Anda di halaman 1dari 5

Nama: Rahmi Vakita S.A.H.

ULU

Nim :72144720031

1. 1)Karena Allah adalah Pencipta Kita dan Semesta serta


Pemelihara Semuanya.

Hal ini sebagaimana pernyataan Allah dalam ayat yang telah lalu
penyebutannya (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56, Al Mukminun [23]: 115)

Allah pun berfirman,

“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala


sesuatu.” (QS. Az Zumar [39]: 62)

Oleh karena Allah satu-satunya dzat yang menciptakan kita dan juga
menciptakan semesta tempat hidup kita, maka kita harus beribadah
kepada-Nya, mengabdi sebagai hamba dan bagian dari makhluk-Nya.

2) Karena Allah menciptakan Kita dengan Bentuk yang Terbaik

Allah tidak menciptakan kita dalam bentuk yang asal-asalan, tapi


menciptakan kita dengan bentuk yang terbaik. Perhatikan firman
Allah berikut,

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk


yang sebaik-baiknya.” (QS. At Tiin [95]: 4)

3) Karena Allah Memuliakan kita dengan Akal Pikiran

Tidak hanya itu, Allah pun mengistimewakan kita dengan akal


pikiran. Allah berfirman,

“Dan sungguh kami telah memuliakan anak Adam.” (QS. Al Isra


[17]: 70)

2. 1. Membaca Dan Menghafalkan Al-Qur`ân. Membaca Al-Qur`ân


merupakan langkah awal seseorang bermuamalah dengan Al-
Qur`ân. 2. Mentadabburi Dan Mempelajarinya Al-Qur`ân. Allah
Subhanahu wa Ta’alaberfirman.

Maka, apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur`ân, ataukah hati


mereka terkunci? [Muhammad/47:24].
Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh
dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
[Shâd/38:29].
3.Mengajarkan Al-Qur`ân. Al-Qur`ân merupakan sebaik-baik ilmu.
Barangsiapa yang menyebarluaskan dan mengajarkannya kepada
orang lain, maka ia akan mendapatkan balasan yang terus mengalir

3. prinsip dalam ibadah yaitu sebagai berikut :

a.Ada perintah

Adanya perintah merupakan syarat sahnya suatu ibadah. Tanpa


perintah, ibadah merupakan sesuatu yang terlarang, dalam sebuah
kaidah diungkapkan:

"Asal mula ibadah itu terlarang, hingga ada ketentuan yang


memerintahkannya"

b.Tidak mempersulit (`Adamul Haraj)

Prinsip ini didasarkan kepada firman Allah yang artinya :

Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki


kesukaran bagimu.

c.Menyedikitkan beban (Qilatuttaklif)

Prinsip ini didasarkan kepada firman Allah yang artinya :

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan


kesanggupannya.

d.Ibadah hanya ditujukan kepada Allah Swt

Prinsip ini merupakan konsekuensi pengakuan atas kemahaesaan


Allah Swt, yang dimanifestasikan sesorang muslim dengan kata-kata
(kalimat tauhid) La ilaha Illallah.

e.Ibadah tanpa perantara

Ibadah harus dilakukan oleh seorang hamba Allah tanpa melalui


perantara, baik berupa benda, binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun
manusia. Adanya perantara dalam beribadah bertentangan dengan
prinsip tauhid dan beribadah hanya kepada Allah semata. Hal ini
dimaksudkan agar ibadah seseorang hamba benar-benar murni dan
jauh dari perbuatan syirik.
f.Ibadah dilakukan secara ikhlas

Ikhlas artinya murni, tulus, tidak ada maksud dan tujuan lain selain
hanya kepada Allah. Ikhlas dalam beribadah berarti beribadah tanpa
merasa terpaksa, melainkan benar-benar murni untuk menunaikan
perintah Allah Swt.

g.Keseimbangan Jasmani dan Rohani

Sesuai dengan kodratnya bahwa manusia itu makhluk Allah yang


terdiri atas jasmani dan rohani, maka ibadah mempunyai prinsip
adanya keseimbangan diantara keduanya, Tidak hanya mengejar
satu hal lalu meninggalkan yang lainnya, atau sebaliknya, akan tetapi
keseimbangan antara keduanyalah yang harus dikerjakan.
4. a. Akhlak islam dapat dikatakan sebagai aklak yang islami adalah
akhlak yang bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak
islami ini merupakan amal perbuatan yang sifatnya terbuka sehingga
dapat menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim yang baik
atau buruk. Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang
benar. Secara mendasar, akhlak ini erat kaitannya dengan kejadian
manusia yaitu khaliq ( pencipta ) dan makhluq ( yang diciptakan ).
Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu
untuk memperbaiki hubungan makhluq ( manusia ) dengan khaliq
( Allah Ta’ala ) dan hubungan baik antara makhluq dengan makhluk.

b. Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari
dasar penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang
digunakannya. Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an
dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan etika berdasarkan adat
istiadat atau kesepakatan yang dibuat olehsuatu masyarakat jika
masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah
nilai perbuatan itu.

Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan
temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi.
Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang
ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan
dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus
ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi
misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :“ Aku hanya
diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat
Ahmad).
C. Indikator manusia berakhlak (husn al-khuluq), kata Al-
Ghazali, adalah tertanamnya iman dalam hatinya. Sebaliknya
manusia yang tidak berakhlak (su’u al-khuluq) adalah manusia yang
ada nifaq di dalam hatinya. Nifaq artinya sikap mendua dalam
Tuhan. Tidak ada kesesuaian antara hati dan perbuatan. Iman
bagaikan akar dari sebuah tumbuhan. Sebuah pohon tidak akan
tumbuh pada akar yang rusak dan kropos. Sebaliknya sebuah pohon
akan baik tumbuhnya bahkan berbuah jika akarnya baik. Amal akan
bermakna jika berpangkal pada iman, tetapi amal tidak membawa
makna apa-apa apabila tidak berpangkal pada iman. Demikian juga
amal tidak bermakna apabila amal tersebut berpangkal pada
kemunafikan. Hati orang beriman itu bersih, di dalamnya ada pelita
yang bersinar dan hati orang kafir itu hitam dan malah terbalik.

5. Hubungan Antara Aqidah, Ibadah dan Akhlak Aqidah sebagai dasar


pendidikan akhlak / Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim
adalah aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar , Karena akhlak
tersarikan dari aqidah, aqidah pun terpancarkan melalui ibadah.
karena sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan
amal ataua ibadah dan ibadah pun akan menciptakan akhlakul
karimah. Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar,
niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula
sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah. Aqidah
seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya
terhadap alam juga lurus dan benar. Karena barang siapa
mengetahui sang pencipta dengan benar niscahya ia akan dengan
mudah berperilaku baik sebagaimana perintah allah. Sehingga ia
tidak mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-perilaku
yang telah ditetapkanya. Pendidikan akhlak yang bersumber dari
kaidah yang benar merupakan contoh perilaku yang harus diikuti
oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam kehidupan
mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan mereka
mendapatkan ridha allah dan atau membawa mereka mendapatkan
balasan kebaikan dari Allah. Rasulullah SAW menegaskan bahwa
kesempurnaan iman seseorang terletak pada kesempurnaan dan
kebaikan akhlaknya. Sabda beliau: “Orang mukmin yang paling
sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya”. (HR.
Muslim) Dengan demikian, untuk melihat kuat atau lemahnya iman
dapat diketahui melalui tingkah laku (akhlak) seseorang, karena
tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari imannya yang ada
di dalam hati. Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman
yang kuat; dan jika perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia
mempunyai Iman yang lemah. Muhammad al-Gazali mengatakan,
iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang
iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk.

Anda mungkin juga menyukai