Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang bertujuan
untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang semaksimal mungkin sebagai dasar
dari suatu protesa. Meliputi teknik pencabutan sederhana dan persiapan mulut untuk
pembuatan protesa sampai dengan pencangkokan tulang dan implan alloplastik (Stephens,
1997).
Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang alveolar dan
jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan prothesa yang baik, nyaman dan estetis.
Ketika gigi geligi asli hilang, perubahan akan terjadi pada alveolus dan jaringan lunak
sekitarnya. (Panchal et al, 2001).
Bedah preprostetik yang objektif adalah untuk membentuk jaringan pendukung yang
baik untuk penempatan gigi tiruan. Karakteristik jaringan pendukung yang baik untuk gigi
tiruan (Tucker, 1998) :
1. Tidak ada kondisi patologis pada intra oral dan ekstra oral.
2. Adanya hubungan/relasi rahang yang baik secara antero posterior, transversal dan
dimensi vertikal.
3. Bentuk prosesus alveolar yang baik (bentuk yang ideal dari prosesus alveolar adalah
bentuk daerah U yang luas, dengan komponen vertikal yang sejajar).
4. Tidak ada tonjolan tulang atau jaringan lunak atau undercut.
5. Mukosa yang baik pada daerah dukungan gigi tiruan.
6. Kedalaman vestibular yang cukup.
7. Bentuk alveolar dan jaringan lunak yang cukup untuk penempatan implant.

1
BAB II
ETIOLOGI DAN TUJUAN

1. ETIOLOGI
Perubahan luas dapat terjadi pada morfologi rahang setelah gigi hilang. Tulang rahang
terdiri dari tulang alveolar dan tulang basal. Pada saat gigi hilang, tulang alveolar dan
jaringan periodontal akan diresorbsi. Tulang alveolar berubah bentuk secara nyata saat gigi
hilang, baik dalam bidang horizontal dan vertikal. Pada daerah posterior mandibula, tulang
yang hilang kebanyakan dalam bidang vertikal. Setelah terjadi resorbsi secara fisiologis,
struktur tulang rahang yang tinggal disebut dengan istilah residual ridge. Tulang yang ada
setelah tulang alveolar mengalami resorbsi disebut dengan tulang basal. Tulang basal tidak
berubah bentuk secara nyata kecuali ada pengaruh lokal. Struktur anatomi yang lain dapat
menjadi lebih menonjol, genial tubercle dan perlekatan ototnya dapat menonjol pada pasien
yang mengalami resorbsi alveolar mandibula yang luas.(Ferri, 2011)
Torus pada mandibula atau maksila dapat menyebabkan ketidak stabilan gigi tiruan,
atau dapat menyebabkan trauma. Freenulum yang menonjol dapat menyebabkan perpindahan
gigi tiruan saat pergerakan bibir dan lidah. Daya pengunyahan pada pasien dengan gigi tiruan
akan diteruskan melalui gigi dan akan diserap oleh jaringan pendukung gigi ( periodontium
dan tulang alveolar ). Pada pasien yang edentulous, daya akan digunakan oleh gigi tiruan dan
akan diteruskan melalui mukosa mulut ke tulang yang ada dibawahnya. Oleh karena itu, gigi
tiruan harus terpasang dengan baik, sehingga trauma pada mukosa dan mulut dapat dihindari.
Perubahan pada Profil muka seperti melipat (hidung dan dagu kelihatan saling
berdekatan) setelah hilangnya gigi. Hilangnya perlekatan otot dan dukungan sekitar bibir
dapat menyebabkan timbulnya kerutan pada wajah.

2
2. TUJUAN

Tujuan dari bedah preprostetik adalah untuk menyiapkan jaringan lunak dan jaringan
keras dari rahang untuk suatu protesa yang nyaman yang akan mengembalikan fungsi oral,
bentuk wajah dan estetis. Tujuan dari bedah preprostetik membantu untuk : (Matthew et al,
2001)
1. Mengembalikan fungsi rahang ( seperti fungsi pengunyahan, berbicara,menelan)
2. Memelihara atau memperbaiki struktur rahang
3. Memperbaiki rasa kenyamanan pasien
4. Memperbaiki estetis wajah
5. Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak menyenangkan yang timbul dari pemasangan
protesa yang menyakitkan dengan memodifikasi bedah pada daerah yang mendukung
prothesa
6. Memulihkan daerah yang mendukung prothesa pada pasien dimana terdapat
kehilangan tulang alveolar yang banyak

3
BAB III
PRINSIP RENCANA PERAWATAN

A. Riwayat Penyakit
Riwayat pasien akan mengindikasikan harapan dan perhatian pasien pada perawatan.
Umur dan kesehatan pasien akan mempengaruhi rencana perawatan, seperti pasien usia muda
dengan resorbsi tulang alveolar yang berat dapat sabar terhadap perawatan bedah yang
kompleks dibandingkan pasien usia tua dengan morfologi tulang yang sama. Riwayat
penyakit mencakup informasi penting seperti status resiko pasien terhadap tindakan bedah,
dengan perhatian khusus kepada penyakit sistemik pasien yang dapat mempengaruhi
penyembuhan luka jaringan lunak dan jaringan keras.

B. Pemeriksaan Klinis
Hal ini mencakup penilaian intra oral dan ekstra oral secara umum dari jaringan lunak
dan jaringan keras dan analisa khusus dari daerah yang akan ditempati gigi tiruan. Penilaian
tinggi, lebar dan bentuk tulang alveolar secara umum, dan memperhatikan apakah terdapat
undercut tulang dan posisi dari struktur anatomi jaringan sekitar seperti mental neuro-
vascular bundle. Juga dinilai kedalaman dari sulkus bukal,posisi dan ukuran frenulum,
perlekatan otot dan kondisi dari tulang alveolar. Kebersihan rongga mulut pasien harus baik
sehingga dapat dilakukan tindakan bedah dan untuk menghindari komplikasi atau hasil
pembedahan yang buruk.

C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiografi berguna untuk menilai kondisi dari tulang rahang. Panoramik
foto berguna untuk mengetahui kualitas keseluruhan dari tulang alveolar dan untuk melihat
adanya sisa akar gigi atau kelainan patologi yang lain (seperti kista rahang). Lateral
cephalostat atau cephalogram photo dapat digunakan untuk melihat hubungan skeletal antero
posterior dan tinggi tulang alveolar bagian anterior. Periapikal photo berguna bila akan
dilakukan pengambilan sisa akar sebelum pembuatan gigi tiruan.

4
BAB IV
BEDAH PREPROSTETIK

Berbagai macam teknik dapat digunakan, baik sendiri atau dikombinasi, untuk
mempertahankan dan memperbaiki daerah yang akan ditempati gigi tiruan. Secara umum ada
dua golongan dari bedah preprostetik :

A. Bedah Jaringan Lunak

1) Vestibuloplasty
Suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk meninggikan sulkus vestibular dengan
cara melakukan reposisi mukosa , ikatan otot dan otot yang melekat pada tulang yang
dapat dilakukan baik pada maksila maupun pada mandibula dan akan menghasilkan
sulkus vestibular yang dalam untuk menambah stabilisasi dan retensi protesa.
Vestibulum dangkal dapat disebabkan resorbsi tulang alveolar, perlekatan otot terlalu
tinggi, adanya infeksi atau trauma
2) Alveolplasty
Alveolplasty adalah prosedur bedah yang biasanya dilakukan untuk mempersiapkan
linggir alveolar karena adanya bentuk yang irreguler pada tulang alveolar berkisar dari
satu gigi sampai seluruh gigi dalam rahang, dapat dilakukan segera sesudah
pencabutan atau dilakukan tersendiri sebagai prosedur korektif yang dilakukan
kemudian.
a. Simple alveolplasty
Tindakan ini dilakukan bersamaan dengan pencabutan gigi , setelah pencabutan gigi
sebaiknya dilakukan penekanan pada tulang alveolar soket gigi yang dicabut . Apabila
setelah penekanan masih terdapat bentuk yang irreguler pada tulang alveolar maka
dipertimbangkan untuk melakukan alveolplasty. Petama dibuat flap mukoperiosteal
kemudian bentuk yang irreguler diratakan dengan bor , bone cutting forcep atau
keduanya setelah itu dihaluskan dengan bone file. Setelah bentuk tulang alveolar baik
dilakukan penutupan luka dengan penjahitan. Selain dengan cara recontouring tadi
apabila diperlukan dapat disertai dengan tindakan interseptal alveolplasty yaitu
pembuangan tulang interseptal, hal ini dilakukan biasanya pada multipel ekstraksi.

5
b. Secondary alveolplasty.
Linggir alveolar mungkin membutuhkan recountouring setelah beberapa lama
pecabutan gigi akibat adanya bentuk yang irreguler. Pembedahan dapat dilakukan
dengan membuat flap mukoperiosteal dan bentuk yang irregular dihaluskan dengan
bor, bone cutting forcep dan dihaluskan dengan bone file setelah bentuk irreguler
halus luka bedah dihaluskan dengan penjahitan. Pada secundary alveolplasty satu
rahang sebaiknya sebelum operasi dibuatkan dulu “ Surgical Guidance “ Yang
berguna sebagai pedoman pembedahan.

3) Frenektomi
Suatu tindakan bedah untuk merubah ikatan frenulum baik frenulum labialis atau
frenulum lingualis. Freenulum merupakan daerah lipatan mukosa yang terletak pada
vestibulum mukosa bibir, pipi dan lidah.

B. Bedah Jaringan Keras


1) Alveolektomi
adalah prosedur bedah pada tulang rahang yang biasanya mempersiapkan linggir
alveolar karena adanya bentuk yang irreguler pada tulang alveolar berkisar dari satu
gigi sampai seluruh gigi dalam rahang, dapat dilakukan segera sesudah pencabutan
atau dilakukan tersendiri sebagai prosedur korektif yang dilakukan kemudian.
2) Alveolar Augmentasi
Pada keadaan resorbsi tulang yang hebat , maka diperlukan tindakan bedah yang lebih
sulit dengan tujuan : Menambah besar dan lebar tulang rahang, menambah kekuatan
rahang, memperbaiki jaringan pendukung gigi tiruan. Terdapat beberapa cara untuk
menambah ketinggian linggir alveolar Yaitu :
a) Dengan cangkok tulang autogenous, tulang dapat diperoleh tulang iliak atau
costae
b) Dengan melakukan osteotomi yaitu Visor osteotomi dan sandwich osteotomi
c) Penambahan dengan menggunakan Hydroxiapatit
3) Oral tori
Merupakan tonjolan tulang yang dapat terjadi pada mandibula atau maksila. Oral tori
merupakan lesi jinak, tumbuhnya lambat, tidak menimbulkan rasa sakit, pada palpasi

6
terasa keras, terlokalisir dan berbatas jelas, etiologi belum diketahui dengan pasti
tetapi beberapa ahli menduga terjadi karena adanya proses inflamasi pada tulang.
Terdapat 2 macam oral tori yaitu torus mandibularis dan torus palatinus.
BAB V
BEDAH PREPROSTETIK JARINGAN KERAS

A. Alveolektomi

Alveolektomy adalah pengurangan tulang soket dengan cara mengurangi plate labial
atau bukal dari prosessus alveolar dengan pengambilan septum interdental dan interadikuler.
Atau Tindakan bedah radikal untuk mereduksi atau mengambil procesus alveolus disertai
dengan pengambilan septum interdental dan inter radikuler sehingga bisa di laksanakan
aposisi mukosa.

Alveolektomi termasuk bagian dari bedah preprostetik, yaitu tindakan bedah yang
dilakukan untuk persiapan pemasangan protesa. Tujuan dari bedah preprostetik ini adalah
untuk mendapatkan protesa dengan retensi, stabilitas, estetik, dan fungsi yang lebih baik.
Tindakan pengurangan dan perbaikan tulang alveolar yang menonjol atau tidak teratur untuk
menghilangkan undercut yang dapat mengganggu pemasangan protesa dilakukan dengan
prinsip mempertahankan tulang yang tersisa semaksimal mungkin. Seringkali seorang dokter
gigi menemukan sejumlah masalah dalam pembuatan protesa yang nyaman walaupun kondisi
tersebut dapat diperbaiki dengan prosedur bedah minor. Penonjolan tulang atau tidak teratur
dapat menyebabkan protesa tidak stabil yang dapat mempengaruhi kondisi tulang dan
jaringan lunak dibawahnya.  

Tujuan alveolektomi adalah :

1. Membuang ridge alveolus yang tajam dan menonjol


2. Membuang tulang interseptal yang sakit sewaktu dilakukan gingivektomy
3. Untuk membuat kontur tulang yang memudahkan pasien dalam melaksanakan
pengendalian plak yang efektif.
4. Untuk membentuk kontur tulang yang sesuai dengan kontur jaringan gingival setelah
penymbuhan.
5. Untuk memudahkan penutupan luka primer.

7
Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi untuk prosedur ini sangat jarang dilakukan tetapi mungkin dilakukan saat
proyeksi gigi anterior dari ridge pada area premaksilaris akan menjadi masalah untuk estetik
dan kestabilan gigi tiruan pada masa yang mendatang. Maloklusi klass II divisi I adalah tipe
yang sangat memungkinkan untuk dilakukan prosedur ini

 Indikasi

1. Indikasi dari prosedur alveolektomi jarang dilakukan tetapi biasanya pada dilakukan
pada kasus proyeksi anterior yang berlebih pada alveolar ridge pada maxilla atau
untuk pengurangan prosesus alveolaris yang mengalami elongasi Area yang berlebih
tersebut dapat menimbulkan masalah dalam estetik dan stabilitas gigi tiruan.
Pembedahan ini paling banyak dilakukan pada maloklusi kelas II divisi I.
2. Alveolektomi juga dilakukan untuk mengeluarkan pus dari suatu abses pada gigi.
3. Alveolektomi diindikasikan juga untuk preparasi rahang untuk tujuan prostetik yaitu
untuk memperkuat stabilitas dan retensi gigi tiruan.
4. Menghilangkan alveolar ridge yang runcing yang dapat menyebabkan :
neuralgia,protesa tidak stabil,protesa sakit pada waktu dipakai.
5. Menghilangkan tuberositas untuk mendapatkan protesa yang stabil dan enak dipakai
6. Untuk eksisi eksostosis.
7. Menghilangkan interseptal bonediseas.
8. Menghilangkan undercut.
9. Mendapatan spaceintermaksilaris  yang diharap.
10. Untuk keperluan perawatan ortodontik,bila pemakaian alat ortho tidak maksimal
maka dilakukan alveolektomi
11. penyakit periodontal yang parah yang mengakibatkan kehilangan sebagian kecil
tulang alveolarnya.
12. ekstraksi gigi yang traumatik maupun karena trauma eksternal.

8
 Kontra indikasi

Sedangkan kontra indikasi alveolektomi adalah :

1. Pasien dengan penyakit sistemik


2. Periostitis
3. Periodontitis

Klasifikasi Alveolektomi

a) Simple alvolectomy

Setelah dilakukan multiple extractions, lapisan alveolar bukal dan tulang interseptal
diperiksa untuk mengetahui adanya protuberansia dan tepi yang tajam. Incisi dibuat
melintangi interseptal crests. Mukoperiosteum diangkat dengan hati-hati dari tulang
menggunakan Molt curet no.4 atau elevator periosteal. Kesulitan terletak pada permulaan flap
pada tepi tulang karena periosteum menempel pada akhiran tulang, tetapi hal ini harus dilatih
agar flap tidak lebih tinggi dari dua per tiga soket yang kosong. Jika terlalu tinggi akan dapat
melepaskan perlekatan lipatan mukobukal dengan mudah, dengan konsekuensi hilangnya
ruang untuk ketinggian denture flange. Flap diekstraksi dengan hati-hati dan tepi dari gauze
diletakkan di antara tulang dan flap. Rongeur universal diletakkan pada setengah soket yang
kosong, dan lapisan alveolar bukal atau labial direseksi dengan ketinggian yang sama pada
semua soket. Rounger diposisikan pada sudut 45° di atas interseptal crest, satu ujung pada
masing-masing soket, dan ujung interseptal crest dihilangkan. Prosedur ini dilakukan pada
semua interseptal crests.

Perdarahan tulang dikontrol dengan merotasi curet kecil pada titik perdarahan. File
ditarik secara ringan pada satu arah pemotongan secara menyeluruh sehingga meratakan
tulang. Partikel-partikel kecil dihilangkan, gauze juga dilepaskan sehingga awalan flap
terletak pada tulang, dan jari digesek-gesekkan (dirabakan) pada permukaan mukosa untuk
memeriksa kedataran tulang alveolus. Lapisan bukal harus dibuat kontur kurang lebih
setinggi lapisan palatal dan dibuat meluas dan datar. Undercut pada bagian posterior atas dan

9
anterior bawah perlu deperhatikan. Sisa jaringan lunak dan jaringan granulasi kronis juga
dihilangkan dari flap bukal dan palatal, kemudian dijahit menutupi area interseptal tetapi
tidak menutupi soket yang terbuka. Penjahitan secara terputus atau kontinyu dilakukan tanpa
tekanan.

b) Radical alveolectomy

Pembentukan kontur tulang bagian radiks dari tulang alveolar diindikasikan karena
terdapat undercuts yang sangat menonjol, atau dalam beberapa hal, terdapat perbedaan dalam
hubungan horizontal berkenaan dgn rahang atas dan rahang bawah yang disebabkan oleh
overjet. Beberapa pasien mungkin memerlukan pengurangan tulang labial untuk
mendapatkan keberhasilan dalam perawatan prostetik. (Vohra, 2011)

Dalam beberapa kasus, flap mukoperiosteal menjadi prioritas untuk melakukan


ekstraksi. Ekstraksi gigi, pertama dapat difasilitasi dengan menghilangkan tulang labial diatas
akar gigi. Penghilangan tulang ini juga akan menjaga tulang intraradikular. Setelah itu sisa-
sisa tulang dibentuk dan dihaluskan sesuai dengan tinggi labial dan oklusal menggunakan
chisel, rongeur dan file. Sisa jaringan pada bagian flape labial dan palatal dihaluskan.

Dalam penutupan flap, penting untuk menghilangkan jaringan pada area premolar
agar terjadi penuruan pengeluaran dari tulang labial. Dalam pembukaan flap yang besar,
harus dilakukan pemeliharaan yang tepat untuk memelihara perlekatan dari lipatan
mukobukal sebaik mungkin, atau selain itu penghilangan kelebihan flap yang panjang harus
dilakukan pada akhirnya. Jika flap tidak didukung dengan gigi tiruan sementara (immediate
denture) dan sisa jaringan tidak dihilangkan, tinggi dari lapisan mukobukal akan berkurang
secara drastis.

Prosedur Alveolektomi

Teknik untuk alveolektomi maksila dan mandibula:

1. Jika kasus salah satu dari gigi yang tersisa baru dicabut, mukoperiosteum harus dicek
untuk memastikan bahwa telah terdapat kedalaman minimum sebesar 10 mm. Dari
semua tepi gingival yang mengelilingi area yang akan dihilangkan.
2. Pastikan bahwa insisi telah dibuka mulai dari midpoint dari puncak alveolar pada titik
di pertengahan antara permukaan buccal dan lingual dari gigi terakhir pada satu garis,

10
yaitu gigi paling distal yang akan dicabut, menuju ke lipatan mukobukal pada sudut
450 setidaknya 15mm. tarik insisi ke area dimana gigi tersebut sudah dicabut
sebelumnya.
3. Angkat flap dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi tersebut dengan jari
telunjuk tangan kiri atau dengan hemostat yang ditempelkan pada tepi flap atau
dengan tissue retactor.
4. Bebaskan tepi flap dari darah menggunakan suction apparatus, dan jaga dari seluruh
area operasi.
5. Letakkan bone shear atau single edge bone-cutting rongeur dengan satu blade pada
puncak alveolar dan blade lainnya dibawah undercut yang akan dibuang, dimulai pada
regio insisivus sentral atas atau bawah dan berlanjut ke bagian paling distal dari
alveolar ridge pada sisi yang terbuka.
6. Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan angkat menuju lingual,
sehingga plate bagian lingual dapat terlihat. Prosedur ini akan memperlihatkan banyak
tulang interseptal yang tajam.
7. Hilangkan penonjolan tulang interseptal yang tajam tersebut dengan end-cutting
rongeurs.
8. Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge dengan bone file. Tahan
bone file pada posisi yang sama sebagai straight operative chisel , pada posisi jari
yang sama, dan file area tersebut pada dengan gerakan mendorong.
9. Susuri soket dengan small bowl currete dan buang tiap spikula kecil tulang atau
struktur gigi atau material tumpatan yang masuk ke dalam soket. Ulangi prosedur ini
pada sisi kiri atas dan lanjutkan ke tahap berikutnya.
10. Kembalikan flap pada posisi semula, kurang lebih pada tepi jaringan lunak, dan
ratakan pada posisi tersebut dengan jari telunjuk yang lembab.
11. Catat jumlah jaringan yang overlapping, yang notabene bahwa tulang dibawahnya
telah dikurangi, yang akhirnya meninggalkan tulang yang lebih sedikit dilapisi oleh
jaringan lunak.
12. Dengan gunting, hilangkan sejumlah mukoperiosteum yang sebelumnya terlihat
overlap.
13. Ratakan jaringan lunak tersebut kembali ketempatnya menggunakan jari telunjuk
yang lembab, perkirakan tepi dari mukoperiosteum, lalu catat apakah ada penonjolan
tajam yang tersisa pada alveolar ridge. Operator dapat merasakannya dengan jari
telunjuk.

11
14. Jika masih terdapat penonjolan dari tulang yang tersisa, hilangkan dengan bone fie.
15. Jahit mukoperiosteum kembali ketempatnya.

Gambar 1 . Alveolektomi pada mandibula

B. ALVEOLAR AUGMENTASI

Augmentasi linggir alveolar adalah suatu prosedur bedah untuk memperbaiki bentuk dan
ukuran linggir alveolar dalam persiapan untuk menerima dan mempertahankan protesa gigi.
Terdapat beberapa cara untuk menambah ketinggian linggir alveolar, yaitu :

1) Cangkok tulang autogenous, tulang dapat diperoleh dari crista iliaca atau tulang iga. Crista
iliaca member fasilitas tulang konselus lebih banyak dan dengan kemampuan osteogenik
lebih baik disbanding tulang iga. Cangkokan crista iliaca biasanya bersifat unikortikal dan
lebih cocok untuk rahang atas dimana adaptasi dan konturing tidak begitu ditekankan.
Cangkokan tulang iga biasanya diambil secara longitudinal dan diukurkan melintang sebelum
diadaptasikan pada mandibula. Cangkokan tulang distabilisasi dengan pengawetan langsung
(transoseus) pada linggir residual rahang atas maupun rahang bawah.

2) Osteotomi, yaitu Visor Osteotomi atau Sandwich Osteotomi

12
3) Penambahan dengan menggunakan hidroxilapatit (HA). Hidroxilapatit merupakan suatu
bahan alloplastik yang HA yang relatif biokompatibel, non-biodegradasi, osteokonduktif, dan
osteofilik, tetapi non-osteogenik, dan mempunyai partikel granular yang halus, tersusun
secara teratur ataupun tidak. Secara kimiawi, mirip dengan kalsium fosfat yang menyusun
email atau tulang. Insersi bahan ini segera pada tempat bekas pencabutan menunjukkan hasil
klinis dan laboratoris yang baik dalam mempertahankan linggir alveolar.

Indikasi

Indikasi untuk augmentasi tulang adalah:

 kelainan kraniofasial
 cleft fasial. Pasien pada kasus ini sering mengalami hipoplasia maksila. Bahkan
setelah perbaikan sumbingnya dan perawatan ortodontik, defisiensi maksila yang
parah masih tetap ada. Augmentasi tulang secara eksternal dapat memperlambat
ekspansi pada jaringan sekitarnya, sehingga tubuh bisa mengakomodasi posisi baru
maksila.
 defisiensi linggir alveolar
 trauma kompleks
 anomali dengan defisiensi maksila
 kekurangan tulang alveolar. Kekurangan tulang alveolar mungkin merupakan hasil
dari keadaan, seperti trauma avulsi gigi insisivus rahang bawah atau cacat bawaan.
 bila daerah yang mendukung protesa dari linggir yang atropi yang besar tidak bisa
dibaiki dengan vestibuloplasti

Kontraindikasi

Kontraindikasi untuk augmentasi tulang alveolar yaitu, pasien muda harus dipilih dengan
hati-hati karena tulang mereka rapuh dan jumlah tulang yang tersedia untuk penempatan
implan mungkin tidak memadai. Banyak penelitian telah menunjukkan hasil yang
memuaskan pada bayi, tanpa adanya efek samping. Sebelum operasi, operator harus
mengkonfirmasi bahwa kekuatan dari segmen yang dipindahkan cukup untuk menahan
kekuatan pengunyahan. Kelainan bentuk tulang akibat penyakit tulang tidak termasuk dalam
kontraindikasi, selama tulang tersebut cukup untuk dilakukan augmentasi tulang. Selain itu,
pasien yang kooperatif akan mendukung kelancaran perawatan ini.

13
Prosedur alveolar augmentasi

Aloplas untuk penambahan linggir

Penambahan linggir dengan aloplas (unsur hidroksiapatit) sering dilakukan di bagian bedah
selain dengan pencakokan tulang autologus. HA terdapat di dalam syringe berdiameter kecil
(6mm) yang berisi 0,75mg bahan steril dan siap digunakan, HA dibasahi dengan salin atau
darah vena untuk membantu pengeluarannya dari dalam syringe. HA bersifat radiopak, dan
tempat pertemuan antara tulang dan aloplas dengan mudah terlihat pada film.

Diseksi untuk penambahan lingir

Penambahan linggir regional maupun total dilakukan dengan cara yang serupa yaitu diseksi
subperiosteal dan deposisi, penutupan (agar tidak bocor), dan pencetakan terhadap HA. Ada
berbagai pendekatan untuk membentuk saluran subperiosteal, yang diperlukan untuk
membentuk ruang atau kantung tempat deposisi bahan. Diseksi mandibula dilakukan dengan
insisi melintang bilateralpada regio gigi kaninus atau insisivus di garis tengah dikombinasi
dengan insisi bilateral disebelah posterior foramen mentale. Cabang-cabang dari n. Mentalis
dengan hati-hati dipertahankan. Lingir rahang atas bisa dicapai dengan insisi melintang
tunggal pada garis tengah, untuk penambahan lingir yang terbatas ke arah anterior atau insisi
pada regio kaninus bilateral untuk mendapat jalan masuk ke seluruh lingir. Diseksi
subperiosteal dilakukan dengan menggunakan elevator periosteal. Faktor pertama pada
preparasi kedua lingir tersebut adalah menghindari perluasan yang berlebihan (overdiseksi),
yang memungkinkan keluarnya bahan menuju keruang jaringan lunak di sekitarnya. Jahitan
yang erat biasanya digunakan untuk menarik dan memfiksasi insisi melintang, agar insersi
syringe yang memuat HA akan lebih mudah. Bahan tersebut diseposisikan dari posterior ke
anterior. Apabila terdapat atropi yang luas (pasien klas III/IV), makabisa dilakukan
kombinasi cangkokan autologus-aloplas dengan perbandingan 1:1. Apabila pengisian sudah
selesai, insisi ditutup dengan jahitan yang dapat diabsorbsi. Untuk menutup dan mencetak
cangkokan digunakan basis protesa akrilik atau templete yang dibuat sesuai dengan
konfigurasi lingir yang diharapkan. Basis protesa tersebut distabilisasi dengan pengawatan
sirkummandibular (pada mandibula) atau sekerup tulang pada maksila. Basis protesa atau
templete tersebut tetap dipertahankan pada tempatnya selama 3-4 minggu. Hal ini
dimaksudkan bukan hanya untuk menunggu mengerasnya HA saja, tetapi juga untuk
mempertahankan kedalaman sulkus.

Pengembang jaringan (tissue expenders)

14
Pengerasan HA memerlukan waktu 4-6 minggu. Pada praktek biasanya ditunggu sampai 4
minggu sesudah pembedahan untuk konstruksi protesa sementara dan paling tidak 2 bulan
apabila ingin dilakukan vestibuloplasti. Setelah 4 tahun pada sebagian besar kasus
menunjukkan tetap terpeliharanya lingir (hasilpenambahan)dengan 90% tetap bertahan
dengan baik. Komplikasi utama pada penambahan lingir mandibula adalah trauma pada n.
Mentalis dan mengakibatkan anestesia/disestesia, yang manifestasinya berupa semutan pada
bibir. Kembalinya sensasi merupakan hal yang memang harus terjadi dan bukan merupakan
perkecualian. Terapi profilaksis antibiotik dianjurkan oleh beberapa ahli bedah, walaupun
infeksi pasca bedah kemungkinannya kecil.

Blok hidroksiapatit

Blok HA yang porus kadang-kadang digunakan untuk penambahan lingir. Insersi dilakukan
dengan pembuatan saluran subperiosteal atau dengan prosedur pembukaan flap, dengan jalan
masuk yang agak lebih luas, dibuat sepanjang insisi lingir dan pembuatan flap yang besar.
Apabila menggunakan blok HA, maka mukosa harus masih ada dan dapat dimobilisasi,
karena tegangan penutupan cenderung mengakibatkan dehisensi tepi insisi mukosal, sehingga
mendedahkan materialnya . Walaupun hasil awal dari blok HA nampak memuaskan
misalnya85-90% dari cangkokan bisa bertahan tanpa terjadi dehisensi selama tahun pertama,
tetapi perkembangan selanjutnya nampaknya kurang menggembirakan. Pada 2 tahun
pertama, keberhasilan mungkin menurun sampai 15-20%. Penyebab kegagalan umumnya
adalah rusaknya mukosa pada daerah premolar, pada bagian pertemuan dari blok. Usaha
selanjutnya dalam mereduksi terbukanya bahan blok mengungkapkan adanya kegagalan
vaskularisasi pada implan.

Pemeliharaan linggir

Insersi HA dengan segera pada tempat bekas pencabutan menunjukkan hasil klinis dan
laboratoris yang baik dalam mempertahankan linggir alveolar. Pada suatu studi, pasien yang
telah dievalusi ulang setelah lebih dari 2 tahun menunjukkan bahwa lingir dari sisi yang
dilakukan perawatan ukurannya 2 kali lebih besar dibandingkan yang tidak dirawat (kontrol),
walaupun dibebani protesa pada waktu berfungsi.

C. Oral Tori

Merupakan tonjolan tulang yang dapat terjadi pada mandibula atau maksila. Oral tori
merupakan lesi jinak, tumbuhnya lambat, tidak menimbulkan rasa sakit, pada palpasi terasa

15
keras, terlokalisir dan berbatas jelas, etiologi belum diketahui dengan pasti tetapi beberapa
ahli menduga terjadi karena adanya proses inflamasi pada tulang. Terdapat 2 macam oral tori
yaitu torus mandibularis dan torus palatinus.

Torus palatinus

Torus palatinus merupakan suatu penonjolan tulang (exostosis) yang umum terjadi di
tengah palatum keras. Exostosis adalah suatu pertumbuhan benigna jaringan tulang yang
menonjol keluar dari permukaan tulang. Secara khas keadaan ini ditandai dengan tertutupnya
tonjolan tersebut oleh kartilago.

Gambar 2. Torus palatinus (A) Torus palatinus yang besar pada palatum keras di dalam
rongga mulut.  (B) Torus palatinus multiple

Etiologi dan Patogenesis

Secara anatomis terdapat pembengkakan nodular yang terdiri dari tulang lamelar normal,
sekalipun lesi luas mungkin memiliki tulang cancellous pada bagian tengahnya. Patogenesis
dari penonjolan (exostosis) ini masih diperdebatkan, berkisar dari faktor genetik hingga
lingkungan (seperti tekanan kunyah). Penyebab exostosis ini belum diketahui tetapi pada
beberapa orang diturunkan secara autosomal dominan.

Sering disebut juda tori adalah suatu nodular jinak yang tumbuh berlebihan dari tulang
kortikal. Walaupun gambaran fisiknya dapat merupakan suatu alarm tanda keganasan, tetapi

16
secara umumm tidak dibutuhkan suatu perhatian khusus. Protuberensia tulang yang terdapat
di midline palatum dimana maksila menyatu. Tori bisa terdapat di mandibula, khas di sisi
lingual dari gigi molar.

Tori dilapisi jaringan epitelium yang tipis, yang mudah mengalami trauma dan ulcus.
Penyembuhan pada ulcus yang terjadi cenderung sangat lambat karena tori miskin
vaskularisasi. Torus palatinus tumbuh sangat lambat dan terjadi pada semua umur, tetapi
sebagian besar terjadi sebelum usia 30 tahun. Torus palatinus dua kali lebih sering terjadi
pada wanita.

Gambaran Klinis

Exostosis tulang tampak sebagai tumor (pembengkakan) yang kaku dengan permukaan
mukosa yang normal. Tonjolan tulang yang keras di tengah-tengah palatum ini biasanya
berukuran diameter kurang dari 2 cm, namun terkadang perlahan-lahan dapat bertambah
besar dan memenuhi seluruh langit-langit. Kebanyakan torus tidak menyebabkan gejala.
Bentuk dan ukuran dari torus palatinus bervariasi.

Ketika muncul di daerah midline pada palatum durum maka disebut torus palatinus dan
ketika muncul dilateral di redio lingual premolar dari mandibula disebut torus mandibularis.
Yang sangat mengherankan, torus palatinus dan torus mandibularis jarang ditemukan muncul
bersama-sama pada satu individu. Prevalensi dari torus palatinus dan torus mandibularis
adalah 20-25% dan 6-12% dari populasi umum. Pada wanita insidennya lebih tinggi.
Biasanya pasien baru menyadari ada exostosis ini bila ada trauma.

Diagnosis

Diagnosis didapatkan dari gejala klinik. Bisa dilakukan biopsi, oral radiographs dan CT
scans untuk menegakkan diagnosis.

Terapi

Tidak ada menajemen aktif yang wajib dilakukan, menenangkan pasien bahwa
keadaanya merupakan bukan suatu keganasan. Bila mukosa yang melapisinya tipis dan
cenderung trauma, pasien mungkin membutuhkan antiseptik pencuci mulut jika terdapat
ulcus. Bila tidak ada keluhan, torus palatinus tidak memerlukan perawatan. Namun pada

17
pasien yang menggunakan gigi tiruan, torus palatinus ini dapat mengganjal basis gigi tiruan
sehingga harus dihilangkan dengan tindakan bedah menggunakan conservative surgical
excision.

Di bidang kedokteran gigi, penatalaksanaan torus palatinus berkaitan dengan


pembuatan gigi tiruan sangat penting diperhatikan. Torus palatinus merupakan tonjolan yang
ditutupi oleh selapis tipis jaringan lunak yang menyebabkan tori lebih sensitif terhadap
tekanan atau palpasi (perabaan) dan pada saat perabaan akan terasa sangat keras.

Konsistensi tori pada palatum sangat keras dan tidak sama dengan jaringan fibrous
yang emenutupi puncak tulang alveolar. Oleh sebab itu, penatalaksanaan tori agar tidak
mengganggu stabilisasi dan retensi gigi tiruan maka harus dibebaskan dari gigitan tekanan
gigi tiruan atau dibuang secara bedah. Torus palatinus yang tidak ditanggulangi akan
menyebabkan garis fulkrum yang seharusnya di puncak lingir, akan berpindah di puncak
torus. Hal ini menyebabkan gigi tiruan tidak stabil dan mudah retak (patah).

18
Gambar 3 : Tahapan prosedur pengambilan torus palatinus

Torus mandibularis

Etiologi dan Patogenesis


Biasanya terdapat pada lingual rahang bawah didaerah kaninus atau premolar kiri dan
kanan, bisa single atau multiple. Bila diperlukan dapat dilakukan eksisi. Torus mandibularis
adalah pembesaran tulang yang keras, dimana etiologinya tidak diketahui. Torus
mandibularis merupakan pertumbuhan tulang ektopik yang kelihatan sepanjang aspek lingual
pada mandibula superior sampai mylohyoid ridge. Castro Reino mengartikan torus
mandibularis sebagai pembengkakan dengan karakteristik jinak, akibat kerja yang berlebihan
dari osteoblas dan tulang didepositkan di sepanjang garis fusi/penyatuan palatine atau

19
hemimandibular bodies. Penemuan adanya exostosis ini biasanya didapat secara tidak
disengaja selama pemeriksaan klinis rutin, biasanya tidak menimbulkan gejala, kecuali pada
beberapa kasus pertumbuhan signifikan pada pasien edentulous. Pada beberapa kasus
mungkin akan menghalangi konstruksi dari protesa. Torus mandibularis ini tergolong tumor
yang berkembang lambat seperti pertumbuhan tulang yang berada di permukaan lingual
dalam tulang mandibula. (Haggerty,2015)

Gambaran Klinis

Lokasi dari terjadinya torus mandibula yaitu terletak diatas perlekatan otot milohioid
dan biasanya bilateral. Torus yang biasanya bilateral ,hampir sering terjadi di regio premolar.
Hal ini terlokalisasi pada aspek lingual dari mandibula, baik di satu sisi atau lebih, tapi
umumya di kedua sisi. Pada sebagian besar kasus, torus mandibularis biasanya ditemukan
secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan di dental office. Hal ini karena biasanya kejadian
torus mandibularis tidak menimbulkan gejala, sehingga pasien tidak sadar bahwa mereka
memiliki torus mandibularis. Terkadang beberapa pasien mungkin memiliki gangguan
fonetik, keterbatasan mekanisme pengunyahan, ulserasi mukosa, deposit makanan, dan
ketidakstabilan protesa. Torus mandibularis didiagnosa berdasarkan pemeriksaan klinis:
Torus mandibularis biasanya simetris dan bilateral namun dapat juga unilateral. Lokasi pada
permukaan lingual mandibula, di atas garis mylohyoid dan pada area premolar. Pemeriksaan
histopatologi mengungkapkan struktur tulang yang sama dengan yang dimiliki tulang
kompakta normal dan juga memiliki struktur spongious dengan sumsum tulang.

Pada gambaran radiografi torus mandibularis tampak sebagai gambaran radiopak pada
regio premolar pada rahang bawah atau kaninus rahang bawah.14 X-ray akan memberikan
gambaran yang lebih radiopaque dibandingkan tulang-tulang disekitarnya Gambaran torus
dalam radografi tampak lebih radiopak karena pada bagian tersebut kepadatan tulang lebih
padat daripada tulang disekitarnya. Torus ini perlu diperhatikan karena apabila  torus berada
dalam periapikal premolar, maka harus dapat dibedakan dengan kelainan yang lain, supaya
tidak melakukan kesalahan pada perawatannya. (Haggerty,2015)

Prosedur Tindakan

1. Teknik insisi

Insisi dilakukan sepanjang puncak linggir alveolar tanpa insisi vertical. Insisi ini dibuat
dengan ketebalan penuh (menyertakan mukosa dan periosteum) di atas lingir residual atau

20
pada kreviks gingival bagian lingual, apabila giginya masih ada. Flap mukoperiosteal
tersebut kemudian disingkapkan dari permukaan superior dan permukaan lingual dari
linger dan torus dengan hati-hati untuk menghindari sobekan flap.

2. Syarat Dan Bentuk Flap


Flap mukoperiosteal dibuat kearah lingual, dengan menarik secara luas mukosa yang
menutupi torus dengan pinset, sehingga tulang yang mengalami eksostosis dapat terlihat
untuk kemudian dilakukan pembedahan. Perlu diingat bahwa pembuatan flap dilakukan
tanpa insisi tambahan.

3. Pemotongan dan Penghalusan Torus


Setelah dilakukan insisi, maka dengan mengunakan bur  fisur atau bur bulat dilakukan
pengeboran sedalam 3-4 mm sepanjang garis pertemuan antara torus dan permukaan
kortikal mandibula dari arah posterior ke anterior.  Permukaan ini sejajar atau sedikit
miring terhadap permukaan medial mandibula. Pemotongan torus ini bisa dilakukan
dengan menggunakan osteotom. Karena biasanya terdapat celah alami antara torus dengan
lamina mandibularis lingual, maka untuk melepaskan torus hanya diperlukan kekuatan
sedikit saja. Sesudah dilakukan penghalusan terakhir dengan menggunakan bur dan kikir
tulang, bagian tersebut diirigasi dengan salin steril dan diinspeksi.

4. Penjahitan Luka Bedah

Penutupan torus dilakukan dengan jahitan kontinyu dari posterior ke anterior. Teknik yang
digunakan adalah teknik jahitan terputus-putus atau mattress. Dengan metode ini, dibuat
setik tunggal/individu dan masing-masing diikat tersendiri dengan simpul square atau
simpul bedah.  Suatu modifikasi dari jahitan terputus adalah horizontal atau vertikal.
Teknik matress menghasilkan eversi dari tepi luka, yang pada hal tertentu diharapkan
karena permukaan penyembuhan bisa mempunyai kontak yang luas. Jahitan matress
horizontal dapat dibuat dengan menggandengkan dua jahitan terputus yang berdampingan,
yang terletak pada dataran yang sama dengan simpul tunggal.

21
Gambar 4. Torus mandibularis

BAB VI

KESIMPULAN

Bedah preprostetik yang berhasil bergantung pada evaluasi dan rencana perawatan
yang baik dan benar. Bedah merupakan salah satu pertimbangan yang dapat dijadikan pilihan
untuk memperoleh hasil yang optimal pada pembuatan gigi tiruan yang ideal.
Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang alveolar dan
jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan dental prothesa yang baik, nyaman dan

22
estetis. Ketika gigi geligi asli hilang, perubahan akan terjadi pada alveolus dan jaringan lunak
sekitarnya.
Beberapa jenis tindakan yang dapat dilakukan dalam bedah preprostetik seperti bedah
jaringan lunak dan keras yang termasuk vestibuloplasty, frenektomi, alveoplasty, alveolar
augmentasi, alveolektomi, oral tori dapat dipertimbangkan dilakukan untuk hasil yang
optimal pada pembuatan gigi tiruan yang ideal.

DAFTAR PUSTAKA

1) Borle R.M.. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. 2014. New Delhi,
IndiaJaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.

2) Ferri J and Hunziker E.B. Preprosthetic and Maxillofacial Surgery. Biomaterials,


Bone Grafting and Tissue Engineering. 2011. Woodhead Publishing Limited, 80 High
Street, Sawston, Cambridge CB22 3HJ, UK.

23
3) Haggerty C.J and Laughlin R.M. Atlas of operative Oral and maxillofacial Surgery.
2015. First Edition. Wiley Blackwell. USA

4) Howe, G.L. 1994. Minor Oral Surgery.3rd edition. CV Mosby co : St Louis., p 297–
298

5) Matthew et al., Surgical aids to Prosthodontics,Including Osseintegrated Implant in


Pedlar J., et al 2001, Oral and Maxillofacial Surgery. Edinberg. Churchill
Livingstone.

6) Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery -Third Edition. Miloro.M et


all. 2011. People’s Medical Publishing House-USA.

7) Panchal et al. Minor Preprosthetic Surgery in Dym, Harry et al. 2001. Atlas of Minor
Surgery, Philadelphia : W.B. Saunders Co.

8) Stephens W., Preprosthetic Oral and Maxillofacial Surgery in Donoff B., 1997
Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby.

9) Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in Peterson et al., 1998, Contemporary Oral and
Maxillofacial Surgery. Philadelphia W.B. Saunders Co.

10) Vohra P. Vohra N . Provisional Prosthesis for Class 1 Radical Mandibular


Alveolectomy Patient - A Case Report.. Asian Journal of Oral Health & Allied
Sciences - Volume 1, Issue 1, Jan-Mar 2011. Department of Prosthodontics,
2Department of Conservative Dentistry & Endodontics, Saraswati Dental College &
Hospital, Lucknow, India.

24

Anda mungkin juga menyukai