BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian doa atau prārthanā (dalam bahasa Sansekerta) berasal dari dua kata ‘prā‘
dan ‘artha‘ yang artinya memohon dengan sungguh-sungguh. Dengan kata lain, berdoa
artinya meminta sesuatu hal kepada Tuhan YME dengan kerinduan yang intensif.
Doa mencakup rasa hormat, cinta, permohonan dan iman/keyakinan. Melalui sebuah
doa, seorang abdi/hamba Tuhan (Bhakta) mengungkapkan ketidakberdayaannya dan
menyerahkan sikap pelaksanaan dari suatu pekerjaan kepada Tuhan YME. Menyerahkan
sikap pelaksana kepada Tuhan YME berarti kita mengakui bahwa Tuhan membantu kita dan
Ia yang menyelesaikan pekerjaan itu. Doa adalah suatu alat penting dalam latihan spiritual
secara umum di jalan spiritual Devosi/Pengabdian.
Dari pengertiam diatas penulis menyimpulkan bahwa doa adalah memohon dan
meminta kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan kemurahan hati dan ikhlas tanpa
memaksakan supaya doanya terkabul.
“Aku berlindung kepada keagungan Allah dan kekuasaan-Nya dari kejahatan yang aku
rasakan dan aku hindari.”
Thaharah menurut bahasa berarti bersih dari kotoran. Sedangkan menurut istilah suatu
sifat maknawi yang ditentukan oleh Allah SWT sebagai syarat sahnya shalat. Thaharah
adalah isim masdar sari kata thaharah-yuthahiru-tathiran-thaharatan, yang berati sucii dan
bersih dari kotoran sedangkan menurut istilah, tahharah berarti membersihkan hadats dengan
air atau debu sesuai dengan syariat dan menghilangkan najis dan kotoran dan hukum thaharah
adalah wajib.
Alat untuk bersuci terdiri dari air, debu (suci dan kering, seperti debu di tembok,
pasir, tanah, batu atau benda padat seperti daun, kertas, tisu digunakan jika tidak ada air),
batu atau benda padat lainnya, sedangkan air yang tidak dapat digunakan untuk bersuci yaitu
air yang sudah terkena najis, air suci tetapi tidak dapat mensucikan seperti ai kelapa, air gula,
dan air susu. Adapun air yang boleh digunakan untuk bersuci adalah mata air, air sungai,
zamzam, dan salju, embun, air laut, air mustamal yaitu air yang telah digunakan untuk wudhu
dan mandi dan air hujan.
1. Wudhu
Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedangkan menurut syara
artinya membersihkan anggota wudu untuk menghilangkan hadas kecil. Orang yang
hendak melaksanakan shalat, wajib lebih dahulu berwudu, karena wudu adalah
menjadi sarat sahnya shalat.
Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam membimbing pasien dalam
bersuci. Ruang Lingkup Pasien-pasien yang dirawat dan mengalami gangguan
pemenuhan aktivitas spiritual ibadah (bersuci), Pasien dalam keadaan mampu
berwudu, dan Pasien dalam keadaan sakit sehingga tidak mampu untuk bergerak dan
mengambil wudu.
2. Persiapan Alat Untuk wudhu
Air untuk bersuci dalam ember, Baskom 2 buah, gayung, teko, waslap, perlak,
handuk/lap, dan sarung tangan.
4
3. Tayamum
Menurut bahasa adalah al-Qashd (bermaksud) atau berasala dari kata tayammum yang
berarti bersengaja. Sedanglan menurut Istilah syara adalah menyapu muka dan kedua
tangan dengan debu yang suci baik yang berasal dari tanah atau yang menempel di
dinding sebagai pengganti wudu.
Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam membimbing pasien untuk bersuci
(Tayamum).Ruang Lingkup 1).Pasien-pasien yang dirawat yang mengalami
gangguan pemenuhan aktivitas spiritual ibadah bersuci. 2). Pasien dalam keadaan
5
sakit dan tidak mampu berwudu 3).Pasien yang kontra indikasi terkena air
memperlambat penyembuhan maka bersuci dengan tayamum
Persiapan Alat
Alatnya yaitu dengan menggunakan debu yang suci, yang belum digunakan untuk
bersuci, dan tidak bercampur dengan sesuatu. Seperti tanah dalam baki, di bantal,
dinding kasur dan kaca.
Diawali dengan menyapa pasien, lalu mengingatkan pelaksanaan ibadah pasien,
kemudian membimbing pasien dalam melaksanakan ibadahnya.
Pelaksanaan tayamum dimulai dengan:
1) niat
2) memindahkan debu dari tempatnya ke wajah dan tangan contohnya : mula-mula
meletakkan diatas debu untuk diusapkan ke muka
3) mengusap muka dengan debu dengan sekali usapan contohnya : meletakan kedua
belah telapak tangan diatas debu yang kedua untuk diusapkan kedua tangan.
4) mengusap dua belah tangan hingga siku-siku dengan debu sekali usapan.
5) tertib (berurutan) yaitu urut diantara kedua usapan tersebut (wajah dahulu
kemudian kedua tangan).
1. Ibadah Shalat
Menurut bahasa shalat adalah do’a, rahmat, tasbih, bacaan. Sedangkan menurut istilah
syariat shalat adalah beberapa ucapan, dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam dengan masud beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang
telah ditentukan.
Tujuan Sebagai acuan langkah-langkah dalam membimbing ibadah shalat pasien Ruang
Lingkup
Pakaian bersih, mukena/pakaian yang menutup aurat (perempuan), sarung, kopiah dan baju
koko (laki-laki), dan sejadah atau alas shalat.
3. Pelaksanaan
Bantu pasien untuk menutup aurat, atur pasien senyaman mungkin sesuai dengan
kemampuan, hadapkan pasien ke arah kiblat dan jika tidak memungkinkan anjurkan pasien
niat mengarah pada kiblat, dampingi pasien selama melakukan shalat,dan bimbing pasien.
Bagi pasien masih dapat bergerak dengan normal sebaiknya shalat dengan berdiri, kecuali
ada saran dari dokter untuk tetap lakukan shalat di tempat.
B. Jika pasien tidak dapat shalat dengan berdiri, lakukan shalat sambil duduk.
1) Caranya memposisikan pasien duduk iftirasy dengan menghadap kiblat
7
2) kemudian takbiratul ihram dan di ikuti bacaan-bacaan seperti biasa dalam keadaan
normal.
3) Pada waktu ruku cukup dengan meletakan kedua tangan dilutut diikuti dengan
menundukan kepala, bangkit dari ruku jika mampu dengan mengangkat kedua tangan
sambil membaca Sami Allah
4) kemudian sujud dilakukan seperti biasa. Kecuali bagi pasien yang tidak mampu
bersujud karena berat atau sakit dikepala yang luar biasa.
5) Maka sujudnya cukup dengan menundukan kepala dan sedikit membungkuk atau
dengan isyarat menunduk.
C. Bagi pasien yang tidak bisa shalat sambil duduk, dapat melakukan shalat sambil
berbaring.
1) Jika posisi tidur pasien menghadap kiblat tinggal miringkan posisi tubuh untuk
menghadap kiblat
2) kemudian lakukan shalat sesuai dengan kemampuan pasien dalam tata gerakan shalat.
3) Jika posisi tidur pasien tidak menghadap kiblat, dan mengambil posisi menghadap
kiblat dirasa sulit, maka posisi solat disesuaikan dengan kemampuan pasien.
D. Bagi pasien yang tidak mampu shalat sambil berbaring, lakukan dengan terlentang
1) arah kiblat, gerakan-gerkan shalat cukup dengan gerakan sederhana semampunya
dnegan posisi apa adanya. Seperti mengangkat tangan, anggukan kepala, dll.
2) Jika ini tidak mampu tetapi kesadarannya masih berfungsi cukup dengan isyarat yang
dia mampu.
3) Jika dengan isyaratpun tidak mampu maka cukup melakukan shalat dalam hati.
Shalat disini dilakukan sebagaimana kemampuan pasien dalam melakukannya dan bukan atas
dasar paksaan. Diakhiri dengan membimbing do’a dan dzikir bersama, kemudian merapikan
dan membereskan tempat dan alat shalat pasien.
8
BAB III
PENUUP
3.Kesimpulan
3.Saran
9
DAFAR PUSAKA
https://wodpresscom960.wordpress.com/2016/05/10/contoh-sop-standar-oprasional-
proseduribadah-pasien/
https://www.spiritualresearchfoundation.org/indonesian/latihan-spiritual/berdoa/pengertian-
doa/