Anda di halaman 1dari 24

Asuhan Keperawatan Keganasan pada Tulang

Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan medikal bedah III
Dosen Pengampu : Ns. Leni Merdawati, S.Kp.M.Kep

Oleh Kelompok 14 :
Dina Mahira 1711312018
Aldia Yulam Tanjung 1711313006
Putri Indah Permata 1711313014

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur senantiasa kita ucapkan kepada Allah SWT karena dengan segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, manusia dapat mengembangkan teknologi untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu dibutuhkan kemampuan untuk belajar dan
berfikir sehingga kami telah menyelesaikan tugas tentang “Asuhan Keperawatan
Keganasan pada Tulang”.
Penulisan diperoleh dari beberapa sumber tentang Asuhan Keperawatan Keganasan
pada Tulang. Kami sangat berharap makalah ini dapat menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai mata kuliah keperawatan medikal bedah. Kami juga menyadari
sepenuhnya di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang lebih baik tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang tidak
berkenan.

Padang, 28 Agustus 2019

Kelompok 14

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................ ....................................................ii


DAFTAR ISI ...................................................................... ........................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................. ...........................................4
1.1 Latar Belakang ....................................................... ................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................... .............................................4
1.3 Tujuan ......................................................................... ............................................4
BAB II ASKEP .............................................................. ..............................................5
2.1 Pengkajian ................................................................. ..............................................5
2.2 Diagnosa....................................................................... ...........................................7
2.3 Intervensi ........................................................................ .........................................8
2.4 Implementasi ............................................................ ...............................................8
2.5 Evaluasi .................................................................... .............................................16
BAB III ANALISIS JURNAL .................................................................................17
BAB IV PENUTUP.................. .................................................................................19
4.1 Kesimpulan ................................................................ ...........................................19
4.2 Saran ............................................................................ ..........................................19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... ........................................20
LAMPIRAN JURNAL..............................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan
tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang
utama, seperti osteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma
lainnya.
Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat
455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan
128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma
merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor
tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor
tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita
kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar
75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis.
Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut
sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka
tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat
menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti
kemotherapy.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana Askep pada penyakit keganasan pada Tulang ?


2. Bagaimana Intervensi pada jurnal yang telah dianalisis ?
1.3 Tujan penulisan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Askep pada penyakit keganasan pada Tulang
2. Untuk mengetahui Bagaimana Intervensi pada jurnal yang telah dianalisis

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keganasan pada tulang


1. Definisi
Keganasan pada tulang merupakan suatu keganasan yang berasal dari sel
primitif pada bagian metafise dari tulang panjang orang muda.
Pembentukannya berasal dari seri osteoblas dari sel mesenim primitif.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering
dengan prognosis yang buruk. Osteosarkoma atau sarcoma osteogenik ini
dipergunakan bukan karena tumor membentuk tulang, melainkan tumor ini
pembentukkannya berasal dari sel osteoblastik dari sel-sel mesenkin primitif.
Tumor ini merupakan tumor yang sangat ganas, menyebar secara cepat pada
periosteum dan jaringan ikat diluarnya.

2. Etiologi
Penyebab Keganasan pada tulang belum diketahui secara pasti, tetapi ada
beberapa faktor predisposisi terjadinya osteosarkoma, yaitu :
a. Pertumbuhan tulang yang cepat sebagi faktor predisposisi tumor ganas,
dapat dilihat dengan meningkatnya insiden pada anak yang sedang
tumbuh. Lokasi osteosarkoma paling serinng adalah metafisis dimana
area ini merupakan area pertumbuhan tulang panjang.
b. Faktor lingkungan : terpapar radiasi juga merupakan faktor predisposisi.
c. Predisposisi genetic : dysplasia tulang, termasuk penyakit paget, fibrous
dysplasia, echondromatosis, dan hereditary multiple exostoses.
d. Riwayat utama.

3. Patofisiologi

5
Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
Lokasi tumor dan usia penderita pada pertumbuhan pesat dari tulang
memunculkan perkiraan adanya pengaruh dalam pathogenesis osteosarkoma.
Mulai tumbuh bisa didalam tulang atau pada permukaan tulang dan berlanjut
sampai pada jaringan lunak sekitar tulang epifisis dan tulang rawan sendi
bertindak sebagai barier pertumbuhan tumor kedalam sendi. Osteosarkoma
mengadakan metastase secara hematogen paling sering keparu atau pada
tulang lainnya dnan didapatkan sekitar 15%-20% telah mengalami metastase
pada saat diagnosis ditegakkan.

4. Komplikasi
a. penyembuhan luka lambat
b. defesiensi luka lambat
c. infeksi
Menangani komplikasi potensial
a. Tekanan pada daerah luka harus diminimalkan, ubah posisi pasien sesering
mungkin, tempat tidur teurapetik
b. Berikan nutrisi yang memadai, kolaborasi anti emetika dan teknik relaksasi
c. Kolaborasi antibiotic profilaksis dan teknik balutan aseptic, hindari infeksi
lain

5. Klasifikasi
Tumor tulang dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Tumor tulang benigna
Tumor tulang benigna biasanya tumbuh lambat dan berbatas-batas,
gejalanya sedikit, dan tidak menyebabkan kematian. Tumor tulang
meliputi:

6
- Kista tulang
Merupakan lesi yang invasive dalam tulang
- Osteokondroma
Biasanya terjadi sebagai tonjolan tulang besar pada ujung tulang
panjang (pada lutut/bahu)
- Enkondroma
Merupakan tumor tulang yang sering pada karilago hialin yang
tumbuh di tangan, rusuk, femur, tibia, humerus/pelvis. Gejala satu-
satunya adalah linu yang ringan.
- Osteoid osteoma
Merupakan tumor nyeri yang terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda.
- Tumor sel raksasa (osteoklastoma)
Tumor benigna selama beberapa waktu tetapi dapat mengatasi
jaringan local dan menyebabkan destruksi. Bersifat lunak dan
hemoragis.

b) Tumor tulang maligna


Tumor musculoskeletal maligna primer tumbuh dari sel jaringan ikat dan
penyokong (sarcoma) atau dari elemen sum-sum tulang (mieloma).tumor
musculoskeletal maligna meliputi:
- Osteosarkoma
Tumor tulang ini yang paling sering dan fatal. Ditandai dengan
metastatis hematogen awal ke paru.dan menyebabkan mortalitas
tinggi.
- Kondrosarkoma (tumor maligna primer kartilago hialin)
Tempat tumor ini sering pada pelvis, rusuk, femur, humerus,
vertebra, scapula dan tibia
-Sarkoma Ewing

7
- Fibrosarkoma
Sarcoma jaringan lunak
- Lipo sarcoma
- Fibro sarcoma jaringan lunak
- Rabdomiosarkoma

c) Kanker tulang metastatik


Tumor yang muncul dari jaringan tubuh mana saja mengatasi tulang dan
menyebabkan destruksi tulang local. Tumor yang bermetastatis ketulang
paling sering adalah karsinoma ginjal, prostate, paru, payudara, ovarium,
dan tiroid. Dan sering menyerang kranium, vertebra, velvis, vemur dan
humerus.

6. Manifestasi klinis
-Nyeri
-Kecacatan
-Adanya pertumbuhan yang jelas
-Kehilangan BB
-Malaise
-Demam

7. Penatalaksanaan
 Eksisi bedah
Komplikasi yang mungkin muncul dari eksisi bedah termasuk infeksi,
dislokasi prostesis, non union allograft, fraktur, devetalisasi kulit dan
jaringan lunak, fibrosis sendi dan kekambuhan tumor.
 Radiasi

8
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian (Assesment)

a. Data demografi.

Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal.

b. Riwayat perkembangan.

Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada neonatus, bayi,


prasekolah, remaja dan lansia.

c. Riwayat sosial.

Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang terpapar terus-
menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, dapat mempengaruhi
status kesehatannya.

d. Riwayat penyakit keturunan.

Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan


genetik yang perlu diidentifikasi (misal; penyakit DM yang merupakan
predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artritis, riketsia, osteomielitis,
dll)

e. Riwayat diet (nutrisi).

Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat


mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi terjadinya
instabilitas legamen khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya
asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi.
Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A, D, kalsium
serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi muskuloskeletal.

9
f. Aktivas kegiatan sehari-hari.

Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas sehari-hari. Kebiasaan membawa


benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot dan trauma
lainnya. Kurangnya melakukan aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun.
Fraktur atau trauma dapat timbul pada saat olahraga.

g. Pemeriksaan Fisik
1) Skeletal Tubuh
Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran.
Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.
Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar
dalam kondisi anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi menunjukkan patah tulang.
Biasanya terjadi krepitus (suara berderik ) pada titik gerakan abnormal.
Gerakan fragmen tulang harus diminimalkan untuk mencegah cedera
lebih lanjut. (Smeltzer, 2002)
Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang diantaranya
kenormalan susunan tulang dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi
untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan, dan amati keadaan
tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.

10
2) Pengkajian Tulang Belakang
Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan
konkaf pada sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang
yang sering terjadi meliputi : scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang
belakang), kifosis (kenaikan kurvatura lateral tulang belakang bagian
dada), lordosis ( membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang
yang berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien
neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya)
atau akibat kerusakan otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis.
Lordosis dijumpai pada penderita kehamilan karena menyesuaikan postur
tubuhnya akibat perubahan pusat gaya beratnya.
Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura
tulang belakang dan kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior,
posterior dan lateral. Dengan cara berdiri di belakang pasien, dan
memperhatikan perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong
normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul serta kelurusan tulang
belakang diperiksa dengan pasien berdiri tegak, dan membungkuk ke
depan (fleksi). Skoliosis ditandai dengan abnormal kurvatura lateral
tulang belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak
simetri dan scapula yang yang menonjol, akan lebih jelas dengan uji
membungkuk kedepan. Lansia akan mengalami kehilangan tinggi badan
karena hilangnya tulang rawan dan tulang belakang.

2. Diagnosa (Masalah Keperawatan)


a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya proses penyakit.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya pembesaran
massa.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

11
3. Intervensi dan implementasi (perencanaan tindakan keperawatan)

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Nyeri Akut Kontrol Nyeri (1605) 1. Pemberian Analgesik


berhubungan (2210)
Dipertahankan pada 2
dengan agens
ditingkatkan ke 5 Aktivitas :
cedera biologis
(proses Indicator :  Tentukan lokasi,
penyakit). karakteristik, kualitas
(160502) Mengenali
dan keparahan nyeri
kapan nyeri terjadi
sebelum mengobati
(160501) pasien.
Menggambarkan faktor  Cek perintah
penyebab pengobatan meliputi
obat, dosis, dan
(160505) Menggunakan
frekuensi obat
analgesik yang
analgesik yang
direkomendasikan
diresepkan.
(160513) Melaporkan  Cek adanya riwayat
perubahan terhadap alergi obat.
gejala nyeri pada  Berikan analgesik
professional kesehatan sesuai waktu

(160511) Melaporkan paruhnya, terutama

nyeri yang terkontrol pada nyeri yang berat.


 Perbaiki kesalahan
pengertian/mitos yang
dimiliki pasien dan
anggota keluarga yang

12
mungkin keliru
tentang analgesik.
 Dokumentasikan
respon terhadap
analgesik dan adanya
efek samping.
2. Manajemen Nyeri
(1400)

Aktivitas :

 Lakukan pengkajian
nyeri komprehensif
yang meliputi lokasi,
karakteristik,
onset/durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas atau
beartnya nyeri dan
faktor pencetus.
 Pastikan perawatan
analgesik bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang
ketat.
 Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri
terhadap kualitas
hidup pasien

13
(misalnya, tidur, nafsu
makan, pengertian,
perasaan, hubungan,
performa kerja, dan
tanggung jawab
peran).
 Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lainnya,
mengenai efektifitas
tindakan pengontrolan
nyeri yang pernah
digunakan
sebelumnya.
 Ajarkan prinsip-
prinsip manajemen
nyeri.
 Gali penggunaan
metode farmakologi
yang dipakai pasien
saat ini untuk
menurunkan nyeri.
 Berikan individu
penurun nyeri yang
optimal dengan
peresepan analgesik.
 Gunakan pendekatan
multidisiplin untuk

14
manajemen nyeri, jika
sesuai.

2. Hambatan Ambulasi (0200) 1. Peningkatan


mobilitas fisik Mekanika Tubuh
Dipertahankan pada 2
berhubungan (0140)
ditingkatkan ke 5
dengan
Aktivitas :
gangguan Indicator :
musculoskeletal  Kolaborasikan dengan
(020001) Menopang berat
dan kaku sendi. fisioterapis dalam
badan
mengembangkan
(020002) Berjalan dengan peningkatan mekanika
langkah yang efektif tubuh, sesuai indikasi.
 Kaji kesadaran pasien
(020005) Berjalan dengan
tentang abnormalitas
cepat
muskuloskeletalnya
dan efek yang
mungkin timbul pada
jaringan otot dan
postur.
 Gunakan prinsip
mekanika tubuh
ketika menangani
pasien dan
memindahkan
peralatan.
 Bantu pasien
melakukan latihan

15
fleksi untuk
memfasilitasi
mobilisasi punggung,
sesuai indikasi.
 Berikan informasi
tentang kemungkinan
posisi penyebab nyeri
otot atau sendi.
2. Terapi Latihan :
Ambulasi (0221)

Aktivitas :

 Beri pasien pakaian


yang tidak
mengekang.
 Sediakan tempat tidur
berketinggian rendah
yang sesuai.
 Instruksikan
ketersediaan
perangkat pendukung,
jika sesuai.
 Terapkan/sediakan
alat bantu (tongkat,
walker, atau kursi
roda) untuk ambulasi,
jika pasien tidak
stabil.

16
 Monitor penggunaan
kruk pasien atau alat
bantu berjalan
lainnya.
 Bantu pasien untuk
berdiri dan ambulasi
dengan jarak tertentu
dan dengan sejumlah
staf tertentu.

3. Ansietas Tingkat Kecemasan 1. Pengurangan


berhubungan (1211) Kecemasan (5820)
dengan
Dipertahankan pada 2 Aktivitas :
perubahan
ditingkatkan ke 5
besar (status  Nyatakan dengan jelas
kesehatan). Indicator : harapan terhadap
perilaku klien.
(121101) Tidak dapat
 Jelaskan semua
beristirahat
prosedur termasuk
(121104) Distress sensasi yang akan
dirasakan yang
(121105) Perasaan
mungkin akan dialami
gelisah
klien selama prosedur
(121106) Otot tegang (dilakukan).
 Pahami situasi krisis
yang terjadi dari
perspektif klien.
 Berikan informasi

17
factual terkait
diagnosis, perawatan,
dan prognosis.
 Atur penggunaan
obat-obatan untuk
mengurangi
kecemasan secara
tepat.
2. Peningkatan Koping
(5230)

Aktivitas :

 Bantu pasien dalam


mengidentifikasi
tujuan jangka pendek
dan jangka panjang
yang tepat.
 Bantu pasien dalam
memeriksa sumber-
sumber yang tersedia
untuk memenuhi
tujuan-tujuannya.
 Berikan penilaian
(kemampuan)
penyesuaian pasien
terhadap perubahan-
perubahan dalam citra
tubuh, sesuai dengan

18
indikasi.
 Berikan penilaian
mengenai pemahaman
pasien terhadap proses
penyakit.
 Sediakan informasi
actual mengenai
diagnosis,
penanganan, dan
prognosis.
 Sediakan pasien
pilihan-pilihan yang
realistis mengenai
aspek perawatan.
 Dukung sikap (pasien)
terkait dengan
harapan yang realistis
sebagai upaya untuk
mengatasi perasaan
ketidakberdayaan.
 Dukung penggunaan
sumber-sumber
spiritual, jika
diinginkan.
 Mengenalkan pasien
pada seseorang (atau
kelompok) yang telah
berhasil melewati

19
pengalaman yang
sama.
 Dukung keterlibatan
keluarga, dengan cara
yang tepat.
 Instruksikan pasien
untuk menggunakan
teknik relaksasi sesuai
dengan kebutuhan.
 Bantu pasien untuk
(melewati proses)
berduka dan melewati
kondisi kehilangan
karena penyakit
kronik dan/atau
kecacatan, dengan
tepat.

C. Evaluasi

1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang


atau hilang.

2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melakukan


ambulasi mandiri.

3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan pasien dapat


berkurang dan termosivasi untuk sembuh

20
BAB III

ANALISIS JURNAL

1. Judul penelitian
Palliative Radiation Therapy for Bone Metastases in Neuroendocrine
Neoplasms (Terapi Radiasi Paliatif untuk Metastasis Tulang di Neuroendokrin
Neoplasma)

2. Tujuan penelitian
Metastasis tulang dilaporkan pada 10% hingga 12% pasien dengan
neuroendokrin neoplasma (NEN) dan dapat menyebabkan nyeri dan kejadian yang
berhubungan dengan kerangka (SRE), yang mengakibatkan penurunan kualitas
hidup dan status fungsional. Pada tumor padat lainnya dengan metastasis tulang,
terapi radiasi (RT) adalah pendekatan pengobatan yang ditetapkan untuk SRE,
namun hanya sedikit data yang tersedia di NEN yang secara historis dianggap tahan
radiasi. Kami berhipotesis bahwa RT efektif untuk nyeri dan SRE lain di NEN dan
bertujuan untuk menggambarkan perbedaan dalam paliasi nyeri dan waktu sampai
perkembangan nyeri antara fraksinasi berbeda dan jadwal dosis RT.

3. Metode penelitian
Kami secara retrospektif meninjau 686 catatan pasien dengan NEN yang
dirawat di institusi antara 2011 dan 2018 dan mengidentifikasi 28 (4,1%) pasien
yang diobati dengan RT untuk 61 kasus SRE. Titik akhir primer adalah peubahan
pada skor nyeri yang dilaporkan pasien setelah RT.

4. Hasil

21
Semua 28 pasien mengalami nyeri tulang. Sembilan belas situs diobati
dengan fraksi tunggal (dosis 800-1800 cGy) dan 42 situs dengan rejimen fraksionasi
(dosis 900-3750 cGy lebih dari 3-15 fraksi). Dalam 55 dari 61 kasus (90%), pasien
mengalami peningkatan rasa sakit setelah RT. Waktu rata-rata untuk kekambuhan
atau perkembangan nyeri adalah 3,5 bulan. Perbedaan signifikan ditemukan antara
situs utama dan perubahan status kinerja (P = 0,024), jenis kelamin, dan melaporkan
penurunan skor nyeri setelah RT (P = 0,025). Tidak ada perbedaan dalam waktu
untuk perkembangan rasa sakit, perubahan status kinerja, dan tingkat peningkatan
rasa sakit berdasarkan usia, kemoterapi yang diterima selama RT, atau lokasi
radiasi. Hasil serupa untuk pasien yang menerima rejimen fraksi tunggal versus
fraksionasi (P = 0,545) dan diantara mereka yang menerima rejimen paliatif
dibandingkan rejimen RT ablative (P = 0,812).

5. Kesimpulan
Meskipun mayoritas kasus dalam kohort NEN ini mendapat manfaat dari
RT, penelitian tambahan tentang penggunaan metastasis tulang yang menyakitkan
diperlukan.

22
BAB IV

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.


Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar dalam
kondisi anatomis harus dicatat. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau
gerakan pada titik selain sendi menunjukkan patah tulang. Biasanya terjadi krepitus
(suara berderik ) pada titik gerakan abnormal. Gerakan fragmen tulang harus
diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut.

Diagnosa yang diangkat pada penyakit keganasan pada tulang ini, yaitu :
Nyeri akut berhubungan dengan adanya proses penyakit, Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan adanya pembesaran massa,Ansietas berhubungan dengan
perubahan status kesehatan.

Setelah rencana tindakan keperawatan sudah diimplementasikan maka


evaluasi yang timbul adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
nyeri pasien berkurang atau hilang, setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan pasien dapat melakukan ambulasi mandiri, setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan kecemasan pasien dapat berkurang dan termosivasi untuk
sembuh.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan dan makalah ini penulis tulis untuk
memberikan kepada pembaca tentang keganasan pada tulang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. Dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku utuk Brunner dan Suddart.
Jakarta: EGC.

Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Jakarta : EGC.

Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I. Jakarta: Salemba
Medika.

Suratun, et al. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

http://www.NHS.uk/conditions/Cancer-of-the-Bone/Pages/diagnosis.aspx

24

Anda mungkin juga menyukai