhan Dasar Manusia

Setiap manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama namun kebutuhan tersebut
dirubah sesuai kultur dan keadaan

Setiap manusia memenuhi kebutuhannya sesuai dengan prioritas/ yang lebih penting

Setiap orang dapat merasakan adanya kebutuhan dan meresponnya dengan berbagai cara

Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan menghasilkan ketidakseimbangan

Kebutuhan dapat membuat seseorang berpikir dan bergumul memenuhi rangsangan internal
dan eksternal

Kebutuhan saling berkaitan dengan beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi akan
mempengaruhi kebutuhan lainnya.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia


Kebutuhan dasar manusia dipengaruhi oleh:
1.

Penyakit.Penyakit menyebabkan perubahan dalam memenuhi kebutuhan, baik secara


fisiologis maupun psikologis, karena fungsi organ tertentu memerlukan kebutuhan yang lebih
besar dari biasanya.

2.

Hubungan keluarga. Hubungan yang baik antara anggota keluarga dapat meningkatkan
pemenuhan kebutuhan dasar karena saling percaya, dan kebahagiaan.

3.

Konsep diri, konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan (wholeness) bagi
seseorang. Orang yang optimis mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan dan
mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga kebutuhan dasarnya terpenuhi dengan
mudah

4. Tahap Perkembangan. Setiap tahap perkembangan memiliki kebutuhan dasar yang berbedabeda karena setiap organ tubuh mengalami kematangan yang berbeda.
F. Pendapat Beberapa Ahli Tentang Model Kebutuhan Dasar Manusia
1. Virginia Henderson
Virginia Henderson (dalam Potter dan Perry, 1997) membagi kebutuhan dasar manusia
ke dalam 14 komponen berikut:
a.

Bernapas secara normal.

b. Makan dan minum yang cukup.


c.

Eliminasi (buang air besar dan kecil).

d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan.


e.

Tidur dan istirahat.

f.

Memilih pakaian yang tepat.

g.

Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan menycsuaikan pakaian yang
dikenakan dan memodifIkasi lingkungan.

h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan.


i.

Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain.

j.

Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran,


dan opini.

k. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan.


l.

Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup.

m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi.


n. Belajar, mencmukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan
yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia.

2. Jean Waston
Jean Waston membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam 2 peringkat utama:

a.

Kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order needs)

b. kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs).

3. Abraham Maslow
Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham Maslow (dalam
Potter dan Perry, 1997) dapat dikembangkan untuk menjelaskan kebutuhan dasar manusia
sebagai berikut:
a.

Kebutuhan Fisiologis merupakan kebutuhan paling dasar, oksigen, cairan (minuman), nutrisi
(makanan), keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur, serta
kebutuhan seksual.

b. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan: perlindungan fisik dan perlindungan psikologis.
-

Perlindungan fisik, perlindungan atas ancaman terhadap tubuh atau hidup: Ancaman tersebut
dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya dan lingkungan, dan sebagainya.

Perlindungan psikologis, perlindungan atas ancaman dari pengalaman yang baru dan asing.
Misalnya, kekhawatiran yang dialami seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena
merasa terancam oleh keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.

c.

Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan dimiliki, antara lain memberi dan menerima
kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga, memiliki sahabat, diterima oleh kelompok
sosial, dan sebagainya.

d. Kebutuhan akan harga diri maupun perasaan dihargai oleh orang lain. Kebutuhan ini terkait
dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan, meraih prestasi, rasa pcrcaya diri, dan
kemerdekaan diri. Selain itu, orang juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
e.

Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi dalam hierarki Maslow, berupa kebutuhan
untuk berkontribusi pada orang lain/lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya

BAB II
KONSEP TUMBUH KEMBANG

A. Definisi Pertumbuh dan Perkembangan


Sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat memeberikan pelayanan dari mulai
manusia sebelum lahir sampai dengan meninggal, dalam merawat kasus yang samapun
tindakan yang diberikan akan sangat berdeda karena setiap orang adalah unik, sehingga
seorang perawat dituntut untuk mengerti proses tumbuh kembang.
Pertumbuhan dan perkembangan termasuk suatu proses yang paling berkaitan dan sulit
di pisahkan
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisik yang ditandai dengan bertambahnya
ukuran berbagai organ tubuh yang disebabkan adanya penambahan perbesaran sel-sel tubuh,
sedangkan perkembangan adalah suatu proses menuju terciptanya kedewasaan yang ditandai
bertambahnya kemampuan atau ketrampilan yang menyangkut struktur tubuh yang berkaitan
dengan aspek non fisik
Pertumbuhan ditandai dengan perubahan ukuran bagian badan anak, yaitu dari kecil
menjadi besar. Sedangkan perkembangan ditandai oleh perubahan kemampuan, yaitu dari
pengetahuan yang terbatas pada waktu lahir menjadi kaya akan kemampuan, seperti berjalan,
berlari, tersenyum, berbicara, belajar, dan bergaul di kemudian hari.
Didalam

mempelajari

proses

perkembangan

manusia

dengan

tugas-tugas

perkembangannya kita harus memahami dengan baik istilah seperti; belajar dan kematangan.
Belajar adalah adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dengan latihan atas dasar
kematangan dari orang yang sedang belajar itu. Dan kematangan adalah kelengkapan dari
pertumbuhan dan perkembangan fungsi-fungsi badan dan mental sehingga seseorang dapat
menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Mental adalah mengenai keadaan psikologis,
yaitu mencakup pikiran, status emosional dan perilaku.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang merupakan hasil dari 2 faktor yang berinteraksi yaitu
1. faktor herediter
2. faktor lingkungan.

Manusia dalam tumbuh dan berkembang dipengaruhi oleh kondisi:


1. Fisik
2. Kogniti
3. Psikologis
4. Moral
5. Spiritual
C. Prinsip Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang merupakan proses yang dinamis dan terus menerus.
Prinsip tumbuh kembang
1. Tumbuh kembang terus menerus dan komplek
2. Tumbuh kembang merupakan proses yang teratur dan dapat diprediksi
3. Tumbuh kembang berbeda dan terintegrasi
4. Setiap aspek tumbuh kembang berbeda dalah setiap tahapnya dan dapat dimodifikasi
5. Tahapan tumbang spesifik untuk setiap orang
Prinsip Perkembangan dari Kozier dan Erb
1. Manusia tumbuh secara terus menerus
2. Manusia mengikuti bentuk yang sama dalam pertumbuhan dan perkembangan
3. Manusia berkembang menyebabkan dia mendapatkan proses pembelajaran dan kematangan
4. Masing-masing tahapan perkembangan memiki karakteristik tertentu
5.

Selama bayi (infancy) dan balita merupakan saat pembentukan perilaku, gaya hidup, dan
bentuk pertumbuhan.
Tumbuh kembang adalah Orderly (tertib) dan sequential tetapi juga terus menerus dan
komplek.

1. Setiap orang memiliki pengalam yang sama bentuknya


2. Setiap bentuk dan tingkat perkembangan adalah khas
Tumbuh kembang memiliki pola teratur dan dapat diprediksi;
1. Cephalocaudal (head to tail)
2. Proximaldistal
3. Symetrical

Tumbuh kembang berbeda dan terintegrasi. Contoh syaraf tumbuh khas atau berbeda
karena berespon terhadap rangsangan yang berbeda. Perbedaan aspek dalam tumbuh
kembang terjadi karena beda tahap, jumlah dan dapat dimodifikasi.
1. Tulang tumbuh cepat pada tahun pertama, selama tahun sebelum sekolah pertumbuhan tulang
melambat
2. Bicara berkembang cepat pada usia 3 5 tahun
Tahapan tumbuh kembang spesifik untuk setiap orang. Keterampilan dan kematangan
fisik dan psikologis berbeda dan khusus dari setiap orang
D. Teori-Teori Tentang Tumbuh Kembang
Teori tumbuh kembang
1. Psychoanalisa dari Sigmund Freud
2. Psichososial dari Erik Erikson
3. Perkembangan Kognitif dari Jean Piaget
4. Perkembangan Moral dari Lawrence Kohlberg dan Carol Gilligan
5. Perkembangan kepercayaan dari James Fowler
1

Psikoanalisa :

Oral (0-18 bulan), kesenangan berpusat pada mulut

Anal (8 bulan 4 tahun), kesenangan pada anal

Phallic (3 tahun 7 tahun), tertarik pada perbedaan jenis kelamin

Latency (5 tahun 12 tahun)

meningkat peran sex


proses identifikasi pada orang tua
persiapan berperan sebagai orang dewasa dan menjalin hubungan
5

Genital (12 tahun 20 tahun)

Menjalin hubungan dengan hetero seksual


Sexual pressures
2

Psikososial :
Berdasarkan pada 4 konsep utama

1. Tahapan perkembangan
2. Tujuan dan tugas perkembangan
3. Krisis psikososial
4. Proses koping

Tahapan perkembangan
1. Basic trust vs mistrust
2. Autonomy vs shame & doubt
3. Initiative vs guilt (kesalahan)
4. Industri vs inferiority
5. Identity vs role confusion
6. Intimacy vc isolation
7. Generativity vs stagnation
8. Ego integrity vs despair (putus asa)
Basic Trust vs Mistrust, (Infancy, 0-1 tahun)
Pada tahap ini bayi mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan dan
minuman serta kenyamanan dari orang lain dengan keyakinan bahwa setiap dia
membutuhkan pasti ada orang yang akan memberikan maka tumbuh pada dirinya sendiri
kepercayaan (trust). Mistrust disebabkan karena inkonsistensi, ianadequate atau unsafe care.
Perilaku positif
Kasih sayang
Gratification (kegembiraan, kegiarangan)
Recognition (pengakuan/penghargaan)
Autonomy Vs Shame & Doubt (Toddler, 1-3 tahun)
Motorik dan bahasa berkembang
Mulai belajar makan, berpakaian dan toilet
Orang tua yang overprotec atau terlalu tinggi pengaharapan terhadap anak akan menyebabkan
anak shame & doubt (malu dan ragu)
Perilaku positif: tergantung kepada orang tua tetapi memmandang diri sendiri sebagai
seseorang yang merupakan bagain dari orang tua
Initiative Vs Guilt, (Preschool, 4 5 tahun)
Kepercayaan diri tumbuh maka anak akan memiliki isisiatif
Pengekangan menyebabkan perasaan berdosa
Perilaku positif: menunjukan imajinasi, imitasi orang dewasa, mengetes realitas, anticipates
roles (mengharapkan peran)
Industry Vs Inferiority (School age, 6 11 tahun)
Anak senang menyelesaikan ssesuatu dan menerima pujian
Anak tidak berhasil menyelesaikan tugasnya akan menjadi inferior

Perilaku positif: memiliki perasaan untuk bekerja atau melaksanakan tugas, mengembangkan
kompetisi sosial dan sekolah, melakukan tugas yang nyata.
Identity Vs Role Confusion (Adolesence, 12 20 tahun)
Banyak perubahan yang terjadi pada fisik
Mencoba berperan dan apabila berhasil maka identitas akan terbangun akan tetapi apabila
tidak akan terjadi kebingungan confusion
Perilaku positif: percaya pada diri sendiri (self certain), memiliki pengalaman sexual,
comitmen terhadap ideologi/kepercayaan
Intimacy Vs Isolation ( Young adulthood 20 40 tahun)
Dewasa muda, membangun komitmen sehingga timbulah keintiman
Apabila tidak mampu membangun komitmen anak akan mengalami isolasi
Perilaku positif: menunjukan kemampuan untuk komitmen terhdap diri sendiri dan orang lain,
memmiliki kemampuan untu mencintai dan bekerja
Generativity Vs Stagnantion ( Midle adulthood, 41 65 tahun)
Memikirkan keturunan (generasi)
Stagnasi disebabkan karena hanya memikirkan diri sendiri
Perilaku positif: produktif dan kreatif untuk diri sendiri dan orang lain
Ego Integrity Vs Despair (Late adulthood, 65 tahun lebih)
Apabila orang dewasa tua tidak mampu membangun integritas egonya maka ia akan
mengalami putus asa
Perilaku positif; menghargai kejadian masa lalu, sekarang dan yang akan datang, menerima
siklus hidup dan gaya hidup, menerima kematian
3

Teori perkembangan Piaget


Jean Piaget lebih menekankan kepada perkembangan kognitif atau intelektual. Piaget
menyatakan perkembangan kognitif berkembang dengan proses yang teratur dengan 4
urutan/tahapan melalui proses ini:

1. Assimilasi, adalah proses pada saat manusia ketemu dan berekasi dengan situasi baru dengan
mengunakan mekanisme yang sudah ada. Pada tahap ini manusia mendapatkan pengalaman
dan keterampilan baru termasuk cara pandang terhadap dirinya dan duania disekitarnya
2.

Akomodasi, merupakan proses kematangan kognitive untuk memecahkan masalah yang


sebelumnya tidak dapat dipecahkan. Tahap ini dapat tercapai karena ada pengetahuan baru
yang menyatu.

3. Adaptasi, merupakan kemampuan untuk mengantisipasi kebutuhan


Tahapan Perkembangan Piaget
Tahap

Usia

Tingkah laku yang signifikan

Sensorimotor

0 2 tahun

Perilaku preverbal, kegiatan motorik sederhana


terkoordinasi, dapat mempersepsikan perasaan
yang berbeda

Preoperasional

3 7 tahun

Egoscentrism: dapat menghubungkan konsep suatu


benda

dengan

kenyataan,

konsep

elaborate

(rumit/panjang), mengajukan pertanyaan


Concrete

7 11 atau Pemecahan masalah: mulai mengerti hubungan

operation

12 tahun

seperti ukuran, mengetahuai kiri dan kanan,


mempunyai penda[at atau sudut pandang

Formal operation

11 15 atau Hidup dalam sekarang/nyata dan bukan sekarang/


16 tahun

tidak nyata, lebih mempokuskan kepada sesuatu


yang mungkin, dapat menggunakan alasan ilmiah,
dapat menggunakan logika

Robert J. Havighurst
Havighurst meyakini ada 6 periode atau tahap dari perkembangan.
a.

Infancy dan early childhood

b. Middle childhood
c.

Adolesence

d. Early Adulthood
e.

Middle Age

f.

Later maturity

Periode Havighurst dari 6 Tugas Perkembangan

Periode
Infancy

Tugas
dan Belajar berjalan, belajar berbicara, belajar makan makanan

childhood

cair, belajar mengontrol eleiminasi kotoran dari tubuh, belajar


membedakan

kelamin,

menerima

kestabilan

psikologi,

membentuk konsep sosial dan fisik yang sederhana, belajar


berhubungan emosi dengan orang tua, saudara (sibling), dan
orang

lain,

belajar

membedakan

benar

dan

salah,

mengembangkan nurani
Middle childhood

Belajar keterampilan fisik yang penting dalam permainan,


membangun perilaku yang menunjukan diri sendiri sebagai
organisme yang berkembang. Belajar mendapatkan teman
sebaya, belajar menilai peran feminim dan maskulin,
mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis dan
menghitung, mengembangkan konsep yang penting dalam
kehidupan sehari-hari, mengembangkan nilai perasaan, moral,
dan skala, mendapatkan kebebasan individu, mempertahankan
perilaku dalam kelompok dan institusi.

Adolesence

Menerrima keadaan fisik dan menerima peran maskulin atau


feminim, mengembangkan hebungan dengan jenis kelamin
yang berbeda, memiliki ketidak tergantungan emosid engan
orang tua dan orang dewasa lain, memiliki jaminan ekonomi
sendiri, memilih dan mempersiapkan pekerjaan sendiri,
mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep dalam
kehidupan sipil, mempersiapkan perkawinan, dan kehidupan
berkeluarga, mendapatkan nilai dan sistem etik yang harmoni
dalam memandang dunia, memiliki keinginan dan menerima
tanggung jawab perilaku sosial.

Early adulthood

Memilih teman hidup, belajar hidup dengan pasangan


perkawinan, memulai berkeluarga, memiliki anak, mengatur
rumah,

mulai

mendapatkan

pekerjaan,

memikirkan

kepentingan umum, menemukan grup hobies


Midle age

Menerima peran sivil dan tanggung jawab sosial, membangun


dan mempertahankan standar ekonomi kehidupan, membantu

remaja memmiliki tanggung jawab, menggunakan waktu


luang untuk mengembangkan kedewasaan, menerima dan
menilai perubahan psikologis usia pertengahan, mengatur
waktu sebagai orang tua
Late maturity

Menerima penurunan kekuatan fisik dan kesehatan, menerima


pensiun dan penurunan pendapatan, menerima kematian
pasangan, membangun hubungan ekplisit dengan kelompok
seusia, kegiatan sosial dan melakukan kewajiban sipil,
membangun kepuasan kehidupan fisik

E. Tumbuh Kembang Tiap Tahapan usia


1

Tumbuh Kembang Janin

Perkembangan bulan pertama sampai ke 2


Ada tonjolan di jantung dan bengkak dikepala, karena otak sedang berkembang. Jantung
mulai berdetak, dan dapat dilihat detakannya pada suatu alat ultra sonic scan. Lesung pipit
pada sisi kepala akan menjadi telinga. Dan terjadi pengentalan yang nantinya akan
membentuk mata. Pada bagian atas badan akan terjadi pembengkakan yang akan membentuk
tulang dan otot. Dan bengkak kecil menunjukan lengan dan kaki mulai tumbuh.

Perkembangan Embrio Bulan Ke 3


Pada tahap ini, bagian muka pelan-pelan mulai terbentuk. Mata terlihat lebih jelas dan
mempunyai beberapa warna. Juga telah terbentuk mulut dengan lidah. Pada tahap ini calon
tangan dan kaki mulai terlihat menonjol pada sisi lateral corpus dan distal. Selanjutnya akan
terlihat garis-garis bakal terbentuknya jari-jari tangan dan kaki. Juga mulai terbentuk organorgan dalam utama seperti jantung, otak, paru-paru, hati, ginjal, usus.
Perkembangan Embrio Pada Bulan Ke 4
Dua belas minggu setelah proses pembuahan, janin telah terbentuk sepenuhnya. Semua organ
badannya, otot, lengan dan tulang telah lengkap. Janin mengalami pertumbuhan yang lebih
matang. Saat minggu ke 14, denyut jantung berdetak lebih kencang dan dapat etrdengar
menggunakan alat ultrasonic detector. Denyut jantung berdetak sangat cepat sekitar dua kali
lebih cepat dari denyut jantung orang dewasa.
Perkembangan bulan ke 5-6

Pada masa ini janin tumbuh dengan cepat. Bagian tubuh tumbuh lebih besar sehingga badan
dan kepala lebih proporsional. Garis-garis pada kulit jari kini telah terbentuk, sehingga janin
memiliki sidik jari sendiri. Pada minggu ke 21 hingga minggu ke 25, anda akan merasakan
gerakan janin untuk pertama kali. Pada mulanya akan terasa suatu denyutan atau sedikit
peregerakan, dan mungkin terasa seperti gangguan pencernaan. Selanjutnya, anda akan
merasakan janin anda menendang.
Perkembangan bulan ke 7-8
Janin kini bergerak dengan penuh semangat dan bereaksi terhadap sentuhan dan bersuara.
Janin juga mempunyai kebiasaan untuk bangun dan tidur. Kebiasaan ini sering berbeda
dengan kebiasaan anda. Ketika anda istirahat pada malam hari, janin mulai bangun dan
menendang. Pada minggu ke 29, kelopak mata janin terbuka untuk yang pertama kali. Pada
minggu ke 30, panjang janin normal Indonesia sekitar 33 cm.
Perkembangan bulan ke 9 sampai lahir
Pada minggu ke 35 terjadi proses penyempurnaan kulit, yang sebelumnya berkerut, pada
tahap ini lebih lembut dan halus. Pada minggu ke 38, janin pada umumnya terbaring turun,
siap untuk proses kelahiran. Kadang-kadang sebelum kelahiran, kepala berpindah masuk ke
panggul dan disebut masuk pintu atas panggul, namun, terkadang kepala janin belum
masuk pintu atas panggul sampai kelahiran dimulai.
2

Tumbuh Kembang Neonatus


Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari,
dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar
rahim.

a.

Intrinsik
Yaitu kemampuan yang telah ada sejak lahir melalui rangsangan-rangsangan dengan cara
yang khas. Contoh: bayi akan tersenyum bilas dia diajak berbicara ibunya walaupun ia belum
mengerti kata-kata yang diucapkan ibunya.

b. Reflek
Yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa disadari pada bayi
normal.
Tonik neek reflek, Gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan
scara spontan memiringkan kepalanya.

Rooting reflek, Bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka ia akan membuka
mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah datangnya jari.

Grasping reflek, Bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-jarinya akan
langsung menggenggam sangat kuat.

Moro reflek, Reflek yang timbul diluar kemauan/kesadaran bayi.


Contoh: bila bayi diangkat/direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-olah bayi
melakuakn gerakan yang mengangkat tubuhnay pada orang yang mendekapnya.
Startle reflek, Reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan
dan tangan dan sering diikuti dengan tangis.
Stapping reflek, Reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu
persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah olah berjalan.
Tanda-tanda perkembangan bayi 0-3 bulan: Gerakan kasar Gerakan halus Bicara,
bahasa, kecerdasan Bergaul dan Mandiri, Menggerakkan kedua tungkai dan lengan sama
mudahnya ketika telentang Memberikan reaksi dan melihat kearah sumber cahaya.
Mengeluarkan suara (mengoceh) Membalas senyuman
Stimulasi perkembangan bayi 0-3 bulan

Pengungkapan

rasa

cinta,

kasih

sayang

dan

rasa

aman

Berbicara lembut, memeluk, membelai, mencium, menyanyikan lagu.

Menirukan

ocehan,

gerakan

mimik

anak.

Anak sering diajak bicara dan mendengarkan berbagai suara misalnya: suara burung, radio,
kerincingan.

Melatih

anak

membalikkan

badan

dari

terlentang

ke

telungkup

Ketika telentang anak dibuat agar memperhatikan benda yang menarik(berwarna,


menyolok/berbunyi) benda itu kemudian digerakkan kesisi badannya, anak akan mengikuti
benda itu sambil memiringkan badan, benda digerakkan terus agar anak berlatih
membalikkan badannya.

Melatih anak mengangkat kepala dan memperhatikan benda bergerak. Gerakkanlah benda
yang menarik dihadapan anak, ketika ia telungkup angkatlah benda itu ke atas, sehingga anak
dilatih mengangkat kepalanya ketika memperhatikan benda itu.

Melatih

anak

menggenggam

benda

kecil

Sentuhlah pensil atau benda yang serupa pada punggung atau ujung jari tangan anak. Anak
akan berlatih menggenggam benda tersebut.
Pada masa ini bayi dilengkapi dengan beberapa kemampuan yaitu intrinsik reflek.

Tumbuh Kembang Usia Pra Sekolah


Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun ( Wong, 2000), anak
usia

prasekolah

memiliki

karakteristik

tersendiri

dalam

segi

pertumbuhan

dan

perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, Secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi
penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB 14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5
cm dan TB rata-rata 95 cm.
Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun
sebelumnya.BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat
dari

TB

saat

lahir.Frekuensi

nadi

dan

pernafasan

turun

sedikit

demi

sedikit.

Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7
kg dan TB 110 cm,yang mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya
gigi permanent ssudah dapat terjadi.
Sementara tidak jauh beda dalam segi perkembangan, kemampuan beberapa aspek
vital anak mengalami peningkatan-peningkatan signifikan dari tahun ketahun, diantaranya
adalah Aspek motorik :
a.

Tahun ketiga
Anak mampu berdiri diatas satu kaki untuk beberapa detik,menaiki tangga dengan
kaki bergantian,dan turun dengan dua kaki untuk melangkah,melompat panjang.Anak mampu
menyusu balok menara 9-10 kotak.membangun jembatan dengan 3 kotak,mampu
memasukkan biji-bijian kedalam kotak berleher sempit dengan benar dan dalam menggambar
anak dapat meniru lingkaran dana silangan serta menyebutkannya.

b. Tahun keempat
Anak sudah dapat melompat dan meloncat dengan satu kaki,menangkap bola
dengan tepat,berjalan mnuruni tangga dengan kaki bergantian.anak sudah mampu
menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mrngikutio garis,dapat
memasang sepatu tetapi belum dapat mengikat talinya .
c.

Tahun kelima
Pada tahun kelima sampai ke enam anak sudah mampu melompat dan meloncat
pada kaki bergantian serta melempar dan menangkap bola dengan baik .Anak sudah mampu
menggunakan gunting dan alat sederhana sepreti pensil dengan sangat baik,mampu mengikat
tali sepatu,anak juga sidah mampu mencetak beberapa huruf,angka atau kata seperti nama
panggilan.

Aspek Bahasa

Pada awal masa prasekolah perbendaharaan kata yang dicapai jurang dari 900
kata,mengunjak tahun keempat sudah mencapai 1500 kata atau lebih dan pada tahun kelima
sampai keenam mencapai 2100 kata,mengunakan 6 sampai 8 kata,menyebut 4 warna atau
lebih,dapat menggambar dengan banyak komentar serta menyebutkan bagiannya,mengetahui
waktu seperti hari,minggu dan bulan,anak juga sudah mampu mengikuti 3 perintah sekaligus.

Aspek Sosial
Pada tahun ketiga anak sudah hamper mampu berpakaian dan makan sendiri,rentang
perhatian meningkat ,mengetahui jenis kelaminnya sendiri,dalam permainan sering mengikuti
aturannya sendiri tetapi anak sudah mulai berbagi.tahun keempat anak sudah cenderung
mandiri dank eras kepala atau tidak sabar,agresif secara fisik dan vweerbal,mendapat
kebanggan dalam pencapaian,masih mempunyai banyak rasa takut.pada akhir usia prasekolah
anak

sudah

jarang

memberontak,lebih

tenang,mandiri,dapat

dipercaya,lebih

bertanggungjawab,mencoba untuk hidup berdasarkan outran,bersikap lebih baik,dalam


permainan sudah mencoba mengikuti aturan tetapi kadang curang.

Aspek Kognitif
Tahun ketiga berada pada fase pereptual,anak cenderung egosentrik dalam berfikir dan
berperilaku,mulai memahami waktu,mengalami perbaikankonsep tentang ruang,dan mulai
dapat memandang konsep dari perspektif yang berbeda.
Tahun keempat anak berada pada fase inisiatif,memahami waktu lebih baik,menilai sesuatu
menurut

dimensinya,penilaian

muncul

berdasarkan

persepsi,egosentris

mulai

berkurang,kesadaran social lebih tinggi,mereka patuh kepada orang tua karena mempunyai
batasan bukan karena memahami hal benar atau salah.
Pada akhir masa prasekolah anak sudah mampu memandang perspektif orang lain dan
mentoleransinya tetapi belum memahaminya,anak sangat ingin tahu tentang factual dunia.
4

Tumbuh Kembang Toddler


Toddler adalah anak adalah anak anatara rentang usia 12 sampai 36 bulan. Toddler
tersebut ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan
mobilitas fisik dan kognitif lebih besar.
Perkembangan Fisik perkembangan ketrampilan motorik yang cepat membolehkan
anak untuk berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri sendiri seperti makan, berpakaian
dan eliminasi. Pada awal toddler berjalan dalam posisi tegak dengan sikap papan berjalan,
abdomen menonjol, dan lengan berada diluar sisi untuk keseimbangan. Segera anak mulai
mengemudikan kursi, menggunakan pegangan atau dinding untuk mempertahankan

keseimbangan sambil meninggikan, menempatkan kaki pada langkah yang sama sebelum
melanjutkan langkah. Keberhasilan memberikan dorongan untuk mencoba cara yang lebih
tegak untuk mengalihkan kursi dengan cara yang sama. Ketrampilan daya gerak segera
meliputi berlari, melompat, berdiri satu kaki beberapa detik, dan menendang bola.
Kebanyakan toddler dapat mengendarai sepeda roda tiga, memanjat tangga dan berlari
dengan baik.
Kemampuan motorik halus meningkat dari menggambar lingkaran secara spontan
sampai menggambar garis silang dengan benar. Pada usia tiga tahun, anak menggambar orang
kayu sederhana dan biasanya dapat menumpuk kotak-kotak kecil menjadi menara.
Peningkatan ketrampilan daya gerak, kemampuan untuk melepas pakaian, dan perkembangan
control sfingter memungkinkan anak untuk toilet training jika toddler telah mengembangkan
kemampuan kognitif yang penting. Orangtua sering konsultasi pada perawat untuk
pengkajian kesiapan toilet training.
System jantung paru menjadi stabil pada masa toddler. Rata-rata denyut jantung dan
pernapasan lambat sampai rata-rata 110x/menit dan pernapasan 25x/menit, secara berurutan,
dan tekanan darah bervariasi. Rentang normal tekanan darah adalah sistolik 70-110 dan
diastolik 40-70 mmHg.

Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah


Pada usia ini anak disebut juga priode intelektual, karena merupakan tahap pertama
anak menggunakan sebagian waktunya untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya.
Perhatian anak sedang ditujukan kepada dunia pengetahuan tentang dunia dan alam
sekelilingnya serta senang sekali membaca tentang cerita petualangan yang menambah
pengalamannya. Pada usia ini terjadi perubahan-perubahan dari usia sebelumnya diantaranya
iala :

a) Minat
Minatnya objektif, perhatian lebih ditujukan pada dunia kenyataan atau dinia objektif
yang dianalisa serta menunjukkan adanya hokum sebab akibat. Anak akan mampu
menyelesaikan tugas yang diberikan. Jika lingkungannya mendukung anak akan lebih mudah
untuk belajar kebiasaan seperti tidur dan bangun pada waktunya, makan, belajar, pada waktu
dan tempatnya, dan anak mudah diajak kerja sama dan patuh. Ikut aktif dalam kepramukaan
akan sangat membantu dalam pembentukan kepribadian yang stabil.

Untuk mengembangkan minat tergantung pada kesempatan yang ada, misalnya saja
seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak religius kemungkinan besar anak
tidak menauh minat pada agama. Dalam pengembangan minat, hubungan antar pribadi lebih
menunjanga dari pada pengajaran khusus, juga suka atau tidak suka memainkan peranan
penting, seperti anak yang tidak menyukai gurunya cenderung tidak menyukai pelajarannya.
b) Kesempurnaan
Menurut Ericson anak nampak rajin dan aktif karena ingin menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan padanya. Karenanya jaga jangan sampai anak rendah diri, usahakan anak
merasxa tenang, mampu berprestasi. Priode ini disebut usia sekolah kareana itu anak tidak
boleh gagal dalam sekolahnya. Ia harus memperoleh kepuasan atas keberhasilannya dan
kepuasan ini akan memperkuat perkembangan kepribadiannya. Sikap sukses akan
memberikan perasaan mampu pada dirinya yang akan menjadi modal dasar untuk
menyelesaikan tugas-tugas lebih lanjut dan lebih berat.
c) Bermain
Dengan kemajuan usianya dan bertambah popularnya bentuk hiburan seperti bacaan,
film dan televisi maka kegiatan bermain menjadi berkurang.
d) Permasalahan
Dunianya makin luas demikian pula minatnya dengan pelajaran formal di sekolah,
pembahasan mengenai lingkungan meningkat.melalui kemampuan membaca anak dapat
bertukar pikiran dengan teman-teman sebayanya. Dengan demikian anak mengembangkan
sikap yang realistis mengenai hidup.
e) Moral
Kontaknya anak dengan orang lain membuat pandangan atau konsepnya semakin
luas. Ia menemukan apa yang selama ini dianggap benar atau salah di rumah yang tidak
selamanya sesuai dengan di luar rumah. Sehingga ukuran-ukuran baru mengenai moral anak
tumbuh secara bertahap yang kadang-kadang bertentangan dengan yang dianut orang tua.
Anak mengemban rasa kejujuran dan keadil;an yang tinggi dan ia tidak segan-segan
memprotes bila ia diperlakukan tidak adil.
f)

Hubungan Keluarga
Walaupun lingkungan anak telah bertambah luas pengaruh orang tua masih membekas
dalam perkembangan kepribadiannya. Misalnya orang tua yang berambisi, dapat
mempengaruhi anak menjadi kurang tenang, tidak aman dan tidak menerima bila gagal
mencapai harapan-harapan orang tua.

g) Salah Didikan
Jika salah didikan akan timbul berbagai masalah prilaku seperti mengompol,
berbohong, suka berkelahi, nakal dan malas belajar, mengganggu adik-adiknya, melancong,
melamun, lari dari rumah, tidak naik kelas, merokok, dsb. Untuk memperbaiki salah
penyesuaiian diri perlu diteliti latar belakang kehidupan anak, mengapa hal itu terjadi, sering
ditemukan sebabnya, karena kurang perhatian orang tua.

BAB III
KONSEP NYERI

A. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan Perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.yang hanya dapat
dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, mencakup pola fikir,
aktifitas seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang. Nyeri merupakan tanda
dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan fisiologikal.
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
B. Penyebab Nyeri
1. Trauma
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat
benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal
karena api dan air.

Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat

Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang
menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma

3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau
terjepit oleh pembengkakan. Misalnya : abses
4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
5. Trauma psikologis
C. Klasifikasi Nyeri
Menurut Tempat:
a) Periferal Pain
Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
Deep Pain (Nyeri Dalam)
Reffered Pain (Nyeri Alihan), nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber
nyerinya.
b) Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak dll.
c) Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.
d) Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya
pada amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan
dengan stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada
area yang telah diangkat.
e)

Radiating
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.
Menurut Sifat

Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang

Pain

Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama
Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap 10
15 menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.
Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis,
pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang
dapat mengakibatkan kecanduan.
Menurut Berat Ringannya
Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis
Nyeri Berat : dalam intensitas tinggi
Menurut Waktu Serangan
Terdapat beberapa cara untuk mengklasifikasikan tipe nyeri. Pada tahun 1986, The
National Institutes of Health Concencus Conference of Pain mengkategorikan nyeri menurut
penyebabnya. Partisipan dari konferensi tersebut mengidentifikasi 3 (tiga) tipe dari nyeri :
akut, Kronik Malignan dan Kronik Nonmalignan.
Nyeri akut timbul akibat dari cedera akut, penyakit atau pembedahan. Nyeri Kronik
Nonmalignan diasosiasikan dengan cedera jaringan yang tidak progresif atau yang
menyembuh. Nyeri yang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif disebut Chronic
Malignant Pain. Meskipun demikian, perawat biasanya berpegangan terhadap dua tipe nyeri
dalam prakteknya yaitu akut dan kronis :

Nyeri Akut, Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien
yang mengalami nyeri akut baisanya menunjukkan gejala-gejala antara lain : perspirasi
meningkat, Denyut jantung dan Tekanan darah meningkat, dan pallor

Nyeri Kronis. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan
klien sering sulit mengingat sejak kapan nyeri mulai dirasakan.

D. Fisiologi nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut
juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada
juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian


tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral,
karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang
berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah
ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus)
terbagi dalam dua komponen yaitu:

a.

Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri
dihilangkan

b. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat
pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur
reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh
darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek,
nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
c.

Reseptor Viseral
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ
viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini
biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan,
iskemia dan inflamasi.

E. Teori Pengontrolan Nyeri (Gate control theory)


Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosireseptor dapat
menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba
menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap
paling relevan (Tamsuri, 2007)
Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri
dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori
ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls

dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan
dasar teori menghilangkan nyeri.
Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari
otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskan
substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat
mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan
neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A,
maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat
saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan
menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan berasal dari serabut delta A
dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi
nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi
di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti
endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator
ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. tehnik
distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin
(Potter, 2005)
F. Respon Terhadap Nyeri
1

Respon Psikologis
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang
terjadi atau arti nyeri bagi klien. Arti nyeri bagi setiap individu berbeda-beda antara lain:

Bahaya atau merusak


Komplikasi seperti infeksi
Penyakit yang berulang
Penyakit baru
Penyakit yang fatal
Peningkatan ketidakmampuan
Kehilangan mobilitas
Menjadi tua
Sembuh
Perlu untuk penyembuhan
Hukuman untuk berdosa

Tantangan
Penghargaan terhadap penderitaan orang lain
Sesuatu yang harus ditoleransi
Bebas dari tanggung jawab yang tidak dikehendaki
Pemahaman dan pemberian arti nyeri sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan,
persepsi, pengalaman masa lalu dan juga faktor sosial budaya
2

Respon fisiologis terhadap nyeri


Stimulasi Simpatik:(nyeri ringan, moderat, dan superficial)

Peningkatan heart rate


Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
Peningkatan nilai gula darah
Diaphoresis
Peningkatan kekuatan otot
Dilatasi pupil
Penurunan motilitas GI
Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)

Muka pucat

Otot mengeras

Penurunan HR dan BP

Nafas cepat dan irreguler

Nausea dan vomitus

Kelelahan dan keletihan

Respon tingkah laku terhadap nyeri

Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:


Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan
Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan, Menghindari kontak
sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas menghilangkan nyeri)

Individu yang mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat
berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri
dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau
menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan
terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
Meinhart & McCaffery mendiskripsikan 3 fase pengalaman nyeri:
a) Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yg paling penting, karena fase ini bisa
mempengaruhi dua fase lain. Pada fase ini memungkinkan seseorang belajar tentang nyeri
dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut. Peran perawat dalam fase ini sangat penting,
terutama dalam memberikan informasi pada klien.
b) Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. karena nyeri itu bersifat subyektif, maka
tiap orang dalam menyikapi nyeri juga berbeda-beda. Toleraransi terhadap nyeri juga akan
berbeda antara satu orang dengan orang lain. orang yang mempunyai tingkat toleransi tinggi
terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri dengan stimulus kecil, sebaliknya orang yang
toleransi terhadap nyerinya rendah akan mudah merasa nyeri dengan stimulus nyeri kecil.
Klien dengan tingkat toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan nyeri tanpa bantuan,
sebaliknya orang yang toleransi terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya mencegah
nyeri, sebelum nyeri datang.
Keberadaan enkefalin dan endorfin membantu menjelaskan bagaimana orang yang
berbeda merasakan tingkat nyeri dari stimulus yang sama. Kadar endorfin berbeda tiap
individu, individu dengan endorfin tinggi sedikit merasakan nyeri dan individu dengan sedikit
endorfin merasakan nyeri lebih besar.
Klien bisa mengungkapkan nyerinya dengan berbagai jalan, mulai dari ekspresi
wajah, vokalisasi dan gerakan tubuh. Ekspresi yang ditunjukan klien itulah yang digunakan
perawat untuk mengenali pola perilaku yang menunjukkan nyeri. Perawat harus melakukan
pengkajian secara teliti apabila klien sedikit mengekspresikan nyerinya, karena belum tentu
orang yang tidak mengekspresikan nyeri itu tidak mengalami nyeri. Kasus-kasus seperti itu
tentunya membutuhkan bantuan perawat untuk membantu klien mengkomunikasikan nyeri
secara efektif.
c) Fase akibat (terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang. Pada fase ini klien masih
membutuhkan kontrol dari perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga dimungkinkan klien

mengalami gejala sisa pasca nyeri. Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka
respon akibat (aftermath) dapat menjadi masalah kesehatan yang berat. Perawat berperan
dalam membantu memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut akan
kemungkinan nyeri berulang.

G. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri


1) Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena
mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2) Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam
merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki
mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).
3) Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri
misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus
diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4) Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan
bagaimana mengatasinya.
5) Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi
persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri
yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.
Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6) Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang
cemas.
7) Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri
yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang
mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8) Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya
pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9) Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau
teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan
H. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh
individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri
dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua
orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin
adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran
dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri
(Tamsuri, 2007).
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai berikut :
1

skala intensitas nyeri deskritif

2) Skala identitas nyeri numerik

3) Skala analog visual

4) Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :
0

:Tidak nyeri

1-3

: Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, dapat

mengikuti perintah dengan baik.


7-9

: Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi

masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10

: Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan atau intensitas nyeri

tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang
atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke
waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih
obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis
yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di
sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari tidak terasa nyeri sampai nyeri yang tidak
tertahankan. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien untuk memilih
intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan. Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa
paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini
memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian
numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi
kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif

digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila
digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR,
1992).
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah
suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal
pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi
keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif
karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih
satu kata atau satu angka (Potter, 2005).
Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak
mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan
memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan
saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan
kondisi klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih
memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan (Potter, 2005).
I.

Pengkajian Nyeri
Dikarenakan

nyeri

merupakan

pengalaman

interpersonal,

perawat

harus

menanyakannya secara langsung kepada klien. Karakteristika.


1

Lokasi. Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi:

Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superfisial

Posisi atau lokasi nyeri


Nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh klien; sedangkan
nyeri yang timbul dari bagian dalam (viscera) lebih dirasakan secara umum. Nyeri dapat pula
dijelaskan menjadi empat kategori, yang berhubungan dengan lokasi :

Nyeri terlokalisir : nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya


Nyeri Terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf spesifik
Nyeri Radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak dapat dilokalisir
Reffered Pain (Nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang jauh dari area rangsang nyeri.
2

Intensitas, Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri :

Distraksi atau konsentrasi dari klien pada suatu kejadian


Status kesadaran klien
Harapan klien

Nyeri dapat berupa : ringan, sedang, berat atau tak tertahankan. Perubahan dari intensitas
nyeri dapat menandakan adanya perubahan kondisi patologis dari klien.
3

Waktu dan Lama (Time & Duration)


Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul; berapa lama;
bagaimana timbulnya dan juga interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul.

Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri. Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala mungkin dikatakan ada yang
membentur kepalanya, nyeri abdominal dikatakan seperti teriris pisau. Alat Pengukur
Nyeri

J. Intervensi
Secara umum intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dibagi menjadi 2
bagian besar, yaitu:
1. Non Farmakologik intervention : Distraksi, Relaksasi, Stimulasi Kutaneus
2. Farmakologi Intervention

a)

Distraksi
Beberapa teknik distraksi, antara lain:
1. Nafas lambat, berirama
2. Massage and Slow, Rhythmic Breathing
3. Rhytmic Singing and Tapping
4. Active Listening
5. Guide Imagery

b)

Relaksasi
Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan,
antara lain :

Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress

Menurunkan nyeri otot

Menolong individu untuk melupakan nyeri

Meningkatkan periode istirahat dan tidur

Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain

Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri
Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi berikut :

2. Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru


2. Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan
betapa nyaman hal tersebut
3. Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu
4. Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan-lahan, pada saat ini
biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran
pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.
5. Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok
otot-otot lain
6. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi
hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.
c) Stimulasi Kulit (Cutaneus)
Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain:

Kompres dingin

Analgesics ointments

Counteriritan, seperti plester hangat.

Contralateral Stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area yang
nyeri.

d) Farmakologik Agent
1. Analgesics
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interpretasi nyeri dengan jalan
mendepresi Sistem Saraf Pusat pada Thalamus dan Korteks Cerebri. Analgesik akan lebih
efektif diberikan sebelum klien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh
nyeri. Untuk alasan ini maka analgesik dianjurkan untuk diberikan secara teratur dengan
interval,

seperti

setiap

jam

(q

4h)

setelah

seperti

morphine

pembedahan.

Terdapat dua klasifikasi mayor dari analgesik, yaitu :

Narcotic (Strong analgesics)


Termasuk

didalamnya

adalah:

derivat

opiate

dan

codein.

Narkotik menghilangkan nyeri dengan merubah aspek emosional dari pengalaman nyeri
(misal: persepsi nyeri). Perubahan mood dan perilaku dan perasaan sehat membuat seseorang
merasa lebih nyaman meskipun nyerinya masih timbul.

Nonnarcotics (Mild analgesics)


Mencakup derivat dari: Asam Salisilat (aspirin); Para-aminophenols (phenacetin); Pyrazolon
(Phenylbutazone). Meskipun begitu terdapat pula obat analgesik kombinasi, seperti
kombinasi dari analgesik kuat (strong analgesics) dengan analgesik ringan (mild analgesics),
contohnya: Tylenol, merupakan kombinasi dari acetaminophen sebagai obat analgesik
nonnarkotik dengan codein, 30mg.

Plasebo
Plasebo merupakan jenis dari tindakan, seperti pada intervensi keperawatan yang
menghasilkan efek pada klien dikarenakan adanya suatu kepercayaan daripada kandungan
fisik atau kimianya (McCaffery, 1982:22). Pengobatannya tidak mengandung komponen obat
analgesik (seperti : gula, larutan garam/normal saline, atau air) tetapi hal ini dapat
menurunkan nyeri. Untuk memberikan plasebo ini perawat harus mempunyai izin dari dokter.
Medical Interventions
1. Blok Saraf (Nerve Block)
2. Electric Stimulation
3. Acupunture
4. Hypnosis

5. Surgery/Pembedahan
6. Biofeedback

BAB IV
PEMERIKASAAN TANDA-TANDA VITAL
(VITAL SIGHN)
A. Definisi
Pemeriksaan tanda vital (Vital Sign) merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sitem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan
dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya
perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam
tubuh; Denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskuler; Frekuensi
pernafasan dapat menunjukkan fungsi pernafasan; dan Tekanan darah dapat menilai
kemampuan sistem kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi.
Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi. Perubahan tanda
vital dapat terjadi bila tubuh dalam dalam kondisi aktivitas berat atau dalam keadaan sakit
dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh. Pemeriksaan
tanda vital yang dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau perkembangan
pasien. Tindakan ini bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada klien, akan tetapi
merupakan tindakan pengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh.
Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada semua klien berbeda satu dengan yang lain.
Tingkat kegawatan pasien seperti pada kondisi pasien kritis akan membutuhkan pengawasan
terhadap tanda vital yang lebih ketat dibanding pada kondisi pasien yang tidak kritis,
demikian sebaliknya. Prosedur pemeriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi

pengukuran suhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernafasan, dan pengukuran


tekanan darah.
B. Pemeriksaan Nadi
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses
pemompaan jantung. Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau
istirahat. Kondisi hipertermia dapat meningkatkan denyut nadi sebanyak 15 20 kali per
menit setiap peningkatan suhu 1 derajat celcius.

Tabel frekuensi nadi


Umur
Lahir
1 bulan
1 6 bulan
6 12 bulan
1 2 tahun
2 4 tahun
6 10 tahun
10 14 tahun
14 18 tahun
Sumber: Joyce Engel 1995

Frekuensi nadi rata-rata


140
130
130
115
110
105
95
85
82

Penilaian denyut nadi yang lain adalah takikardia sinus yang ditandai dengan variasi
10 15 denyutan dari menit ke menit dan takikardia supraventrikuler paroksimal ditandai
dengan nadi sulit dihitung karena terlalu cepat (lebih dari 200 kali per menit). Bradikardia
merupakan frekuensi denyut jantung lebih lambat dari normal. Pemeriksaaan nadi yang lain
adalah iramanya, normal atau tidak. Disritmia (aritmia) sinus adalah ketidakteraturan nadi,
denyut nadi lebih cepat saat inspirasi dan lambat saat ekspirasi.
Tabel pola nadi

Bradikardia

Pola Nadi

Deskripsi
Frenkuensi nadi lambat

Takikardia

Frekuensi nadi meningkat dalam keadaan takut,


menangis, aktivitas meningkat atau demam yang
berkaitan dengan kelainan jantung

Frekuensi nadi meningkat selama inspirasi dan

Sinus aritmia

menurun selama ekspirasi, sinus arutmia


merupakan variasi normal pada anak terutama pada
saat tidur
Denyut nadi yang silih berganti kuat lemah dan

Pulsus alternans

kemungkinan menunjukan gagal jantung


Denyutan berpasangan yang berhubungan dengan
denyutan premature

Pulsus Gigeminus

Kekuatan nadi menurun dengan inspirasi


Denyutan nadi cepat dan lemah, menunjukan
tanda syok nadi sukar dipalpasi tampak muncul

Pulsus paradoxsus

dan menghilang
Denyut nadi kuat dan berdetak-detak disebabkan
variasi yang luas pada tekanan nadi

Thready pulses

Pulsus Corrigan
Sumber: Joyce Engel 1995
Prosedur Pemeriksaan Denyut Nadi
TAHAP PRE INTERAKSI
o Membaca catatan keperawatan/cek catatan medis keperawatan klien
o memvalidasi perasaan perawat
o Menyiapkan alat-alat yang diperlukan

Jam Tangan/ Stop watch

Buku catatan

Pena/ alat tulis

o Mencuci tangan
TAHAP ORIENTASI
o Memberi salam, panggil klien dengan menggunakan nama yang disenangi &
memperkenalkan nama perawat
o Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga

o Memberikan kesempatan untuk bertanya


TAHAP KERJA
o Menjaga privasi klien (memasang skeren)
o Menanyakan keluhan utama saat ini
o Menjelaskan prosedur kepada klien
MENILAI DENYUT NADI RADIALIS
o Mengatur posisi pasien yang nyaman dan rilaks
o Menekan kulit dekat dengan arteri radialis dengan tiga jari, dan meraba denyut nadi
o Menekan arteri radialis dengan kuat dengan jari-jari selama kurang lebih 60 detik,
jika tidak teraba denyutan jari-jari digeser kekanan dan kekiri sampai ketemu
o Denyutan pertama akan teraba kuat, menekan sampai denyutan hilang, melepas
tekanan sampai denyutan terasa kuat lagi
MENILAI NADI BRAKHIALIS
o Mengatur posisi yang nyaman dan rileks
o Meraba mencari daerah pulse brakial (antara bisep dan trisep)
o Menekan arteri radialis dengan kuat dengan jari-jari selama kurang lebih 60 detik,
jika tidak teraba denyutan jari-jari digeser kekanan dan kekiri sampai ketemu
o Denyutan pertama akan teraba kuat, menekan sampai denyutan hilang, melepas
tekanan sampai denyutan terasa kuat lagi
TAHAP TERMINASI
o Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan
o Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
o Merapikan alat dan klien
o Cuci tangan
o Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
DOKUMENTASI
o Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan.
C. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah indikator penting dalam menilai fungsi kardiovaskuler.
Dalam prosesnya perubahan tekanan darah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:

Tolakan Perifer. Merupakan sistem peredaran darah yang memiliki sistem tekanan tertinggi
(arteria) dan sistem tekanan terendah (pembuluh kapiler dan vena), diantara keduanya
terdapat arteriola dan pembuluh otot yang sangat halus.

Gerakan memompa oleh jantung. Semakin banyak darah yang dipompa ke dalam arteria
menyebabkan arteria akan lebih menggelembung dan mengakibatkan bertambahnya tekanan
darah. Begutu juga sebaliknya.

3
4

Volume darah. Bertambahnya darah menyebabkan besarnya tekanan pada arteria.


Kekentalan darah. Kekentalan darah ini tergantung dari perbandingan sel darah dengan
plasma.
Pemeriksaan tekanan darah dapat diukur dengan metode yaitu

Metode Langsung: Metode yang menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan kedalam
pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang
paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memerlukan persyaratan dan keahlian
khusus

Metode Tak Langsung: Metode yang menggunakan sfigmomanometer. Pengukuran tak


langsung ini menggunakan 2 cara yaitu

Palpasi yang mengukur tekanan sistolik tanpa menggunakan stetoskop dan


Auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan
stetoskop
Tabel Nilai Normal Tekanan Darah
Umur
1 bulan
6 bilan
1 tahun
2 tahun
4 tahun
6 tahun
8 tahun
10 tahun
12 tahun
16 tahun
Diatas 18 tahun
Sumber: Joyce Engel 1995
Prosedur Pemeriksaan Tekanan Darah

Sistolik/Diastolik (mmHg)
86/54
90/60
96/65
99/65
99/65
99/65
100/60
105/60
110/60
115/60
120/60

TAHAP PREINTERAKSI
o Membaca catatan keperawatan/cek catatan medis keperawatan klien
o validasi perasaan perawat

o Menyiapkan alat-alat yang diperlukan

Tensimeter lengkap

Stetoskop

Buku catatan

Pena/alat tulis

o 4.Mencuci tangan
TAHAP ORIENTASI
o Memberi salam, panggil klien dengan menggunakan nama yang disenangi &
memperkenalkan nama perawat
o Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
o Memberikan kesempatan untuk bertanya
TAHAP KERJA
o Menjaga privasi klien (memasang skeren)
o Menanyakan keluhan utama saat ini
o Mengatur posisi klien
o Menyingsingkan lengan baju klien
o Memasang manset sekitar lengan atas 2,5 cm diatas auto cubita (dewasa)
o Mengatur tensimeter agar siap dipakai (untuk tensimeter air raksa), yaitu
menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa manset, menutup sekrup balon manset,
membuka kunci reservoir
o Melakukan palpasi pada daerah arteri brachialis
o Meletakkan diafragma stetoskop diatas denyut arteri brachialis
o Menutup katup dari pompa spygnomanometer
o Raba arteri radialis
o Memompa manset dari spygnomanometer sampai arteri radialis tidak teraba, kemudian
naikkan 20-30 mmhg
o Mengendorkan pipa 2-3 mmhg per denyut
o Mencatat bunyi korotkoff I dan V atau bunyi detak pertama (systole) dan terakhir
(diastole) pada manometer sebagai mana penurunan tekanan
o Melonggarkan pompa segera sesudah bunyi terakhir hilang
o Jika pengukuran perlu diulang, tunggu 30 detik dan lengan ditinggikan diatas jantung
untuk mengalirkan darah dari lengan

o Melepas manset dari lengan klien


o Mengembalikan posisi pasien senyaman mungkin.
TAHAP TERMINASI
o Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan
o Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
o Merapikan alat dan klien
o Cuci tangan
o Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
DOKUMENTASI
o Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan
D. Pemeriksaan Pernapasan
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen
dan pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola
pernapasan.
Pola Pernafasan

Dispnea

Deskripsi

Susah bernafas yang menunjukan adanya


retraksi

Bradipnea

Takipnea

Hiperpnea

Apnea

Chyne stokes

Frekuensi pernafasan yang abnormal yang


menunjukan irama tidak teratur

Frekuensi pernafasan yang cepat abnormal

Pernafasan cepat dan dalam

Tidak ada pernafasan

Periode pernafasan yang cepat dan dalam


yang berganti dengan periode apnea, umumya
pada bayi atau anak yang tertidur nyenyak,
depresi dan kerusakan otak

Namaf yang abnormal, bias cepat normal dan

lemah biasanya pada asidosis metabolic

Kusmaul

Nafas yang tidak teratur menandakan ada


kerusakan otak bagian bawah dan system
pernafasan

Biot
Sumber: Joyce Engel 1995

Prosedur Pemeriksaan Pernafasan


TAHAP PREINTERAKSI
o Membaca catatan keperawatan/cek catatan medis keperawatan klien
o memvalidasi perasaan perawat
o Menyiapkan alat-alat yang diperlukan
Jam Tangan/ Stop Wacth
Buku catatan
Pena/alat tulis
Grafik perkembangan
o Mencuci tangan
TAHAP ORIENTASI
o Memberi salam, panggil klien dengan menggunakan nama yang disenangi &
memperkenalkan nama perawat
o Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
o Memberikan kesempatan untuk bertanya
TAHAP KERJA
o Menjaga privasi klien (memasang skeren)

o Menanyakan keluhan utama saat ini


o Menjelaskan prosedur kepada klien
o Membuka baju pasien bila perlu untuk mengobservasi kedalam dan
kesimetrisan gerakan
o Menentukan irama pernafasan
o Menentukan pernafasan selama 60 detik. Bila pernafasan teratur cukup 30
detik dan dikalikan 2
o Mendengarkan bunyi pernafasan, sambil mendengarkan apa ada bunyi
pernapasan abnormal abnormal (whising, ronkhi, vesikuler)
TAHAP TERMINASI
o Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan
o Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
o Merapikan alat dan klien
o Cuci tangan
o

Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

DOKUMENTASI
o

Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

E. Pemeriksaan Suhu
Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya
panas dari tubuh ke lingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara lain berasal
dari:
1) Metabolisme dari makanan ( Basal Metabolic Rate )
2) Olahraga

3) Shivering atau kontraksi otot skelet


4) Peningkatan produksi hormon tiroksin ( meningkatkan metabolisme seluler )
5) Proses penyakit infeksi
6)

Termogenesis kimiawi ( rangsangan langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau dari
rangsangan langsung simpatetik )
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh,
dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan
suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur oleh
hipotalamus. Pembuangan atau pengeluaran panas dapat terjadi melalui berbagai proses,
diantaranya:

a) Radiasi, yaitu proses penyebaran panas melalui gelombang elektromagnet.


b) Konveksi, yaitu proses penyebaran panas karena pergeseran antara daerah yang kepadatannya
tidak sama seperti dari tubuh pada udara dingin yang bergerak atau pada air kolam renang.
c) Evaporasi, yaitu proses perubahan cairan menjadi uap.
d) Konduksi, yaitu proses pemindahan panas pada objek lain dengan kontak langsung tanpa
gerakan yang jelas, seperti bersentuhan dengan permukaan yang dingin dan lain-lain.

Prosedur Pemeriksaan Suhu Tubuh


TAHAP PREINTERAKSI
o Membaca catatan keperawatan/cek catatan medis keperawatan klien
o memvalidasi perasaan perawat
o Menyiapkan alat-alat yang diperlukan

Thermometer Raksa/ Digital


Kapas Alkohol pada tempatnya
Air Sabun pada Tempatnya
Baki Instrumen
o Mencuci tangan
TAHAP ORIENTASI
o Memberi salam, panggil klien dengan menggunakan nama yang disenangi &
memperkenalkan nama perawat
o Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien atau keluarga
o Menanyakan keluhan utama saat ini
o Memberikan kesempatan untuk bertanya

TAHAP KERJA
o Menjaga privasi klien (memasang skeren)
o Berikan penjelasan kepada klien
o Atur posisi yang nyaman : duduk atau berbaring dengan posisi tangan rileks
o Keringkan ujung thermometer. Kemudian turunkan air raksa sampai skala nol.
Sebelum meletakkan di aksila, bersihkan/keringkan aksila terlebih dahulu.
Letakkan thermometer diaksila 5-10 menit. Setelah 5-10 menit lepaskan
thermometer dari aksila dan baca kenaikan air raksa. Sembari mengukur suhu
klien, lakukan perhitungan denyut nadi dan pernafasan.
o Letakkan ujung jari-jari tangan kecuali ibu jari pada arteri/nadi yang akan
diukur, tekan dengan lembut
o Hitung frekuensi nadi mulai hitungan nol (C) selama 30 detik (kalikan 2x
untuk memperoleh frekuensi dalam satu menit). Jika ritme nadi tidak teratur,

hitung selama satu menit. Lanjutkan perhitungan pernafasan


o Lalu sembari memegang arteri radialis (seolah-olah masih menghitung denyut
nadi), hitung jumlah pernafasan klien selama 1 menit (naik turunnya dada
klien)
o Selanjutnya siapkan pasien untuk pemeriksaan tekanan darah. Gulung lengan
baju klien.
o Palpasi arteri brakhialis. Letakkan manset 2,5 cm diatas nadi brakhialis (ruang
antekubital)
o Naikkan tekanan dalam manset sambil meraba arteri radialis sampai
denyutnya hilang
o Tekanan dinaikkan lagi kurang lebih 30 mmhg
o Letakkan stetoskop pada arteri brakhialis pada fossa cubitti dengan cermat dan
tentukan tekanan sistolik
o Turunkan tekanan manset dengan kecepatan 4 mmhg/detik sambil mendengar
hilangnya pembuluh yang mengikuti 5 fase korotkof
o Ulang pengukuran 1 kali lagi dengan air raksa dalam spignomanometer
dikembalikan pada angka 0. Lakukan tindakan seperti diatas
TAHAP TERMINASI
o Menanyakan pada pasien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan
o Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien
o Merapikan alat dan klien
o Cuci tangan
DOKUMENTASI

o Catat seluruh hasil tindakan dalam catatan keperawatan

BAB V
PEMERIKSAAN FISIK KESADARAN

A. Definisi
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan
akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala
dan berakhir pada anggota gerak (head to toe). Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa
dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan
seperti test neurologi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis
dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara
umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu,
denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

B. Pemeriksaan Kesadaran/GCS (Gaslow Coma Scale)


GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, (apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
Respon pasien yang perlu diperhatikan mencakup 3 hal yaitu reaksi membuka mata,
bicara dan motorik. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat (score) dengan rentang
angka 1 6 tergantung responnya.

ye (respon membuka mata):


(4): spontan
(3): dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2): dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari)
(1): tidak ada respon

erbal (respon verbal):


(5): orientasi baik
(4): bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat dan
waktu.
(3): kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam satu
kalimat. Misalnya aduh, bapak)
(2): suara tanpa arti (mengerang)
(1): tidak ada respon

Motor (respon motorik):


(6): mengikuti perintah
(5): melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri)

(4): withdraws (menghindar / menarik extremitas atau tubuh menjauhi stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(3): flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada & kaki extensi saat diberi
rangsang nyeri).
(2): extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari mengepal &
kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1): tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol E
VM
Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu
E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
Jika dihubungkan dengan kasus trauma kapitis maka didapatkan hasil :
GCS : 14 15 = CKR (cidera kepala ringan)
GCS : 9 13 = CKS (cidera kepala sedang)
GCS : 3 8

= CKB (cidera kepala berat)

C. Tingkatan Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh.
Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi
jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya).

Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk


perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena
berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.
Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemipareses serebral atau
sistem aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan
peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).

BAB VI
PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE

A. Konsep Teori Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan
perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi

pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan
Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010)
Adapun teknik-teknik pemeriksaan fisik yang digunakan adalah:
1

Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran
dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran
atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju
ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya
mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura
A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010). Fokus
inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan. setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil
normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan
tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997)
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jarijari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk,
ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan
atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.

Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan
posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara,

yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. Dewi Sartika,
2010)
4

Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacammacam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
(Dewi Sartika, 2010)
Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di perhatikan,
yaitu sebagai berikut:

Kontrol infeksi. Meliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker,
dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.
Kontrol lingkungan, yaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup
penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu
sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
Komunikasi (penjelasan prosedur)
Privacy dan kenyamanan klien
Sistematis dan konsisten ( head to toe, dari eksternal ke internal, dari normal ke abnormal)
Berada di sisi kanan klien
Efisiensi
Dokumentasi

B. Tujuan Pemeriksaan Fisik


Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
1

Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.

Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam riwayat
keperawatan.

3
4

Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.


Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.

Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu yang


akan di jelaskan nanti di setiap bagian tibug yang akan di lakukan pemeriksaan fisik.

C. Manfaat Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi
profesi kesehatan lain, diantaranya:
1

Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.

Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.

Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat

Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan

5
D. Indikasi
Mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada:
1

Klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat.

Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.

Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien

E. Prosedur Pemeriksaan Fisik


1

Persiapan

a) Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop, Tensimeter/spighnomanometer, Thermometer,
Arloji/stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon bersih ( jika perlu), tissue, buku
catatan perawat.
Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di periksa.
b) Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Misalnya menutup
pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
c) Klien (fisik dan fisiologis)

Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks.
2

Prosedur pemeriksaan

Cuci tangan
Jelaskan prosedur
Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang handschoen bila di
perlukan
Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi.
Posisi klien : duduk/berbaring
Cara : inspeksi
Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran penuh, Ekspresi sesuai,
tidak ada menahan nyeri/ sulit bernafas)
Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal :)Relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut)
Jenis kelamin
Usia dan Gender
Tahapan perkembangan
TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal)
Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau)
Cara berpakaian (Normal : Benar/ tidak terbalik)
Postur dan cara berjalan
Bentuk dan ukuran tubuh
Cara bicara. (Relaks, lancer, tidak gugup)
Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
Dokumentasikan hasil pemeriksaan.

F. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


1

Pemeriksaan kulit dan kuku


Tujuan

Mengetahui kondisi kulit dan kuku


Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat, dan hidrasi.
Persiapan
Posisi klien: duduk/ berbaring
Pencahayaan yang cukup/lampu

Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)


Prosedur Pelaksanaan
a) Pemeriksaan kulit

Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan ikterik.


Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.

Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema. setelah diadakan pemeriksaan kulit
dan kuku evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

b) Pemeriksaan kuku

Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku


Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger), tidak
ikterik/sianosis.

Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).


Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik. setelah diadakan pemeriksaan kuku
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

Pemeriksaan kepala
Tujuan

o Mengetahui bentuk dan fungsi kepala


o Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
Persiapan alat
o Lampu
o Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)
Prosedur Pelaksanaan

Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak, kebersihan
rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut.
Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan
gizi(rambut jagung dan kering)

Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.

Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh. setelah
diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat.
3

Pemeriksaan wajah
Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain, tidak pucat/ikterik, simetris.

Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang


Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema. setelah diadakan pemeriksaan wajah evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.

Pemeriksaan mata
Tujuan

Mengetahui bentuk dan fungsi mata


Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat
Senter Kecil
Surat kabar atau majalah
Kartu Snellen
Penutup Mata
Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan

Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimestrisan, bola
mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak,
dan respon terhadap cahaya.
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera
berwarna putih.

Tes Ketajaman Penglihatan


Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain. Tajam
penglihatan tersebut merupakan derajad persepsi deteil dan kontour beda. Visus tersebut
dibagi dua yaitu:

a) Visus sentralis.
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat.

visus centralis jauh merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda yang
letaknya jauh. Pada keadaan ini mata tidak melakukan akomodasi. (EM. Sutrisna, dkk, hal
21).
virus centralis dekat yang merupakan ketajaman penglihatan untuk melihat benda benda
dekat misalnya membaca, menulis dan lain lain. Pada keadaan ini mata harus akomodasi
supaya bayangan benda tepat jatuh di retina. (EM. Sutrisna, dkk, hal 21).
b) Visus perifer
Pada visus ini menggambarkan luasnya medan penglihatan dan diperiksa dengan
perimeter. Fungsi dari visus perifer adalah untuk mengenal tempat suatu benda terhadap
sekitarnya dan pertahanan tubuh dengan reaksi menghindar jika ada bahaya dari samping.
Dalam klinis visus sentralis jauh tersebut diukur dengan menggunakan grafik huruf Snellen
yang dilihat pada jarak 20 feet atau sekitar 6 meter. Jika hasil pemeriksaan tersebut visusnya
e20/20 maka tajam penglihatannya dikatakan normal dan jika Visus <20/20 maka tajam
penglihatanya dikatakan kurang Penyebab penurunan tajam peglihatan seseorang bermacam
macam, salah satunya adalah refraksi anomaly/kelainan pembiasan.
Prosedur pemeriksaan visus dengan menggunakan peta snellen yaitu:

Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud tujuan pemeriksaan.

Meminta pasien duduk menghadap kartu Snellen dengan jarak 6 meter.

Memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan (pasien diminta mengucapkan apa yang
akan ditunjuk di kartu Snellen) dengan menutup salah satu mata dengan tangannya tanpa
ditekan (mata kiri ditutup dulu).

Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien menyebutkan simbol di kartu Snellen dari
kiri ke kanan, atas ke bawah.

Jika pasien tidak bisa melihat satu simbol maka diulangi lagi dari barisan atas. Jika tetap
maka nilai visus oculi dextra = barisan atas/6.

Jika pasien dari awal tidak dapat membaca simbol di Snellen chart maka pasien diminta
untuk membaca hitungan jari dimulai jarak 1 meter kemudian mundur. Nilai visus oculi
dextra = jarak pasien masih bisa membaca hitungan/60.

Jika pasien juga tidak bisa membaca hitungan jari maka pasien diminta untuk melihat adanya
gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter (Nilai visus oculi dextranya 1/300).

Jika pasien juga tetap tidak bisa melihat adanya gerakan tangan, maka pasien diminta untuk
menunjukkan ada atau tidaknya sinar dan arah sinar (Nilai visus oculi dextra 1/tidak hingga).
Pada keadaan tidak mengetahui cahaya nilai visus oculi dextranya nol.

Pemeriksaan dilanjutkan dengan menilai visus oculi sinistra dengan cara yang sama.

Melaporkan hasil visus oculi sinistra dan dextra. (Pada pasien vos/vodnya x/y artinya mata
kanan pasien dapat melihat sejauh x meter, sedangkan orang normal dapat melihat sejauh y
meter.

Pemeriksaan telinga
Tujuan

Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi pendengaran.
Persiapan Alat
o Arloji berjarum detik
o Garpu tala
o Speculum telinga
o Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan

Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang
telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar..
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain,
tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.

Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus


Normal: tidak ada nyeri tekan. setelah diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di
dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat tersebut.

Pemeriksaaan Telinga Dengan Menggunakan Garpu Tala

a) Pemeriksaan Rinne
o Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari tangan yang
berlawanan.
o Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.
o Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi.
o Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm dengan
posisi garpu tala parallel terhadap lubang telinga luar klien.
o Instruksikan klien untuk member tahu apakah ia masih mendengarkan suara atau tidak.
o Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
b) Pemeriksaan Webber

o Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku jari yang berlawanan.
o Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien .
o Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas
pada salah satu telinga.
o Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut.
8

Pemeriksan hidung dan sinus


Tujuan

Mengetahui bentuk dan fungsi hidung


Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
Persiapan Alat
Spekulum hidung
Senter kecil
Lampu penerang
Sarung tangan (jika perlu)
Prosedur Pelaksanaan

Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi,
sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2 infeksi)
Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada
sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.

Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum deviasi)
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan. setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

Pemeriksaan mulut dan bibir


Tujuan

Mengetahui bentuk kelainan mulut


Persiapan Alat
Senter kecil
Sudip lidah
Sarung tangan bersih
Kasa
Prosedur Pelaksanaan

Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur , lesi, dan
stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis.

2.

Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu,

perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit2. Normal: gigi
lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan
atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.

Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16 buah di rahang atas
dan 16 buah di rahang bawah. Pada anak-anak gigi sudah mulai tumbuh pada usia enam
bulan. Gigi pertama tumbuh dinamakan gigi susu di ikuti tumbuhnya gigi lain yang disebut
gigi sulung. Akhirnya pada usia enam tahun hingga empat belas tahun, gigi tersebut mulai
tanggal dan dig anti gigi tetap.

Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang bawah), usia 7-8 bulan berjumlah 7
buah(2 dirahang atas dan 4 dirahang bawah) , usia 9-11 bulan berjumlah 8 buah(4 dirahang
atas dan 4 dirahang bawah), usia 12-15 bulan gigi berjumlah 12 buah (6 dirahang atas dan 6
dirahang bawah), usia 16-19 bulan berjumlah 16 buah (8 dirahang atas dan 8 dirahang
bawah), dan pada usia 20-30 bulan berjumlah 20 buah (10 dirahang atas dan 10 dirahang
bawah) setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.

10 Pemeriksaan leher
Tujuan
o a)

Menentukan struktur integritas leher

o b)

Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan

o c)

Memeriksa system limfatik


Persiapan Alat

o Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan

Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.


Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada
pembesaran kelenjer gondok.

Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi Normal: arteri karotis terdengar.

Inspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas, konsistensi, nyeri,


gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran),
kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba) Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak
ada nyeri, tidak ada pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.

Auskultasi : bising pembuluh darah. Setelah diadakan pemeriksaan leher evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.

11 Pemeriksaan dada( dada dan punggung)


Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring
Cara/prosedur:

1. System pernafasan
Tujuan :
o Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada
o Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan,
o Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus
Persiapan alat
o a)

Stetoskop

o b)

Penggaris centimeter

o c)

Pensil penada

Prosedur pelaksanaan

Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi, irama, kedalaman,


dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema,
pembengkakan/ penonjolan.
Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan,
warna

kulit

sama

dengan

warna

kulit

lain,

tidak

ikterik/sianosis,

tidak

ada

pembengkakan/penonjolan/edema

Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus. (perawat berdiri
dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka tujuh-tujuh atau enamenam sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien.)

Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi
simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.

Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu sisi lain
pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi)
Normal: resonan (dug dug dug), jika bagian padat lebih daripada bagian udara=pekak
(bleg bleg bleg), jika bagian udara lebih besar dari bagian padat=hiperesonan (deng
deng deng), batas jantung=bunyi rensonan----hilang>>redup.

Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan menggunakan


stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea)
Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal. Setelah diadakan
pemeriksaan dada evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal,
dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
2. System kardiovaskuler
Tujuan
a)

Mengetahui ketifdak normalan denyut jantung

b)

Mengetahui ukuran dan bentuk jantug secara kasar

c)

Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal

d)

Mendeteksi gangguan kardiovaskuler

Persiapan alat
a)

Stetoskop

b)

Senter kecil

Prosedur pelaksanaan

Inspeksi : Muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis

Palpasi: denyutan. Normal untuk inspeksi dan palpasi: denyutan aorta teraba.

Perkusi: ukuran, bentuk, dan batas jantung (lakukan dari arah samping ke tengah dada, dan
dari atas ke bawah sampai bunyi redup) Normal: batas jantung: tidak lebih dari 4,7,10 cm ke
arah kiri dari garis mid sterna, pada RIC 4,5,dan 8.

Auskultasi: bunyi jantung, arteri karotis. (gunakan bagian diafragma dan bell dari stetoskop
untuk mendengarkan bunyi jantung. )
Normal: terdengar bunyi jantung I/S1 (lub) dan bunyi jantung II/S2 (dub), tidak ada bunyi
jantung tambahan (S3 atau S4). Setelah diadakan pemeriksaan system kardiovaskuler

evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
12 Dada dan aksila
Tujuan
a)

Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam jaringan payudara

b)

Mendeteksi awal adanya kanker payudara

Persiapan alat
a)

Sarung tangan sekali pakai (jika diperlukan)

Prosedur pelaksanaan

Inspeksi payudara: Integritas kulit

Palpasi payudara: Bentuk, simetris, ukuran, aerola, putting, dan penyebaran vena

Inspeksi dan palpasi aksila: nyeri, perbesaran nodus limfe, konsistensi.


Setelah diadakan pemeriksaan dada dan aksila evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.

13 Pemeriksaan Abdomen (Perut)


Posisi klien: Berbaring
Tujuan
a)

Mengetahui betuk dan gerakan-gerakan perut

b)

Mendengarkan suara peristaltic usus

c)

Meneliti tempat nyeri tekan, organ-organ dalam rongga perut benjolan dalam perut.

Persiapan
a)

Posisi klien: Berbaring

b)

Stetoskop

c)

Penggaris kecil

d)

Pensil gambar

e)

Bntal kecil

f)

Pita pengukur

Prosedur pelaksanaan

Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy, distensi, tonjolan,
pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan dinding perut.

Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak terdapat ostomy,
distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.

Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian diafragma dari
stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan arteri renalis,
arteri iliaka dan aorta.

Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah jarum jam,
perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas bunyinya.

Perkusi hepar: Batas

Perkusi Limfa: ukuran dan batas

Perkusi ginjal: nyeri


Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila banyak cairan =
hipertimpani

Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa, karakteristik organ,
adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan
terlebih dahulu
Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dan penumpukan
cairan
Setelah diadakan pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan
dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

14 Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)


Tujuan :
o Memperoleh data dasar tetang otot, tulang dan persendian
o Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian-bagian tertentu.
Alat :
o Meteran
Posisi klien: Berdiri. duduk

Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, Integritas ROM, kekuatan dan
tonus otot.
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh.

Palapasi: denyutan a.brachialis dan a. radialis .


Normal: teraba jelas

Tes reflex :tendon trisep, bisep, dan brachioradialis.


Normal: reflek bisep dan trisep positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas atas evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.

15 Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki dan telapak kaki)

Inspeksi struktur muskuloskletal : simetris dan pergerakan, integritas kulit, posisi dan
letak, ROM, kekuatan dan tonus otot
Normal: simetris kika, integritas kulit baik, ROM aktif, kekuatan otot penuh

Palpasi : a. femoralis, a. poplitea, a. dorsalis pedis: denyutan


Normal: teraba jelas

Tes reflex :tendon patella dan archilles.


Normal: reflex patella dan archiles positif
Setelah diadakan pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

16 Pemeriksaan genitalia (alat genital, anus, rectum)


Posisi Klien : Pria berdiri dan wanita litotomy
Tujuan:
o Melihat dan mengetahui organ-organ yang termasuk dalam genetalia.
o Mengetahui adanya abnormalitas pada genetalia, misalnya varises, edema, tumor/ benjolan,
infeksi, luka atau iritasi, pengeluaran cairan atau darah.
o Melakukan perawatan genetalia
o Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil atau persalinan.
Alat :
o Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
o Sarung tangan
a) Pemeriksaan rectum
Tujuan :
o Mengetahui kondisi anus dan rectum
o Menentukan adanya masa atau bentuk tidak teratur dari dinding rektal
o Mengetahui intregritas spingter anal eksternal

o Memeriksa kangker rectal dll


Alat :
o Sarung tangan sekali pakai
o Zat pelumas
o Penetangan untuk pemeriksaan
Prosedur Pelaksanaan
Wanita:

Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour simetris, edema,
pengeluaran.
Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada edema dan tandatanda infeksi (pengeluaran pus /bau)

Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran

Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa

Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid, fistula ani
pengeluaran dan perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan
pendarahan.
Setelah diadakan pemeriksaan di adakan pemeriksaan genitalia evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang
didapat tersebut.

Pria:

Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran


Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak ada pengeluaran
pus atau darah

Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk, turunan testes dan
mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan.
Normal : integritas kulit baik, sistematika tidak ada penonjolan, tidak ada nyeri teken

Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid, fistula ani,
pengeluaran dan perdarahan.
Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-tanda infeksi dan
pendarahan.

Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat
tersebut.

G. Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk asuhan keperawatan yang mereka berikan dengan
mengevaluasi hasil intervensi keperawatan. Keterampilan pengkajian fisik meningkatkan
evaluasi tindakan keperawatan melalui pemantauan hasil asuhan fisiologis dan perilaku.
Keterampilan pengkajian fisik yang sama di gunakan untuk mengkaji kondisi dapat di
gunakan sebagai tindakan evaluasi setelah asuhan diberikan.
Perawat membuat pengukuran yang akurat, terperinci, dan objektif melalui
pengkajian fisik. Pengukuran tersebut menentukan tercapainya atau tidak hasil asuhan yang
di harapkan. Perawat tidak bergantung sepenuhnya pada intuisi ketika pengkajian fisik dapat
digunakan untuk mengevaluasi keefektifan asuhan.
H. Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik pada pemeriksaan
atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki format khusus yang
mempermudah pencatatan data pemeriksaan. Perawat meninjau semua hasil sebelum
membantu klien berpakaian, untuk berjaga-jaga seandainya perlu memeriksa kembali
informasi atau mendapatkan data tambahan. Temuan dari pengkajian fisik dimasukkan ke
dalam rencana asuhan.
Data di dokumentasikan berdasarkan format SOAPIE, yang hamper sama dengan
langkah-langkah proses keperawatan.
Format SOAPIE, terdiri dari:

Data (riwayat) Subjektif, yaitu apa yang dilaporkan klien

Data (fisik) Objektif, yaitu apa yang di observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
oleh perawat.

Assessment (pengkajian) , yaitu diagnose keperawatan dan pernyataan tentang kemajuan


atau kemunduran klien

Plan (Perencanaan), yaitu rencana perawatan klien

Implementation (pelaksanaan), yaitu intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan rencana

Evaluation (evaluasi), yaitu tinjauan hasil rencana yang sudah di implementasikan.

BAB VII
BODY MEKANIK DAN AMBULASI

A. Definisi Mekanika Tubuh


Mekanik tubuh adalah usaha koordinasi diri muskoloskeletal dan sistem saraf untuk
mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian
dari kebutuhan aktivitas manusia.
Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakkan dasar yang harus
diperhatikan, sebagai berikut :
1) Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar akan membantu mempertahankan keseimbangan tubuh. Misal,
orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibanding orang yang berjalan, karena pada posisi
berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi yang satu ke sisi yang lain.
2) Menahan (squatting)
Dalam menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah
kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
3) Menarik (pulling)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya
ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh sewaktu menarik (seperti condong ke depan
dari panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien,

lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan
kaki ditekuk dan lalu lakukan penarikan.
4) Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-otot besar dari tumit,
paha bagian atas dan kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada
daerah tubuh bagian belakang.
5) Memutar (pivoting)
Memutar gerakan utuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang.

B. Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Mekanika Tubuh


1

Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan sistem saraf
berupa penurunan koordinasi sehingga dapat mempengaruhi mekanika tubuh.

Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan mendorong seseorang untuk
mempergunakannya secara benar, sehingga akan mengurangi energi yang dikeluarkan.

Situasi dan kebiasaan


Misalnya sering mengangkat benda-benda berat.

Gaya hidup
Perubahan pola hidup seseorang akan menyebabkan stres sehingga menimbulkan
kecerobohan dalam beraktivitas, sehingga dapat mengganggu koordinasi antara sistem
muskuloskeletal dan neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika
tubuh.

Emosi
Seseorang yang mengalami perasaan tidak aman, tidak bersemangat, dan harga diri yang
rendah, akan mudah mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambulasi.

Nutrisi
Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan kelemahan otot dan memudahkan
terjadinya penyakit.

C. Mobilisasi Dan Ambulasi

Ambulasi

adalah

upaya

seseorang

untuk

melakukan

latihan

jalan

atau

berpindahtempat sedangkan Mobilisasi merupakan suatu kemampuan individu untuk


bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
1

Jenis-Jenis Mobilisasi

Mobilitas penuh
Kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
interaksi sosisal dan menjalankan peran sehari hari.
Mobilitas Sebagian
Kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan yang jelas sehingga tidak maampu
bergerak secara bebas. Mobilitas Sebagian terdiri dari :

Mobilitas sebagian temporer

Mobilitas sebagian permanen

Tujuan Mobilisasi

Mempertahankan fungsi tubuh


Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka
Membantu pernafasan menjadi lebih baik
Mempertahankan tonus otot
Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal
Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau berkomunikasi.
3

Faktor-faktor yang mempengaruhi Mobilisasi:

a)

Gaya Hidup :Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang
akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan
berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.

b)

Proses penyakit dan injury : Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan
mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan
untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena
adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus
istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat
kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.

c) Kebudayaan : Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas
misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya
dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan
berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
d) Tingkat Energy : Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang
lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan
seorang pelari.
e) Usia dan status perkembangan : Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny
dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya
akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
f)

Tipe persendian dan pergerakan sendi : Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca
persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat
digerakan (siartrosis).

Toleransi Aktifitas
Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan gangguan
kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau pada klien dengan immobiliasi
yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan
mobilisai, saat mobilisasi dan setelah mobilisasi. Tanda - tanda yang dapat di kaji pada
intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976) :

Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur

Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi orthostatic

Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal

Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan

Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan
posisi tubuh

Status emosi labil.

Masalah Fisik :

Masalah muskuloskeletal : Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur,


penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit

Masalah urinari : Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih
dan inkontinentia urine.

Masalah gastrointestinal : Terjadinya anoreksia/penurunan nafsu makan diarrhoe dan


konstipasi

Masalah respirsi : Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas,
ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2)

Masalah kardiovaskuler : Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

Gaya hidup
Proses penyakit/injury
Kebudayaan
Tingkat energy seseorang
Usia dan status perkembangan.
7

Macam-Macam Pergerakan

Fleksi dan ekstensi


Gerak menekuk atau membengkokkan
Adduksi dan abduksi
Adduksi adalah gerakan mendekati tubuh. Abduksi adalah gerakan menjauhi tubuh
Elevasi dan depresi
Elevasi merupakan gerakan mengangkat. Depresi adalah gerakan menurunkan
Inversi dan eversi
Inversi

adalah

gerak

memiringkan

telapak

kaki

ke

dalam

tubuh

Eversi adalah gerakan memiringkan telapak kaki ke luar


Supinasi dan pronasi
Supinasi adalah gerakan menengadahkan tangan. Pronasi adalah gerakan menelungkupkan
Endorotasi dan eksorotasi
Endorotasi adalah gerakan kedalam pd sekliling sumbu panjang tulang yg bersendi.
Eksorotasi adalah gerakan rotas ke luar

D. Pengaturan Posisi
1

Posisi fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat
tidur lebih tinggi atau dinaikkan.
Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan
pasien.

Posisi Sims
Posisi sims adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk member
kenyamanan dan memberikan obat supositoria melalui anus.

Posisi Trendelenburg
Posisi trendelenburg adalah posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala
lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah

ke otak.

Posisi Dorsal Recumbent


Posisi dorsal recumbent adalah posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi
(ditarik atau diregangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan
memeriksa genitalia serta proses persalinan.

Posisi Lithotomic
Posisi lithotomic adalah posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses

persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

Posisi Genu Pectoral


Posisi genu pectoral adalah posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah
rectum.

E. ROM ( Range of Motion) (Latihan Rentang Gerak)

ROM ( Range of Motion) adalah kemampuan klien untuk menggerakan sendi agar
tidak terjadi kekakuan, pembengkaan, nyeri, keterbatasan sendi, dan gerakan yang tidak
seimbang. Hal ini bertujuan memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta
memelihara pergerakan sendi
Tes aktif dan pasif merupakan suatu metode yang digunakan untuk membedakan
keterbatasan ROM. Pada tes aktif, pasien menggunakan ototnya sendiri untuk menilai ROM,
sedangkan tes pasif, pemeriksa menggerakkan anggota gerak pasien untuk mendapatkan
ROM. Tes pasif merupakan suatu cara yang dilakukan jika pasien mendapat kesulitan untuk
melakukan tes aktif. Secara umum, jika pasien mampu melakukan aktif ROM dengan baik
tanpa ada nyeri atau kesulitan maka tidak diperlukan bantuan untuk dilakukan tes pasif.
1. Tes Aktif ROM
Tes Aply Scratch (tes garukan) merupakan tes aktif yang cepat untuk mengetahui
ROM. Pertama abduksi dan eksternal rotasi, mintalah pasien untuk menggapai belakang
kepalanya dan menyentuh sudut superior medial scapula yang disebelahnya. Kemudian untuk
membangdingkan ROM internal rotasi dan adduksi, mintalah pasien untuk menggapai
belakang kepala hingga menggapai acromion. Selanjutnya tes internal rotasi dan adduksi,
mintalah pasien untuk menggapai pinggangnya hingga menyentuh sudut inferior scapula
yang berhadapan. Perhatikan gerakan pasien selama semua phase tes ini, untuk mengetahui
adanya keterbatasan gerak atau abnormalitas irama gerak dan simetri tidaknya.
Untuk menilai ROM yang lain, mintalah p[asien mengabduksikan lengannya sekitar
90?, jagalah agar elbow tetap lurus. Kemudian mintalah dia untuk memutar telapak
tangannya pada posisi supinasi dan dilanjutkan dengan abduksi hingga tangannya saling
bertemu diatas kepala. Ini akan ditunjukkan secara bilateral full abduksi dan sebagai
pelengkap untuk membandingkan kedua sisinya secara langsung. Kemudian mintalah pasien
untuk meletakkan tangannya dibelakang leher dan tekanlah elbownya kearah posterior untuk
mengetes abduksi dan eksternal rotasi. Akhirnya, untuk tes abduksi dan internal rotasi,
mintalah pasien untuk meletakkan kedua tangannya dibelakang pinggang setinggi
kemampuannya

sambil

menggaruk

sudut

inferior

scapula.

Keuntungan tes ROM dengan cara ini adalah pasien dapat menunjukkan gerakkan pada kedua
sisi secara berkelanjutan, dan buatlah pemeriksaan menjadi mudah untuk gerakkan yang
sifatnya simetri serta tandai setiap ada gangguan pada sisi yang abnormal.
2. Tes Pasif ROM
Jika pasien tidak dapat melakukan beberapa gerakkan pada shoulder girdle, tes pasif
ROM dapat dilakukan. Seorang pasien yang tidak dapat melakukan ROM aktif dengan penuh

pada beberapa macam variasi gerakan, dia mungkin mengalami kelemahan otot, contractur,
soft tissue (didalam capsul atau ligament atau dari contractur otot) atau tulang yang
terblockage (tulang yang menyatu atau excrescences).Tes pasif tidak menggunakan kekuatan
otot pasien sendiri sebagai pertimbangan keadaannya tapi menggunakan kekuatan si
pemeriksa. Suatu tes pasif digunakan untuk mengetahui ada tidaknya keterbatasan gerak yang
sesuai dengan dan tampak kekuatan otot. Jika sendi dapat full ROM dengan tes pasif, maka
kita dapat menduga ada kelemahan otot yang menyebabkan keterbatasan.
Jika keterbatasan gerak tetap trjadi pada tes pasif, maka kelemahan otot bisa hapus
dari penyebab keterbatasan, dan tulang (intra articular) atau soft tissue (extra articular)
blockage yang dicurigai, meskipun demikian kelemahan otot bisa juga dihasilkan dari tidak
digunakannya sendi. Untuk membedakan antara blockage intra articular dan extra articular,
periksa kualitas dan rasa blockage didalam sendi. Jika blockage berupa seperti karet, berikan
sedikit tekanan dibawahnya, ada kemungkinan extra articular (soft tissue) blockage). Jika
dengan cara lain blockage berupa tidak fleksibel dan ROM berakhir dengan suatu kepatahan,
ada kemungkinan intra articular (tulang) yang terblokckage.
Hal ini harus ditekankan pada pasien yang total rileks selama dilakukan tes, jika dia
tegang, takut atau merasa tidak aman saat kau tangani, maka ototnya akan menegang dan
membatasi sendi, yang tidak memungkinkan terjadinya pasif full ROM. Hal ini penting,
sehingga tes ini perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya. Tes pasif dapat dilakukan dengan
cara pasien duduk atau berdiri. Elbownya harus bengkok selama tes sebab dengan fleksi
elbow menghindarkan terjadinya gerakan membengkok arm, buatlah gerakan shoulder girdle
dengan mudah dan lebih tepat. Pada tes pasif, satu tangan menstabilisasi extremitas dan yang
lain

memanipulasi

anggota

gerak.

Saat tes ROM pada shoulder girdle (khususnya abduksi), yang harus diingat bahwa gerakan
itu akan terbagi menjadi 3 kategori yaitu :
a. Gerakan glenohumeral yang kurang
b. Gerakan scapulothiracic dan
c. Kombinasi dari gerakan glenohumeral dan scapulothoracic
3. Gerakan Range Of Motion
Fleksi dan ekstensi leher (kepala)
Gerakkan

kepala

kearah

atas

dan

bawah

dengan

rentang

4x

Gerakkan kepala (leher) seperti melihat kearah kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Gerakkan leher kasampang kanan dan kiri denga rentang gerak 4x8 kali.
Fleksi Dan Ekstensikan Pergelangan Tangan

kali.

Gerakkan tangan ke atas dan kebawah pada tangan kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Fleksi dan ekstensikan siku
Gerakkan siku keatas dan kebawah pada siku kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Pronasi dan supinasi lengan bawah
Gerakkan tangan seperti melambaikan tangan, pada tangan kanan dan kiri dengan rentang 4 x
8 kali.
Fleksi Bahu
Rentangan tangan lurus, pada tangan kanan dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Abduksi dan adduksi bahu
Gerakkan tangan menjauhi tubuh seperti membuat seperembat lingkaran, pada tangan kanan
dan kiri dengan rentang 4 x 8 kali.
Rotasi bahu
Putarkan tangan seperti membentuk lingkaran pada tangan kanan dan kiri dengan rentang 4 x
8 kali.
Fleksi dan ekstensikan jari-jari
Gerakkan jari kaki, ke atas dan kebawah pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Infersi dan efersi kaki
Putar pergelangan kaki seperti membentuk lingkaran pada kaki kiri dan kanan dengan rentang
4 x 8 kali.
Fleksi dan ekstensi pergelangan kaki
Gerakkan telapak kaki kearah betis, serta menjauhi lutut, pada kaki kiri dan kanan dengan
rentang 4 x 8 kali.
Fleksi dan ekstensi lutut
Gerakkan lutut se atas dan kebawah, seperti posisi mengkayuh sepeda (lihat gambar) pada
kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Rotasi pangkal paha
Putar kaki kearah kanan dan kiri tubuh, pada kaki kiri dan kanan dengan rentang 4 x 8 kali.
Abduksi dan adduksi pangkal paha
Gerakkan kaki menjauhi tubuh, seperti membentuk seperempat lingkaran, pada kaki kiri dan
kanan dengan rentang 4 x 8 kali.

BAB VIII
KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. Definisi
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia. Dalam tubuh,
oksigen berperan penting di dalam proses metabolisme sel. Oksigenisasi adalah proses penambahan
O2 ke dalam system. Saat bernapas, tubuh mengambil O2 dari lingkungan untuk kemudian di angkut
ke seluruh tubuh melalui darah duna di lakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa
CO2 akan kembali di angkut oleh darah ke paru-paru umtuk di buang ke lingkungan karena tidak
berguna lagi oleh tubuh.
Oksigen (O2) adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi adalah peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung Oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan
Karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi.
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh sistem respirasi (pernafasan),
kardiovaskuler dan hematology.

B. Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diagfragma, isi abdomen, dinding
abdomen dan pusat pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan 12-15 kali per
menit. Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi paru dan difusi.
1. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar 500 ml.
Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan yang utuh.
Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh saraf frenik, yang
keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara
intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih negative (725
mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke alveoli.
a) Kepatenan Ventilasi terganutung pada faktor :

b)

Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi masuk dan
keluarnya udara dari dan ke paru-paru.

c) Adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan


d) Adekuatnya pengembangan dan pengempisan paru-paru
e)

Kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma, eksternal interkosa, internal interkosa, otot
abdominal.

2. Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana pada
sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari ventrikel kanan
jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam proses pertukaan oksigen dan
karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi
paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan
jika sewaktu-waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.
3. Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan karbon
dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul dari
area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi terjadi antara
alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran respirasi akan
mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O2 di alveoli sekitar 100 mmHg
sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga oksigen akan berdifusi masuk
ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO2 dengan PCO2 dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada
alveoli 40 mmHg maka CO2 akan berdifusi keluar alveoli.

C. Anatomi Saluran Nafas


Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung, farinx, larinx, trachea,
bronkus, dan bronkiolus.

1. Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran itu bermuara
ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum.

Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan
bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke
dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang
dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya
dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan
os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke
cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane
mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi
adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa
olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf khusus
yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale dan kedalam
bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam
cavum nasi, sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan cavum nasi.
Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
a) Lubang hidung
b) Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
c) Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara concha
media dan inferior
d) Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
e) Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior.
Pada bagian belakang, cavum nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.

2. Faring (tekak)
Adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal).
Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan gabungan sistem respirasi dan pencernaan.

3. Laring (tenggorok)

Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan
beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus. Laring merupakan struktur
yang lengkap terdiri atas: Cartilago yaitu cartilago thyroidea, epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2
cartilago arytenoidea
a)

Membarana yaitu menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana
mukosa, plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis

b)

Cartilago tyroidea berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas
posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan
dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.

c)

Membrana Tyroide mengubungkan batas atas dan cornu superior ke os hyoideum. Membrana
cricothyroideum menghubungkan batas bawah dengan cartilago cricoidea.

d)

Epiglottis. Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini
melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum.

e) Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea,
membentuk batas jalan masuk laring
f)

Cartilago cricoidea. Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak
dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea.
Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana
cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I

g)

Cartilago arytenoidea. Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago
cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan

h) Membrana mukosa
Laring sebagian besar dilapisi oleh epitel respiratorius, terdiri dari sel-sel silinder yang
bersilia. Plica vocalis dilapisi oleh epitel skuamosa.

4. Trachea atau batang tenggorok


Adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan
dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir
setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian
vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea
tersusun atas 16 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama
oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga
membuat beberapa jaringan otot.

5. Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama.
Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih

pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis
dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan
kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang
ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara
terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis
tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi
oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat
bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai
penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang
terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya
dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang
disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan
mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan poripori kohn.

6. Paru-Paru

Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki :
a) Apeks, apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula
b) Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
c) Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
d) Dan basis. Terletak pada diafragma
Paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga
pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus

yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior
dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola,
venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paruparu mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat
permukaan/pertukaran gas. Suplai Darah

Arteri pulmonalis

Arteri bronkialis
Innervasi
1. Parasimpatis melalui nervus vagus
2. Simpatis mellaui truncus simpaticus
Sirkulasi Pulmonal
Paru-paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis dan arteri pulmonalis.
Darah di atrium kanan mengair keventrikel kanan melalui katup AV lainnya, yang disebut katup
semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati katup keempat,
katup pulmonalis, kedalam arteri pulmonais. Arteri pulmonais bercabang-cabang menjadi arteri
pulmonalis kanan dan kiri yang masing-masing mengalir keparu kanan dan kiri. Di paru arteri
pulmonalis bercabang-cabang berkali-kali menjadi erteriol dan kemudian kapiler. Setiap kapiler
memberi perfusi kepada saluan pernapasan, melalui sebuah alveolus, semua kapiler menyatu kembali
untuk menjadi venula, dan venula menjadi vena. Vena-vena menyatu untuk membentuk vena
pulmonalis yang besar.
Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali keatrium kiri untuk menyelesaikan siklus
aliran darah. Jantung, sirkulasi sistemik, dan sirkulasi paru. Tekanan darah pulmoner sekitar 15
mmHg. Fungsi sirkulasi paru adalah karbondioksida dikeluarkan dari darah dan oksigen diserap,
melalui siklus darah yang kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan par, maka suplai oksigen dan
pengeluaran zat-zat sisa dapat berlangsung bagi semua sel.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen


1. Faktor Fisiologi
a) Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas
c) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu
d) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain.
e)

Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obersitas, musculus
skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru

2. Faktor Perkembangan

a) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan


b) Bayi dan toodler: adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut
c) Anak usia sekolah dan remaja , resiko saluran pernafasan dan merokok
d)

Dewasa muda dan pertenggahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan
penyakit jantung dan paru-paru

e)

Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas
menurun, ekspansi paru menurun

3. Faktor Prilaku
a)

Nutrisi
misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia
sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.

b) Exercise (olahraga berlebih): Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen


c) Merokok: nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner
d)

Substance

abuse

(alkohol

dan

obat-obatan)

menyebabkan

intake

nutrisi

(Fe)

menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depesi pusat pernafasan


e) Kecemasan: menyebabkan metabolisme meningkat
4. Faktor Lingkungan
a) Tempat kerja (polusi)
b) Suhu lingkungan
c) Ketinggian tempat dari permukaan laut

E. Perubahan Fungsi Jantung


Perubahan-perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah
sebagai berikut:
a) Gangguan Konduksi
b) Gangguan konduksi (hantaran) seperti distritmia (takikardia/bradikardia)
c) Perubahan Cardiac Output (Curah Jantung)
d) Menurunnya cardiac output seperti pada pasien dekom menimbulkan hipoksia Jaringan.
e)

Kerusakan fungsi katub seperti pada stenosis, obstruksi, regurgitasi darah yang mengakibatkan
vetrikel bekerja lebih keras.

f)

Myocardial iskhemial infrark mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari arteri koroner ke
miokardium.

F. Perubahan Fungsi Pernafasan

1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar pernafasan
lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan karena :
a) Kecemasan
b) Infeksi / sepsis
c) Keracunan obat-obatan
d) Kertidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolis
Tanda-tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada (chest
pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2
tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup, biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps
paru).
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran,
disorientasi, kardiakdistritma, ketidakseimbangan elektrolit, kejang, dan kardiak arrest.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi atau
meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh:
a) Menurunya hemoglobin
b) Berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung
c) Ketidakmampuan jaringan mengikat O2 seperti keracunan sianida
d) Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah seperti pada pneumonia
e) Menurunnya perfusi jaringan seperti syok
f)

Kerusakan / gangguan ventilasi


Tanda-tanda hipoksia antara lain : kelelehan, kecemasan, menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis dan clubbing.

BAB IX
MOBILISASI

A. Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan
dengan bebas, mudah dan teratur (kosier, 1989).

B. Tujuan Dari Mobilisasi


1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2. Mencegah terjadinya trauma
3. Mempertahankan tingkat kesehatan
4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari hari
5. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh ketahanan otot dan kekuatan
otot.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi


1. Gaya hidup

Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang, karena


gaya hidup berdampak pada perilaku dan kebiasaan.
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilisasi seseorang
akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan
berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.
2. Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilisasinya karena
dapat mempengaruhi fungsi system tubuh misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk
mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri
mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat
tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan
penyakit kardiovaskuler.
3. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas


misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilisasinya
dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan
berbeda mobilisasinya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
4. Tingkat energy

Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit
akan berbeda mobilisasinya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.

5. Usia dan statusperkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilisasiny dibandingkan dengan


seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula
tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

D. Jenis-Jenis Mobilisasi
1. Mobilisasi penuh

Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motoris volunteer dan sensoris untuk dapat
mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
2. Mobilisasi sebagian

Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan


batasan yang jelas sehingga tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motoris dan sensoris pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus
cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami
mobilisasi sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motoris dan sensoris.
Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatr.ya sementara. Hal tersebut dapat : disebabkan oleh trauma reversibe) pada sistem
muskuloskeletal, seperti adanya dislokasi sendi dan tulang.
b) Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya tetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang irreversibel. Contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, dan untuk kasus
poliomielitis terjadi karena terganggunya sistem saraf motdris dan sensoris.
3. Mobilsasi yang dilakukan pada tubuh pasien berdasarkan:
a) Aktive Room

Leher

Fleksi: kepala digerakan menunduk kedepan 90 derajat dengan dagu


diatas dada.
Ekstensi: Kepala digerakan 90 derajat keatas dengan posisi lurus
dengan badan
Hypereksitensi : kepala ditarik kebelakang 90 derajat dengan posisi
mengadah keatas

Lateral fleksi: kepala ditekukan kesamping 90 derajat menuiu bahu


Rotasi: kepala digerakan dalam posisi melingkar 90 derajat kekanan
dan 90 derajat kekiri dan depan dari belakang.

Bahu

Fleksi : lengan ditingkat 180 derajat dan samping menuju keatas


sampai diatas kepaia
Ekstensi : digerakan keposisi istirahat disamping badan
Hyperekstensi: lengan digerakan kebelakang badan dengan sudut 50
derajat
Abduksi : lengan ditarik keatas samping badan dengan punggung tangan diaias, digerakan

kesisi badan 180 derajat keposisi diatas kepala


RotasiEksterna : dengan lengan disamping, tekukan siku, lengan digerakkan kedepan dan kebelakang
90 derajat sehingga telepak tangan menghadap kedepan.
Rotasi interna : dengan lengan disamping tekukan siku, lengan digerakkan kebelakang 90 derajat
sehingga felapak tangan menghadap kebelakang.
Sinkumduksi : lengan digerakan dengan lingkaran 360 derajat diputar
sepanjang sisi badan.

Siku

Fleksi : siku ditekuk dengan telapak tangan menghadap muka, dengan


sudut 150 derajat menuju bahu
Ekstensi: siku dari posisi fleksi diluruskan kembali

Lengan Bawah

Supinasi: lengan bawah diputar 90 derajat sampai telapak tangan


menghadap kebawah
Pronasi: lengan bawah diputar 90 derajat sampai telapak tangan kanan
mengahadap kebawah.

Pergelangan Tangan

Fleksi: Tangan ditekuk 90 derajat kebawah dengan telapak tangan


mengahadap kebawah
Ekstensi: tangan digerakan 90 aerajat dengan posisi lurus dengan
lengan
Hyperekstensi: tangan ditekuk keatas, punggung tangan diatas dengan
sudut 90 derajat.
Abduksi: pergelangan tangan, dengan jari-jari dirapatkan ditekuk
keluar menuju ula

Abduksi: pergelangan tangan dengan jari-jari dirapatkan ditekuk ke


depan menuju radius.

Jari dan Ibu Jari

Fleksi: Jari-jari digenggamkan


Ekstensi: Jari digerakan 90 derajat lurus dengan lengan dengan
telapak tangan menghadap ke bawah.
Hyperekstensi : jari-jari dengan felapak tangan kebawah, ditekuk
keatas menuju punggung tangan 45 derajat
Abduksi: jan dan ibu /ari dibentangkan/direngangkan 30 derajat
Abduksi: jari dan ibu jari dirapatkan bersama 30 derajat
Posisi Ibu jari : ibu jari ditekuk kedalam memutar menuju kelingking
dikuti oleh jari-jari yang lain.

Pinggul

Fleksi : tungkai digerakan keatas kemuka 90 derajat


Ekstensi : tungkai digerakan kembali ke posisi lurus sejajar dengan
tubuh
Hyperekstensi: tungkai digerakan kebelakang tubuh 50 derajat
Sirkumduksi: tungkai digerakan dalam lingkaran 360 derajat
Abduksi: iungkai digerakan kesamping menjauhi tubuh 45 derajat
Abduksi: tungkai digerakan kesamping mendekati tubuh 45 derajat
Rotasi Interna : tungkai dan kaki diputar kedalam 90 derajat
RotasiEksterna : tungkai dan kaki diputar kedalam 90 derajat Lutut
Fleksi. lutut ditekuk diangkat kebelakang dan atas 90 derajat
Akstensi : Lutut digerakan kembali sejajar tubuh

Pergelangan Kaki

PlanfarFleksi: kaki digerakan kebawah 45 derajat


DorsiFleksi: kaki digerakan keatas 45 derajat
Enversi: sisi luar kaki ditekuk kesamping keluar diputar
Inversi: kaki diputar dengan sisi medial, diputar kedalam

Jari Kaki

FIeksi jari-jari ditekuk kebawah 90 derajat


Ekstensi : jari-jari sejajar kembali dengan punggung
Hyperekstensi : jari-jari ditekuk keatas 45 derajat
Abduksi : jari-jari digerakan menjauhi satu sama lain 15 derajat
Abduksi : jari-jari digerakan menapat

Pinggang

Fleksi pinggang ditekuk kedepan 90 derajat


Ekstensi : pinggang diluruskan kembali
Hyperekstensi: pinggang ditarik kebelakang 30 derajat
LateralFleksi: tubuh ditarik kekedua sisi 45 derajat
Rotasi : tangan dipinggang digerakan melingkar 360 derajat
b) Passive Room

Lengan dan Bahu


Lengan klien disamping tubuh, tangan kanan penolong memegang pergelangan tangan pasien dan
tangan kiri disiku pasien.

Fleksi dan rotasi eksternai bahu


Abduksi dan rotasi eksternai bahu
Abduksi bahu
Rotasi interna dan eksterna bahu
FIeksi dan ekstensi siku

Tangan dan pergelangan tangan


Tangan kiri penolong diatas punggung tangan, tangan kanan memegang jari-jari tangan :

Hyperekstensi pergelangan tangan, fleksi jari-jari


Hyperekstensi pergelangan tangan, ekstensi jari-jari

Pinggul dan Tungkai


Tangan kiri perawat dibawah lutut pasien dan memegangnya, tangan kanan perawat ditumit pasien
untuk plantar fleksi, tangan kiri perawat diats pergelangan kaki pasien dan tangan kanan memegang
jari kaki

Plantar fleksi kaki


Inversi dan eversi kaki
Fleksi dan ekstensi jari kaki
Posisi telungkup dan miring
Hyperekstensi Bahu
Hyperekstensi pinggul

BAB X
KONSEP DASAR INFEKSI

A. Definisi Infeksi
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme
inang, dan bersifat paling membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen,
menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada
akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat
pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. Respons inang
terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya dikategorikan sebagai

organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mencakupbakteri,


parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.
Beberapa jenis mikroorganisme (terutama bakteri) dapat berkembang biak,
menyerang hingga merusak jaringan sehingga menyebabkan delayed healing yang akan
kadang-kadang dapat pula menyebabkan penyakit sistemik. Kemampuan bakteri untuk
menghasilkan efek yang merusak dipengaruhi oleh:
1. Kemampuan system imunitas pasien untuk menyerang bakteri (host resistence).
2. Jumlah bakteri pada luka, semakin banyak bakteri akan semakin beresiko.
3. Jenis bakteri pada luka. Beberapa bakteri memiliki kemampuan besar (virulensi) dibanding
jenis lain dan dapat menyebabkan penyakit walaupun masih dalam jumlah yang sedikit
B. Tanda-Tanda Infeksi

Gambaran makroskopik peradangan sudah diuraikan 2000 tahun yang lampau. Tanda-tanda
radang ini oleh Celsus, seorang sarjana Roma yang hidup pada abad pertama sesudah Masehi, sudah
dikenal dan disebut tanda-tanda radang utama. Tanda-tanda radang ini masih digunakan hingga saat
ini. Tanda-tanda radang mencakup rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit), dan tumor
(pembengkakan). Tanda pokok yang kelima ditambahkan pada abad terakhir yaitu functio laesa
(perubahan fungsi) (Abrams, 1995; Rukmono, 1973; Mitchell & Cotran, 2003).
Umumnya, rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang mensuplai
darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan
kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau
kongesti, menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor disebabkan
pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki suhu 37oC disalurkan ke
permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal (Abrams, 1995;
Rukmono, 1973).
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung
saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat merangsang saraf. Rasa sakit
disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang meradang (Abrams,
1995; Rukmono, 1973).
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh
pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. Campuran dari
cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang (Abrams, 1995;
Rukmono, 1973).

Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).
Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara
mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang (Abrams, 1995).

C. Infeksi Nosokomial
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai
suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang
tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu
dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang
masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan
bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi
yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut
infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh.
Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam
tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection,
sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal
dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
D. Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial
1. Agen infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia rawat di rumah sakit.
Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis
karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan
terjadinya infeksi tergantung pada:

Karakteristik mikroorganisme,

Resistensi terhadap zat-zat antibiotika, tingkat virulensi,

Dan banyaknya materi infeksius.


Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi
nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross
infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection).
Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu
penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak
steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme

yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit
pada orang normal.
2. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan
bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada
beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah
terhadap mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab
infeksi

saluran

kemih.

Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik maupun endemik.
Contohnya :

Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan gangrene


Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung dapat
menyebabkan gangguan pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah
resisten terhadap antibiotika.

Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya Escherichia coli, Proteus, Klebsiella,


Enterobacter. Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan penampungan air yang menyebabkan
infeksi di saluran pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab
sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.

Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan, paru, dan
peritoneum.

3. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk
virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi.
Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke
mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan
transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi
gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex
virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan.
4. Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa
maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri
dan obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans, Aspergillus spp, Cryptococcus
neoformans, Cryptosporidium.
E. Respon Dan Toleransi Tubuh Pasien

Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien dalam hal ini
adalah:
Umur
Status imunitas penderita
Penyakit yang diderita
Obesitas dan malnutrisi
Orang yang menggunakan obat-obatan immunosupresan dan steroid
Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan
terapi.
Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh terhadap infeksi
kondisi ini lebih diperberat bila penderita menderita penyakit kronis seperti tumor, anemia, leukemia,
diabetes mellitus, gagal ginjal, SLE dan AIDS. Keadaan-keadaan ini akan meningkatkan toleransi
tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat opportunistik. Obat-obatan yang bersifat
immunosupresif dapat menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi. Banyaknya prosedur
pemeriksaan penunjang dan terapi seperti biopsi, endoskopi, kateterisasi, intubasi dan tindakan
pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi.

F.

Infection By Direct Or Indirect Contact


Infeksi yang terjadi karena kontak secara langsung atau tidak langsung dengan penyebab
infeksi. Penularan infeksi ini dapat melalui tangan, kulit dan baju, seperti golongan staphylococcus
aureus. Dapat juga melalui cairan yang diberikan intravena dan jarum suntik, hepatitis dan HIV.
Peralatan dan instrumen kedokteran. Makanan yang tidak steril, tidak dimasak dan diambil
menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya cross infection.

BAB XI
KONSEP DASAR ELIMINASI

A. Eleminasi Urine
1. Definisi
Eleminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini sangat
bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter, bladder, dan uretra.Ginjal
memindahkan air dari darah dalam bentuk urine. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder
urine ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian dikeluarkan melalui uretra.
2. Anatomi dan fisiologi Ginjal

Ginjal adalah dua organ kecil berbentuk seperti kacang buncis yang terletak pada sisi-sisi
abdomen antara tulang rusuk kedua belas dan tulan belakanglumbal ketiga. Ginjal kanan terletak lebih
rendah daripada ginjal kiri karena hati menekannya kebawah. Ginjal terdiri atas kapsul ginjal, cortex
renalis (kulit luar) medulla renalis, dan sinus renalis. Cortex renalis adalah bagian luar anteriorn
kapsul ginjal. Bagian ini berwarna pucat dan memiliki permukaan berbintik-bintik kecil. Nephron
terletak pada bagian ini. Medulla renalis adalah bagian pusat dan biasanya disebut dengan pyramid
ginjal. Piramid pada bagina inim meruncing dengan dasar menghadap cortex dan puncak menghadap
bagian tengah ginjal. Bagian nephron dan tubulus renal terletak pada ruang ini. Renal sinus
merupakan bagian interior yang terhubungkan dengan takik ginjal yang disebut dengan hilum.
Nephron adalah unit fungsional ginjal. Masing-masing ginjal mengandung sekitar 1 juta
nephron (Burtucci, 1995). Nephron ikut terlibat dalam pembentukan urin. Nephron ini mengandung
Corpuscolus renalis, tubulus renalis, dan duktus kolektif renalis. Corpusculus renalis mengandung
glumerulus dan kapsul bowman. Tubulus renalis terdiri atas tubule konvolusi proksimal, loop hense
dan tubule konvolusi distal. Duktus kolektif terletak didalam nephron. Ureter adalah kelanjutan pelvis
renal pada hilum dan menghubungkan ginjal dengan kencing kemih. Ureter melakukan gerakan
renstaltis otot polos yang diaktifkan oleh sisti saraf simpatis. Terdapat function ureterovosical dalam
ureter yang mencegah agar urin tidak kembali masuk kedalam ginjal.
Ketika darah mengalir melalui kapiler glumelrulus, pada saat yang sama terjadi filtrasi plasma
ginjal menerima sekitar 20% cardiac output, sekitar 1200 ml/mut aliran darah. Proses filtrasi ini
disebut ultrafiltrasi. Volume glumerulus melakukan filtrasi kurang lebih 180ml/hari, dan 99%
diantaranya diserap kembali oleh ginjal. Tingkat filtrasi glumerular (Gfn) adalah ukuran proses ini,
Gfn dewasa rata-rata adalah 125 ml/jam.
Ketika darah yang telah terfilter memasuki kapsul Bowman glomeluri, maka terbentuklah
urin primitive. Ketika ultrafiltrasi ini mengalir melalui nephron yang lainnya terjadi penyerapan
kembali dan sekresi untuk memproduksi urin yang kita keluarkan Tubuke konklusi proksimal
menyerap kembali seabagian besar air yang sudah terfilter dan juga elektrolot Loop Henle menyerap
kemabali sodium. Tubule Konvolusi distal dan duktus kolektif menbentuk urin yang kemudian
dialirkan kedaalm ureter. Ureter kemudian mengangkut urin menuju kandung kemih dengan
gelombang peristaltis otot halus. Kandung kemih merupakan tempat penampungan urine. Terletak
pada dasar panggul pada daerah retroperidontal dan terdiri atas otot-otot yang dapat mengecil.
Kandung kemih terdiri atas 2 bagian yaitu bagian fundus / body yang merupakan otot lingkar, terdiri
dari otot detrusor dan bagian leher yang berhubungan langsung dengan uretra. Pada leher kandung
kemih terdapat spinter inerna. Spinter ini dikontrol oleh sistem saraf otonom. Kandung kemih dapat
menampung 300 sampai 400 ml urine.
Kemudian dari ureter urine dialirkan ke uretra yang merupakan saluran pembuangan yang
langsung keluar dari tubuh. Panjang uretra perempuan lebih pendek yaitu 3,7 cm sedangkan pada lakilaki panjangnya 20cm. Sehingga perempuan lebih beresiko untuk terjadi infeksi saluran kemih.

3. Refleks Miksi
Kandung kemih dipersyarafi oleh saraf sacral 2 (S-2) dan sacral 3 (S-3). Saraf sensorik dari
kandung kemih dikirim ke medula spinalis bagian sacral 2 sampai sacral 4 kemudian diteruskan ke
pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pada miksi mengirimkan sinyal kepada otak kendung kemih
(detrusor) agar berkontraksi. Pada saat detrusor berkontraksi spinter interna relaksasi dan spinter
eksterna yang dibawah control kesadaran akan berperan. Apakah mau miksi atau ditahan. Pada saat
miksi otot abdominal berkontraksi bersama meningkatnya otot kandung kemih.
Pola Eleminasi Normal . Pola eleminasi urine sangat tergantung pada individu, biasanya
miksi setelah bekerja, makan atau bangun tidur. Normalnya miksi dalam sehari sekitar 5 kali.
Karekteristik Urine Normal. Warna urine normal adalah kuning terang karena adanya pigmen
urochorome. Namun demikian, warna urine tergantung pada intake cairan, keadaa dehidrasi
konsentrasinya menjadi lebih pekat dan kecokletan, penggunaan obat-obatan tertentu seperti
multivitamin dan preparat besi maka urine akan berubah menjadi kemerahan sampai kehitaman.
Bau urine normal adalah bau khas amoniak yang merupakan hasil pemecahan urea oleh
bakteri.

Pemberian

pengobatan

akan

mempengaruhi

bau

urine.

Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan, dan status kesehatan. Pada orang
dewasa sekitar 1.200-1.500 ml per hari atau 150-600 ml per sekali miksinya.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
1. Pertumbuhan dan Perkembangan
2. Sosiokultural
3. Psikologis
4. Kebiasaan seseorang
5. Tonus otot
6. Intake cairan dan makanan
7. Kondisi penyakit
8. Pembedahan
9. Pengobatan
10. Pemeriksaan Diagnostik

5. Masalah-masalah Eleminasi Urine


a) Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam blabber dan ketidakmampuan bladder untuk mengkosongkan
kandung kemih.

b)

Inkontinensia Urine
Merupakan ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskesi
urine.

c)

Enuresis
Merupakan ketidaksanggupan manahan kemih (mengompol) yang diakibatkan ketidakmampuan
untuk mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak dan juga pada orang jompo.
Perubahan Pola Berkemih

1. Frekuensi
2. Urgency
3. Dysuria
4. Polyuria
5. Urinary Suppresion

B. Eleminasi Feses/Bowel/Alvi
1. Definisi
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolisme makanan dari dalam tubuh yang tidak
dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ-organ yang berperan dalam pembuangan
eleminasai bowel adalah Saluran Gastrointestinal yang dimulai dari mulut sampai anus.

2. Anatomi dan Fisiologi


a) Saluran Gastrointestinal Bagian Atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi dimulut dan di lambung dengan
bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan yang sudah dalam bentuk chyme didorong ke
usus halus.
b) Saluran Gastrointesrinal Bagia Bawah
Saluran Gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas Duodenum,
Yeyenum, dan Ileum yana panjangnya kira-kira 6 meter dan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri atas
cecum, colon, dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Penjang usus besar sekitar 1,5 meter
dan diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima zat makanan yang sudah berbentuk cyme (setengah
padat) dari lambung untuk mengabsorpsi air, nutrien dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus,
potassium, bikarbonat dan enzim.
Cyme bergerak karena adanya peristaltik usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari
kita makan samapai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan colon terbagi
menjadi 3 yaitu : Haustral Shuffing adalah gerakan mencapur cyme untuk membantu absorpsi air,

Kontraksi Haustral adalah gerakan untuk mendorong materi cair dan semipadat sepanjang colon,
Gerakan Peristaltik adalah berupa gelombang, gerakan maju menuju anus.

3. Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan
flatus yang berasal dari saluran pencernaan melaului anus. Dalam proses Defekasi terjadi dalam 2
macam refleks yaitu :
a) Refleks Defekasi Intrinsik
Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum, yang kemudian
menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah feses
tiba di anus, secara sistematis spinter interna relaksasi maka terjadilah defekasi.
b) Reflek Defekasi Parasimpatis
Feses yang masuk akan merangsang saraf rektum yang kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari
spindal cord kemudian dikembalikan ke colon desenden, sigmoid dan rektum yang menyebabkan
intesifnya peristaltik, relaksasi spinter internal maka terjadilah defekasi.
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma, dan
kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Gas yang
dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7 10 liter/ 24 jam. Jenis gas yang dikeluarkan adalah
CO2, Metana, H2S dan Nitrogen. Feses terdiri atas 75 % air dan 25% materi padat. Feses normalnya
berwarna coklat karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensinya lembek namun berbentuk.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Eleminasi Bowel
a)

Usia
Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut kontrol defekasi
menurun.

b)

Diet
Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam
tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.

c)

Intake

Cairan

Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena
absorbsi cairan yang meningkat.
d)

Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan
peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepnjang colon.

e)

Fisiologis
Keadan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga menyebabkan diare.

f)

Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi.

g) Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara teratur, fasilitas untuk BAB dan kebiasaan
menahan BAB.
h) Prosedur Diagnostik
Klien yang akan dilakukan diagnostik biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak
BAB kecuali setelah makan.
i)

Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.

j)

Anestesi dan Pembedahan


Anestesi umum dapat menghalangi impuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan
ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24 jam.

k)

Nyeri
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis, epesiotomi akan menghalangi
keinginan untuk BAB.

l)

Kerusakan sensorik dan motorik


Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk
defekasi.

5. Masalah Eleminasi Bowel


a)

Konstipasi
Gangguan eleminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui usus besar.
Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stres,
psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia.

b) Fecal Infaction
Masa keras yang dilipatan rektum yang mengakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang
berkepanjangan.
c)

Diare
Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi BAB akibat cepatnya chyme melewati usus,
sehingga usus besar tidak mempunyai waktu yang cukup untuk menyerap air.

d) Inkontinensia Alvi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang melalui saraf spinter
anus
e)

Kembung
Flatus yang berlebihan didaerah intestinal sehingga menyebabkan disetnsi intestinal, dapat disebabkan

karena konstipasi, penggunaan obat-obatan dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
gas.
f)

Hemorroid
Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah tersebut.

BAB XII
KONSEP DASAR ISTIRAHAT & TIDUR
A. Definisi Istirahat Dan Tidur
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan
menjadi lebih segar. Sedangkan Tidur adalah suatu keadaan yang relatif tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing
menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.
Tahapan Tidur, EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level
otak, otot dan aktivitas masa. Normalnya tidur dibagi menjadi 2 yaitu : Non Rapid Eye Movement
(NREM) dan Rapid Eye Movement. Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi 4 tahapan dan
memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir
kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir.
B. Tahapan Tidur

1. NREM tahap 1
- Tingkat transisi
- Merespon cahaya
- Berlangsung beberapa menit
- Mudah terbangun dengan rangsangan
- Aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun
- Bila terbangun terasa sedang bermimpi

2. NREM tahap 2
- Periode suara tidur
- Mulai relaksasi otot
- Berlangsung 10-20 menit
- Fungdi tubuh berlangsung lambat
- Dapat dibangunkan dengan mudah

3. NREM tahap 3
- Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
- Sulit dibangunkan
- Relaksasi otot menyeluruh
- Tekanan daraj menurun
- Berlangsung 15-30 menit

4. NREM tahap 4
- Tidur nyenyak
- Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
- Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun

5. Tahapan Tidur REM


a. Lebih sulit untuk dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM
b. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya
c. Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi
d. Tidur REM penting untuk kesimbangan mental, emosi juga berperan dalam
adaptasi.

6. Karakteristik tidur REM


a.

Mata : Cepat tertutup dan terbuka


b. Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
c. Penapasan : Tidak teratur, kadang dengan apnea

belajar, memory dan

d. Nadi : Cepat dan ireguler


e. Tekanan darah : Meningkat atau fluktasi
f. Sekkresi gaster : Meningkat
g. Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh baik
h. Gelombang otak : EEG aktif
i. Siklus Tidur : Sulit dibangunkan

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur


1. Penyakit
2. Lingkungan
3. Motivasi
4. Kelelahan
5. Kecemasan
6. Alkohol
7. Obat-oabtan
- Dieuretik menyebabkan insomnia
- Anti Depresan : supresi REM
- Kafein : meningkatkan saraf parasimpatis
- Beta Bloker : menimbulkan insomnia
- Narkotika : mensupresi REM

D. Gangguan Tidur
1. Insomnia
Ketidakmampuan memperoleh sacara cukup kualitas dan kuantitas tidur.
2. Hipersomia
Berlebihan jam tidur pada malam hari, lebih dari 9 jam, biasanya disebabkan oleh depresi, kerusakan
saraf tepi, beberapa penyakit ginjal, liver, dan metabolism
3. Parasomia
Merupakan sekumpulan penyakit yang mengganggu tidur anak seperti samnohebalisme (tidur sambil
berjalan)
4.

Narcolepsy
Suatu keadaan / kondisi yang ditandai oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur, misalnya tidur
secara mendadak.

5. Apnoe tidur dan mendengkur


Mendengkur bukan dianggap sebagai gangguan tidur, namun bila disertai dengan apnoe maka akan
bisa menjadi masalah.
6. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal ini terjadi sebelum tidur REM

BAB XIII
KONSEP PERSONAL HYGIENE
A. Pengertian
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat pentinu dan
harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang
sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi
seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.

Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi
karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut
dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum.
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan
dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseoran untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
B. Fisiologi Kulit
Sistem integumen terdiri atas kulit, lapisan subkutan di bawah kulit dan pelengkapnya, seperti
kelenjar dan kuku. Kulit terdiri atas 2 lapisan yaitu lapisan epidermis yang terdapat pada bagian atas
yang banyak mengandung sel-sel epitel. Sel-sel epitel ini mudah sekali mengalami regenerasi.
Lapisan ini tidak mengandung pembuluh darah. Lapisan kedua adalah lapisan dermis yang terdiri atas
jaringan otot, saraf folikel rambut dan kelenjar. Pada kulit terdapat 2 kelenjar: pertama kelnejar
sebasea yang menghasilkan minyak yang disebut sebun yang berfungsi meminyaki kulit dan rambut.
Kedua, kelenjar serumen yang terdapat dalam telingga yang berfungsi sebagai pelumas dan berwarna
cokelat. Fungsi Kulit:
1. Proteksi tubuh
2. Pengaturan temperatur tubuh
3. Pengeluaran pembuangan air
4. Sensasi dari stimulus lingkungan
5. Membantu keseimbangan carian da eletrolit
6. Memproduksi dan mengabsorpsi vitamin D

C. Macam-macam Personal Hygiene


1. Perawatan kulit kepala dan rambut
2. Perawatan mata
3. Perawatan hidung
4. Perawatan telingga
5. Perawatan kuku kaki dan tangan
6. Perawatan genetalia
7. Perawatan kulit seruruh tubuh
8. Perawatan tubuh secara keseluruhan

D. Tujuan Personal Hygiene


1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang
4. Mencagah penyakit
5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percaya
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya
perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya.
2) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola
Personal Hygiene
3) Status sosial-ekonomi
Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi
yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya
4) Pengetahuan
Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan
kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti
penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
7) Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk
melakukannya.

F. Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hyiene


1) Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.

2) Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan
interaksi sosial

DAFTAR PUSTAKA

H. Aziz Alimul. A. Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi konsep dan Proses keperawatan. Buku I,
Jakarta, Salemba Medika. 2006

Tarwoto, Wartonah. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba
Mardika tahun 2006.

Hidayat, Aziz Alimul. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Mardika
2007

Perry, Potter. Fundamental of nursing Edisi 4. Volume 1 & 2. Jakarta : EGC. 1997

Diposkan oleh Lensa Keperawatan Ners Husaini Achmad SKep di 23.55


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Perdhaki Charitas Palembang

Pengikut
Arsip Blog

2014 (1)

2013 (6)

2012 (8)
o Oktober (1)
o Mei (7)

Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia I

<!--[if !mso]>v\:* {behavior:url(#default#VML);}o\...

<!--[if gte mso 9]> <![endif]--><!--[if gte mso...

<!--[if gte mso 9]> <![endif]--><!--[if gte mso...

<!--[if !mso]>v\:* {behavior:url(#default#VML);}o\...

ASKEP FRAKTUR....ini Askep saya waktu Profesi

2011 (7)

Mengenai Saya

Lensa Keperawatan Ners Husaini Achmad SKep


Sekayu, Palembang, Indonesia
I'm is Achmad Husaini, Male. ans yang pasti kata saya he..he...(low kata orang..gak
ada juga tuch orang yang mau ngatain) saya baik hati ramah tamah rajin menabung.
suka menanam pohon, membuang sampah pada tempatnya suka membantu nenek
menyebrang jalan, cinta lam dan kasih sayang sesama manusia, suka berdiri di kaki
sendiri habisnya kalau berdiri dikaki orang dimarahin orang mulu katanya kaki orang
saya injak kan berabe he..he..tapi saya egois (he..he..jangan ditiru ya..) suka menang
sendiri, gak mau kalah, apa yang saya mau harus ada...dan satu yang pasti blakblakan..tapi bukan Joni Blak-blakan lho....
Lihat profil lengkapku

Nurse Husain
LENSA KEPERAWATAN Ns.Ach HUSAINI, S.Kep, M.Kes. Kiaks

Anda mungkin juga menyukai