S DENGAN KASUS
FRAKTUR NASAL DI RUANG ASTER RSUD UNDATA
CI RUANGAN CI INSITUSI
(……………………………….) (……………………………….)
Penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu,
memfasilitas, memberi masukan dan mendukung penulisan makalah ini sehingga
selesai tepat pada waktunya. Semoga di balas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang
berlimpah.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi kami kelompok 4 dan bagi para pembaca makalah ini.
Penulis
Rizki Zalsabila
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka,
namun fraktur nasal sering tidak terdiagnosa dan diobati pada saat cedera.Pada
kasus trauma wajah sekitar 40% adalah fraktur nasal. Lokasi hidung di tengah dan
kedudukan dibagian anterior wajah merupakan salah satu faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya fraktur jika terdapat trauma pada wajah R Sjamsuhidajat,
Wim De Jong (2020).
Fraktur nasal merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh trauma
yang ditandai dengan patahnya tulang hidung baik sederhana maupun
kominunitiva. Fraktur nasal pada orang dewasa dijumpai pada kasus berkelahi,
trauma akibat olahraga, jatuh dan kecelakaan lalu lintas, sedangkan pada anak-
anak sering disebabkan karena bermain dan olahraga George L Adams (2019).
Fraktur nasal dapat ditemukan dan berhubungan dengan fraktur tulang
wajah yang lain. Oleh karena itu fraktur nasal sering tidak terdiagnosa dan tidak
mendapat penanganan karena pada beberapa pasien sering tidak menunjukan
gejala klinis.Jenis fraktur nasal tergantung pada arah pukulan yang mengenai
hidung. Fraktur lateral biasanya merupakan fraktur nasal tertutup yang mencapai
tulang frontalis dan maksilaris Lalwani AK (2021).
Fraktur nasal sering menyebabkan deformitas septum nasal karena adanya
pergeseran septum dan fraktur septum.Pada jenis fraktur nasal kominunitiva,
processus frontalis os maksila dan lamina prependikularis os ethmoidalis dan
vomer biasanya mengalami fraktur. Fraktur os nasal biasanya disebabkan oleh
trauma langsung Lalwani AK (2021). Pada pemeriksaan di dapatkan
pembengkakan, epistakis,nyeri tekan dan teraba garis fraktur. Foto rontagen dari
arah lateral dapat menunjang diagnosis. Fraktur tulang ini harus cepat direposisi
dengan anestesi local dan imobilisasi dilakukan dengan memasukan tampon ke
dalam lubang hidung dan dipertahankan dalam 3-4 hari. Patahan dapat dilindungi
dengan gips tipis berbentuk kupu-kupu untuk 1-2 minggu George L Adams
(2019).
1
Fraktur dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka atau tertutup,
tergantung pada integritas mukosa.Identidikasi awal dan penanganan cedera di
awal periode juga penting untuk menghindari komplikasi potensial dari patah
tulang dan septum hidung. Dengan memastikan tidak adanya hematom penting
untuk menghindari kerusakan lebih lanjut serta menghindari komplikasi antara
lain kompresi jaringan serta infeksi yang berbahaya. Selain itu, penting untuk ahli
bedah menilai gejala sisa pada awal dan akhir dari luka untuk terapi R
Sjamsuhidajat, Wim De Jong (2020).
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini yaitu penulis mampu :
a. Menggambarkan proses pengkajian pada Ny. S dengan kasusu Fraktur
Nasal
b. Menggambarkan proses penentuan diagnosa keperawatan muncul pada Ny.
S dengan kasusu Fraktur Nasal
c. Menggambarkan proses penyusunan intervensi keperawatan yang tepat
untuk Ny. S dengan kasusu Fraktur Nasal
d. Menggambarkan proses implementasi keperawatan pada Ny. S dengan
kasusu Fraktur Nasal
e. Menggambarkan proses evaluasi Tindakan yang telah dilakukan pada Ny. S
dengan kasusu Fraktur Nasal
f. Menggambarkan proses pendokumentasian yang telah dilakukan pada Ny.
S dengan kasusu Fraktur Nasal
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
3
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan
sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya
disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan
kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan
Disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran. Trauma nasal biasanya
disebabkan oleh trauma langsung, seperti terpukul, kecelakaan lalulintas
maupun pada saat olahraga.
2.4 Patofisiologi
4
Trauma nasal bagian lateral yang paling umum dan dapat mengakibatkan
fraktur salah satu atau kedua os nasal. Hal ini sering disertai dengan dislokasi
septum nasal di luar krista maxillaris Dislokasi septal dapat mengakibatkan
dorsum nasi berbentuk S, asimetri apex, dan obstruksi jalan napas. Trauma frontal
secara langsung pada hidung sering menyebabkan depresi dan pelebaran dorsum
nasi dengan obstruksi nasal yang terkait (Noventa, C. D., 2020).
Cedera yang lebih parah dapat mengakibatkan kominusi pecah menjadi
kecil-kecil seluruh piramida 12 nasal. Jika cedera ini tidak didiagnosis dan
diperbaiki dengan tepat, pasien akan memiliki hasil kosmetik dan fungsional yang
jelek. Diagnosis fraktur nasal yang akurat tergantung pada riwayat dan
pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Riwayat yang lengkap meliputi penilaian
terhadap kekuatan, arah, dan mekanisme cedera munculnya epistaksis atau
rhinorea cairan serebrospinalis, riwayat fraktur atau operasi nasal sebelumnya,
dan obstruksi nasal atau deformitas nasal eksterna setelah cedera. Pemeriksaan
fisik yang paling akurat jika dilakukan sebelum timbulnya edema pasca trauma.
Pemeriksaan ini memerlukan pencahayaan yang cukup lampu kepala atau otoskop,
instrumentasi spekulum hidung, dan suction sebaiknya tipe Frasier. Inspeksi pada
bagian dalam hidung sangat penting (Noventa, C. D., 2020).
5
2.5 Pathways
Penurunan absorpsi
kalsium
Rentan fraktur
Fraktur Nasal
6
2.6 Penatalaksanaan
7
BAB III
8
f. Riwayat Kesehatan keluarga
Berisi tentang genogram minimal 3 generasi, dengan siapa klien tinggal dan
berapa jumah keluarga? Apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit serupa? Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular
atau menurun? Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu
anggota keluarga sakit?
g. Pengkajian pola fungsi Gordon
Berisi tentang Persepsi terhadap kesehatan dan menejemen Kesehatan, Pola
Aktivitas dan Latihan, Pola kognitif dan perceptual, Kemampuan konsep diri,
pola koping, pola seksual-reproduksi, pola peran berhubungan, pola nilai dan
kepercayaan.
h. Pemeriksaan fisik
Berisi tentang keadaan umum pasien seperti kesadaran, kondisi klien,
tanda- tanda vital, pertumbuhan fisik seperti (tinggi badan, berat badan, postur
tubuh) dan keadaan kulit seperti (warna, tekstur, kelainan kulit)
i. Pemeriksaan cepalo kaudal
Pada pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, keadaan kulit,
pertumbuhan rambut. Pada pemeriksaan mata meliputi kebersihan,
penglihatan, pupil, reflek, sklera, konjungtiva. Pada pemeriksaan telinga
meliputi bentuk, kebersihan, sekret, fungsi dan nyeri pada telinga. Pada
pemeriksaan hidung meliputi fungsi, polip, sekret, nyeri. Pada pemeriksaan
mulut meliputi kemampuan bicara, keadaan bibir, selaput mukosa, warna lidah,
gigi, oropharing seperti (bau nafas, suara parau, dahak). Pada pemeriksaan
leher meliputi bentuk, pembesaran thyroid, kelenjar getah bening, tonsil, jvp,
nyeri telan.
Pada pemeriksaan dada meliputi inspeksi ( bentuk dada, kelainan bentuk,
retraksi otot dada, pergerakan selama pernafasan, jenis pernafasan), auskultasi
( suara pernafasan, bunyi jantung, suara abnormal yang ditemui), perkusi
(batas jantung dan paru, dullness), palpasi (simetris, nyeri tekan, massa,
pernafasan, ictus kordis).
Pada pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (simetris, contour, warna
kulit, vena, ostomy), auskultasi (frekuensi dan intensitas peristaltik), perkusi
(udara, cairan, massa atau tumor), palpasi ( tonus otot, kekenyalan, ukuran
organ, massa, hernisa, hepar, lien).
9
Pada pemeriksaan genetalia, anus dan rektum meliputi inspeksi ( warna,
terpasang alat bantu, kelainan genital, simpisis), palpasi (teraba penampakan urine)
Pada pemeriksaan eksremitas atas meliputi kelengkapan, kelainan jari, tonu
otot, kelengkapan, kelainan jari, tonu otot, kesimetrisan gerak, ada yang
menggganggu gerak?, kekuatan otot, gerakan otot, gerakan bahu, siku, pergelangan
tangan dan jari – jari
Pada pemeriksaan eksremitas bawah meliputi kelengkapan, edema perifer,
kekuatan otot, bentuk kaki, varices, gerakan otot, gerakan panggul, luutut,
pergelangan kaki dan jari – jari.
Edukasi
4. Jelaskan strategi Meredakan
Nyeri
Kolaborasi
5. Kolaborasi pemberian
Analgetik
10
2. Pola napas tidak (SLKI L.01004) Manajemen Jalan Napas
efekti b/d hambatan Setelah dilakukan (SIKI I.01012)
upaya napas (SDKI tindakan keperawatan Observasi
D : 0005) 2x24 jam maka pola 1) Identifikasi pola napas
napas membaik
dengan kriteria hasil : Terapeutik
1) Dispnea menurun 2) Posisikan semi fowler atau
2) Frekuensi napas fowler
membaik
3) Tekanan ekspirasi Edukasi
membaik 3) Anjurkan asupan cairan
4) Tekanan inspirasi 2000 ml/hari jika tidak
membaik kontraindikasi
3. Intoleransi aktivitas (SLKI L.05047) Manajemen Energy (SIKI
b/d kelemahan Setelah dilakukan I.05178)
(SDKI D.0056) tindakan keperawatan Observasi
2x24 jam maka 1) Identifikasi gangguan
toleransi aktivitas fungsi tubuh yang
meningkat dengan menyebabkan kelelahan
kriteria hasil :
1) Kemudahan Terapeutik
melakukan 2) Sediakan lingkugan nyaman
aktivitas sehari dan rendah stimulus
hari meningkat
2) Keluhan lelah Edukasi
menurun 3) Anjurkan tirah baring
3) Perasaan lemah
menurun Kolaborasi
4) Tekanan darah 4) Kolaborasi dengan ahli gizi
membaik tentang cara meningkatkan
asupan makanan
4. Ansietas b/d kurang (SLKI L.09093) Reduksi Ansietas (SIKI
terpapar informasi Setelah dilakukan I.09314)
(SDKI D.0080) tindakan keperawatan Observasi
2x24 jam maka 1) Monitor tanda tanda
tingkat ansietas ansietas (verbal dan
menurun dengan nonverbal)
kriteria hasil :
1) Verbalisasi Terapeutik
khawatir akibat 2) Ciptakan suasana terapeutik
kondisi yang untuk menumbuhkan
dihadapi menurun kepercayaan
2) Perilaku gelisa
menurun Edukasi
3) Pola tidur 3) Anjurkan keluarga untuk
membaik tetap bersama paien
4) Tekanan darah 4) Latih teknik relaksasi
membaik
11
5. Gangguan citra (SLKI L.09067) Promosi Citra Tubuh (SIKI
tubuh b/d perubahan Setelah dilakukan I.0305)
struktur bentuk tindakan keperawatan Observasi
wajah (SDKI 2x24 maka citra tubuh 1) Identifikasi perubahan citra
D.0083) meningkat dengan tubuh yang mengakibatkan
kriteria hasil : isolasi social
1) Verbalisasi Terapeutik
perasaan negative 2) Diskusikan kondisi yang
tentang perubahan mempengaruhi citra tubuh
tubuh menurun
2) Verbalisasi Edukasi
kekawatiran pada 3) Jelaskan kepada keluarga
penolakan/reaksi tentang perawatan
orang lain perubahan citra tubuh
menurun
3) Melihat bagian
tubuh membaik
4) Respon nonverbal
pada perubahan
tubuh membaik
12
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1 Identitas
1. Identisa Klien
Nama : Ny. S
Umu : 44 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : kaili
Alamat : Desa Tompe
2. Identitas Penanggung jawab
Nama : Nn. S
Umur : 20 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Suku : Kaili
Alamat : Desa Tompe
Hubungan dengan klien : Anak
13
4.2 Riwayat Penyakit
14
8. Genogram
Keterangan :
: Laki - laki
K : Perempuan
: Klien
K
X : Meninggal
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
3 Pola istirahat/tidur
Siang ± 2 jam ± 1 jam
Malam ± 8 jam ± 6 jam
Gangguan tidur Tidak ada Klien sering terbngun
tengah malam karena
merasa cemas dengan
kondisinya
15
4 Pola kebersihan diri
Mandi 2x/hari Hanyan di lap
Sikat gigi 2x/hari Belum pernah sikat gigi
Cuci rambut 3x/minggu Belum pernah cuci
rambut
Kebersihan kuku Bersih Bersih
5 Pola eliminasi
BAB:
Frekuensi 1x/hari 2x selama di RS
Warna Kuning Kuning
BAK:
Frekuensi ± 5x/hari ± 4x/hari
Warna Kuning Kuning
jumlah urin Tidal di takar ± 1000 ml
6 Pola aktivitas Klien melaksanakan Klien sulit melakukan
keseharian sebagai IRT aktivitas karena kondisi
yang dialaminya dan
hanya dibantu oleh
keluuarganya
7 Pola persepsi diri Klien mempresepsikan Klien berharap cepat
dirinya sebagai orang sembuh dan pulang ke
sehat rumah
8 Pola hubungan peran Klien memiliki Klien dijenguk oleh
hubungan yang baik keluarga dan
dengan keluarga dan tetangganya
tetangganya
9 Pola koping/ Klien menceritakan Klien mendapat
toleransi stres masalahnya pada dukungan dari
keluarga untuk mencari keluarganya saat sakit
jalan keluar
10 Pola nilai kepercayaan Klien beragama islam Saat sakit, klien tidak
dan spiritual dan selalu melaksanakan melaksanakan sholat
sholat 5 waktu dan selalu dan hanya berdoa
berdoa
TB : 150 cm
BB sebelum sakit : 47 kg BB saat sakit :47 kg
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Lemah
GCS :15 (E4 V5 M6)
TTV : TD : 97/54 mmhg
N : 85x/m
R : 20x/m
S : 36,80C
Spo2 : 97%
16
1. Kepala dan rambut
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, normochepalic dan simetris
Palpasi : Terdapat nyeri tekan
2. Telinga
Inspeksi : Telinga berbentuk huruf C, tidak terdapat benjolan, dan
serumen
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
3. Mata
Inspeksi : Kedua mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis, pupil isokor
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
4. Hidung
Inspeksi : Bentuk tulang hidung tidak rata, lubang hidung tidak simetris,
tidak ada pernapasan pada hidung
Palpasi : Terdapat nyeri tekan di sinus maxillary, frontalis, dan
etmoidal
5. Mulut
Inspeksi : Bentuk mulut tidak simetris, terdapat luka robek pada mulut.
6. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan di daerah thyroid
7. Dada/Thorak
a. Pemeriksaan paru - paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak terdapat
bantuan otot napas, respirasi 20x/m
Palpasi : Pergerakan dada simetris, tidak terdapat nyeri tekan
Pekusi : Sonor
Auskultasi : Vasikuler, idak terdapat ronchy
b. Pemeriksaan jantung
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Pekusi : Reguler
Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, S3 S4 tidak terdengar mur-mur
17
8. Abdomen
Inspeksi : Umbilikus tampak datar masuk ke dalam
Palpasi : Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Pekusi : Shifting dullness tidak ada
Auskultasi : Peristaltik usus 8x/m
9. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas
Terpasang infus pada tangan sebelah kanan dengan cairan RL 20
TPM
b. Ekstremitas bawah
Tidak ada kelainan pada ekstremitas bawah
10. Genetalia
Tidak dilakukan pengkajian
1. Infus RL 20 TPM
2. Ranitidin 2 x 50 mg/iv
3. Ondansentron 3 x 40 mg/iv
4. Santagesik 3 x 1 gr/iv
5. Ketorolac 3 x 30 mg/iv
18
MCHC 31,9 g/dl 31 - 37 g/dl
RDW-CV 12,4 % 11,5 - 14,5 %
MVP 6,9 fL 6,5 - 9,5 fL
Hitung Jenis Leukosit
Basophil 0,8 % 0-1%
Eosinophil 1,0 % 1-3%
Neutrofil 78,2 % 50 - 70 %
Limfosit 14,5 % 20 - 40 %
Monosit 5,5 % 2-8%
NLR 5,39 Cutoff
ALC 1116 juta/L >1.500 juta/L
Imunologi
Hepatitis
HbsAg Qualitative Non Reaktif Non Reaktif
2. Pemeriksaan radiologi
a) Pemeriksaan foto thoraks
Tanggal : 19 - 11 - 2023
Hasil :
Corakan bronchovasculer meningkat dengan air bronchogram (+)
Besar cor normal
Sinus dan diafragma normal
Sistema tulang intak
Kesan :
Bbronchitis
Besar cor normal
Sistem tulang intak
19
4.7 Pengumpulan Data
20
4.8 Klasifikasi Data
21
4.9 Analisa Data
DO : Sakit kepala
1. Ekspresi wajah klien
tampak meringis
2. Skala nyeri 6 Nyeri akut
3. TTV : TD : 97/59 Mmhg
N : 85x/m
R : 20x/m
S : 36,8º C
Spo2 : 97 %
DS : Fraktur Nasal Pola Napas Tidak Efektif
1. Klien mengatakan sulit
bernapas karena bengkak
pada hidungnya Kerusakan jaringan
2. Klien mengatakan hanya
bernapas melalui mulut
Edema pada hidung
DO :
1. Klien tampak lemah
2. Klien tampak kesulitan Ketidakefektifan pola napas
bernapas dan hanya
bernapas melalui mulut
4. TTV : TD : 97/59 Mmhg
N : 85x/m
R : 20x/m
S : 36,8º C
Spo2 : 97 %
22
DS : Fraktur Nasal Intoleransi Aktivitas
1. Klien mengeluh sulit
melakukan aktivitas
karena kondisi yang Kerusakan jaringan
dialaminya dan hanya di
bantu oleh keluarganya Edema pada hidung
saat melakukan aktivitas
DO : Gelisah
1. Ekspresi wajah klien
tampak cemas
2. Klien tampak gelisah Ansietas
3. TTV : TD : 97/59 Mmhg
N : 85x/m
R : 20x/m
S : 36,8º C
Spo2 : 97 %
DS : Fraktur Nasal Gangguan Citra Tubuh
1. Klien mengeluh merasa
tidak pede dengan kondisi
wajahnya yang bengkak Kerusakan jaringan
dan kebiruan
23
S : 36,8º C Klien merasa tidak pede
Spo2 : 97 %
24
4.11 Intervensi
25
Spo2 : 97 %
2. Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas 1) Untuk mengetahui pola
erhubungan dengan keperawatan 2x24 jam maka 1) Identifikasi pola napas napas tidak efektif
penyebab hambatan upaya pola napas membaik dengan 2) Posisikan semi fowler atau 2) Untuk menguragi sesak
napas (edema pada hidung) kriteria hasil : Fowler pada pasien dan
yang ditandai dengan : 1) Dispnea menurun 3) Anjurkan asupan cairan memberikan rasa
1. Klien mengatakan sulit 2) Frekuensi napas membaik 2000 ml/hari jika tidak nyaman
bernapas karena bengkak 3) Tekanan ekspirasi kontraindikasi 3) Agar asupan cairan klien
pada hidungnya membaik dapat terpenuhi
2. Klien mengatakan hanya 4) Tekanan inspirasi
bernapas melalui mulut membaik
DO :
1. Klien tampak lemah
2. Klien tampak kesulitan
bernapas dan hanya
bernapas melalui mulut
3. TTV : TD : 97/59 Mmhg
N : 85x/m
R : 20x/m
S : 36,8º C
Spo2 : 97 %
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energy
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam maka 1) Identifikasi gangguan fungsi 1) Untuk mengetahui
penyebab kelemahan yang toleransi aktivitas meningkat tubuh yang menyebabkan penyebab dari kelelahan
ditandai dengan : dengan kriteria hasil : kelelahan
DS : 1) Kemudahan melakukan 2) Sediakan lingkugan nyaman 2) Untuk memberikan rasa
1. Klien mengeluh sulit aktivitas sehari hari dan rendah stimulus nyaman pada klien
melakukan aktivitas meningkat
26
karena kondisi yang 2) Keluhan lelah menurun 3) Anjurkan tirah baring 3) Untuk membantu klien
dialaminya dan hanya di 3) Perasaan lemah menurun mengembalikan energi
bantu oleh keluarganya 4) Tekanan darah membaik 4) Kolaborasi dengan ahli gizi 4) Untuk meningkatkan
saat melakukan aktivitas tentang cara meningkatkan asupan makanan karena
DO : asupan makanan metabolism
1. Klien tampak lemah membutuhkan energy
2. TTV : TD : 97/59 Mmhg
N : 85x/m
R : 20x/m
S : 36,8º C
Spo2 : 97 %
4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas
dengan penyebab kurang keperawatan 2x24 jam maka 1) Monitor tanda tanda ansietas 1) Untuk mengetahui tanda
terpapar informasi yang tingkat ansietas menurun (verbal dan nonverbal) tanda ansietas pada
ditandai dengan : dengan kriteria hasil : 2) Ciptakan suasana terapeutik pasien
DS : 1) Verbalisasi khawatir akibat untuk menumbuhkan 2) Agar pasien dapat
1. Klien mengeluh merasa kondisi yang dihadapi kepercayaan merasakan kenyaman
khawatir dengan menurun saat mengungkapkan
kondisinya 2) Perilaku gelisa menurun perasaannya
2. Klien mengeluh bengkak 3) Pola tidur membaik 3) Anjurkan keluarga untuk 3) Untuk mengurangi rasa
dan kebiruan pada 4) Tekanan darah membaik tetap bersama paien cemas pada pasien
wajahnya 4) Latih teknik relaksasi 4) Agar pasien dapat lebih
3. Klien mengatakan sering rileks
terbangun tengah malam
karena merasa khawatir
dengan kondisinya
DO :
1. Ekspresi wajah klien
tampak cemas
27
2. Klien tampak gelisah
3. TTV : TD : 97/59 Mmhg
N : 85x/m
R : 20x/m
S : 36,8º C
Spo2 : 97 %
5. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan tindakan Promosi Citra Tubuh
berhubungan dengan keperawatan 2x24 maka citra 1) Identifikasi perubahan citra 1) Untuk mengetahui
penyebab perubahan struktur tubuh meningkat dengan tubuh yang mengakibatkan penyebab klien
bentuk wajah (wajah kriteria hasil : isolasi social mengalami gangguan
bengkak dan kebiruan) yang 1) Verbalisasi perasaan citra tubuh
ditandai dengan : negative tentang 2) Diskusikan kondisi yang 2) Untuk mengetahui
DS : perubahan tubuh menurun mempengaruhi citra tubuh kondisi yang
1. Klien mengeluh merasa 2) Verbalisasi kekawatiran mempengaruhi citra
tidak pede dengan kondisi pada penolakan/reaksi tubuh klien
wajahnya yang bengkak orang lain menurun 3) Jelaskan kepada keluarga 3) Agar keluarga tau
dan kebiruan 3) Melihat bagian tubuh tentang perawatan tentang perawatan
DO : membaik perubahan citra tubuh perubahan citra tubuh
1. Wajah klien tampak 4) Respon nonverbal pada
bengkak dan kebiruan perubahan tubuh membaik
2. TTV : TD : 97/59 Mmhg
N : 85x/m
R : 20x/m
S : 36,8º C
Spo2 : 97 %
28
4.12 Implementasi hari ke-1 :
29
3 Senin/ 09.25 1. Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang menyebabkan kelelahan
Hasil : Klien mengalami kelelahan karena kurangnya suplay O2 ke sel otak
27-11-2023
akibat dari edema pada hidung dan klien hanya bernapas melalui mulut
09.35 2. Menyediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Hasil : Klien merasa lebih nyaman
10.05 3. Menganjurkan tirah baring
Hasil : Klien dapat istirahat tirah baring dan menghemat energi
10.47 4. Mengkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Hasil : Ahli gizi menganjurkan klien agar mengkonsumsi makanan dengan
karbohidrat, Vitamin BK, protein, dll
4 Senin/ 10.17 1. Memonitor tanda - tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
Hasil :
27-11-2023
Klien mengeluh khawatir dengan kondisinya
Klien mengeluh bengkak dan kebiruan pada wajahnya
Klien mengatakan sering terbangun tengah malam karena merasa cemas
dengan kondisinya
Klien tampak gelisah
Ekspresi wajah klien tampak cemas
10.21 2. Menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Hasil : Klien percaya dengan perawat dan mengungkapkan kekhawatirannya
10.33 3. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Hasil : Keluarga klien menemani klien saat di rumah sakit dan rasa cemas klien
berkurang
10.36 4. Melatih teknik relaksasi napas dalam
Hasil : Klien merasa sedikit lebih rileks
5 Senin/ 10.19 1. Mengidentifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
Hasil : Wajah klien tampak bengkak dan kebiruan
27-11-2023
10.23 2. Mendiskusikan kondisi yang mempengaruhi citra tubuh
Hasil : Klien mengeluh meras tidak pede dengan kondisi wajahnya yang
30
bengkak dan kebiruan
10. 54 3. Menjelaskan kepada kelurga klien tentang perawatan perubahan citra tubuh
Hasil : Keluarga klien tahu tentang perawatan perubahan citra tubuh
31
N : 85x/m
R : 20x/m
S : 36,8º C
Spo2 : 97 %
A : Masalah pola napas tidak efektif belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Identifikasi karakteristik nyeri
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
3 Senin/ 13.53 S : Klien mengatakan merasa cukup baik dan bisa melakukan sebagian aktivitas
ringan
27-11-2023
O:
Klien masih tampak lemah
TTV : TD : 97/59 Mmhg
N : 85x/m
R : 20x/m
S : 36,8º C
Spo2 : 97 %
A : Masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
2. Anjurkan tirah baring
4 Senin/ 13.59 S : Klien mengatakan rasa khawatirnya berkurang
O:
27-11-2023
Ekspresi wajah klien masih tampak cemas
Klien masih tampak gelisah
TTV : TD : 97/59 Mmhg
N : 85x/m
R : 20x/m
32
S : 36,8º C
Spo2 : 97 %
A : Masalah ansietas belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Monitor tanda - tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
2. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien
3. atih teknik relaksasi
5 Senin/ 14.05 S : klien masih merasa tidak pede dengan kondisi wajahny yang bengkak dan
kebiruan
27-11-2023
O:
Wajah klien masihtampak bengkak dan kebiruan
TTV : TD : 97/59 Mmhg
N : 85x/m
R : 20x/m
S : 36,8º C
Spo2 : 97 %
A : Masalah gangguan citra tubuh belum teratasi
P : lanjutkan Intervensi
1. Diskusikan kondisi yang mempengaruhi citra tubuh
2. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
33
4.14 Implementasi hari ke-2 :
34
4 Selasa/ 15.15 1. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
28-11-2023 Hasil :
Klien mengatakan msih merasa cemas dengan kondisinya tetapi
cemasnya sedikit berkurang
Ekspresi wajah klien masih tampak cemas
Klien masih tampak gelisah
15.46 2. Menganjurkan keluarga klien untuk tetap bersama klien
Hasil : Klien tidak merasa cemas lagi
16.02 3. Melatih klien tehnik relaksasi nafas dalam
Hasil : Klien merasa lebih rileks
5 Selasa/ 16.15 1. Mendiskusikan kondisi yang mempengaruhi citra tubuh
28-11-2023 Hasil : Klien masih merasa tidak pede dengan kondisi wajahnya yang masih
bengkak dan kebiruan
16.25 2. Menjelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
Hasil : Keluarga klien paham dengan perawatan perubahan citra tubuh
35
4.15 Evaluasi hari ke-2 :
36
4 Selasa/ 20.27 S : Klien mengatakan sudah tidak merasa cemas dengan kondisinya
28-11-2023 O : TTV :TD :120/80 mmHg
N :87 x/menit
R :20 x/menit
S :36,5 ℃
SPO2 :97 %
A : Masalah ansietas teratasi
P : Hentikan intervensi
5 Selasa/ 20.45 S : Klien sudah bisa menerimah kondisinya
28-11-2023 O :TTV :TD :120/80 mmHg
N :87 x/menit
R :20 x/menit
S :36,5 ℃
SPO2 :97 %
A : Masalah gangguan citra tubuh teratasi
P : Hentikan intervensi
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
38
DAFTAR PUSTAKA
Latifah, A., & Latifah, A. (2021). Pengelolaan Pasien Post Operasi Fraktur Os Nasal
dengan Fokus Studi Kerusakan Integritas Jaringan.
NOVENTA, C. D. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR. A DENGAN
FRAKTUR NASAL DI RUANG D RUMAH SAKIT BETHESDA TANGGAL 08–
24 JUNI 2020 (Doctoral dissertation, STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta).
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong (2020). Buku Ajar Ilmu Bedah. Fraktur Tulang
Hidung. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2005.h.338.
39