Anda di halaman 1dari 2

Penjara khusus bagi koruptor di Sukamiskin, Jawa Barat, masih tetap memberikan

perlakuan istimewa terhadap para terpidana kasus korupsi. Ombudsman RI


menemukan perlakuan istimewa bagi 437 narapidana di sana dalam inspeksi
mendadak pada Kamis pekan lalu.

Anggota Ombudsman, Ninik Rahayu, yang memimpin inspeksi itu, mengatakan


perlakuan istimewa terhadap para terpidana kasus korupsi adalah bukti kegagalan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mereformasi lapas. "Peraturan sudah
ada, tinggal implementasi saja," kata Ninik, kemarin.

Semenjak Kepala Lapas Sukamiskin Wahid Hussein diciduk Komisi


Pemberantasan Korupsi, Ombudsman terus menagih perbaikan pengelolaan di
penjara itu.

Kamis lalu, Ombudsman menemukan sejumlah hal yang menjadi catatan. Pertama,
kamar tiap tahanan terpidana kasus korupsi tidak digembok. "Gemboknya nyantol
saja. Yang digembok hanya selasar," kata Ninik. Selain itu, luas tahanan serta
fasilitas terhadap terpidana diberikan secara tidak seragam. "Seharusnya
diseragamkan," kata dia.

Tahanan kasus korupsi proyek kartu tanda penduduk berbasis elektronik atau e-
KTP, Setya Novanto, termasuk yang mendapat perlakuan istimewa. Ruangan Setya
lebih luas dibanding sel tahanan lainnya. Ruangan itu ditempeli pelapis dinding
warna cokelat dan dilengkapi meja kerja serta lampu kuning temaram di balik
langit-langit kamar.

Perlakuan istimewa bagi koruptor di Lapas Sukamiskin dibongkar Tempo pada


Februari tahun lalu. Tempo menemukan para koruptor di sana bisa leluasa keluar-
masuk penjara menggunakan modus surat izin berobat. Tidak lama kemudian,
KPK menciduk Wahid dan ajudannya karena menerima suap dari terpidana kasus
suap Badan Keamanan Laut, Fahmi Darmawansyah. Kasus ini masih dalam
penyidikan Komisi.

Inspektur Jenderal Kementerian Hukum dan HAM, Aidir Amin Daud, membantah
memberikan keistimewaan terhadap sejumlah terpidana kasus korupsi, termasuk
terhadap Setya. "Memang ada sebagian ruangan yang lebih besar karena dari dulu
begitu," kata dia. Aidir mengklaim terus berupaya membersihkan penjara khusus
koruptor itu dari praktik suap. Saat ini, Kementerian tengah membenahi sistem dan
jadwal kunjungan.
Pengacara Setya, Maqdir Ismail, mengatakan tidak mengetahui mengenai kondisi
penjara kliennya. "Saya tidak tahu soal itu," kata dia. Sedangkan Setya tengah
bersiap memohon peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.

Anda mungkin juga menyukai