Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KERANGKA KONSEP MODEL KOMUNITAS

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah Keperwatan Komunitas

Oleh:

DIAN

NIM : 2132325008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2021

SUKABUMI
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan dan melimpahkan
segenap rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Dan tidak lupa shalawat
serta salam saya panjatkan kehadiran Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan
keluarganya.

Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas


Keperawatan Komunitas dalam membuat makalah kerangka konsep model
komunitas.

Dalam penyusunan tugas ini, saya telah berusaha semaksimal mungkin


sesuai dengan kemampuan saya. Namun sebagai manusia biasa, saya tak luput
dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata
bahasa. Tetapi walaupun demikian saya berusaha sebisa mungkin menyelesaikan
tugas ini meskipun tersusun sangat sederhana.

Demikian, semoga penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi saya selalu
penyusun dan para pembaca pada umumnya. Saya mengharapkan saran dan kritik
dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Sukabumi,

Penulis
BAB I

PEMBAHASAN

A. Model Konsep Keperawatan Komunitas


1. Pengertian
Model adalah contoh, menyerupai, merupakan pernyataan simbolik
tentang fenomena, menggambarkan teori dari skema konseptual melalui
penggunaan simbol dan diafragma. Konsep adalah suatu keyakinan yang
kompleks terhadap suatu obyek, benda, suatu peristiwa atau fenomena
berdasarkan pengalaman dan persepsi seseorang berupa ide, pandangan
atau keyakinan. Model konsep adalah rangkaian konstruksi yang sangat
abstrak dan berkaitan yang menjelaskan secara luas fenomena-fenomena,
mengekspresikan asumsi dan mencerminkan masalah.
Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka
konsep atau definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis
terhadap gejala-gejala atau fenomena –fenomena dengan menentukan
hubungan spesifik antara konsep tersebut dengan maksud untuk
menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu
fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu
pedoman dalam penelitian.
Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1981) sebagai
usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam
keperawatan. Teori keperawatan berperan dalam membedakan
keperawatan dengan disiplin ilmu lainnya dan bertujuan untuk
menggambarkan, menjelaskan memperkirakan dan mengontrol hasil
asuhan keperawatan yang dilakukan.
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk
memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di
dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi
organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka
terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada
suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan.
B. Tujuan Teori Dan Model Keperawatan
1. Tujuan Teori Keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci
perkembangan ilmu keperawatan dan pengembangan profesi
keperawatan memiliki tujuan yang ingin dicapai, diantaranya:
a) Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-
alasan tentang kenyataan-kenyataan yang dihadapi dalam
pelayanan keperawatan, baik bentuk tindakan atau bentuk model
praktek keperawatan sehingga berbagai permasalahan dapat
teratasi.
b) Adanya teori keperawatan membantu para anggota profesi perawat
untuk memahami berbagai pengetahuan dalam pemberian asuhan
keperawatan kemudian dapat memberikan dasar dalam
menyelesaikan berbagai masalah keperawatan.
c) Adanya teori keperawatan membantu proses penyelesain masalah
dalam keperawatan dengan memberikan arah yang jelas bagi
tujuan tindakan keperawatan sehingga segala bentuk dan tindakan
dapat dipertimbangkan.
d) Adanya teori keperawatan juga dapat memberikan dasar dari
asumsi dan filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan
pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus bertambah
dan berkembang.
2. Tujuan Model Keperawatan
a) Menjaga konsisten asuhan keperawatan.
b) Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c) Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d) Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan
keputusan
e) Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap anggota tim keperawatan
3. Model Sistem Imogene M. King
Komunitas merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub
sistem keluarga dan supra sistemnya adalah sistem sosial yang lebih
luas. Sub sistem yang terdapat pada komunitas saling berinteraksi,
interelesasi dan interdependensi satu sama lain. Adanya ganguan atau
stressor pada salah satu sub sistem akan mempengaruhi komunitas,
misalnya: adanya ganGguan pada salah satu sub sistem pendidikan,
dimana masyarakat akan kehilangan informasi atau ketidaktahuan
akibatnya dapat menimbulkan masalah kesehatan atau ketidaktahuan
memodifikasi lingkungan sehingga memerlukan intervensi
keperawatan.
Keluarga sebagai sub sistem komunitas merupakan sistem
terbuka dimana terjadi hubungan timbal balik antara keluarga dengan
komunitas, yang sekaligus sebagai umpan balik.
Sesuai dengan model sistem untuk mengkaji masalah
komunitas, maka dikaji keluarga yang merupakan sub sistem
komunitas. Intervensi keperawatan yang dilakukan terkait dua sasaran
yaitu keluarga dan komunitas. Dengan demikian keluarga merupakan
unit pelayanan dasar di masyarakat atau komunitas.
King memahami model konsep dan teori keperawatan
dengan menggunakan pendekatan sistem terbuka dalam hubungan
interaksi yang konstan dengan lingkungan, sehingga King
mengemukakan dalam model konsep interaksi.
Dalam mencapai hubungan interaksi, King mengemukakan
konsep kerjanya yang meliputi adanya system personal, system
interpersonal dan system social yang saling berhubungan satu dengan
yang lain, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Menurut King sistem personal merupakan sistem terbuka
dimana didalamnya terdapat persepsi, adanya pola tumbuh kembang,
gambaran tubuh, ruang dan waktu dari individu dan lingkungan,
kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu hubungan antara
perawat dan pasien serta hubungan social yang mengandung arti
bahwa suatu interaksi perawat dan pasien dalam menegakkan sistem
sosial, sesuai dengan situasi yang ada. Melalui dasar sistem tersebut,
maka King memandang manusia merupakan individu yang reaktif
yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan objek. Manusia sebagai
makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak lepas dari masa lalu
dan sekarang yang dapat mempengaruhi masa yang akan datang dan
sebagai makhluk sosial manusia akan hidup bersama orang lain yang
akan berinteraksi satu dengan yang lain.
Berdasarkan hal tersebut, maka manusia memiliki tiga kebutuhan dasar
yaitu:
1) Informasi Kesehatan
2) Pencegah penyakit
3) Kebutuhan terhadap perawat ketika sakit
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, King mengemukakan
pendekatan teori yang terdiri dari komponen yang dapat
digambarkan pada gambar.
Berdasarkan gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa konsep
hubungan manusia menurut King terdiri dari komponen:
a) Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam
berperilaku, dalam memahami atau mengenali kondisi yang ada
dalam keperawatan dengan gambaran hubungan perawat dank
lien untuk melakukan kontrak atau tujuan yang diharapkan.
b) Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi adanya aksi
dan merupakan respons dari individu.
c) Interaksi merupakan suatu bentuk kerja sama yang saling
mempengaruhi antara perawat dan klien yang terwujud dalam
komunikasi.
d) Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien
terjadi suatu persetujuan dalam rencana tindakan keperawatan
yang akan dilakukan.
BAB II
TINJAUAN KONSEP

2.1 Pendahuluan tentang Konsep Community as Partner


Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang
mengintegrasikan konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan.
Model  keperawatan dapat didefinisikan sebagai kerangka pikir, sebagai satu cara
melihat keperawatan, atau satu gambaran tentang lingkup keperawatan.
Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian
komunitas; analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang
terdiri dari tiga tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program
evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Konsep Community as Partner
diperkenalkan Anderson dan McFarlane. Model ini merupakan pengembangan
dari model Neuman yang menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk
menggambarkan status kesehatan klien. Neuman memandang klien sebagai sistem
terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis.
Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang dapat
mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible
line of defense, normal line of defense, dan resistance defense.
Agregat klien dalam model Community as Partner ini meliputi intrasistem
dan ekstrasistem. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang
memiliki satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat
ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan
keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan
dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Allender & Spradley, 2005).
Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu
dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of
resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa
kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan
contoh dari line of resistance. Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan
bahwa dengan menggunakan model Community as Partner terdapat dua
komponen  utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda
pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan
subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Komunitas sebagai klien/partner berarti kelompok masyarakat tersebut
turut berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan
mengatasi masalah kesehatannya.
2.1.1 Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau
kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis dan
sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan.
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan
untuk mengenal komunitas.  Mengidentifikasi faktor positif dan negatif
yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber
daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi
kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan, yaitu :
a. pengumpulan data
tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi
mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat
ditentukam tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Kegiatan
pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1) data inti
a) riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru). tanyakan
pada orang-orang yang kompeten atau yang mengetahui sejarah
area atau daerah itu.
b) data demografi
karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah tersebut,
distribusi (jenis kelamin, usia, status perkawinan, etnis), jumlah
penduduk,
c) vital statistik
meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab utama
kematian atau kesakitan.
d) nilai dan kepercayaan
nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan, kepercayaan-kepercayaan yang diyakini yang
berkaitan dengan kesehatan, kegiatan keagamaan di masyarakat,
kegiatan-kegiatan masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai
kesehatan.
2) subsistem
a) lingkungan fisik
catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan, ruang, area
hijau, binatang, orang-orang, bangunan buatan manusia,
keindahan alam, air, dan iklim.
b) pelayanan kesehatan dan sosial
catat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang
praktek, layanan kesehatan publik, pusat emergency, rumah
perawatan atau panti werda, fasilitas layanan sosial, layanan
kesehatan mental, dukun tradisional/pengobatan alternatif.
c) ekonomi
catat apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas
tersebut maju dengan pesat, industri, toko, dan tempat-tempat
untuk pekerjaan, adakah pemberian bantuan sosial (makanan),
seberapa besar tingkat pengangguran, rata-rata pendapatan
keluarga, karakteristik pekerjaan.
d) keamanan dan transportasi
apa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di wilayah
komunitas, catat bagaimana orang-orang bepergian, apakah
terdapat trotoar atau jalur sepeda, apakah ada transportasi yang
memungkinkan untuk orang cacat. jenis layanan perlindungan apa
yang ada di komunitas (misalnya: pemadam kebakaran, polisi,
dan lain-lain), apakah mutu udara di monitor, apa saja jenis
kegiatan yang sering terjadi, apakah orang-orang merasa aman.
e) politik dan pemerintahan
catat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh
partai yang menonjol, bagaimana peraturan pemerintah terdapat
komunitas (misalnya: pemilihan kepala desa, walikota, dewan
kota), apakah orang-orang terlibat dalam pembuatan keputusan
dalam unit pemerintahan lokal mereka.
f) komunikasi
catat apakah oaring-orang memiliki tv dan radio, apa saja sarana
komunikasi formal dan informal yang terdapat di wilayah
komunitas, apakah terdapat surat kabar yang terlihat di stan atau
kios, apakah ada tempat yang biasanya digunakan untuk
berkumpul.
g) pendidikan
catat apa saja sekolah-sekolah dalam area beserta kondisi,
pendidikan lokal, reputasi, tingkat drop-out, aktifitas-aktifitas
ekstrakurikuler, layanan kesehatan sekolah, dan tingkat
pendidikan masyarakat.
h) rekreasi
catat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi utama,
siapa yang berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan
masyarakat menggunakan waktu senggang.
b. jenis data
jenis data secara umum dapat diperoleh dari
1. data subjektif: yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah
yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas,
yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
2. data objektif: data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran.
c. sumber data
1. data primer: data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini
mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu,
keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan
atau pengkajian.
2. data sekunder : data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien
atau medical record. (wahit, 2005)
d. cara pengumpulan data
1. wawancara atatu anamnesa
2.  pengamatan
3. pemeriksaan fisik
e. pengolahan data
1. klasifikasi data atau kategorisasi data
2. perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan tally
3. tabulasi data
f. interpretasi data analisis data
Tujuan analisis data :
1. menetapkan kebutuhan komuniti;
2. menetapkan kekuatan;
3. mengidentifikasi pola respon komuniti;
4. mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
g. penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
h. prioritas masalah
Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu
mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria:
1. perhatian masyarakat;
2. prevalensi kejadian;
3. berat ringannya masalah;
4. kemungkinan masalah untuk diatasi;
5. tersedianya sumber daya masyarakat;
6. aspek politis.

2.1.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan
baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang
diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang
mungkin timbul kemudian. American Nurses Of Association (ANA). Dengan
demikian diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan
pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan
tindakan keperawatan.

2.1.3 Perencanaan
a. tahapan pengembangan masyarakat
persiapan, penentuan prioritas daerah, pengorganisasian, pembentukan
pokjakes (kelompok kerja kesehatan)
b. tahap diklat
c. tahap kepemimpinan
koordinasi intersektoral, akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.

2.1.4 Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994., dalam Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk
klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari.
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori
dari implementasi keperawatan, antara lain:
a. Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan,
menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup
sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi
komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan,
mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan
lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.
b. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan,
meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik,
menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan
dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan
lain lain.
c. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan
kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan
dari data dasar klien, mengorganisir respon klien yang abnormal,
melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan,
dan lain-lain.

2.1.5 Evaluasi atau penilaian


Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986) dalam Craven &
Hirnle (2000), evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan
sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian
pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien,
dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf
keperawatan dalam area yang diinginkan.
b. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa
tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi
proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan
pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan
kemampuan tehnikal perawat.
c. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku
klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat
pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2000). Community as partner: Theory and


practice in nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott
Allender, J.A., and Spradley, B.W.(2001). Community health nursing : Concepts
and practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott
Clark, M.J.(1999). Nursing in the community: Dimensions of community health
nursing, Standford, Connecticut: Appleton & Lange
Craven, R. F dan Hirnle, C. J. 2000. Fundamental of Nursing: Human, Health and
function. Edisi 3. Phiadelphia: Lippincott
George B. Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice ,
3rd ed. Norwalk, Appleton and Lange.
Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba
Medika :Jakarta.
Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas
1. Cv Sagung Seto : Jakarta
Wijaya, Ningsih Sari. 2013. Penuntun Praktik Askep Komunitas. Jakarta: Penerbit
Buku Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai