MADYANG
Jl. Andi Kambo Nomor 87 Kota Palopo Telp: (0471) 24227, Email: rsust.madyang@yahoo.com
REVISI KEPUTUSAN DIREKTUR
Nomor : 329/ DIR / RSU-SM / PLP / II/ 2023
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN PELAYANAN BEDAH
RSU ST. MADYANG
Menimbang :
a. Bahwa dalam menyelenggarakan aktivitas operasionalnya, setiap unit
dalam organisasi memerlukan suatu panduan pelayanan sebagai acuan /
standar pelaksanaan operasional dalam unit terkait.
Mengingat :
1 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
.
21. SK Menkes Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang standar pelayanan
. minimal di Rumah Sakit
3 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Normor
. 519/Menkes/SK/III/2011 tentang Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah
Sakit.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : REVISI SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN BEDAH RS. ST
MADYANG
Ditetapkan di Palopo
Pada tanggal 21 FEBRUARY 2023
Direktur RSU St. Madyang,
DAFTAR ISI
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara infasive
dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Proses operasi
merupakan pembukaan bagian tubuh untuk dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan
dan penjahitan luka.
Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperasi apapun bentuknya dapat berdampak
pada tahap tahap selanjutnya untuk diperlukan kerjasama yang baik antara masing-masing
komponen yang berkopeten untuk menghasilkan outcome yang optimal. Berikut ini persiapan
yang perlu dilakukan pada tahap preoperasi yaitu :
a. Persiapan fisik.
Persiapan fisik yang dilakukan sebelum operasi biasanya mencakup status kesehatan fisik
secara umum, status nutrisi, pencukuran daerah operasi, personal hygiene, dll
b. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan
pembedahan/operasi. Pemerksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lainnya.
c. Informed consent
Informed consent adalah sebuah istilah yang sering dipakai untuk terjemahan dari
persetujuan tindakan medic. Inform konsen terdiri dari dua kata yaitu inform dan consen.
Inform diartikan telah diberitahukan telah disampaika atau telah diinformasikan dan
consen yang berarti persetujuan yang diberikan oleh seseorang untuk berbuat sesuatu.
Dengan demikian pengertian bebas dari informed consent adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien kepada dokter untuk berbuat sesuatu setelah mendapatkan
penjelasan atau informasi.
Pengertian inform consen oleh Komalawati (1989 :86) disebutkan sebagai berikut:
“Yang dimaksud dengan inform consen adalah suatu kesepakatan/ persetujuan pasien atas
upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya, setelah pasien
mendapatkan informasi dari dokter mengenai upaya medis yang dapat mungkin terjadi.”
Sedangkan tatacara pelaksanaan tindakan medis yang akan dilaksanakan oleh
dokter pada pasien, lebih lanjut diatur dalam Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2009 Tentang
Praktek Kedokteran yang menegaskan sebagai berikut:
(1) Setiap Tindakan Kedokteran atau Kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien diberikan
penjelasan lengkap
(3) Penjelasan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya
mencakup:
a. Diagnosis dan tatacara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan.
Dengan lahirnya UU No.29 Tahun 2004 ini, maka semakin terbuka luas peluang
bagi pasien untuk mendapatkan informasi medis yang sejelas-jelasnya tentang
penyakitnya dan sekaligus mempertegas kewajiban dokter untuk memberikan informasi
medis yang benar, akurat dan berimbang tentang rencana sebuah tindakan medic yang
akan dilakukan, pengobatan maupun perawatan yang akan diterima oleh pasien. Karena
pasien yang paling berkepentingan terhadap apa yang akan dilakukan terhadap dirinya
dengan segala resikonya, maka Informed Consent merupakan syarat subjektif terjadinya
transaksi terapeutik dan merupakan hak pasien yang harus dipenuhi sebelum dirinya
menjalani suatu upaya medis yang akan dilakukan oleh dokter terhadap dirinya .
Sehubungan dengan penjelasan tersebut diatas maka Informed Consent bukan
hanya sekedar mendapatkan formulir persetujuan tindakan yang ditanda tangani oleh
pasien atau keluarganya tetapi persetujuan tindakan medik adalah sebuah proses
komunikasi intensif untuk mencapai sebuah kesamaan persepsi tetang dapat tidaknya
dilakukan suatu tindakan, pengobatan, perawatan medis. Jika porses komunikasi intesif
ini telah dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu antara dokter sebagai pemberi pelayanan
dan pasien sebagai penerima pelayanan kesehatan maka hal tersebut dikukuhkan dalam
bentuk pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh kedua belah pihak,demikian halnya
jika bahwa ternyata setelah proses komunikasi ini terjadi dan ternyata pasien menolak
maka dokter wajib untuk menghargai keputusan tersebut dan meminta pasien untuk
menandatangani surat pernyataan menolak tindakan medik jadi informed Consent adalah
sebuah proses bukan hanya sekedar mendapatkan tandatangan lembar persetujuan
tindakan. Hal pokok yang harus di perhatikan dalam proses mencapai kesamaan persepsi
antara dokter dan pasien agar terbangun suatu persetujuan tindakan medik adalah bahasa
komunikasi yang digunakan. Jika terdapat kesenjangan penggunaan bahasa atau
istilahistilah yang sulit dimengerti oleh pasien maka besar kemungkinan terjadinya
mispersepsi yang akan membuat gagalnya persetujuan tindakan medis yang akan
dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut , Komalawati ( 2002: 111) mengungkapkan
bahwa informed conset dapat dilakukan ,antara lain :
a. Dengan bahasa yang sempurna dan tertulis
b. Dengan bahasa yang sempurna secara lisan
c. Dengan bahasa yang tidak sempurna asal dapat diterima pihak lawan
d. Dengan bahasa isyarat asal dapat diterima oleh pihak lawan.
e. Dengan diam atau membisu tetapi asal dipahami atau diterima oleh pihak lawan
Jika setelah proses informed yang dilakukan oleh dokter pada pasien dan ternyata
pasien gagal memberikan consent sebagaimana yang di harapkan , tidaklah berari bahwa
upaya memperoleh persetujuan tersebut menjadi gagal total tetapi dokter harus tetap
memberikan ruang yang seluas-luasnya untuk pasien berfikir kembali setiap keuntungan
dan kerugian jika tindakan medis tersebut dilakukan atau tidak dilakukan. Selain itu
dokter tetap berusaha melakukan pendekatan-pendekatan yang lebih efektif dan efisien
yang memungkinkan untuk memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan
jika memang tindakan tersebut adalah tindakan yang utama dan satu-satunya cara yang
dapat dilakukan untuk menolong menyembuhkan atau meringankan sakit pasien.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi dengan
tangan.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk mengobati
kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana.
Jenis Pembedahan :
a. Bedah Minor
Bedah Minor merupakan pembedahan dimana seacara sederhana, tidak memiliki risiko
terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya
seperti :
1. Membuka abses superficial
2. Pembersih luka
3. Inokulasi
4. Superfisial neuroktomi dan tenotomi
b. Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relative lebih sulit untuk dilakukan
daripada pembedahan mayor, membutuhkan waktu, melibatkan risiko terhadap nyawa
pasien dan memerlukan bantuan asisten seperti :
1. Bedah Caesar
2. Mammektomi
3. Bedah Torak
4. Bedah Otak
c. Bedah Antiseptik
Bedah Antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap penggunaan agen
antiseptic untuk mengontrol kontaminasi bakterial
d. Bedah Radikal
Bedah Radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau sumber dari penyakit
tersebut dibuang seperti : Pembedahan radikal untuk neoplasma, pembedahan radikal
untuk hernia.
e. Pembedahan Rekonstruktif
Pembedahan yang dilakukan untuk melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah
dilakukan pada deformitas atau malformasi seperti : pembedahan terhadap langit-langit
mulut yang terbelah, tendon yang mengalami kontraksi.
f. Bedah Plastik
Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk memperbaiki efek atau
deformitas, baik dengan jaringan setempat atau dengan transfer jaringan dari bagian
tubuh lainnya.
Sifat Operasi
a. Bedah Elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan tanpa
membahayakan nyawa pasien.
b. Emergensi
Bedah Emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan sangat
mendadak untuk menghindari kmplikasi lanjut dari proses penyakit atau untuk
menyelamatkan jiwa pasien.
2. Durante Operasi
• Premedikasi dilakukan oleh Petugas anestesi
• Bila timbul penyulit selama operasi dokter operator minta konsul kepada dokter dari SMF
yang diminta melalui perawat sirkuler (onloop) dan diteruskan kepada PJ pelayanan.
• PJ Pelayanan menghubungi dokter konsulen yang bertugas di IBS saat itu dan dokter
tersebut menjawab konsultasi tersebut. Bila dokter yang ada di IBS tidak dapat
menangani konsul tersebut, konsul diteruskan ke Ka. SMF bertanggung jawab untuk
menjawab konsul.
• Bila harus dilakukan operasi bersama maka tanggungjawab utama terhadap pasien tetap
berada pada operator pertama.
• Prosedur umum durante operasi :
a. Melakukan Aseptik dan antiseptic pada area operasi.
b. Tutup area non steril dengan linen operasi steril.
c. Membantu pelaksanaan operasi, sebagai scrub nurse dan sirkuler
d. Menutup luka operasi
3. Post Operasi
a. Pasien diantar ke ruang pulih oleh penata anestesi dan perawat sirkuler dan diobservasi
diruang pulih dibawah tanggung jawab petugas Anestesi.
b. Memonitoring keadaan pasien yang telah dilakukan tindakan operasi dengan mengukur
tanda – tanda vital dan mencatat pada lembar pengawasan, apabila kondisi pasien
menurun menunjukkan kearah yang lebih buruk atau tidak stabil dan untuk dilakukan re
operasi atau dilakukan pengawasan di ICU / HCU.
c. Pasien dipindahkann ke IRNA sesudah mendapat persetujuan Petugas anestesi dan
diserah terimakan kepada perawat IRNA yang menjemput pasien.
d. Bila perlu di rawat di ICU / HCU, pasien diantar langsung dari OK ke ICU / HCU oleh
Petugas anestesi dan perawat ruang pulih.
E. Pelayanan Anestesi
Pelayanan ini berlaku seragam bagi semua pasien yang mendapat pelayanan anestesi. Semua
tindakan pelayanan peri-anestesi didokumentasikan dalam rekammedis pasien dan ditanda
tangani oleh dokter anestesi yang bertanggungjawab dalam pelayanan anestesi tersebut.
Pelayanan anestesi dapat dilakukan diluar kamar bedah dengan persiapan sesuai standar.
1. Sign In
Demi peningkatan keamanan pasien, sebelum pelayanan anestesi, dokter anestesi
berperan dalam pelaksanaan prosedur “Sign In” yang tata caranya dijabarkan dalam SPO.
5. Laporan Operasi
Dokter operator harus mendokumentasi semua tindakan bedah dan kejadian –
kejadian yang terjadi selam pembedahan. Dokter bedah mencatat laporan operasi
yang harus memuat minimal :
a. Tanggal dan jam waktu operasi dimulai dan selesai
b. Diagnosa pre dan pasca bedah.
c. Dokter operator dan asisten
d. Nama prosedur bedah
e. Spesimen bedah dan pemeriksaan
f. Catatan spesifik yang terjadii selam pembedahan termasuk ada tidaknya
komplikasi. Yang terjadi, dan jumlah perdarahan.
g. Instruksi Pasca Bedah.
h. Tanda tangan dokter tang bertanggung jawab.
6. Pemantauan keadaan pasien selama tindakan bedah
a. Pada tindakan bedah dengan anestesi local tanda vital pasien dimonitor secara
kontinu dengan interval sesuai dengan keadaan pasien menurut penilaian dokter
penanggung jawab pasien dan dicatat dam rekam medis pasien. Pencatatan selama
anestesi local atau sedasi ringan dilakukan oleh perawat sirkuler. Formulir
Pemantauan keadaan pasien selama anestesi lokal atau sedasi ringan ditanda
tangani oleh DPJP. Pemilihan jenis obat anestesi local dan sedasi ringan
ditentukan oleh dokter atau DPJP bedah.
b. Pada tindakan bedah dengan anestesi baik umum atau regional kebijakan
pencatatan keadaan tanda vital diserah kepada tenaga anestesi yang bertugas.
7. Awareness anestesi: kasus-kasus di mana pasien bangun di tengah-tengah anestesi
(intraoperatif)
a. mengidentifikasi pasien-pasien berisiko
b. perawatan peralatan
c. monitoring pasien
8. Hal-hal lain yang perlu dimonitor secara ketat selama operasi:
a. Pemberian obat
b. kadar glukosa
c. suhu tubuh
d. penggunaan darah
9. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari masalah dalam ruang operasi:
a. meminimalkan distraction dan interupsi
b. mencegah trauma benda tajam
1) keselamatan alat (skalpel yang terlindung, jarum berujung tumpul,dll)
2) keselamatan teknik
a) menggunakan zona netral di mana benda-benda tajam ditempatkan tanpa
kontak tangan
b) menggunakan teknik tanpa sentuh
c) menggunakan sarung tangan dua rangkap
d) mempertimbangkan penggunaan sarung tangan anti-robek
e) mengganti sarung tangan bedah secara rutin
f) menggunakan teknik jahit yang mencegah trauma
g) sebisa mungkin menghindari lapangan bedah ketika dokter bedah
memotong dan menjahit
h) memakai alas kaki yang terlindung
10. Mencegah tertinggalnya benda-benda di dalam luka operasi dengan metode
penghitungan alat-alat
11. Menangani spesimen secara benar (meliputi kontainer dan alat pengambilan
spesimen, identifikasi spesimen, labeling, tranportasi Spesimen, komunikasi,
pembuangan spesimen)
12. Mencegah kebakaran
a. persiapan pasien
b. penggunaan alat-alat secara aman
c. persiapan alat-alat
d. membatasi bahan-bahan yang mudah terbakar
e. mengkontrol oksigen
13. Membagi tugas di antara anggota tim bedah mengenai pencegahan kebakaran
14. Komunikasi efektif dan kerja tim
15. Manajemen post operasi
a. Pembersihan lingkungan kamar operasi harian, mingguan dan sentinel
b. Penanganan linen dan alat yang terkontaminasi berdasarkan sop
c. Pembuangan sampah medis sesuai sop
d. Mengkaji status mental, fisik pasien, dapat dilakukan dengan memeriksa tanda
vital, derajat nyeri, adanya pembengkakan, fungsi respirasi, drainage luka,
efek samping anestesi, atau deep vein thrombosis
e. Mengkaji obat-obatan yang dibutuhkan, hal ini meliputi obat-obatan apa yang
harus diteruskan dari operasi, atau mana yang harus distop atau obat-obat
baru, termasuk darah dan komponen-komponen darah yang diperlukan.
Peresepan dan pemberian obat-obatan tersebut harus dicatat dengan baik
sesuai urutannya, semua perintah verbal diulang kembali, dan dilabel secara
benar.
f. Mencegah infeksi (khususnya dari surgical site, kateter urin, dan akses
intravena)