Anda di halaman 1dari 35

STASE KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN EWING


SARCOMA

OLEH:

NI LUH ARI SRIWANDAYANI


2002621005

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1.Definisi
Ewing’s Sarcoma Family Tumor (ESFT) merupakan salah satu jenis small round
blue cell tumors. Sarkoma Ewing/ Ewing Sarcoma (ES) merupakan jenis tumor
yang memiliki derajat keganasan tinggi dan berasal dari sel neural primitif (Gozal,
2017). Ewing’s sarcoma family tumors (keganasan kelompok sarkoma Ewing)
merupakan kelompok tumor yang terdiri atas sarcoma Ewing, primitive
neuroectodermal tumors (PNET) yang terjadi di tulang dan jaringan lunak,serta
tumor Askin (Sari et al., 2011). Sarkoma Ewing adalah neoplasma yang tersusun
oleh sel kecil bulat yang ganas, yang kebanyakan menyerang usia muda pada
batang tubuh dan tulang panjang. Sarkoma Ewing adalah sarkoma tulang dan
jaringan lunak langka yang jarang mengenai kepala dan leher. Situs utama tumor
ini termasuk tulang panjang ekstremitas, daerah paravertebral, dinding dada dan
vertebra atau tulang rusuk. Di daerah kepala dan leher, ini melibatkan tengkorak,
klavikula, rahang atas dan rahang bawah (Rani et al., 2015).

2.Epidemiologi
Menurut registrasi tumor tulang Jepang, sarkoma Ewing adalah sarkoma tulang
tersering ketiga setelah osteosarcoma dan khondrosarkoma. Sembilan puluh
persen kasus ES ditemukan pada usia antara 5 sampai 25 tahun (Gozal, 2017).
Predileksi sarkoma Ewing adalah pada jenis kelamin laki-laki (rasio laki-
laki:perempuan=1,3-1,5:1). Menurut European Intergroup Cooperative Ewing
Sarcoma Study Group (EICESS) predileksi tersering dari ES adalah pelvis
(24,7%), femur (16,4%), di bawah lutut (16,7%), iga (12,1%), dan humerus
(4,8%).2,6 Beberapa area predileksi lain dari ES antara lain skapula, kolum
vertebra, klavikula dan tibia. Pada kasus ES skeletal biasanya tumor berkembang
dari bagian diafisis tulang. Lokasi ekstraskeletal tersering antara lain dinding
dada, otot paravertebra, ekstremitas, gluteus dan ruang retroperitoneal (Sari et al.,
2011). Data dari registrasi subdivisi Onkologi Orthopaedi FKUI-RSCM
menunjukkan lokasi yang sering di femur(26%), pelvis(19%), tibia(19%), tulang
belakang( 7%), humerus(7%), sedangkan lokasi lain hanya terdapat 1 kasus dari
tahun 1995–2008 (skapula, ulna, kranial, toraks, klavikula dan ibu jari kaki)
(Kamal Af & Putro Rnh, 2011).

3.Etiologi
Penyebab Ewing’s sarcoma masih belum dapat dipastikan. Namun, beberapa
peneliti menemukan bahwa penyakit ini disebabkan karena perubahan sel
kromoson pada DNA yang akhirnya menyebabkan timbulnya penyakit ini.
Ewing’s sarcoma termasuk penyakit dengan kelainan genetik akibat kesalahan
rekombinasi kromosom yang dapat menyebabkan sel normal berubah menjadi sel
ganas. Ewing’s sarcoma terjadi akibat translokasi kromosom 11 dan 22, dimana
gen EWS pada kromoson 22 berpindah ke gen FLI1 pada kromoson 11 dan
menyatu.Perpindahan ini dinamakan translokasi 11; 22 [t(11; 22)]. Translokasi ini
menghasilkan potongan baru pada DNA (Gozal, 2017). Walaupun terjadi
translokasi kromosom, penyakit ini tidak diturunkan dari orang tua kepada
anaknya. Pasien yang menderita Ewing’s sarcoma tidak mendapatkan penyakit
tersebut dari orang tuanya dan tidak akan menurunkan resiko menderita kanker ini
kepada anaknya (Sari et al., 2011).

4.Patofisiologi
Mutasi paling umum yang menyebabkan sarkoma Ewing melibatkan dua gen,
yaitu gen EWSR1 pada kromosom 22 dan gen FLI1 pada kromosom 11. Penataan
ulang (translokasi) materi genetik antara kromosom 22 dan 11, dituliskan sebagai
t (11; 22), sekering bagian dari gen EWSR1 dengan bagian dari gen FLI1,
menciptakan gen fusi EWSR1 / FLI1. Mutasi ini didapat selama hidup seseorang
dan hanya ada di sel tumor. Jenis perubahan genetik ini, yang disebut mutasi
somatik, tidak diturunkan. Protein yang dihasilkan dari gen fusi EWSR1 / FLI1,
disebut EWS / FLI, memiliki fungsi produk protein dari kedua gen tersebut.
Protein FLI, yang dihasilkan dari gen FLI1, menempel (mengikat) ke DNA dan
mengatur aktivitas yang disebut transkripsi, yang merupakan langkah pertama
dalam produksi protein dari gen. Protein FLI mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan beberapa jenis sel dengan mengatur transkripsi gen tertentu.
Protein EWS, yang dihasilkan dari gen EWSR1, juga mengatur transkripsi.
Protein EWS / FLI memiliki fungsi pengikatan DNA dari protein FLI serta fungsi
regulasi transkripsi dari protein EWS. Diperkirakan bahwa protein EWS / FLI
menghidupkan dan mematikan transkripsi berbagai gen secara tidak normal.
Disregulasi transkripsi ini menyebabkan pertumbuhan dan pembelahan yang tidak
terkendali (proliferasi) dan pematangan dan kelangsungan hidup sel yang tidak
normal, menyebabkan perkembangan tumor. Gen fusi EWSR1 / FLI1 terjadi pada
sekitar 85 persen sarkoma Ewing. Translokasi yang menggabungkan gen EWSR1
dengan gen lain yang terkait dengan gen FLI1 juga dapat menyebabkan jenis
tumor ini, meskipun translokasi alternatif ini relatif jarang terjadi. Protein fusi
yang dihasilkan dari translokasi gen yang kurang umum memiliki fungsi yang
sama dengan protein EWS / FLI (Rani et al., 2015).

5.Klasifikasi
Penentuan stadium sarcoma ewing menurut Enneking Stagging System yaitu
(NCCN, 2021):
Stadium Derajat Histologik Lokasi Metastasis
IA Rendah Intrakompartemen Tidak ada
IB Rendah Ekstrakompartemen Tidak ada
IIA Tinggi Intrakompartemen Tidak ada
IIB Tinggi Ekstrakompartemen Tidak ada
III Apapun Apapun Ada

Stadium ewing sarcoma menurut AJCC yaitu (NCCN, 2021):


Stadium TNM Grade
IA T1 N0 M0 G1, 2 Low grade, Gx
IB T2 N0 MO G1,2 Low grade,Gx
T3 N0 MO G1,2 Low grade,Gx
IIA T1 N0 M0 G3,4 High grade
IIB T2 N0 M0 G3,4 High grade
III T3 N0 M0 G3
IVA Apapun (T) N0 M1a Apapun (G)
IV B Apapun (T) N1 Apapun (M) Apapun (G)
Apapun (T) Apapun (N) M1b Apapun (G)

Keterangan:
• Tx: tumor primer tidak dapat dievaluasi, T0: tidak terlihat adanya tumor
primer, T1: ukuran terbesar tumor ≤ 8 cm, T2: ukuran terbesar tumor > 8
cm, T3: tumor multipel pada 1 lokasi lesi.
• Nx: KGB regional tidak dapat dievaluasi, N0: tak ada metastasis KGB
regional N1: terdapat metastasis KGB regional.
• M0: tak ada metastasis jauh, M1: terdapat metastasis jauh (M1a: paru,
M1b: organ lain selain paru).
• Gx: derajat keganasan tidak dapat dievaluasi, G1: diferensiasi baik (low
grade), G2: diferensiasi menengah (low grade), G3: diferensiasi buruk
(high grade), G4: tidak berdiferensiasi (high grade). ES dikategorikan
dalam G4.

Stadium sarkoma Ewing ditentukan berdasarkan tingkat penyebaran tumor di


dalam tubuh penderita. Untuk beberapa kondisi, stadium sarkoma Ewing merujuk
pada stadium kanker tulang yang terbagi menjadi empat stadium. Namun, untuk
menentukan jenis pengobatan, dokter lebih sering menggunakan pembagian
stadium yang lebih sederhana. Kedua stadium tersebut meliputi:

 Sarkoma Ewing lokal (localized Ewing’s sarcoma)


Tumor mulai menyebar ke jaringan tubuh terdekat, seperti otot dan tendon,
namun belum menyebar ke bagian tubuh lain yang letaknya jauh dari
tempat awal munculnya tumor.
 Sarkoma Ewing metastasis (metastasis Ewing’s sarcoma)
Tumor telah menyebar hingga ke bagian tubuh lain, seperti paru-paru,
sumsum tulang, atau bagian tulang lainnya. Terkadang, tumor juga
menyebar hingga ke organ hati dan kelenjar getah bening (Rani et al.,
2015).

6.Gejala Klinis
Menurut (American Cancer Society, 2018) gejala ewing sarcoma yaitu :
a)Nyeri
Sebagian besar anak-anak dan remaja dengan tumor Ewing akan mengalami
nyeri di area tumor tersebut. Tumor Ewing paling sering terjadi di panggul
(tulang pinggul), dinding dada (seperti tulang rusuk atau tulang belikat), dan
kaki (terutama di tengah tulang panjang), tetapi mereka bisa juga dimulai di
bagian tubuh lainnya. Nyeri tulang bisa disebabkan oleh tumor yang
menyebar di bawah lapisan luar tulang (periosteum), atau nyeri dapat berasal
dari patah (fraktur) pada tulang yang telah dilemahkan oleh tumor.
b)Bengkak
Benjolan atau bengkak Seiring waktu, sebagian besar tumor tulang Ewing dan
hampir semua tumor Ewing non tulang (jaringan lunak) menyebabkan
benjolan atau pembengkakan, yang lebih mungkin terlihat pada tumor di
lengan atau kaki. Benjolan tersebut seringkali lunak dan terasa hangat. Tumor
di dinding dada atau panggul bisa jadi tidak diperhatikan sampai mereka
tumbuh cukup besar.
Gejala lainnya Tumor Ewing juga dapat menyebabkan gejala lain, beberapa di
antaranya lebih sering terjadi tumor yang telah menyebar:
• Demam
• Merasa lelah
• Penurunan berat badan
• Tumor di dekat tulang belakang dapat menyebabkan sakit punggung, serta
kelemahan, mati rasa, atau kelumpuhan di lengan atau tungkai
• Tumor yang telah menyebar ke paru-paru bisa menyebabkannya sesak
napas.

7.Pemeriksaan Fisik
Menurut (Mahyudin, 2017) pemeriksaan fisik pada sarcoma ewing yaitu :
a) Inspeksi
Pada inspeksi tumor tulang bisa terlihat sebagai benjolan. Umumnya benjolan
terdapat pada daerah dekat persendian dan sangat jarang di bagian tengah
ekstremitas. Permukaan kulit pada tumor jinak tulang umumnya sama dengan
jaringan sekitarnya. Pada tumor ganas tulang permukaan kulit bisa tampak
mengkilap karena pertumbuhan tumor yang cepat, ditambah dengan pelebaran
pembuluh darah balik (venektasi),dan bisa tampak kemerahan.
b) Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi, beberapa hal yang perlu diuraikan adalah:
 Letak tumor
Tumor tulang bisa timbul pada daerah epifisis, metafisis dan diafisis.
Lokasi terbanyak terjadinya tumor tulang adalah pada darah metafisis.
 Konsistensi tumor
Tumor tulang bisa teraba padat atau keras. Perabaan padat bisa ditemukan
pada tumor jinak tulang dengan ekspansi di dalam tulang, sehingga bila
diraba terdapat benjolan padat akibat ekspansi tumor di dalam tulang yang
mendesak otot-otot di atasnya. Pada tumor ganas tulang perabaan padat
umumnya terjadi akibat ekspansi tumor ke jaringan lunak yang teraba.
Perabaan keras umumnya terdapat pada ostekondroma, dimana tumor
timbul pada daerah metafi sis dan menonjol pada satu sisi tulang sehingga
dapat dengan mudah diraba.
 Ukuran tumor
Tumor dengan ekspansi di dalam tulang dan tumor yang telah ekspansi ke
dalam jaringan lunak sekitarnya, dinilai dengan cara mengukur diameter
ekstremitas yang terkena. Sedangkan tumor yang menonjol pada bagian
tertentu dari tulang yang dinilai hanya bagian yang menonjol. Tumor
jinak umumnya tumbuh lambat dalam waktu tahunan sehingga ukurannya
relatif tetap.
 Permukaan
Permukaan tumor tulang pada perabaan umumnya rata kecuali pada
osteokondroma bisa berdungkuldungkul.
 Batas tumor
Batas tumor dinilai pada daerah transisi antara tumor dengan jaringan
yang sehat. Pada tumor jinak yang menimbulkan ekspansi pada tulang,
batasnya sulit dinilai, begitu juga pada tumor ganas tulang yang pada
umumnya telah ekspansi ke jaringan lunak. Tumor jinak yang menonjol
keluar dari salah satu bagian tulang seperti osteokondroma batasnya bisa
ditentukan.
 Nyeri
Tumor jinak tulang umumnya tidak nyeri bila diraba, nyeri bisa terjadi
akibat: tumor mendesak jaringan sekitarnya, tumor tersebut
bertransformasi menjadi tumor ganas tulang, atau bila terjadi kerusakan
tulang sehingga kekuatan tulang bisa menurun dan berakhir dengan
fraktur patologis. Pada tumor ganas tulang, biasanya tumor terasa nyeri
bila ditekan dengan derajat nyeri ringan sampai berat. Nyeri juga bisa
terjadi spontan akibat kerusakan tulang.
 Suhu
Perabaan pada kulit di atas tumor jinak tulang tidak berbeda dengan kulit
di bagian tubuh lain. Pada tumor ganas tulang perabaaan kulit di atas
tumor terasa hangat akibat dari meningkatnya vaskularisasi tumor disertai
dengan pelebaran pembuluh darah di daerah kulit

8.Diagnosis
Sebagian besar pasien dengan sarkoma Ewing hadir dengan gejala terkait tumor,
seperti nyeri atau massa. Itu Langkah pertama dalam fase penilaian harus berupa
pencitraan tumor yang dicurigai, sebaiknya dengan MRI, meliputi seluruh tulang
atau kompartemen yang terlibat, dan sebelum terjadinya perdarahan dan edema
akibat biopsi (Balamuth & Worner, 2010).

9.Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Gozal, 2017) pemeriksaan diagnostic untuk mendiagnosis sarcoma
ewing yaitu :
a.Pemeriksaan Radiologi
 Foto Polos
Diagnosis tumor ganas tulang primer biasanya ditegakkan dengan melihat
adanya osteolisis dan reaksi periosteal. ES biasanya menunjukan gambaran
onion skin pada diafisis dari tulang panjang. Gambaran sunburst juga
dapat ditemukan walaupun lebih jarang jika dibandingkan dengan
gambaran yang sering ditemui pada kasus osteosarcoma
 CT-Scan
Pemeriksaan CT scan merupakan pilihan teknik pencitraan terbaik yang
digunakan untuk melihat destruksi tulang yang diakibatkan oleh ES. Selain
itu pemeriksaan CT scan dada juga dapat dilakukan untuk menilai ada
tidaknya metastasis paru.
 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI biasanya digunakan untuk melihat perluasan lokal dari tumor
termasuk ekspansi tumor ke intramedula serta hubungan lesi dengan
jaringan di sekitarnya yang dapat menentukan stadium serta perencanaan
target pembedahan. Pada ES, MRI banyak digunakan untuk mengevaluasi
respons tumor terhadap tatalaksana yang diberikan.

 FDG – positron emission tomography (PET) scans


Pada systematic review dan meta-analisis, didapatkan bahwa PET scan
dengan pemeriksaan radiologi konvensional menjadi alat bantu esensial
untuk menentukan stadium dan restaging ES dengan sensitivitas 96% dan
spesifisitas 92%.14 Seringkali PET Scan dilakukan untuk melihat
keberadaan metastasis di lokasi lain
b.Biopsi eksisi
Dalam kasus yang sangat jarang, jika tumornya cukup kecil dan di lokasi
yang baik, ahli bedah dapat melakukannya keluarkan seluruhnya saat pasien
berada di bawah pengaruh bius total (tertidur). Ini adalah disebut biopsi
eksisi. Jika anestesi umum akan digunakan untuk biopsi, ahli bedah juga
dapat merencanakannya prosedur lain saat pasien tidur untuk menghindari
keharusan melakukannya secara terpisah operasi nanti. Misalnya, jika tumor
diperkirakan telah menyebar ke dada atau di tempat lain, ahli bedah dapat
mengambil sampel biopsi dari tumor yang dicurigai ini. Itu dokter mungkin
juga melakukan biopsi sumsum tulang . sampel biopsi dapat diperiksa dengan
cepat di bawah mikroskop untuk kanker. Jika tampak seperti tumor Ewing,
pasien akan sangat kemungkinan besar membutuhkan kemoterapi (American
Cancer Society, 2018).
c.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang bisa dilakukan antara lain pemeriksaan darah lengkap,
kadar laktat dehidrogenase (LDH) dan alkali fosfatase (ALP). Pada kasus ES
seringkali ditemukan gejala inflamasi non spesifik seperti peningkatan laju
endap darah (LED), leukositosis dan peningkatan kadar LDH (American
Cancer Society, 2018).

10.Tindakan Penanganan
Saat ini tatalaksana ES berupa terapi multimodalitas melingkupi terapi lokal dan
sistemik. Secara umum terapi yang diberikan untuk pasien ES yang resektabel
adalah dengan kemoterapi neo-adjuvan diikuti dengan limb-salvage procedure
atau radiasi yang kemudian dapat diikuti lagi dengan kemoterapi adjuvan post
operatif.Terapi multimodalitas pada ES akan menurunkan angka rekurensi lokal
secara signifikan dibandingkan dengan monoterapi. Pilihan terapi lokal dibuat
dengan mempertimbangkan lokasi tumor, usia pasien dan tujuan fungsional akhir
yang diharapkan serta mempertimbangkan morbiditas jangka panjang. Monoterapi
dengan pembedahan atau radiasi saja memberikan 5-year survival sebesar <10%,
sedangkan tatalaksana multimodalitas termasuk kemoterapi memberikan angka
survival 60-70% dan 20-40% untuk kasus dengan metastasis (Gozal, 2017).

NCCN guidelines untuk tatalaksana ES dimulai dengan mengklasifikasikan


kondisi ES sebagai lesi lokal atau dengan metastasis, dilanjutkan dengan
pemberian kemoterapi selama 12 minggu baik untuk lesi lokal ataupun dengan
metastasis. Pascakemoterapi, dilakukan restaging kondisi pasien untuk menilai
respons terhadap kemoterapi yang telah diberikan. Pasien dengan respons positif
atau kondisi stabil dapat menjalani pembedahan (eksisi atau amputasi), radiasi
definitif dan kemoterapi. Sedangkan pada pasien yang mengalami progresivitas
penyakit dapat diberikan radiasi atau pembedahan yang bersifat paliatif (NCCN,
2021).

a. Kemoterapi
Terapi sistemik berupa kemoterapi merupakan terapi awal yang diperlukan
dalam tatalaksana ES untuk mengatasi metastasis jauh tanpa memandang
staging awal saat diagnosis. Kemoterapi dapat diberikan sebagai kemoterapi
induksi yang memiliki tujuan antara lain untuk penilaian efektivitas regimen
pada pasien, mengecilkan massa jaringan lunak serta diharapkan terjadi
penyembuhan tulang sehingga mengurangi risiko fraktur patologik saat akan
dilakukan radioterapi sebagai terapi local (Gozal, 2017). Kemoterapi
neoadjuvan sebelum operasi biasa dilakukan untuk menurunkan stadium tumor
dan meningkatkan harapan untuk mencapai reseksi komplit dengan batas
sayatan negatif. Sedangkan pemberian kemoterapi adjuvan setelah pembedahan
dikatakan dapat meningkatkan relapse free survival (RFS) dan OS pada
sebagian besar pasien (NCCN, 2021). Kemoterapi adjuvan pasca pembedahan
biasanya diberikan tergantung dari batas sayatan operasi, dengan durasi
pemberian antara 28-49 minggu disesuaikan dengan regimen kemoterapi yang
digunakan (Bacci et al., 2007).

b. Pembedahan
Pembedahan dipilih sebagai terapi lokal pada kondisi lesi yang terletak pada
expandable bones, jika terdapat fraktur patologis dan jika lesi di ekstremitas
bawah pada pasien dengan usia < 10 tahun. Selain itu, gambaran radiologik
pre-operatif juga dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan terapi lokal
dalam tatalaksana ES. Jika gambaran radiologik awal sebelum operasi
menunjukkan kemungkinan dilakukannya reseksi dengan batas sayatan yang
luas (wide margin) maka pilihan terapi berupa reseksi tanpa radiasi. Sebaliknya
jika tidak mungkin didapatkan batas sayatan yang adekuat maka diperlukan
radioterapi maupun kemoterapi pre-operatif. Children’s Oncology Group
mendefinisikan batas sayatan adekuat jika didapatkan margin > 1 cm untuk lesi
pada tulang, > 0,5 cm untuk jaringan lunak dan > 0,20 cm untuk fascia (Gozal,
2017).
c. Radioterapi
ES termasuk dalam golongan tumor dengan radiosensitivitas yang baik. Hal ini
menjadikan radioterapi salah satu pilihan modalitas dalam tatalaksana ES.
Radioterapi sebagai terapi lokal dapat diberikan sebagai terapi neo-adjuvan,
definitif maupun sebagai terapi adjuvan. Radioterapi neoadjuvan bertujuan
untuk mengecilkan ukuran tumor sehingga resektabilitas tumor akan lebih baik.
Radioterapi adjuvan dapat diberikan post operatif saat batas sayatan dianggap
tidak adekuat. Sedangkan radioterapi definitif diberikan pada kasus yang tidak
dapat dibedah (lokasi sentral atau ukuran tumor yang besar) (Gozal, 2017).

11.Komplikasi
Radiasi pada tulang menyebabkan terjadinya kematian sel yang berperan dalam
maintenance dan remodelling. Hal ini menyebabkan tulang yang diradiasi
mengalami kerapuhan dan lebih mudah mengalami kerusakan. Perkembangan
bidang radioterapi dengan penggunaan pesawat megavoltage serta perkembangan
teknik planning dan pemberian radiasi menurunkan angka kejadian komplikasi
tulang pasca radiasi, meskipun demikian tetap diperlukan perhatian khusus untuk
kemungkinan terjadinya komplikasi skeletal akibat radiasi.Terdapat beberapa
komplikasi yang dapat disebabkan oleh radioterapi, diantaranya (Gozal, 2017) :

 Pertumbuhan abnormal dari jaringan yang menjadi target radiasi


 Penutupan dini dari epifisis yang menyebabkan terjadinya defisit
perumbuhan dan diskrepansi panjang ekstremitas.Plat epifisis diketahui
merupakan bagian dari tulang yang bersifat paling radiosensitif, sehingga
radiasi pada daerah ini akan cenderung menyebabkan terjadinya
pertumbuhan abnormal tulang. Retardasi pertumbuhan tulang pada pasien
anak biasanya muncul setelah pemberian radioterapi dengan total dosis
lebih dari 10 Gy
 Terjadi fraktur patologis pada sekitar 15% dari lesi tulang panjang.
Fraktur patologis yang terkait dengan radioterapi biasanya dijumpai pada
femur terutama pada bagian proksimal femur. Fraktur patologis
kebanyakan terjadi dalam 24 bulan atau lebih setelah terapi.Beberapa
faktor risiko penting untuk terjadinya fraktur adalah eksisi periosteal,
lokasi tumor pada kompartemen anterior femur, batas sayatan positif.
 Kelemahan ekstremitas, edema pada ekstremitas, gangguan keterbatasan
gerak akibat fibrosis serta nyeri
 Keganasan sekunder akibat radioterapi dapat terjadi pada lokasi primer.
Risiko ini meningkat pada total dosis >60 Gy, dengan jenis keganasan
yang umum dijumpai adalah osteosarkoma (insidens 1-4% dalam 20
tahun)
 Osteitis pasca radiasi biasanya terjadi akibat kerusakan pada osteoblas.
Secara radiologik akan tampak gambaran osteopeni. Adakalanya
gambaran osteitis pasca radiasi dianggap menyerupai gambaran keganasan
sekunder pasca radiasi. Namun dikatakan bahwa pada osteitis pasca radiasi
biasanya perubahan yang terjadi terbatas pada area tulang yang menjadi
target radiasi sebelumnya serta tidak ditemukan keterlibatan jaringan lunak
di sekitar tulang.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1.1 Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, dan diagnosa medis.

1.2 Riwayat Kesehatan


1.2.1 Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian.
Pasien dengan ewing sarcoma biasanya mengeluh adanya bengkak
dan nyeri di bagian tubuh tertentu.
1.2.2 Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya
1.2.3Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah
pasien pernah menderita penyakit tertentu
1.2.4Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit seperti ini

1.3 Pola Fungsional Kesehatan Gordon


a. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kemungkinan pasien belum mengetahui penyebab dari keluhan utama
yang dirasakan pasien, belum mengetahui terkait pengobatan dan
prosedur pengobatan.Pada pola ini ditanyakan melakukan pemeriksaan
kesehatan di pelayanan kesehatan, keteraturan mengkonsumsi obat,
keteraturan melakukan kontrol pengobatan
b. Pola nutrisi dan metabolik
Kaji kebiasan makan, jumlah makanan, tipe dan banyaknya makanan
dan minuman. Faktor-faktor pencernaan seperti nafsu makan, ketidak
nyamanan rasa dan bau, gigi dan bau mukosa mulut,mual atau muntah,
pembatasan makanan dan alergi makanan. Faktor yang berkaitan
dengan aktifitas, penyakit, dan stress
c. Pola eliminasi
Kaji kebiasan pola buang air besar dan buang air kecil pasien seperti
frekuensi, jumlah, warna, bau, konsistensi dan nyeri.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan.
Dengan skor kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2=
dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total).
Kaji apakah klien mengalami sesak napas saat beraktivitas.
e. Pola istirahat dan tidur
Kaji kebiasan tidur pasien sehari-hari seperti jumlah waktu tidur, jam
tidur dan bangun. Penggunaan obat-obatan untuk mempermudah tidur,
gejala dari perubahan pola tidur, faktor-faktor yang mempengaruhi
misalnya nyeri.
f. Pola kognitif – perseptual
Kaji gambaran pengindraan khusus : penglihatan, pendengaran, rasa,
sentuh, dan bau. Penggunaan alat bantu seperti kaca mata dan alat
bantu dengar. Persepsi akan kenyamanan atau nyeri dan kemampuan
membuat keputusan.
P : penyebab nyeri
Q : kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, teriris, tertahan benda
berat.
R : daerah nyeri yang dirasakan.
S : skala nyeri yang dirasakan (1-10)
T : waktu nyeri dirasakan.

g. Pola persepsi dan konsep diri


Keluhan terkait gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran diri,
identitas diri
h. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien
selama pasien menderita penyakit ini. Dan keluhan terkait dengan
system seksual dan reproduksi
i. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana
manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit.
j. Pola peran – hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau
lingkungan sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola
peran dan hubungannya.
k. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai
yang diyakini.

Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : tingkat kesadaran, GCS, tanda-tanda vital (tekanan


darah, nadi, pernafasan, suhu)
2) Kulit, Rambut dan Kuku : ada/tidaknya lesi, warna kulit, akral, turgor,
oedema warna kuku
3) Kepala dan leher : kesimetrisan bentuk kepala, ada/tidaknya lesi, deviasi
trakea, pembesaran kelenjar tiroid
4) Mata dan telinga : ada/tidaknya lesi gangguan pengelihatan, menggunakan
kacamata, pupil, visus, konjungtiva, gangguan pendengaran, alat bantu
dengar, tes weber, tes rinne, tes swabach
5) Sistem pernafasan : ada/tidaknya lbatuk, sesak.
o Inspeksi : Gerakan dinding dada, ada/tidaknya massa, lesi,
menggunakan otot bantu pernafasan
o Palpasi : ada/tidaknya nyeri tekan Perkusi : suara lapang paru
o Auskultasi : ada/tidaknya wheezing, ronkhi
6) Sistem kardiovaskuler : ada/tidaknya nyeri dada, palpitasi, CRT
o Inspeksi : ada/tidaknya lesi, massa
o Palpasi : ada/tidaknya nyeri tekan dada
o Perkuasi : Batas kanan linea parasternalis dekstra, batas atas ICS
III linea sternalis sinistra, dan batas kiri jantung ICS VII linea
aksilaris anterior sinistra.
o Auskultasi : irama jantung, ada/tidaknya gallop, murmura
7) Payudara Wanita dan Pria : ada/tidaknya lesi, nyeri tekan, massa
8) Sistem urinarius : pengguanaan kateter, nyeri tekan, produksi urin perhari,
warna urin
9) Sistem gastrointestinal : kondisi mulut, mukosa, ada/tidaknya pembesaran
hepar, nyeri tekan, peristaltik, TB, BB
10) Sistem reproduksi wanita/pria : ada/tidaknya keluhan terkait reproduksi
11) Sistem syaraf : GCS, ada/tidaknya gerakan involunter
12) Sistem Muskuloskeletal : kemampuan pergerakan sendi,
ada/tidaknya deformitas, fraktur, nyeri otot, kekuatan otot
13) Sistem imun : perdarahan gusi, perdarahan lama, pembengkakan kelenjar
getah bening, keletihan/kelemahan
14) Sistem endokrin : ada/tidaknya hiperglikemia, hipoglikemia.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan
keluhan tentang intensitas menggunakan skala nyeri dan gelisah
b) Keletihan berhubungan dengan anemia ditandai dengan sering
mengantuk
c) Hipertermi berhubungan terkait dengan sepsis ditandai dengan kulit terasa
hangat dan gelisah
d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat (mual akibat kemoterapi) ditandai
dengan penurunan berat badan lebih dari 20%, penurunan nafsu makan
e) Ansietas berhubungan dengan stressor ditandai dengan gelisah, ketakutan
dan wajah tegang
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan NIC Label Manajemen Nyeri
dengan agen cedera selama ..x24 jam diharapnya nyeri
Manajemen Nyeri - Untuk mengetahui berapa
biologis ditandai dengan berkurang dengan kriteria hasil :
berat nyeri yang dialami oleh
keluhan tentang intensitas - Melakukan pengkajian nyeri
NOC Label pasien
menggunakan skala nyeri komprehensif yang meliputi
dan gelisah Kontrol Nyeri lokasi, karakteristik, - Nyeri pasien mungkin dapat

 Mengenali kapan terjadinya onset/durasi, frekuensi, berkurang dengan pemberian


nyeri kualitas, intensitas atau intervensi farmakologis tetapi
 Menggunakan tindakan intervensi nonfarmakologis
beratnya nyeri dan faktor
pengurangan nyeri tanpa
pencetus berperan penting untuk
analgesic
 Menggunakan analgesic yang - Mengajarkan teknik non mendukung bukan
direkomendasikan farmakologi menggantikan intervensi
 Melaporkan perubahan terhadap farmakologis (Mayasari,
- Dorong pasien untuk
gejala nyeri pada professional
kesehatan menggunakan obat – obatan 2016)

penurun nyeri yang adekuat - Menggunakan obat penurun


- Ajarkan teknik distraksi dan nyeri jika dirasa nyeri sudah
relaksasi tidak dapat diatasi
- Mulai dan modifikasi tindakan - Teknik distraksi khususnya
pengontrol nyeri berdasarkan distraksi pendengaran dapat
respon pasien merangsang peningkatan
hormon endorfin yang

Pemberian Analgetik merupakan substansi sejenis


morfin yang disuplai oleh
- Cek perintah pengobatan
tubuh. Individu dengan
meliputi obat, dosis, frekuensi
endorfin banyak lebih sedikit
obat analgetik yang diresepkan
merasakan nyeri dan individu
- Monitor TTV sebelum dan dengan endorfin sedikit
sesudah pemberian analgetik merasakan nyeri lebih besar
(Rampengan et al., 2014).
- Berikan kebutuhan
kenyamanan dan aktivitas lain - Agar pasien tidak merasa

yang dapat membantu relaksasi bosan dan teknik pengontrol

untuk memfasilitasi penurunan nyeri dapat berhasil untuk

nyeri pasien. menghilangan nyeri pada


pasien
- Evaluasi keefektifan analgetik
.
dengan interval yang teratur
pada setiap setelah pemberian Pemberian Analgesik
khususnya setelah pemberian
- Mengecek kembali intruksi
pertama kali, observasi adanya
dari dokter bertujuan untuk
tanda dan gejala efek samping
mencegah terjadinya
misalnya depresi pernafasan
kesalahan dan medication
mual dan muntah, mulut kering
error dalam pemberian obat
serta konstipasi.
(Sumarni, S., Epi, E., Utami,
- Dokumentasi respon terhadap G, T., & Elita, V., 2014).
analgetik dan adanya efek - Untuk mengetahui apakah
samping. terdapat efek samping atau
tidak pada analgetik yang
diberikan.
- Teknik relaksasi yang
dilakukan secara berulang
dapat menimbulkan rasa
nyaman bagi pasien. Adanya
rasa nyaman inilah yang
menyebabkan timbulnya
toleransi terhadap nyeri yang
dirasakan (Rampengan, S, F,
Y., 2014).
- Untuk mengetahui adanya
efek samping yang dialami
oleh pasien setelah diberikan
analgetik.
2 Keletihan Setelah diberikan asuhan Manajemen Energi Manajemen Energi
berhubungan keperawatan selama ..x24 jam
- Monitor intake/asupan nutrisi - Monitor intake/asupan
dengan anemia diharapkan keletihan berkurang
- Bantu pasien untuk membatasi nutrisi untuk mengetahui
ditandai dengan dengan kriteria hasil :
tidur siang dengan sumber energy yang
sering Kelelahan :Efek yang mengganggu
menyediakan tindakan yang adekuat
mengantuk
- Nafsu makan membaik mendorong pasien untuk - Terapi latihan adalah salah
- Adanya perubahan status terjaga satu metode fisioterapi
nutrisi - Lakukan ROM aktif/pasif dengan menggunakan
- Tidak pesimis dengan status untuk menghilangkan gerakan tubuh baik secara
kesehatan saat ini ketegangan otot aktif maupun pasif untuk
Peningkatan Koping pemeliharaan dan
perbaikan kekuatan,
- Bantu pasien mengembangkan ketahanan dan kemampuan
penilaian terkait dengan kardiovaskuler, mobilitas,
kejadian dengan lebih objektif dan fleksibilitas, stabilitas,
- Dukung keterlibatan keluarga rileksasi, koordinasi,
untuk memotivasi pasien keseimbangan dan
- Dukung sikap pasien terkait kemampuan fungsional
harapan yang realistic sebagai (Ali Satya Graha, 2015).
upaya untuk mengatasi Peningkatan Koping
perasaan ketidakberdayaan
- Mebantu untuk penilaian
pasien secara objektif
untuk meningkatkan
koping pasien
- Memotivasi keluarga
untuk mendukung pasien,
sehingga pasien merasa
dihargai dan masih
dianggap
3 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan selama Perawatan Demam - Memantau suhu tubuh
terkait dengan sepsis 1x24 diharapkan untuk memonitor adanya
- Pantau suhu dan tanda vital
ditandai dengan kulit keparahan demam yang
NOC Label lainnya
terasa hangat dan gelisah dialami
- Dorong konsumsi cairan
Termoregulasi - Mengkonsumsi cairan
- Tingkatkan sirkulasi udara
diperlukan untuk
 Tingkat pernafasan - Tutup pasien dengan selimut
mencegah adanya
tidak terganggu atau pakaian ringan tergantung
dehidrasi yang diakibatkan
 Hipertermi tidak ada fase demam
oleh proses termoregulasi
- Berikan kompres hangat
atau karena adanya demam
dibagian dahi (Potter & Perry, 2005).
- Pantau komplikasi- komplikasi - Meningkatkan sirkulasi
yang berhubungan dengan udara bertujuan untuk
demam serta tanda dan gejala meningkatkan pengeluaran
kondisi penyebab demam panas oleh tubuh ke
lingkungan
- Pakaian yang tidak tebal
akan memaksimalkan
kehilangan panas sehingga
ketebalan pakaian harus
dikurangin (Potter &
Perry, 2005)
- Kompres adalah metode
pemeliharaan suhu tubuh
dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat
menimbulkan hangat atau
dingin pada bagian tubuh
yang memerlukan.
Kompres meupakan
metode untuk menurunkan
suhu tubuh (Anisa, 2019).
Pemantauan komplikasi demam
bertujuan untuk mencegah
keadaan anak menjadi parah
akibat demam

4 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan selama .. Monitor nutrisi Monitor Nutrisi
kurang dari kebutuhan x 24 jam diharapnya nutrisi pasien - Monitor adanya mual
- Monitor adanya mual untuk
tubuh berhubungan dengan terpenuhi dengan kriteria hasil : - Monitor diet dan asupan kalori
dapat mencegah terjadinya
intake nutrisi yang tidak - Identifikasi perubahan nafsu
Nafsu Makan: mual sehingga nutrisi dapat
adekuat (mual akibat makan dan aktivitas akhir-akhir ini
- Hasrat atau keinginan untuk dilakukan secara adekuat
kemoterapi) ditandai
makan tidak terganggu - Monitor diet dan asupan nutrisi
dengan penurunan berat Manajemen Nutrisi
- Intake makanan tidak untuk mengetahui intake kalori
badan lebih dari 20%,
terganggu - Anjurkan pasien terkait dengan pasien
penurunan nafsu makan
- Intake cairan tidak terganggu kebutuhan makanan tertentu - Mengkaji nafsu makan klien

- Intake nutrisi tidak terganggu sesuai dengan perkembangan untuk mencegah penurunan

- Rangsangan untuk makan nafsu makan


- Berikan makanan ringan yang
tidak terganggu Manajemen Nutrisi
tinggi gizi
Status Nutrisi - Memberikan makanan ringan
- Dapatkan riwayat diet pasien
- Asupan gizi meningkat yang bergizi tinggi seperti susu
seperti makanan yang disukai
- Energi meningkat dan buah – buahan
dan yang tidak disukai
- Asupan makanan meningkat - Mengkaji makanan yang
- Dorong pola makanan pasien
- Asupan cairan meningkat disukai dan tidak disukai agar
dengan porsi sedikit tetapi
sering perawat mampu memberikan
- Atur diet yang diperlukan makanan sesuai kesukaan
seperti seperti menyediakan pasien sehingga intake
makanan protein tinggi, makanan adekuat
menambah kalori, vitamin dan - Dorong makan sedikit tapi
suplemen sering untuk meningkatkan
- Monitor asupan makanan status nutrisi pasien
terhadap kandungan gizi dan - Menyediakan makanan protein
kalori tinggi seperti telur dan daging
dan mengandung vitamin
Bantuan Peningkatan Berat Badan seperti buah – buahan
- Timbang pasien pada saat jam - Monitor asupan makanan agar
sama setiap hari dapat mengukur intake kalori
- Monitor asupan kalori setiap yang masuk dalam tubuh
hari Bantuan Peningkatan Berat
- Dukung peningkatan asupan Badan
kalori
- Menimbang berat badan pada
- Sediakan makanan yang tinggi
jam yang sama seperti setiap
kalori dan bernutrisi tinggi
- Sajikan makanan dengan pagi setelah BAB untuk
menarik mengetahui kenaikan BB
- Beri hadiah jika pasien - Monitor asupan makanan agar
mengalami peningkatan berat dapat mengukur intake kalori
badan yang masuk dalam tubuh
- Mendukung peningkatan
asupan kalori tinggi agar berat
badan bisa naik secara cepat
- Menyajikan makanan secara
menarik agar pasien
mempunyai nafsu makan yang
lebih terhadap makanan yang
disediakan
5 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Pengurangan Pengurangan Kecemasan
dengan stressor ditandai keperawatan diharapkan masalah Kecemasan
- Menggunakan pendekatan
dengan gelisah, ketakutan ansietas pada pasien dapat teratasi
- Gunakan pendekatan tenang yang tenang dan
dan wajah tegang dengan kriteria hasil:
dan meyakinkan meyakinkan agar pasien
NOC Label : Tingkat Kecemasan - Jelaskan semua prosedur tidak merasakan
termasuk sensai yang dirasakan kecemasan yang
- Tidak ada perasaan gelisah yang mungkin dialami kliens bertambah
- Tidak ada wajah tegang selama prosedur - Menjelaskan semua
- Dapat beristirahat - Berikan informasi factual prosedur operasi secara
terkait diagnosis factual dan terkait
Tidak ada otot tegangPengetahuan :
- Dorong keluarga untuk diagnosis agar pasien
Manajemen Penyakit
mendampingi klien dapat memahami prosedur
- Mengetahui tanda dan gejala - Dengarkan klien operasi sehingga
SLE kecemasan menjadi
- Mengetahui factor resiko berkurang
SLE NIC Label : Terapi relaksasi - Menyarankan keluarga
- Mengetahui tanda dan gejala agar selalu menemani
- Gambarkan rasionalisasi dan
kekambuhan pasien agar pasien terasa
manfaat relaksasi serta jenis
Mengetahui komplikasi yang lebih tenang
relaksasi yang tersedia
mungkin muncul - Mendengarkan keluh
- Tentukan apakah ada
kesah pasien agar pasien
intervensi relaksasi dimasa lalu
merasa lebih tenang
yang sudah memberikan
manfaat Terapi Relaksasi
- Dorong klien untuk mengambil
Tujuan teknik relaksasi napas
posisi yang nyaman dengan dalam adalah untuk meningkatkan
pakaian longgar dan mata ventilasi alveoli, memelihara
tertutup pertukaran gas, mencegah
- Tunjukkan dan praktikkan atelektasi paru, meningkatkan
teknik relaksasi pada klien efesiensi batuk, mengurangi
- Dorong pasien untuk stress, baik stress fisik maupun
mengulang praktik teknik emosional yaitu menurunkan
relaksasi, jika memungkinkan intensitas nyeri
- Evaluasi dan dokumentasikan
Pengajaran:Proses Penyakit
respons terhadap terapi
relaksasi - Mengkaji pengetahuan
pasien terkait penyakitnya
Pengajaran : Proses Penyakit
agar mengetahui
- Kaji tingkat pengetahuan sebagaimana pemahaman
pasien mengenai ewing pasien terkait penyakitnya
sarcoma - Menjelaskan tanda dan
- Jelaskan tanda dan gejala gejala penyakit ewing
penyakit sarcoma kepada pasien
- Identifikasi kemungkinan - Menjelaskan kemungkinan
penyebab penyakit penyebab dari penyakit
- Jelaskan alasan dibalik ewing sarcoma agar pasien
manajemen/terapi yang bisa memahami kira – kira
diberikan apa penyebab ewing
- Jelaskan komplikasi kronik sarcoma yang terjadi pada
yang mungkin muncul pasien
- Menjelaskan alasan
diberikannya terapi kepada
pasien agar pasien paham
terkait pengobatannya
- Menjelaskan komplikasi
yag mungkin muncul dari
ewing sarcoma
Daftar Pustaka
Ali Satya Graha, S. H. dan. (2015). Efektifitas Terapi Masase Dan Terapi
Latihanpembebanan Dalam Meningkatkan Range Of Movementpasca
Cedera Ankle Ringan. Medikora, 1.
https://doi.org/10.21831/medikora.v0i1.4590
American Cancer Society. (2018). Early Detection, Diagnosis, and Staging of
Ewing Tumors.
Anisa, K. (2019). Efektifitas Kompres Hangat Untuk Menurunkan Suhu Tubuh
Pada An.D Dengan Hipertermia. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan
Kesehatan, 5(2). https://doi.org/10.33485/jiik-wk.v5i2.112
Bacci, Balladelli, & Forni. (2007). Ewing’s sarcoma family tumours. Differences
in clinicopathological characteristics at presentation between localised
and metastatic tumours. 89(9), 229–233.
Balamuth, N., & Worner, R. (2010). Ewing’s Sarcoma. University of
Pennsylvania School of Medicine, 184–192.
Gozal, F. (2017). Sarkoma Ewing. Radioterapi Dan Onkologi Indonesia, 8(1),
40–49.
Kamal Af & Putro Rnh. (2011). Diagnosis and Treatment of Ewing Sarcoma.
39(2), 9.
Mahyudin, F. (2017). Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal. CV Sagung
Seto.
Mayasari, C. D. (2016). Pentingnya Pemahaman Manajemen Nyeri Non
Farmakologi Bagi Seorang Perawat. 1, 8.
NCCN. (2021). Bone Cancer. NCCN Foundation.
Potter, P. A., & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep ,
proses dan praktik. EGC.
Rampengan, S. F. Y., Rondonuwu, R., & Onibala, F. (2014). Pengaruh Teknik
Relaksasi Dan Teknik Distraksi Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Di Ruang Irina A Atas Rsup Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. 8.
Rani, P. S. V., Shyamala, K., Girish, H. C., & Murgod, S. (2015). Pathogenesis of
Ewing sarcoma: A review. 2, 5.
Sari, T. T., Gatot, D., & Windiastuti, E. (2011). Ewing Sarkoma Family Tumor
Pada Anak. Sari Pediatri, 13(2), 6.
Translokasi koromosom t(11:12) (q24;q12) membentuk
fusi gabungan gen EWS-FLL-1 kemudian mengkode
protein factor trnaskip aberan yang menderegulasi
program ekspresi sel target dan menampakkan fenotif
neuroektodermal primitive (cancer)

Ewing sarcoma

Sel tumor menginfasi Kerusakan struktur tulang Hipermetablisme sel – sel Terapi
jaringan lunak belakang kanker

Menekan/mengiritasi Depresi sumsum Produksi sel darah Kemoterapi Radioterapi


Proses inflamasi Menyerap lebih banyak
serabut saraf tulang merah terganggu kalori dan protein

Pelepasan mediator Terjadi peningkatan Sel sel normal Kurang


Leukositosis anemia
nyeri (bradykinin, suhu tubuh mengalami kekurangan pengetahuan terkait
histamine) nutrisi prosedur

Pertahanan tubuh Curah jantung


Hipertermia
menurun menurun
Persepsi nyeri Adanya penurunan Merasa cemas
berat badan

Resiko Infeksi Suplai ke jaringan


menurun Ansietas
Nyeri Akut Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Keletihan

Anda mungkin juga menyukai