Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK AMNIOREDUKSI

KLINIS No. Dokumen No. Revisi Halaman


……………… …………. 1/3
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur Utama

dr. Agus Suryanto, SpPD-KP, MARS


NIP. 196108181988121001

Suatu prosedur untuk mengurangi air ketuban pada ibu hamil dengan
polihidramnion yang bertujuan antara lain mengurangi keluhan pada
PENGERTIAN ibu, mempertahankan kehamilan pada ancaman persalinan
prematur, meningkatkan sirkulasi uteroplasenta pada kasus twin to
twin tranfusion syndrome (TTTS).

Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan serta


berhubungan dengan kehamilan. Aminioreduksi dilakukan pada
kasus dengan kelainan jumlah air ketuban yang berlebih
ANAMNESIS (polihidramnion). Untuk menegakkan diagnosis polihidramnion, dari
anamnesis didapatkan; Ibu merasa perut lebih besar dan terasa
lebih berat dari biasa (bila kehamilan kedua atau lebih), ibu merasa
nyeri perut karena tegangnya uterus, mual dan muntah, ibu juga
merasa sesak dan sulit merasakan gerakan bayi

 Ibu terlihat sesak dan tidak nyaman dengan keadaan perutnya


yang sangat besar; Uterus (abdomen) terlihat lebih besar dari
usia gestasi yang seharusnya, abdomen tampak tegang dan
mengkilat dengan striae gravidarum dan pembuluh darah
PEMERIKSAAN FISIK supervisial yang terlihat jelas. Edema dan varices vulva pada
ekstremitas bawah dapat terjadi
 Pada palpasi, fundus uteri lebih tinggi dari umur kehamilan, perut
tegang serta nyeri, bagian janin sukar dikenali
 Denyut jantung janin sulit/ tidak dapat terdengar

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


KRITERIA
penunjang.
DIAGNOSIS Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan sonografi uterus,
mengukur jumlah air ketuban, bila kedalaman 1 kuadran>8 cm, atau
total keempat kuadran >24 cm

DIAGNOSIS KERJA Amnioreduksi pada polihidramnion

DIAGNOSIS
-
BANDING
USG untuk mengetahui:
PEMERIKSAAN
Volume cairan amnion, dengan mengukur kedalaman pada 1
PENUNJANG kuaran (single deepest pocket) atau jumlah kedalaman pada 4
kuadran (Indeks Cairan Amnion)
PANDUAN AMNIOREDUKSI
PRAKTIK KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

……………… …………….. 2/3

INDIKASI
1. Polihidramnion
2. Twin to twin transfusion syndrome (TTTS)
3. Penonjolan kantong ketuban pada insufisiensi serviks yang
akan dilakukan pemasangan sirklase
KONTRA INDIKASI
1. Ganguan pembekuan darah pada ibu dan janin
2. Persalinan prematur
3. Kondisi infeksi (curiga koriamnionitis)
SYARAT
Keadaan umum ibu baik
ALAT DAN BAHAN
1. Kontainer vakum kosong
2. Selang set transfusi
3. Jarum spinal ukuran 23 gauge atau jarum intravena ukuran 14
gauge
4. Spuit 10 cc
5. Spuit 3 cc
6. Lidocaine injeksi
7. Povidone iodine
8. Alkohol
9. Kasa steril
10. Duk steril
11. Handschoon steril
TERAPI
12. USG
13. KTG
TEKNIK
- Pasien tidur pada posisi supinasi
- Dilakukan panduan dengan USG untuk menentukan lokasi insersi
jarum spinal (sebaiknya daerah dengan carian amnion terdalam
dan bebas bagian janin, tali pusat serta plasenta), lalu beri
penanda pada dinding perut
- Probe USG dalam kondisi steril
- Asepsis antisepsis daerah tindakan dan sekitarnya dengan
povidone iodine dilanjut alkohol
- Pasang duk steril kecuali daerah tindakan
- Tunggu kering
- Injeksi lidocain dibawah kulit pada area yang sudah diberi tanda
- Dengan panduan USG, tusuk jarum spinal pada daerah yang
diberi tanda hingga menembus dinding uterus. Selama
pengambilan cairan ujung jarum harus selalu terlihat
- Lepaskan jarum, periksa apakah ada cairan amnion yang keluar
- Sambungkan kateter spinal dengan selang infus set yang telah
terhubung dengan kontainer vakum kosong
- Kelurkan cairan amnion secara perlahan kurang lebih 1000-
1500cc atau sampai kondisi klinis ibu dinilai membaik
- Lepaskan kateter spinal, tutup dengan kasa povidone iodine
- USG ulang untuk menilai jumlah cairan amnion dan kemungkinan
solusio plasenta
PANDUAN AMNIOREDUKSI
PRAKTIK KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

……………… ……………. 3/3

- Ibu diminta tetap berbaring selama 2 jam setelah tindakan


- Awasi kondisi ibu dan janin selama 24 jam
- Tokolitik diberikan apabila ada tanda tanda ancaman persalinan
prematur baik sebelum atau sesudah tindakan
- Anti nyeri perlu diberikan bila ada keluhan nyeri setelah tindakan
- Pertimbangkan pemberian pematangan paru
- Kemungkinan dilakukan serial sesuai parameter klinis dan USG
KOMPLIKASI
1. Persalinan premature
2. Infeksi
3. Solusio plasenta
4. Kematian janin

KOMPETENSI 1. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal


2. PPDS II Fetomaternal
3. Merah Kuning Hijau
Diagnosis √ √ √
KOMPETENSI PPDS
Pengelolaan Medis √ √
Prosedur √
EDUKASI Edukasi (informed consent sebelum melakukan tindakan)
PROGNOSIS Dubia
TINGKAT EVIDENS I
INDIKATOR MEDIS Pemeriksaan USG
1. Coviello D, Bonati F, Montefusco SM, Mastromatteo C, Fabietti I,
Rustico M. Amnioreduction. Acta Bio Medica Ateneo Parmense.
2004. 75: 31-33
2. Piantelli G, Bedocchi L, Cavicchioni O, et al. Amnioreduction for
treatment of severe polyhydramnion. Acta Bio Medica Ateneo
Parmense. 2004. 75: 56-58
3. Makino Y, Makino I, Tsujioka H, Kawarabayashi T.
Amnioreduction in patients with bulging prolaps membranes out of
cervix and vaginal orifice in cervical cerclage. J Perinat Med. 2004.
32.
KEPUSTAKAAN
4. Jan E Dickinson. Amnioreduction therapy fot twin-twin transfusion
syndrome. Quintero RA. Twin-twin Transfusion Syndrome. Informa
healthcare; 2007. 891-97
5. Leung W, Jouannic J, Hyett J, Rodeck C, Jauniaux E. Procedure-
related complications of rapid amniodrainage in the treatment of
polyhydramnios. Ultrasound Obstet Gynecol. 2003. 23: 154-158
6. Dickinson JE, Tjioe YY, Jude E, Kirk D, Franke M, Nathan
E.Amnioreduction in the management of polyhydramnios
complicating singleton pregnancies. Am J Obstet Gynecol. 2014
Oct. 211(4):434. E1-7

Anda mungkin juga menyukai