PERSETUJUAN TINDAKAN
KEDOKTERAN
(INFORMED CONSENT)
MEMUTUSKAN
Menetapkan: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WIYUNG
SEJAHTERA TENTANG ”PANDUAN PERSETUJUAN
TINDAKAN KEDOKTERAN Dl RUMAH SAKIT
WIYUNG SEJAHTERA’’
Ditetapkan di : Surabaya
Pada tanggal : 01 Februari 2018
Tembusan :
- Arsip
BAB I
DEFINISI
C. Kompeten
Kompeten adalah suatu kecakapan atau mempunyai kewenangan atau
kemampuan untuk membuat suatu keputusan. Seseorang dianggap kompeten
untuk memberi persetujuan, bila :
1. Mampu memahami informasi yang telah diberikan dokter kepadanya
2. Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan
3. Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut dan mampu
menganalisis dan menggunakannya untuk membuat keputusan secara bebas
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup persetujuan tindakan kedokteran meliputi berbagai aspek bila dilihat pada
hubungan antara dokter dan pasien, antara lain :
B. Pemeriksaan Skrining
Dalam melakukan pemeriksaan individu yang sehat misalnya untuk mendeteksi tanda awal
dari kondisi yang potensial mengancam nyawa individu tersebut maka harus perlu
dilakukan dengan perhatian khusus sehingga harus mendapat persetujuan dari pasien.
C. Asuhan Medis
Dalam melakukan asuhan medis maka dokter atau dokter gigi membuat suatu tatalaksana
yang memerlukan beberapa tindakan khusus, oleh karena itu harus mendapat persetujuan
lebih dulu dari pasien
BAB III
TATA LAKSANA
Dalam tatalaksana persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi.maka harus jelas siapa
yang harus memberi informasi dan penerima persetujuan, atau siapa yang menerima informasi
serta memberi persetujuan dan bagaimana persetujuan diberikan.
M. Persetujuan Skrining
Skrining dapat merupakan upaya yang penting untuk dapat memberikan tindakan yang
efektif. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Terdapat kemungkinan bahwa uji skrining tersebut memiliki ketidak pastian, misalnya
false positif dan false negative
2. Beberapa uji skrining tertentu berpotensi mengakibatkan hal yang serius bagi pasien
dan keluarganya, tidak hanya dari sisi kesehatan, melainkan juga segi sosial dan
eknoomi.
Jenis tindakan atau prosedur yang akan dilakukan terhadap pasien dan yang memerlukan
persetujuan pasien atau yang sah mewakilinya,persetujuan ini dapat disampaikan dengan cara
No Informed Consent
KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 Biopsi kelenjar getah bening.
2 Dan lain lain tindakan di ruang NICU/PICU
3 Dilatasi fimosis
4 Intubasi Endotracheal & pemasangan ventilator.
5 Pemasangan CVP.
6 Pemasangan ventilator/ infus.
7 Pungsi abdomen.
8 Pungsi lumbal
Kesehatan Anak
9 Suntikan imunisasi
10 Terapi inhalasi.
11 Terapi sinar.
12 Tes mantoux
13 Tindik.
14 Trakeostomi.
15 Tranfusi tukar.
16 Vena seksi
Informed Consent
No KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 Embriotomi
2 Histeroskopi Diagnostik dan Operatif
3 Incisi Hematom Vulva/ Eksplorasi
4 Insersi IUD
5 Kistektomi / Salpingooforektomi
6 Kuretase
7 Laparaskopi
8 - Diagnostik
g - Tubektomi
10 - Kistektomi
11 - Salingooforektomi
12 - Miomektomi
13 Laparatomi
14 - Tubektomi
15 - Kistektomi
16 - Salingooforektomi
Kebidanan
17 - Miomektomi
18 - Histerektomi
19 - Histerektomi Radikal
20 Operas Vaginal
21 - Kolporafi Anterior
22 - Kolporafi Posterior / Kolpoperineorafi
23 - Kolpokleisis
24 - Histerektomi
25 - Vaginoplasti
26 Persalinan dengan Tindakan/dgn penyulit
27 Persalinan Presentasi Bokong
28 PersalinanSpontan
29 Placenta Manual
30 Reparasi Laserasi/ Robekan Jalan Lahir
31 Reparasi Luka Operasi
32 Reparasi Ruptur Perineum / Episiotomi
33 Sectio Caesarea
34 Upaya Pemberhentian Perdarahan / HPP
35 - Prosedur B-Lynch
36 - Ligasi A Uteri + Ovarika
37 - Ligasi A.Hipogastrika
38 - Histerektomi
No Informed Consent
KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 Aspirasi Abses Hati
2 Aspirasi Tiroid
3 Biopsi Ginjal
4 Biopsi Hati
5 BMP (Bone Marrow Punction)
6 Penyakil Chemoterapi
7 Dalam Endoskopi Diagnostik
8 Endoskopi Terapeutik
9 FNAB Tiroid
10 Haemodialisa
11 Pasang Double Lumen
12 Pungsi Ascites
No Informed Consent
KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 Aff Splint
2 Antegrade Pyelografi
3 Biopsi prostat
4 Bouginasi
5 Cystoscopi
6 Cystostomi manual
7 Debridement
8 Ekstraksi corpus alineum
9 Ekstraksi kuku / Rosser's Plasty
10 Extirpasi
11 Bedah FNAB
12 Insisi abses
13 Mastotomi
14 Pasang Cateter / dengan mandryn
15 Reposisi Rahang
16 Seluruh tindakan operasi
17 Sirkumsisi
18 WSD
19 Urethroscopy
20 Vasektomia
21 Vena secti
No Informed Consent
KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 Amputasi
2 Arthrodesis
3 Arthrodesis Hip & Ankle ( Triple Arthrodesis)
4 Aspirasi cairan sendi
5 Bonegraft
6 Canulated Screw pada Fracture Collum Femur
7 Carpal Tunnel Release
8 Castinq
9 Close Reduction Shoulder Dislokasi
10 Closed Reduction pada Dislokasi
11 Contracture Release
12 Debridement, Open Reduction & External Fixation
13 Dynamic Condylar Screw (DCS)
14 Eksternal Fiksasi
15 Extirpasi Bursitis
16 Orthopaedi Faciotomy
17 Hemiarthroplasty (AMP)
18 Nerve Grafting
19 Nerve Repair / Neuropathy
20 Neurolisis
21 Open Recducbon pada Old Dislocation
22 Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) Femur
& Tibia Fibula
23 Open Reduction Shoulder Dislokasi
24 ORIF Pada Fracture Ankle
25 ORIF Fracture Calcaneus
26 ORIF Fracture Os Tarsalia
27 ORIF Humerus & Radius Ulna
28 ORIF Mini Plate Fracture Pedis
29 ORIF Reconstruction Fracture Clavicula
30 ORIF Reconstruction Fracture Distal Humeri
31 ORIF Reconstruction Fracture Patella
32 ORIF Reconstruction Fracture Pelvis (dgn
Reconstruction Plate)
33 ORIF Reconstruction Fracture Proximal Humeri
34 ORIF Reconstruction Fracture Tibia Plateu
35 Osteotomi
36 Papineau Method
37 Repair/ Reconstruction pada rupture Tendon Achilles
38 Repair/Reconstruction pada Rupture extensor
Mechanism of The Knee
39 Rosser Plasty
40 Soft Tissue Release
41 Splinting
42 Tandur Kulit
43 TBW Patella dan Olecranon
44 Tendon Lengthtening
45 Tendon Repair
46 Total Hip Arthroplasty (THR)
47 Wiring Pedis ( K-Wire)
48 Curretage Tumor Bonegraffting
Informed Consent
No KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 DC Shock
2 Treadmill
Jantung
3 Pemberian Terapi Thrombolitik.
4 Pemberian Terapi Antikongulan.
Informed Consent
No KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 FNAB / Biopsi Kelenjar
2 Proof Punksi Pleura
Paru
3 Pungsi Pleura
4 Water Sealed Drainage (WSD)
Informed Consent
No KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 Lumbal Punksi
2 Transcranial Magnetic Stimulation (TMS)
Saraf
3 Electro Myo Graphy (EMG)
4 Electro Encephalo Graphy (EEG)
Informed Consent
No KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 Dan lain lain tindakan di ruang ICU/ICCU
2 Intubasi Endotracheal dan pemasangan ventilator.
3 Krikotirotomi
4 Pemasangan CVP.
Anestesi
5 Pungsi Lumbal
6 Trakeostomi.
7 Transfusi darah.
8 WSD
Informed Consent
No KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 Aspirasi Hifema
2 Cataract+ECCE+I0L
3 Chalazion.
4 Corpus alienum
5 Granuloma
6 Hordeolum.
7 Milium
8 Nevus
9 Papilloma
10 Pterygium
11 Mata Staphyloma
12 tindakan jahit Ec Trauma mata
13 Trabeculectomi, Iridectomi
14 Veruca Vulgaris
15 Xhantelasma
16 Injeksi intravitreal
17 Repair Palpebra, Ectropion, Entropion
18 Repair Ptosis
19 Blefaroplasti
20 Enukleasi
21 Eviscerasi + DFG
Informed Consent
No KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 Dry Needling
2 Injeksi (IM, IV, IA, Intra artikuler)
3 Bladder Training
4 Rehab Medik Streching dan Manipulasi
5 Asesmen Disfagia
6 Splinting dan bandaging
7 Laser
Informed Consent
No KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 Eksterpasi granulasi / polip telinga
2 Irigasi sinus maxillaries
3 Laringoskopi dengan narkose
4 Mastoidektomi
5 Polipectomi / Ethmoidectomi
THT
6 Rekontruksi tulang hidung.
7 Semua tindakan operasi dg pembiusan
8 Tindakan operasi tanpa pembiusan dgn risiko
9 Tonsilektomi.
10 Trakeostomi
Informed Consent
No KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 BNO-IVP (Intravena Pielografi)
2 CT Scan dg injeksi media kontras IV
3 HSG;( Histerosalfingografi)
4 Radiologi MSU ( Miksi Sisto Urethrogram )
5 Esofaqogram
6 Retrograde Pyelografi ( RPG)
7 Sistogram & Urethrocystogram
Informed Consent
No KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 Bedah Mulut
2 - Exodontia
3 - Perawatan Infeksi Maksilofasial karena
Dentogen
4 - Trauma Jaringan Eksisi Maksilofasial
5 Orthodonsia : Perawatan Maloklusi/ Meratakan
gigi/ Kelainan DentoFasial
Gigi & Mulut
6 Prosthodonti : pembuatan bturator/ Feeding Plak /
Splint
7 Konservasi :
8 - Perawatan Pemutjhan Gigi
9 - Perawatan Pulpa/ Saluran Akar
10 - Perawatan Kelainan Periapikal
11 - Perawatan Kelainan Periodontal
Informed Consent
No KSM Jenis Tindakan Kedokteran
Tertulis Lisan
1 Bedah Beku (Chlorethyl Spray)
2 Bedah kimia (TCA)
3 Bedah listrik (Electro Cauteterisasi)
4 Biopsi diagnostic.
5 Chemical peeling.
6 Eksisi
7 Ekstraksi komedo
8 Enukleasi molluscum.
g Facial
10 Injeksi keloid.
11 Kulit Kelamin Injeksi Jerawat
12 Injeksi Toxin Botolinum
13 Injeksi Vitamin C
14 Insisi abses
15 Laser CO2
16 Test Tusuk
17 Mikrodermaberasi
18 Perawatan Luka
19 Injeksi Hiperpigmentasi
20 Ekterpasi
21 Injeksi Intravenous / Intramuskular / Intradermal
BAB V
DOKUMENTASI
Semua pendokumentasian harus ditulis nama lengkap dari pemberi persetujuan baik itu pasien
atau yang sah mewakilinya, penulisan tanggal dan waktu pemberian persetujuan, setelah itu di
tandatangani oleh Pemberi persetujuan dan para saksi yaitu Dokter, Saksi dari pihak Pasien dan
Saksi dari rumah sakit.
DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : AGUSTUS 2014
DIREKTUR
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA
Demikian persetujuan ini Saya buat dengan sesungguhnya tanpa paksaan dari pihak manapun,
karena Saya paham dan mengerti bahwa hal ini diperlukan dalam proses perawatan Saya di RS
Haji Jakarta.
Keterangan : * Coret pada tulisan yang tidak dipilih dan beri tanda (x) pada kotak pilihan
Contoh Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran (Operasi / Invasif )
Saya, Dokter Pelaksana tindakan menyatakan bahwa telah menerangkan hal dibawah ini secara benar dan
jelas dan sudah
JENIS memberi kesempatan pada Pasien/ISI
INFORMASI keluarga untuk bertanya
INFORMASI YANGdan berdiskusi.
DIBERIKAN
1. Diagnosis (WD&DD)
2. Dasar Diagnosis
3. Tindakan Kedokteran
4. Indikasi Tindakan
5. Tata cara
6. Tujuan
7. Risiko
8. Komplikasi
9. Prognosis
10. Alternatif & Risiko
Catatan Khusus :
Dengan ini menyatakan sesungguhnya, bahwa saya telah menerima informasi yang diberikan oleh Dokter
sebagaimana di atas dan telah memahaminya. Untuk itu saya memberikan PERSETUJUAN untuk
dilakukan Tindakan Kedokteran tersebut terhadap
Nama : ............................................. (L/P)* Tanggal Lahir : ...........................
No. Rekam Medik : .............................................
Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut termasuk risiko dan komplikasi yang akan timbul.
Saya juga menyadari bahwa ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti, maka keberhasilan tindakan kedokteran
bukanlah keniscayaan.melainkan tergantung kepada ijin Tuhan YME.
Jakarta, ............................................ Pukul :
.........................
Dengan ini menyatakan sesungguhnya, bahwa saya telah menerima informasi yang diberikan oleh Dokter
sebagaimana di atas dan telah memahaminya. Untuk itu saya memberikan PENOLAKAN /
PEMBATALAN untuk dilakukan Tindakan Kedokteran tersebut terhadap :
Nama : ............................................. (L/P)* Tanggal Lahir : ...........................
No. Rekam Medik : .............................................
Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut termasuk risiko dan komplikasi yang akan timbul
bila tidak dilakukan tindakan tersebut..
Saya akan bertanggung jawab secara penuh atas segala akibat yang mungkin timbul akibat penolakan
dilakukan tindakan tersebut.
Nama Jelas
TandaTangan
Saya, Dokter Peiaksana Anestesi menyatakan bahwa telah menerangkan hal dibawah ini secara benar dan
JENIS INFORMASI ISI INFORMASI YANG DIBERIKAN
1. Diagnosis
2. Tindakan Operasi
3. Tindakan Pembiusan □ Umum o Lokal □ Spinal
4. Indikasi Tindakan
5. Tata Cara
6. Tujuan
7. Risiko
8. Komplikasi
9. Prognosis
10. AIternatif & Risiko
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ............................................. (L/P)* Tanggal Lahir : ...........................
No. KTP/SIM/Paspor : ........................................... .................................................................
Alamat : ................................................................................................................
....................................................... No. Telpon : ....................................
Hubungan dengan Pasien : □ Diri Sendiri □ Suami □ Istri □ Anak □ Orang Tua □ Keluarga :
........................................
Dengan ini menyatakan sesungguhnya, bahwa saya telah menerima informasi yang diberikan oleh Dokter
sebagaimana di atas dan telah memahaminya. Untuk itu saya memberikan PERSETUJUAN untuk
dilakukan Tindakan Pembiusan tersebut terhadap
Dengan ini menyatakan sesungguhnya, bahwa saya telah menerima informasi yang dibenkan oleh Dokter
sebagaimana di atas dan telah memahaminya. Untuk itu saya membenkan PENOLAKAN /
PEMBATALAN untuk dilakukan Tindakan Kedokteran tersebut terhadap :
Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut termasuk risiko dan komplikasi yang akan timbul
bila tidak dilakukan tindakan tersebut. Saya akan bertanggung jawab secara penuh atas segala akibat yang
mungkin timbul akibat penolakan dilakukan tindakan tersebut
Jakarta, ............................................ Pukul :
.........................
Nama Jelas
TandaTangan
1. Pengertian Transfusi
Suatu proses pemindahan darah dari orang sehat (Donor) ke tubuh
2. Jenis Darah
Darah yang dipindahkan dapat berupa darah lengkap atau hanya
3. Tujuan Transfusi
Untuk menolong pasien yang mengalami kurang darah baik dalam
4. Risiko
Pemindahan darah selain dapat menolong orang dapat juga menimbulkan
penyulit tergantung pada masing masing individu penerimanya, terlebih
5. Komplikasi
Penyulit atau komplikasi yang bisa timbul sifatnya dapat terjadi cepat
(akut) atau lambat, selain itu bila dilakukan Transfusi dalam jumlah
Dengan ini menyatakan sesungguhnya, bahwa saya telah menerima informasi yang diberikan oleh Petugas
sebagaimana di atas dan telah memahaminya. Untuk itu saya memberikan PERSETUJUAN untuk
diberikan TRANSFUSI DARAH terhadap :
Dengan ini menyatakan sesungguhnya, bahwa saya telah menerima informasi yang diberikan oleh Petugas
sebagaimana di atas dan telah memahaminya. Untuk itu saya memberikan PENOLAKAN /
PEMBATALAN untuk diberikan transfuse terhadap diri saya sendiri / suami / isteri / anak / Keluarga
.......................................................... *) :
Nama Jelas
TandaTangan
Saya, Dokter Pelaksana tindakan menyatakan bahwa telah menerangkan hal dibawah ini secara benar dan
jelas dan sudah
JENIS memberi kesempatan pada Pasien/ISI
INFORMASI keluarga untuk bertanya
INFORMASI YANGdan berdiskusi.
DIBERIKAN
1. Diagnosis (WD&DD)
Dengan ini menyatakan sesungguhnya, bahwa saya telah menerima informasi yang diberikan oleh Dokter
sebagaimana di atas dan telah memahaminya. Untuk itu saya membenkan PERSETUJUAN untuk
dilakukan Tindakan Kedokteran tersebut terhadap :
Dengan ini menyatakan sesungguhnya, bahwa saya telah menerima informasi yang dibenkan oleh Dokter
sebagaimana di atas dan telah memahaminya. Untuk itu saya membenkan PENOLAKAN /
PEMBATALAN untuk dilakukan Tindakan Kedokteran tersebut terhadap :
Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut termasuk risiko dan komplikasi yang akan timbul
bila tidak dilakukan tindakan tersebut. Saya akan bertanggung jawab secara penuh atas segala akibat yang
mungkin timbul akibat penolakan dilakukan tindakan tersebut
Jakarta, ............................................ Pukul :
.........................
Nama Jelas
TandaTangan
BAB I
DEFINISI
1
4. Tindakan invasif adalah tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
yang langsung dapat mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.
Tindakan invasif tidak selalu berisiko tinggi.
5. Wali adalah orang yang secara hukum dianggap sah mewakili
kepentingan orang lain yang tidak kompeten (dalam hal ini pasien
yang tidak kompeten).
6. Keluarga terdekat adalah suami atau isteri, orang tua yang sah atau
anak kandung, dan saudara kandung.
7. Pengampu adalah orang atau badan yang ditetapkan pengadilan
sebagai pihak yang mewakili kepentingan seseorang tertentu (dalam
hal ini pasien) yang dinyatakan berada di bawah pengampuan
(curatele).
8. Kompeten adalah cakap untuk menerima informasi, memahami,
menganalisisnya, dan menggunakannya dalam membuat persetujuan
atau penolakan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi.
9. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
10. Persetujuan diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara
lengkap.
11. Penjelasan sekurang-kurangnya mencakup :
a. diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan risikonya
d. resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
12. Persetujuan dapat diberikan baik secara tertulis maupun lisan.
13. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung
risiko tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang
ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan.
14. Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi diatur dengan Peraturan Menteri
2
A. TUJUAN PERSETUJUAN TINDAKAN
Dengan mengingat bahwa ilmu kedokteran atau kedokteran gigi
bukanlah ilmu pasti, maka keberhasilan tindakan kedokteran atau
kedokteran gigi bukan pula suatu kepastian, melainkan dipengaruhi oleh
banyak faktor yang dapat berbeda-beda dari satu kasus ke kasus lainnya.
Sebagai masyarakat yang beragama, perlu juga disadari bahwa keberhasilan
tersebut ditentukan oleh izin Tuhan Yang Maha Esa.
Dewasa ini pasien mempunyai pengetahuan yang semakin luas
tentang bidang kedokteran, serta lebih ingin terlibat dalam pembuatan
keputusan perawatan terhadap diri mereka. Pasien dan keluarga belajar
tentang bagaimana berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terkait
pelayanannya. Karena alasan tersebut, persetujuan yang diperoleh dengan
baik dapat memfasilitasi keinginan pasien tersebut, serta menjamin bahwa
hubungan antara dokter dan pasien adalah berdasarkan keyakinan dan
kepercayaan. Jadi, proses persetujuan tindakan kedokteran merupakan
manifestasi dari terpeliharanya hubungan saling menghormati dan
komunikatif antara dokter dengan pasien, sehingga pasien dan keluarga
belajar tentang hak mereka untuk berpartisipasi pada proses pelayanan, yang
bersama-sama menentukan pilihan tindakan yang terbaik bagi pasien demi
mencapai tujuan pelayanan kedokteran yang disepakati. Departemen
Kesehatan telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Persetujuan Tindakan Medik pada tahun 1989, dan kemudian pada tahun
2004 diundangkan Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran yang juga memuat ketentuan tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran atau Kedokteran Gigi. Lebih jauh Undang-Undang tersebut
memandatkan agar diterbitkan Permenkes untuk mengaturnya lebih lanjut.
Sejalan dengan itu, Konsil Kedokteran Indonesia menerbitkan buku
Manual ini sebagai petunjuk ringkas pelaksanaan Persetujuan tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi, yang untuk selanjutnya dalam buku ini
akan disebut sebagai “Persetujuan Tindakan Kedokteran”. Ketika Informed
Consent dipersyaratkan, pasien dan keluarga belajar tentang proses
3
memberikan informed consent, pasien dan keluaga belajar tentang kondisi
kesehatannya dan diagnosis pasti mengenai penyakitnya. Jika seorang
dokter tidak memperoleh persetujuan tindakan kedokteran yang sah, maka
dampaknya adalah bahwa dokter tersebut akan dapat mengalami masalah :
1. Hukum Pidana
Menyentuh atau melakukan tindakan terhadap pasien tanpa
persetujuan dapat dikategorikan sebagai “penyerangan” (assault). Hal
tersebut dapat menjadi alasan pasien untuk mengadukan dokter ke
penyidik polisi, meskipun kasus semacam ini sangat jarang terjadi.
2. Hukum Perdata
Untuk mengajukan tuntutan atau klaim ganti rugi terhadap dokter,
maka pasien harus dapat menunjukkan bahwa dia tidak diperingatkan
sebelumnya mengenai hasil akhir tertentu dari tindakan dimaksud -
padahal apabila dia telah diperingatkan sebelumnya maka dia tentu
tidak akan mau menjalaninya, atau menunjukkan bahwa dokter telah
melakukan tindakan tanpa persetujuan (perbuatan melanggar hukum).
3. Pendisiplinan oleh MKDKI
Bila MKDKI menerima pengaduan tentang seorang dokter atau dokter
gigi yang melakukan hal tersebut, maka MKDKI akan
menyidangkannya dan dapat memberikan sanksi disiplin kedokteran,
yang dapat berupa teguran hingga rekomendasi pencabutan Surat
Tanda Registrasi.
4
formulir itu sendiri tidak mencukupi. Yang lebih penting adalah mengadakan
diskusi yang rinci dengan pasien, dan didokumentasikan di dalam rekam medis
pasien. Ketika dokter mendapat persetujuan tindakan kedokteran, maka harus
diartikan bahwa persetujuan tersebut terbatas pada hal-hal yang telah disetujui.
Dokter tidak boleh bertindak melebihi lingkup persetujuan tersebut, kecuali dalam
keadaan gawat darurat, yaitu dalam rangka menyelamatkan nyawa pasien atau
mencegah kecacatan (gangguan kesehatan yang bermakna). Oleh karena itu
sangat penting diupayakan agar persetujuan juga mencakup apa yang harus
dilakukan jika terjadi peristiwa yang tidak diharapkan dalam pelaksanaan tindakan
kedokteran tersebut. Upaya memperoleh persetujuan dapat memerlukan waktu
yang lama. Persetujuan pada berbagai keadaan akan berbeda, karena setiap pasien
memiliki perhatian dan kebutuhan yang individual. Dan meskipun waktu yang
tersedia sedikit, tetap saja tidak ada alasan untuk tidak memperoleh persetujuan.
5
c) Ketentuan pelaksanaan informed consent
Pernyataan Dimuka Atau Pesan :
Pada pasien yang kehilangan kapasitasnya untuk memberikan
persetujuan tindakan kedokteran, terutama yang disebabkan oleh penyakit
yang progresif, dokter sebaiknya mencari kemungkinan adanya pernyataan
dimuka atau pesan tentang perlakuan kedokteran yang diinginkannya, yang
dinyatakannya saat ia masih kompeten.
a. Pernyataan dimuka atau pesan tersebut dapat berupa serangkaian petunjuk
tentang tindakan kedokteran apa yang diinginkan dan yang tidak
diinginkan dilakukan terhadap dirinya, atau berupa penunjukan seseorang
lain untuk membuat keputusan.
b. Pernyataan dimuka atau pesan tersebut harus dibuat tertulis oleh pasiennya
sendiri atau dalam hal pasien tidak mampu melakukannya sendiri dapat
ditulis oleh salah satu keluarganya dan diperkuat dengan dua orang saksi.
6
BAB II
RUANG LINGKUP
7
1. Tindakan operasi dan tindakan invasif
2. Tindakan anastesi general dan regional
3. Tranfusi darah dan produk darah
4. Pengobatan beresiko tinggi, misal : terapi sitostatika, Hormon
Replacement Therapy (HRT), terapi imunosupresan, dll
8
b. Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis
banding) termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan
pengobatan
c. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi
kesehatannya, termasuk pilihan untuk tidak diobati
d. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari
prosedur atau pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan
subsider seperti penanganan nyeri, bagaimana pasien seharusnya
mempersiapkan diri, rincian apa yang akan dialami pasien selama dan
sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa terjadi dan yang
serius
e. Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang
kelebihan/keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan
diskusi tentang kemungkinan risiko yang serius atau sering terjadi,
dan perubahan gaya hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut
f. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih
eksperimental
g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan
dimonitor atau dinilai kembali
h. Nama dokter yang bertanggung jawab secara keseluruhan untuk
pengobatan tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim
lainnya
i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau
pendidikan, maka sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam
rangkaian tindakan yang akan dilakukan
j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya
setiap waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggung jawab
penuh atas konsekuensi pembatalan tersebut.
k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari
dokter lain
l. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya.
9
5. Penyampaian Informasi
Saat penyampaian informasi, diharapkan pemberi informasi dapat
mempertimbangkan hal-hal di bawah ini:
a. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang
mereka. Sehingga menghadirkan seorang interpreter mungkin
merupakan suatu sikap yang penting, baik dia seorang profesional
ataukah salah seorang anggota keluarga. Ingat bahwa dibutuhkan
persetujuan pasien terlebih dahulu dalam mengikutsertakan
interpreter bila hal yang akan didiskusikan merupakan hal yang
bersifat pribadi.
b. Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi
lain apabila hal itu dapat membantu memberikan informasi yang
bersifat rinci. Pastikan bahwa alat bantu tersebut sudah berdasarkan
informasi yang terakhir. Misalnya, sebuah leaflet yang menjelaskan
tentang prosedur yang umum. Leaflet tersebut akan membuat jelas
kepada pasien karena dapat ia bawa pulang dan digunakan untuk
berpikir lebih lanjut, tetapi jangan sampai mengakibatkan tidak ada
diskusi.
c. Apabila dapat membantu, tawarkan kepada pasien untuk membawa
keluarga atau teman dalam diskusi atau membuat rekaman dengan
tape recorder
d. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan
(distress ) agar diberikan dengan cara yang sensitif dan empati.
Rujuk mereka untuk konseling bila diperlukan
e. Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam
diskusi, misalnya perawat, baik untuk memberikan dukungan kepada
pasien maupun untuk turut membantu memberikan penjelasan
f. Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas.
g. Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi
yang diberikan, dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang
bersifat klarifikasi, sebelum kemudian diminta membuat keputusan
10
C. YANG DAPAT MEMBERI PERSETUJUAN
Persetujuan diberikan oleh individu yang kompeten. Ditinjau dari segi
usia, maka seseorang dianggap kompeten apabila telah berusia 18 tahun atau
lebih atau telah pernah menikah. Sedangkan anak-anak yang berusia 16 tahun
atau lebih tetapi belum berusia 18 tahun dapat membuat persetujuan tindakan
kedokteran tertentu yang tidak berrisiko tinggi apabila mereka dapat
menunjukkan kompetensinya dalam membuat keputusan. Alasan hukum yang
mendasarinya adalah sbb:
1. Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka seseorang yang
berumur 21 tahun atau lebih atau telah menikah dianggap sebagai orang
dewasa dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan
2. Umur 21 tahun atau belum 21 tahun tetapi sudah menikah,
penandatanganan persetujuan dapat dilakukan oleh dirinya sendiri
3. Antara 18-20 tahun
4. Umur 16 tahun - 17 tahun, peandatanganan dilakukan oleh orang tuan atau
keluarga terdekat jika orang tua berhalangan. Jika keluarga terdekat tidak
ada pada saat itu, maka penandatanganan dapat dilakukan oleh pasien
sendiri jika sudah ada pernyataan dari dokter bahwa pasien tersebut
berkompeten, kecuali untuk tindakan yang berisiko tinggi
5. Umur kurang dari 15 tahun, penandatanganan harus dilakukan oleh orang
tuan atau keluarga terdekat
6. Pasien yang menderita gangguan jiwa, maka penandatangan dilakukan
oleh orang tua/ wali/ keluarga terdekat/ induk semang
7. Berdasarkan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka
setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih dianggap sebagai orang yang
sudah bukan anak-anak. Dengan demikian mereka dapat diperlakukan
sebagaimana orang dewasa yang kompeten, dan oleh karenanya dapat
memberikan persetujuan
8. Mereka yang telah berusia 16 tahun tetapi belum 18 tahun memang masih
tergolong anak menurut hukum, namun dengan menghargai hak individu
untuk berpendapat sebagaimana juga diatur dalam UU No 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, maka mereka dapat diperlakukan seperti
11
orang dewasa dan dapat memberikan persetujuan tindakan kedokteran
tertentu, khususnya yang tidak berisiko tinggi. Untuk itu mereka harus
dapat menunjukkan kompetensinya dalam menerima informasi dan
membuat keputusan dengan bebas. Selain itu, persetujuan atau penolakan
mereka dapat dibatalkan oleh orang tua atau wali atau penetapan
pengadilan.
9. Sebagaimana uraian di atas, setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih
dianggap kompeten. Seseorang pasien dengan gangguan jiwa yang berusia
18 tahun atau lebih tidak boleh dianggap tidak kompeten sampai nanti
terbukti tidak kompeten dengan pemeriksaan. Sebaliknya, seseorang yang
normalnya kompeten, dapat menjadi tidak kompeten sementara sebagai
akibat dari nyeri hebat, syok, pengaruh obat tertentu atau keadaan
kesehatan fisiknya. Anak-anak berusia 16 tahun atau lebih tetapi di bawah
18 tahun harus menunjukkan kompetensinya dalam memahami sifat dan
tujuan suatu tindakan kedokteran yang diajukan. Jadi, kompetensi anak
bervariasi – bergantung kepada usia dan kompleksitas tindakan.
Seseorang dianggap kompeten untuk memberikan persetujuan, apabila:
1. Mampu memahami informasi yang telah diberikan kepadanya dengan
cara yang jelas, menggunakan bahasa yang sederhana dan tanpa istilah
yang terlalu teknis.
2. Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan.
3. Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut untuk waktu
yang cukup lama dan mampu menganalisisnya dan menggunakannya
untuk membuat keputusan secara bebas.
12
kompeten lagi, diskusikan kembali keputusan tersebut dengannya
untuk memastikan bahwa keputusannya tersebut konsisten
13
1. Anak-anak
Salah satu individu yang dianggap tidak kompeten adalah anak-anak.
Anak-anak dianggap tak mampu memberikan keputusan karena sejumlah
alasan, seperti ketidakdewasaan mereka, kesulitan untuk memahami tindakan
kedokteran, atau dampak dari kondisi mereka. Pada umumnya, seseorang
dengan tanggung jawab orang tua (orang tua atau wali) atau pengadilan dapat
memberikan keputusan bagi mereka. Jika keputusan penting harus dibuat yang
menyangkut tindakan kedokteran yang dapat mempunyai akibat yang
permanen, sedangkan terdapat dua orang dengan tanggung jawab orang tua
(misalnya ayah dan ibu), maka keduanya harus dimintai pendapatnya. Anak
harus selalu dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, misalnya
keputusan tentang siapa yang akan tinggal bersamanya pada saat suatu
tindakan kedokteran tertentu dilaksanakan. Proses dalam mendapatkan
persetujuan dari orang tua pasien adalah sama seperti ketika mereka
memberikan keputusan untuk mereka sendiri, dengan kata lain, keputusan
harus diberikan secara bebas oleh orang yang kompeten yang telah diberikan
informasi. Kekuasaan untuk memberi persetujuan tersebut harus digunakan
untuk kepentingan terbaik bagi si anak. Demi kepentingan terbaik pasien anak,
pengadilan dapat membatalkan penolakan tindakan kedokteran oleh seseorang
dalam tanggung jawab orang tua.
2. Pasien tidak sadar diri
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan
gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat
dan dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat
terganggu fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran
ini dapat disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial
ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan kerusakan struktural/metabolik di
tingkat korteks serebri, batang otak keduanya sehingga pasien tidak sanggup
dalam menerima informasi apapun.
14
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya
kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu
menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan.
Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari apa yang
diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan dengan biopsikososial.
4. Tanggung jawab orang tua
Orang yang dianggap memiliki tanggung jawab orangtua meliputi:
a. Orang tua si anak, yaitu apabila si anak lahir sebagai anak dari
pasangan suami isteri yang sah.
b. Ibu si anak, yaitu apabila si anak lahir dari pasangan yang tidak sah
sehingga si anak hanya memiliki hubungan perdata dengan si ibu.
c. Wali, orang tua angkat, atau Lembaga Pengasuh yang sah berdasarkan
UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perlindungan Anak.
d. Orang yang secara adat/budaya dianggap sebagai wali si anak, dalam
hal tidak terdapat yang memenuhi a, b dan c.
Dokter tidak dibebani kewajiban untuk membuktikan hal-hal di atas,
namun demikian dalam keadaan ragu tentang posisi tanggung jawab orang
tua seseorang terhadap anak, maka dokter dapat meminta keterangan
kepada pihak-pihak yang berwenang.
15
F. PENOLAKAN PEMERIKSAAN/TINDAKAN
Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang hak
mereka untuk menolak atau tidak melanjutkan pengobatan, maka meski pasien
yang kompeten (dia memahami informasi, menahannya dan mempercayainya
dan mampu membuat keputusan) berhak untuk menolak suatu pemeriksaan
atau tindakan kedokteran, meskipun keputusan pasien tersebut terkesan tidak
logis. Pasien memberikan informed consent sesuai dengan kebijakan dan
prosedur. Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang
konsekuensi dari keputusan mereka, kalau hal seperti ini terjadi dan bila
konsekuensi penolakan tersebut berakibat serius maka keputusan tersebut
harus didiskusikan dengan pasien, tidak dengan maksud untuk mengubah
pendapatnya tetapi untuk mengklarifikasi situasinya.
Untuk itu perlu dicek kembali apakah pasien telah mengerti informasi
tentang keadaan pasien, tindakan atau pengobatan, serta semua kemungkinan
efek sampingnya karena Rumah sakit harus memberitahukan pasien dan
keluarganya tentang tanggung jawab mereka berkaitan dengan keputusan
tersebut sehingga tidak akan terjadi salahnya pengambilan keputusan.
Kenyataan adanya penolakan pasien terhadap rencana pengobatan yang
terkesan tidak rasional bukan merupakan alasan untuk mempertanyakan
kompetensi pasien. Meskipun demikian, suatu penolakan dapat
mengakibatkan dokter meneliti kembali kapasitasnya, apabila terdapat
keganjilan keputusan tersebut dibandingkan dengan keputusan-keputusan
sebelumnya. Dalam setiap masalah seperti ini rincian setiap diskusi harus
secara jelas didokumentasikan dengan baik serta rumah sakit memberitahukan
pasien dan keluarganya tentang tersedianya alternatif pelayanan dan
pengobatan, jika keputusan menolak masih tetap dipilih.
16
Pada prinsipnya, setiap saat pasien dapat membatalkan persetujuan
mereka dengan membuat surat atau pernyataan tertulis pembatalan persetujuan
tindakan kedokteran. Pembatalan tersebut sebaiknya dilakukan sebelum
tindakan dimulai. Selain itu, pasien harus diberitahu bahwa pasien
bertanggungjawab atas akibat dari pembatalan persetujuan tindakan. Oleh
karena itu, pasien harus kompeten untuk dapat membatalkan
persetujuan.Menentukan kompetensi pasien pada situasi seperti ini seringkali
sulit.
Nyeri, syok atau pengaruh obat-obatan dapat mempengaruhi
kompetensi pasien dan kemampuan dokter dalam menilai kompetensi pasien.
Bila pasien dipastikan kompeten dan memutuskan untuk membatalkan
persetujuannya, maka dokter harus menghormatinya dan membatalkan
tindakan atau pengobatannya. Kadang-kadang keadaan tersebut terjadi pada
saat tindakan sedang berlangsung. Bila suatu tindakan menimbulkan teriakan
atau tangis karena nyeri, tidak perlu diartikan bahwa persetujuannya
dibatalkan. Rekonfirmasi persetujuan secara lisan yang didokumentasikan di
rekam medis sudah cukup untuk melanjutkan tindakan. Tetapi apabila pasien
menolak dilanjutkannya tindakan, apabila memungkinkan, dokter harus
menghentikan tindakannya, mencari tahu masalah yang dihadapi pasien dan
menjelaskan akibatnya apabila tindakan tidak dilanjutkan. Dalam hal tindakan
sudah berlangsung sebagaimana di atas, maka penghentian tindakan hanya
bisa dilakukan apabila tidak akan mengakibatkan hal yang membahayakan
pasien.
BAB III
17
TATA LAKSANA
18
pengertian bahwa jika pihak praktisi membutuhkan informasi tambah
maka pasien harus bersedia memberikan informasi tambahan tersebut
3. Kemudian dokter menandatangani Lembar Pemberian Informasi dan
Lembar Persetujuan Tindakan Medis dan meminta pasien dan atau
keluarga penerima informasi untuk menandatangani Lembar Pemberian
Informasi dan Lembar Persetujuan Tindakan Medis ( apabila pasien tidak
bisa tanda tangan / buta huruf maka diperkenankan membubuhkan cap
jempol tangan kanan )
4. Lembar persetujuan dan identitas petugas yang memberikan penjelasan
kepada pasien dan keluarganya dicatat di dalam rekam medis pasien
5. Pernyataan dan penulisan lembar persetujuan tindakan medis dilakukan di
bagian yang bersangkutan
19
dilakukan tindakan medis. Pada saat terjadi penolakan maka yang harus
dilakukan adalah :
1. Dokter menjelaskan kembali terkait tindakan yang akan dilakukan
meliputi :
a. Penjelasan mengenai konsekuensi yang harus diterima jika keputusan
Penolakan dilakukan
b. Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang
tanggung jawab mereka berkaitan dengan keputusan tersebut, yaitu
penjelasan bahwa jika terjadi hal yang tidak diinginkan/ keadaan
pasien semakin memburuk dikarenakan adanya penolakan dari pasien
dan atau keluarga pasien, maka hal tersebut diluar tanggung jawab
rumah sakit
c. Penjelasan alternative pelayanan dan pengobatan lain yang masih
mungkin dapat dilakukan di rumah sakit
2. Kemudian dokter menandatangani Lembar Pemberian Informasi dan
juga meminta pasien dan atau keluarga pasien untuk menandatangani
sebagai bukti bahwa pasien sudah menerima penjelasan.
3. Pasien dan atau keluarga pasien melengkapi dan menandatangani lembar
penolakan tindakan yang kemudian akan disimpan di berkas rekam
medis pasien tersebut.
4. Pernyataan dan penulisan lembar penolakan tindakan medis dilakukan di
unit yang bersangkutan.
BAB IV
20
DOKUMENTASI
21