Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
ALatarBelakang…………………………………………………………………….….2
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………..3
C. Tujuan…………………………………………………………………………….....3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Caput succedaneum……………………………………………………...4
B. Etiologi……………………………………………………………………………….4
C. Tanda Dan Gejala…………………………………………………………………….5
D. Patofisiologi ……………………………………………………………………………5
E. Komplikasi ……………………………………………………………………………..7
F. Penatalaksanaan…………………………………………………………………………7
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian …………………………………………………………………………8
B. Diagnosa…………………………………………………………………………...10
C. Intervensi…………………………………………………………………………..10
D. Evaluasi…………………………………………………………………………….12
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan……………………………………………………………………………...14
B.Penutup………………………………………………………………………………….14
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………15

1
BAB I PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis dan tidak ada kelainan kongenital (Manggiasih dan Jaya, 2016). Komplikasi yang terjadi
pada neonatal antara lain BBLR, asfiksia, infeksi bateri, kejang, ikterus, diare, hipotermi, tetanus
neonaturum, masalah pemberian ASI, trauma lahir, sindroma gangguan pernafasan dan kelainan
kongenital (Maryunani, 2016) Caput Succedaneum merupakan salah satu komplikasi bayi baru lahir
yang diakibatkan karena trauma lahir saat persalinan. Caput Succedaneum yaitu benjolan atau
pembengkakan karena adanya timbunan getah bening di kepala pada (presentasi kepala) yang terjadi
pada presentasi bayi baru lahir (Maryunani, 2016). Caput succedaneum apabila tidak tertangani,
potensial terjadi infeksi, ikterus dan anemia (Manggiasih dan Jaya, 2016).
Tindakan yang tepat untuk bayi baru lahir dengan caput succedaneum yaitu memberikan ASI
yang adekuat, bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala, mengatur
posisi bayi tanpa menggunakan bantal, mencegah terjadinya infeksi dengan cara perawatan tali pusat
dan personal hygiene yang baik, memberikan penyuluhan orang tua tentang perawatan bayi sehari-
hari seperti perawatan bayi normal, keadaan trauma pada bayi, tidak usah khawatir karena benjolan
akan menghilang 2-3 hari, memberikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi serta
mengawasi keadaan umum bayi (Manggiasih dan Jaya, 2016).
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 21 Januari 2017 di RSUD
dr Soehadi Prijonegoro Sragen dari bulan Januari 2016 sampai Desember 2016 diperoleh data jumlah
bayi baru lahir normal 411 (29,8%) dan jumlah bayi baru lahir patologi sebanyak 970 (70,2%). Dari
jumlah bayi baru lahir patologi sebanyak 970 (70,2%) meliputi Asfiksia ringan dan Asfiksia sedang
sebanyak 509 (36,8%), bayi berat lahir rendah (BBLR) sebanyak 256 (18,6%), Ikterik sebanyak 73
(5,3%), Asfiksia berat 68 (4,9%), Caput succedaneum sebanyak 36 (2,6%), dan Sepsis sebanyak 28
(2,0 %).

2
B.Rumusan masalah
1. Apa itu caput succedaneum ?
2. Apa penyebab caput succedaneum ?
3. Bagaimana pencegahannya ?
4. Bagaimana penatalaksanaanya ?
5. Bagaimana asuhan keperawatannya ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu caput succedaneum
2. Untuk mengetahui apa penyebab caput succedaneum
3. Untuk mengetahui bagaimana pencegahannya
4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaanya
5. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatannya

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Caput succedaneum
Caput succedaneum merupakan penumpukan cairan serosanguineous, subkutan dan
ekstraperiosteal dengan batas yang tidak jelas. Kelainan ini biasanya pada presentasi kepala,
sesuai dengan posisi bagian mana yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema
sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Kelainan ini disebabkan oleh
tekanan bagian terbawah janin saat melawan dilatasi serviks. Caput succedaneum menyebar
melewati garis tengah dan sutura serta berhubungan dengan moulding tulang kepala. Caput
succedaneum biasanya tidak menimbulkan komplikasi dan akan menghilang dalam beberapa
hari setelah kelahiran. Terapi hanya berupa observasi (Prwirohardjo, ED 4,2014: 723).Caput
succedaneum merupakan benjolan yang difus dikepala terletak pada presentase kepala pada
waktu bayi lahir (Maryunani, Sari, 2013: 371). Caput succedaneum adalah benjolan atau
pembengkakan karena adanya timbunan getah bening dikepala (pada presentase kepala) yang
terjadi pada bayi lahir (Dewi,2013: 124). Caput succedaneum merupakan pembengkakan
lokal pada presenting part yang dapat melewati garis sutura, biasanya keadaan ini akan
menghilang dalam waktu sekitar 3 hari (Lockhart Rn dan Saputra, 2014: 39).Caput
succedaneum adalah oedama dari kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan
lahir kepada kepala anak (Tando, 2013: 193).

B. Etiologi
Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat
memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai
dengan pengeluaran cairan tubuh kejaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada
partus lama atau persalinan dengan vacum eksrtaksi (Dewi, 2013:124).
Kelainan pada Caput succedaneum timbul akibat tekanan yang keras pada kepala
ketika memasuki jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
pengeluaran cairan tubuh kejaringan ekstra vasa (Maryunani, Sari,2013: 371).
Menurut Arief ZR dan Sari terdapat beberapa etiologi terjadinya Caput succedaneum
yaitu:

4
1. Karena adanya tekanan pada kepala oleh jalan lahir
2. Partus lama,Partus lama dapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan
pada jalan lahir yang teralu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup,tekanan
dalam capilair venus meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah
lingkaran tekanan dan pada tempat terendah
3. Persalinan dengan vacum ekstraksi
Pada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya
caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang
digunakan proses persalinan yang panjang dan sulit. Sering menyebabkan
pengumpulan cairan dibawah kulit kepala bayi, sehingga kepala bayi terlihat bengkak/
udema (Arief ZR dan Sari, 2009: 46).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ekiz dkk tahun 2013 secara
keseluruhan terdapat 642 (52%) bayi yang baru lahir adalah laki-laki dan 592 (48%)
adalah perempuan. Biasanya, 831 bayi baru lahir (67,3%) memiliki Paling sedikit
satu lesi kulit seperti caput succedaneum, neonatal transien melanosis pustular dan
sianosis muncul terutama pada bayi yang lahir melalui vagina. Namun, caput
succedaneum itu secara signifikan lebih tinggi pada bayi yang baru lahir dari ibu
primipara (Ekiz Ozlem dkk, 2013).
C. Tanda Dan Gejala
Gejala-gejala yang muncul pada kelainan ini adalah sebagai berikut:
1. Udema dikepala
2. Terasa lembut dan lunak pada perabaan
3. Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
4. Udema melampaui tulang tenggorak
5. Batas yang tidak jelas
6. Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
7. Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan

D. Patofisiologi

5
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan
lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh
ke jaringan extravasa. Benjolan caput succedaneum ini berisi cairan serum dan sering
bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya
tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk
mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini
ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya
jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari
(Prwirohardjo, ED 4,2014: 723).
Pathway

E. Komplikasi
Komplikasi lain dari caput succedaneum adalah sebagai berikut:
1. Caput hemoragik
Caput hemoragik pada caput succedaneum bisa terjadi karena kulit kepala yang terluka.
2. Ikterus
Pada bayi yang terkena caput succedaneum dapat menyebabkan ikterus karena
inkompatibilitas factor Rh atau golongan darah A, B, O antara ibu dan bayi.
3. Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput succedaneum karena pada benjolan
terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.

F. Penatalaksanaan Caput Succedaneum


Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang
setelah 2-5 hari. Tegas pada tulang yang bersangkutan dan tidak melampaui sutura-sutura
sekitarnya, sering ditemukan pada tulang temporal dan parietal. Kelainan dapat terjadi pada
persalinan biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau persalinan yang diakhiri
dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum (Rukiyah dan Yulianti, 2013: 22).
Penatalaksanaan pada bayi dengan caput succedaneum sebagai berikut:
1. Perawatan bayi sama dengan bayi normal
2. Pengawasan keadaan umum bayi

6
3. Berikan lingkungan yang baik, adanya ventilasi dan sinar matahari yang cukup
4. Pemberian ASI yang adekuat, bidan harus mengajarkan pada ibu teknik menyusui dengan
benar
5. Pencegahan infeksi harus dilakukan untuk menghindari adanya infeksi pada benjolan
6. Berikan konseling pada orang tua tentang :
a) Keadaan trauma yang dialami oleh bayi;
b) Jelaskan bahwa benjolan akan menghilang dengan sendirinya setelah 2 sampa
c) minggu tanpa pegobatan
d) Perawatan bayi sehari-hari
e) Manfaat dan tekhnik pemberian ASI

Asuhan keperawatan Caput succedaneum


A. Pengkajian
Pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan khusus dan pemeriksaan
a) Data Subyektif
1) Identitas
2) Nama
3) Umur
4) Jenis kelamin
5) Nama orangtua
6) Umur orangtua
7) Pendidikan orangtua
8) Pekerjaan orangtua
9) Agama
10) Suku
11) Alamat
b) Keluhan utama

7
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat
(Matondang dkk, 2013). Pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum ibu mengatakan
di kepala bayi terdapat benjolan (Manggiasih dan Jaya, 2016).
c) Riwayat kehamilan sekarang
1) HPHT ( Hari Pertama Haid Terakhir)
Untuk memperkirakan kapan kira-kira sang bayi akan dilahirkan.
2) Taksiran Persalinan
Untuk membantu menetapkan tanggal perkiraan kelahiran.
3) Keluhan-keluhan pada trimester I, II, III
Untuk mengetahui masalah-masalah yang dialami pasien selama kehamilan.
4) ANC (Antenatal Care/asuhan kehamilan)
Untuk mengetahui dimana tempat pasien mendapatkan asuhan kehamilan
tersebut.
5) Penyuluhan yang pernah didapat
Untuk mengetahui pengetahuan apa saja yang kira-kira telah didapat klien dan
berguna bagi kehamilannya.
6) Imunisasi TT
Untuk menanyakan kepada pasien sudah pernah mendapat imunisasi TT. Apabila
belum, bidan biasa memberikannya.
D.Tanda-tanda vital
1) Suhu bayi
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5°C-37,5°C pada pengukuran
di aksila (Walyani dan Purwoastuti, 2015). Pada bayi baru lahir dengan Caput
Succedaneum suhu bayi berkisar 36,5°C-37,5°C (Manggiasih dan Jaya, 2016)
2) Nadi
Denyut nadi yang normal berkisar 120-160 kali permenit (Manggiasih dan Jaya,
2016). Pada bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum nadi bayi berkisar 120-
160 kali permenit (Manggiasih dan Jaya, 2016).

8
3) Pernafasan
Pernafasan bervariasai dari 30-60 kali permenit (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
Pada bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum pernafasan bayi berkisar 30-60
kali permenit (Manggiasih dan Jaya, 2016).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jaringan perinatal.


2. Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan status kesehatan anak.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.

C.Intervensi Keperawatan

No. Dx. Tujuan & KH Intervensi Rasional


Keperawatan

1. Gangguan rasa Tujuan: 1. Kaji ekspresi anak 1. Memberikan data


nyaman (diam, rewel, dasar untuk
Anak akan
berhubungan menangis terus- menentukan dan
menunjukkan
dengan trauma menerus,dll) mengevaluasi
berkurangnya rasa
jaringan intervensi yang
ketidaknyamanan.
perinatal. diberikan.
2. Kurangi jumlah 2. Stimulus demikian
KH :
cahaya lampu, dapat mengganggu
1. Anak tidak rewel. kebisingan, dan anak yang
2. Anak tidak terus berbagai stimulus mengalami cedera.
menangis. lingkunagn lainya Karena dapat
3. Anak dalam anak. meningkatkan
memperhatikan tekanan intrkranial.
tanda – tanda vital 3. Kaji tanda – tanda 3. Peningkatan
dalam batas vital, catat frekuensi nadi,
normal. peningkatan peningkatan atau

9
frekuensi nadi, penurunan
peningkatan atau frekuensi
penurunan nafas, pernapasan, atau
dan diforesis. diforesis
menunjukkan
ketidaknyamanan.
4. Kolaborasi : 4. Mengurangi nyeri
Berikan analgesik dan spasme otot
sesuai kebutuhan
untuk nyeri.

2. Ansietas Tujuan: 1. Jelaskan pada anak 1. Dengan


berhubungan dan orang tua menegetahui apa
Anak dan Orang tua
dengan tentang tujuan yang akan
akan menunjukkan
ketidaktahuan semua tindakan dilakukan sebelum
kecemasan berkurang.
status keperawatan yang melaksanakan
kesehatan dilakukan dan prosedur dan
KH :
anak. bagaimana mengapa prosedur
1. Menunjukkan tindakan dilakukan tersebut dilakukan
pengurangan rasa membantu
agitasi mengurangui
2. Mengajukan kecemasan.
pertanyaan yang 2. Ijinkan orang tua 2. Dengan
tepat sehubungan tetap menemani mengijinkan orang
dengan penyakit anak, bergantung tua untuk
dan penangananya. pada keadaan anak. menemani anak
memberi dukungan
emosional pada
anak dan
mengurangi
kecemasan pada

10
anak. Kecemasan
orang tua akan
berkurang dengan
mengijinkan
mereka memantau
dan berpartisipasi
dalam perawatan
3. Berikan informasi anak.
akurat, konsisten 3. Dapat menurunkan
mengenai ansietas dan
prognosis. memungkinkan
pasien membuat
keputusan atau
pilihan sesuai
realita.

3. Resiko infeksi Tujuan : 1. Kaji keadaan 1. Mengidentifikasi


berhubungan indurasi pada anak. adanya infeksi
Anak akan
dengan adanya secara dini.
menunjukkan tidak
indurasi. 2. Pantau suhu anak 2. Hipertermi
adanya tanda atau
setiap 4 jam merupakan suatu
gejala infeksi.
tanda infeksi.
3. Kaji tanda dan 3. Meningitis
KH :
gejala meningitis, merupakn
1. Suhu tubuh kurang termasuk kakuk komplikasi yang
dari 37oC kuduk, peka mengkin terjadi
2. Tidak ada drainase rangsang, nrei padasetiap kejadian
dari luka (cephal kepala, demam, cephal hematom
hematom) muntah, dan walaupun jarang.
3. Tidak ada tanda- kejang–kejang.
tanda infeksi. 4. Ganti balutan 4. Teknik steril akan

11
4. Sel darh putih indurasi(jika ada) membantu
dalam batas normal dan gunakan teknik mencegah
sesuai dengan usia. sterilisasi. masuknya bakteri
kedalam luka dan
mengurangi infeksi.

E.Evaluasi

Pada langkah ini melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
diagnosa /masalah (Walyani, 2015).

Bayi baru lahir dengan caput succedaneum adalah:

1) Keadaan umum baik.

2) Bayi tampak tenang.

3) Benjolan caput succedaneum bayi baru lahir menghilang tanpa komplikasi.

3. Data perkembangan

Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan pada bayi dengan caput
succedaneum dengan SOAP menurut Walyani (2015), yaitu:

S : Subyektif.

Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data dari klien. Data Subyektif diperoleh


melalui anamnesa dengan ibu bayi Ny .X.

O : Obyektif.

12
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil laboratorium dan tes
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assement. Data obyektif
diperoleh langsung berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi Ny. X.

A : Assement.

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi:

a. Diagnosa/masalah.

1) Diagnosa: rumusan hasil pengkajian mengenai kondisi klien : hamil, bersalin, nifas dan bayi
baru lahir. Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh.

2) Masalah: segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu.

b. Antisipasi masalah lain/diagnosa potensial.

P : Planning.

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assement.


Perencanaan, implementasi dan evalusi dimasukan dalam “P” berdasarkan analisa bayi Ny. X.

13
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Caput succedaneum merupakan edema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada
persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir, tak berbatas
tegas dan melewati garis sutura. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan
biasanya menghilang setelah 2-5 hari. Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang
kuat pada kepala pada saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer
dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskular. Gejala-
gejala yang muncul adalah sebagai berikut, udema di atas kepala, terasa lembut dan lunak pada
perabaan, benjolan berisi serum dan terkadang bercampur dengan darah dan batas yang tidak
jelas

B.SARAN

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini, maka dari itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan
dalam penyempurnaan makalah

14
DAFTAR PUSTAKA

Diouf dkk : / Jurnal Of Neonatal and Pediatric Medicine. Vol. 3. Issue. 1, Maret2017.

Dian Insana Fitri dkk : / Jurnal Kesehatan Andalas. Hubungan Pemberian ASI dengan
Tumbuh Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo Vol. 3.Issue 2 .2014

Ekiz Ozlem dkk: / Skin Findings in Newborns and Their Relationship with Maternal
Factors: Observational Research. Vol. 25, No. 1, 2013

Gilboa, dkk. Obstetrics & Gynecology. Israel : Sheba Medical Center, Ramat Gan.
2012

Marmi dan Kukuh Rahardjo. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2016

Maryunani, Anik dan Eka Puspita Sari. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal &
Neonatal, Jakarta: Cv Trans Info Media .2013

15

Anda mungkin juga menyukai