Anda di halaman 1dari 19

1.

Informed Consent
a. Pengertian Informed Consent
Informed Consent teridiri dari dua kata yaitu “informed” yang
berarti informasi atau keterangan dan “consent” yang berarti persetujuan
atau memberi izin. jadi pengertian Informed Consent adalah suatu
persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Dengan demikian
Informed Consent dapat di definisikan sebagai pernyataan pasien atau
yang sah mewakilinya yang isinya berupa persetujuan atas rencana
tindakan kedokteran yang diajukan oleh dokter setelah menerima
informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan atau penolakan.
Persetujuan tindakan yang akan dilakukan oleh Dokter harus dilakukan
tanpa adanya unsur pemaksaan.

Istilah Bahasa Indonesia Informed Consent diterjemahkan sebagai


persetujuan tindakan medik yang terdiri dari dua suku kata Bahasa Inggris
yaitu Inform yang bermakna Informasi dan consent berarti persetujuan.
Sehingga secara umum Informed Consent dapat diartikan sebagai
persetujuan yang diberikan oleh seorang pasien kepada dokter atas suatu
tindakan medik yang akan dilakukan, setelah mendapatkan informasi yang
jelas akan tindakan tersebut.17

Informed Consent menurut Permenkes No.585 / Menkes / Per / IX


/ 1989, Persetujuan Tindakan Medik adalah Persetujuan yang diberikan
oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan
medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

b. Dasar Hukum Informed Consent


Persetujuan tindakan Kedokteran telah diatur dalam Pasal 45
Undang – undang no. 29 tahun 2004 tentang praktek Kedokteran.
Sebagaimana dinyatakan setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi
yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus
mendapat persetujuan. Persetujuan sebagaimana dimaksud diberikan
setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap, sekurang-kurangnya
mencakup : diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis
yang dilakukan, alternatif tindakan lain dan risikonya,risiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan.20 Persetujuan tersebut dapat diberikan baik secara tertulis
maupun lisan.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No.290/Menkes/Per/III/ 2008


tentang persetujuan tindakan Kedokteran dinyatakan dalam pasal 1, 2, dan
3 yaitu :
Pasal 1
1. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan
oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan
dilakukan terhadap pasien.
2. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung,
anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya.
3. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut
tindakan kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif,
diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter
atau dokter gigi terhadap pasien.
4. Tindakan Invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh pasien.
5. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan
medis yang berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan.
6. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan
dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran
gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
7. Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut
peraturan perundang-undangan atau telah/pernah menikah, tidak
10
terganggu kesadaran fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar,
tidak mengalami kemunduran perkembangan (retardasi) mental dan
tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu membuatkeputusan
secara bebas.

Pasal 2
1. Semua tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien
harus mendapat persetujuan.
2. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan
secara tertulis maupun lisan.
3. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah
pasien mendapat penjelasan yang diperlukan tentang perlunya
tindakan kedokteran dilakukan.
Pasal 3
1. Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus
memperoleh persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan.
2. Tindakan kedokteran yang tidak termasuk dalam ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan dengan
persetujuan lisan.
3. Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam
bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir khusus yang dibuat
untuk itu.
4. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan
dalam bentuk ucapan setuju atau bentuk gerakan menganggukkan
kepala yang dapat diartikan sebagai ucapan setuju.
5. Dalam hal persetujuan lisan yang diberikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dianggap meragukan, maka dapat dimintakan persetujuan
tertulis.

c. Bentuk Persetujuan Informed Consent


Ada 2 bentuk Persetujuan Tindakan Medis, yaitu :16
1. Implied Consent (dianggap diberikan)
Umumnya implied consent diberikan dalam keadaan normal, artinya
dokter dapat menangkap persetujuan tindakan medis tersebut dari
isyarat yang diberikan/dilakukan pasien. Demikian pula pada kasus
emergency sedangkan dokter memerlukan tindakan segera sementara
pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan
keluarganya tidak ada ditempat, maka dokter dapat melakukan
tindakan medik terbaik menurut dokter.

2. Expressed Consent (dinyatakan)


Dapat dinyatakan secara lisan maupun tertulis. Dalam tindakan medis
yang bersifat invasive dan mengandung resiko, dokter sebaiknya
mendapatkan persetujuan secara tertulis, atau yang secara umum
dikenal di rumah sakit sebagai surat izin operasi.

B. Persetujuan tertulis dalam suatu tindakan medis dibutuhkan


saat:
1. Bila tindakan terapeutik bersifat kompleks atau menyangkut resiko
atau efek samping yang bermakna.
2. Bila tindakan kedokteran tersebut bukan dalam rangka terapi.
3. Bila tindakan kedokteran tersebut memiliki dampak yang bermakna
bagi kedudukan kepegawaian atau kehidupan pribadi dan sosial
pasien.

C. Proses Informed Consent

Konseling

Konseling pasien adalah penting dalam memperoleh persetujuan pasien untuk tindakan
medis/penelitian

Konseling pasien ini merupakan suatu diskusi antara dokter dan pasien, untuk
menyampaikan informasi medis berkenaan dengan suatu prosedur medis/penelitian
yang akan dijalani oleh pasien tersebut, termasuk perihal potensial risiko, atau
komplikasinya

Seorang individu dikatakan memberikan suatu Informed Consent yang valid, apabila
tercantum tiga komponen berikut ini:

Disclosure

 Kondisi/gangguan/penyakit yang diderita pasien

 Perlunya dilakukan tes yang lebih lanjut

 Penyebab kondisi pasien, dan komplikasi yang mungkin terjadi

 Konsekuensi apabila tidak diobati

 Opsi pengobatan yang tersedia

 Potensial risiko dan manfaat terhadap opsi pengobatan

 Lama dan perkiraan biaya pengobatan

 Hasil, atau outcome yang diharapkan

 Perlunya follow-up

 Tingkat disclosure ini, hendaknya berupa kasus spesifik

Capacity

Juga disebut sebagai kompetensi


Menunjuk pada kemampuan subyek untuk mengerti informasi yang diberikan dan
membentuk suatu keputusan yang beralasan, berdasar pada potensial konsekuensi atas
keputusan tersebut

Pasien mesti diberikan kesempatan untuk bertanya dan mengklarifikasi seluruh


keraguannya

Tidak boleh ada sedikitpun paksaan

Voluntariness

Consent mestilah sukarela

Pasien juga seharusnya memiliki kebebasan untuk membatalkan consent yang telah
disetujuinya, yang disebut sebagai Informed Refusal

Consent yang diberikan atas dasar rasa takut akan cedera, atau intimidasi, miskonsepsi,
atau salah memberikan fakta, dapat dianggap invalid

D.Bentuk Informed Consent

Ada 2 (dua) bentuk Informed Consent yaitu :

1. Tersirat atau dianggap telah diberikan (Implied Consent)

 Dalam Keadaan Normal


Implied consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat, tanpa
pernyataan tegas. Isyarat pernyataan ini ditangkap dokter dari sikap dan tindakan
pasien. Umumnya tindakan dokter disini adalah tindakan yang biasa dilakukan atau
sudah diketahui umum. Misalnya pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium,
melakukan suntikan pada pasien, dan melakukan penjahitan. Sebetulnya persetujuan
ini tidak termasuk informed consent dalam arti murni karena tidak ada penjelasan
sebelumnya.

 Dalam Keadaan Darurat (Emergency)


Implied consent dalam bentuk lain adalah bila pasien dalam keadaan gawat darurat
(emergency) sedangkan dokter memerlukan tindakan segera, sementara pasien dalam
keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya pun tidak di tempat,
dokter dapat melakukan tindakan medis terbaik menurut dokter. Sesuai dengan Pasal
4 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan No.290 Tahun 2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran, bahwa “Dalam keadaan darurat, untuk menyelamatkan jiwa
pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan persetujuan tindakan
kedokteran”. Seperti kasus kecelakaan yang mengakibatkan patah tulang kaki dan
harus segera mendapatkan tindakan kedokteran supaya tidak menjadi cacat permanen
terjadi kelumpuhan pada pasien. Jenis persetujuan ini disebut presumed consent,
artinya bila pasien dalam keadaan sadar, dianggap akan menyetujui yang akan
dilakukan dokter.

2. Dinyatakan (Expressed Consent)

Expressed consent adalah persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau tulisan, bila
yang akan dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan dan tindakan yang biasa.

2. Profesi Kesehatan

Pengertian Tenaga Kesehatan

Pengertian tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
kesehatan, serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.

Menurut World Health Organization (WHO), pengertian Sumber Daya Manusia


(SDM) kesehatan adalah semua orang yang kegiatan pokoknya ditujukan untuk
meningkatkan kesehatan. Mereka terdiri atas orang-orang yang memberikan
pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat, apoteker, teknisi laboratorium,
manajemen, serta tenaga pendukung seperti bagian, administrasi, keuangan, sopir, dan
lain sebagainya.

Jenis Tenaga Kesehatan dan Organisasi Profesi

Beberapa macam jenis tenaga kesehatan dan profesinya, antara lain:


 Tenaga medis (dokter dan dokter gigi),
 Tenaga keperawatan (perawat dan bidan),
 Tenaga kefarmasian (apoteker, analis farmasi, dan asisten apoteker),
 Tenaga kesehatan masyarakat (epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan, dan
sanitarian),
 Tenaga gizi (nutrisionis dan dietisien),
 Tenaga keterapian fisik (fisioterapis, okupasiterapis, dan terapis wicara)
 Tenaga keteknisian medis (radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi
transfusi, dan perekam medis).

Ikatan/asosiasi organisasi profesi Kesehatan Masyarakat


Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jl. Dr. Sam Ratulangi no.29 Kota
Jakarta Pusat (021) 3150679 (021) 3900473 ,
Web: www.idi.com, http://p2kb.idionline.org/
1. Ikatan dokter anak indonesia, web: www.idai.or.id/
2. Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) web: www.pdgi.or.id/
3. Persatuan Ahli Ekologi Laboratorium Kesehatan Indonesia
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
4. Persatuan Ahli Refleksi Optisi dan Otometris Indonesia
(PAROPINDO)
5. Asosiasi Rumah Sakit Daerah Se-Indonesia (Arsada)
6. Ikatan Ahli Urologi Indonesia (Iaui), www.iaui.or.id/
7. Ikatan Ahli Bedah Indonesia (Ikabi), www.ikabisemarang.org/
8. Perhimpunan Ahli Bedah Indonesia (Pabi)
www.pabi-pusat.com/tentang-pabi / ,
9. Ikatan Dokter Spesialis Anestesiologi Indonesia (Idsai),
www.anestesiologi-indonesia.org/
10. Perhimpunan Ahli Telinga, Hidung,&Tenggorokan (Perhati),
11. Perhimpunan Ahli Telinga Hidung dan Tenggorok, Kepala dan
Leher (PERHATI-KL) , www.fk.ui.ac.id/?page=news.detail&id=46
12. Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (Pdfi),
www.pdfi-indonesia.org/
13. Perhimpunan Dokter Mata Indonesia (Perdami),
www.perdami.or.id/
14. Perhimpunan Dokter Mikrobiologi Indonesia,
15. Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi
Indonesia (PABOI), www.indonesia-orthopaedic.org
16. Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia (PDSRI) ,
www.pdsripusat.org/
17. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI),
www.pogi.or.id/
18. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia (PERKI),
www.inaheart.org/
19. Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI), www.iaui.or.id/
20. Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Saraf Indonesia
(PERSPEBSI)
Ciri seorang tenaga kesehatan yang profesional adalah adalah sebagai berikut :

1. Bertindak dan berpenampilan ideal.


Bertindak atau berperilaku dan berpenampilan ideal ini sesuai dengan kaidah-kaidah
yang diatur dalam profesinya. Jika profesi mengatur anggotanya untuk bersikap ramah
kepada pasien maka setiap anggota profesi harus melaksankan sebagai wujud tindakan
profesional.
2. Mejaga nama baik profesi
Menjaga nama baik profesi adalah tindakan yang mengedepankan pada moral tinggi
sehingga dapat membawa nama baik profesi. Nama baik profesi mutlak berada pada
anggotanya, sehingga wajib bagi anggota profesi bertindak semaksimal mungkin untuk
menjaga nama baik profesi.
3. Selalu meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan itu dinamis yang akan selalu bergerak maju, sehingga
seorang tenaga kesehatan harus mampu mengikutinya untuk mencapai peningkatan
kemampuan dan pengetahuan. Anda mau dibilang tenaga kesehatan yang bodoh tak
berkemampuan dan tak bisa apa-apa...?
4. Melaksanakan kode etik profesi dan kompetensi
Kode etik dan kompetensi mutlak ada dan harus dijalankan oleh seorang anggota profesi.
Saat ini sering kita dengar kata “TERKUN” atau Dokter Dukun... bahkan saya pernah
melihat dimedia televisi ada seorang dokter mengatakan dengan bangga tentang istilah
“TERKUN” ini...mungkinkah dokter dukun ini mencerminkan sikap profesional,
mungkinkan “TERKUN” ini tertuang dalam kode etik dan kompetensi...?
5. Bekerja dengan standar yang tinggi
Bekerja dengan standar yang tinggi adalah melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya, jauh dari kata ceroboh dan menyepelekan.

Standar profesi medis yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan,


yaitu:

1. adanya alasan yang mendasari dilakukannnya suatu tindakan


medis.unsur ini disebut sebagai indikasi medis, yaitu petunjuk
berdasarkan pelaksanaan menurut ilmu pengetahuan
kedokteran dan pengalaman dokter bahawa suatu tindakan
harus dilakukan.
2. dengan cara bagaimana suatu tindakan medis dilakukan,
apakah telah mengikuti suatu prosedur yang standar / baku.

3. Tugas dan Kewajiban Dokter Gigi

TUGAS POKOK

A.Tugas :

1.Memberikan Pelayanan sesuai dengan profesi dan standar


prosedur operasionalserta kebutuhan medis pasien
2.Merujuk pasien ke dokter gigi lain yang mempunyai keahlian
yang lebih baik,apabila tidak mampu melakukan suatu
pengobatan atau pemeriksaan

3.Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuai tentang pasien

4.Mengkoordinir, memonitor seluruh program kesgilut di


puskesmas

5.Mengkoordinasi, menggerakan perawat gigi dalam medis tekni


s

6.Membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam medis teknis

7. Bertanggung jawab dalam pencatatan dan pelaporan tentang


pelayanan kesehatangigi di wilayahnya

8.Menerbitkan suatu keterangan dokter gigi

9.Melaksanakan tugas dinas lainnya yang diberikan oleh atasan

B. Fungsi :

Membantu kegiatan fungsi manajemen puskesmas

C.Wewenang :

1.Melaksanakan pelayanan asuhan kesgilut jika tidak


ada perawat gigi
2.Melaksanakan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan,
kecuali bila iayakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya
3.Membantu kerjasama lintas sektoral
4.Melaksanakan tugas limpah dari kepala puskesmas

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai


kewajiban :
1) Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
2) Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
3) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah
pasien itu meninggal dunia;
4) Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
5) Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi.

Tugas :

1. Memberikan pelayanan dan pengobatan gigi


2. Membuat catatan medis dengan baik dan benar di buku rekam
medis;
3. Supervisi kegiatan perawat gigi; .
4. Melayani konsultasi dari unit lain
5. Memberikan rujukan ke layanan rujuukan
6. Melakukan konseling/KIE dan promosi kese'atan
7. Melaksanakan tugas dinas lainnya yang diberikan oleh atasan.
8. Melakukan pencatatan,pelaporan,pengola'an dan analisa data
hasil kegiatan serta merencanakan dan melaksanakan upaya tindak
lanjut
9. Menjaga,memelihara dan bertanggung jawab atas sarana dan
prasarana di unitnya

Fungsi :

Membantu kepala puskesmas dalam pelayanan kesehatan gigi


masuyarakat.

Wewenang :
1. Anamnesa,memeriksa,mencabut,menumpat,merawat,dan
membersihkan gigi
2. Mendiagnosa medis
3. Menulis resep
4. Menandatangani surat rujukan
5. Memberikan keterangan medis
6. Menandatangani surat keterangan medis
7. Melakukan anastesi lokal
8. Mencetak protesa.

Tugas pokok dan fungsi dokter gigi : Memberikan pelayanan


kesehatan gigi dan mulut pada sarana pelayanan kesehatan yang
meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta membina peran
masyarakat dalam rangka kemandirian di bidang kesehatan gigi dan
mulut masyarakat.

4. Sistem Rujukan

A.
Pengertian Sistem Rujukan
Sistem rujukan adalah suatu jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkanterjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal
balik atas masalah yang timbul, baik vertikal (dari unit yang lebih mampu
menangani) maupun horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya) secara
rasional kepada yang lebih mampu.

Sistem rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, proaktif,


pragmatif d a n k o o r d i n a t i f u n t u k m e n j a m i n p e m e r a t a a n p e l a ya n a n k
e s e h a t a n m a t e r n a l d a n neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi
masyarakat yang membutuhkannyaterutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun
mereka berada dan berasal dari golonganekonomi manapun agar dapat dicapai
peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayimelalui peningkatan mutu dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada.
Sistem rujukan merupakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas
kasusatau masalah penyakit kandungan yang timbul baik secara vertikal maupun
horizontal
B.Macam- Macam Sistem Rujukan
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari

1. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit


pelayanand i d a l a m i n s t i t u s i t e r s e b u t . M i s a l n ya d a r i j e j a r i n g p u s k e s
m a s ( p u s k e s m a s pembantu) ke puskesmas induk
2. Rujukan eksternal adalah rujukan yang
terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskes
mas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah
sakitumum daerah).

Me n u r u t l i n g k u p p e l a ya n a n n ya , s i s t e m r u j u k a n t e r d i r i d a r i
1.R u j u k a n m e d i k a d a l a h r u j u k a n p e l a y a n a n y a n g t e r u t a m a m
e l i p u t i u p a y a penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, m
erujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,diabete
s mellitus) ke rumah sakit umum daerah.
2.Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan

( p r e v e n t i f ) . C o n t o h n ya , m e r u j u k p a s i e n d e n g a n m a s a l a h g i z i k e k l
i n i k konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah
kesehatankerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

A. Pengertian

Rujukan dalah kegiatan pemindahan tanggungjawab terhadap kondisi


klien/pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai (tenaga atau pengetahuan,
obat, dan peralatannya)

B. Jenis-Jenis Rujukan

1. Rujukan medik
Yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul
baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu
menangani secara rasional.

Jenis rujukan medic antara lain:

a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluaan diagnostic, pengobatan,


tindakan opertif dan lain – lain.

b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan


laboratorium yang lenih lengkap.

c. Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau


ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.

2. Rujukan kesehatan

Yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas


yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah
kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan
operasional.

alah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya pencegahan penyakit
(preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan
teknologi, sarana dan operasional.

H. UPAYA PENINGKATAN MUTU RUJUKAN

Langkah-langkah dalam upaya meningkatkan mutu rujukan :

1. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung rujukan


puskesmas pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat.

2. Mengadakan pusat rujukan antara lain dengan mengadakan ruangan tambahan


untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi strategis

3. Meningkatkan sarana komunikasi antar unit pelayanan kesehatan


4. Menyediakan Puskesmas keliling di setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan
roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi alat komunikasi

5. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem, baik rujukan medik
maupun rujukan kesehatan

6. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan


kesehatan

Tingkatan Rujukan Tingkatan rujukan berdasarkan pada bentuk pelayanan :


a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan
masyarakat sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.
Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (kurang lebih
85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan
dasar (basib health services). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas,
puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan balkesmas.

b. Pelayanan Kesehatan tingkat kedua (secondary health


services) Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat
yang memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D dan
memerlukan tersedianya tenaga spesialis

c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services) Pelayanan


kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak
dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah komplek, dan
memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia: RS tipe A dan B.

Keuntungan Sistem Rujukan

1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa


pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa
aman pada pasien dan keluarga

2.2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan


keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang
dapat dikelola di daerahnya masing – masing

3. 3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli


a. Pengertian Rujukan

Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan yang

melaksanakan pelimpahan wewenang atau tanggung jawab timbal balik,

terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan, secara vertikal dalam

arti dari unit yang terkecil atau berkemampuan kurang kepada unit yang lebih

mampu atau secara horisontal atau secara horizontal dalam arti antar

unit-unit yang setingkat kemampuannya.

b. Jenis Rujukan

Rujukan secara konseptual terdiri atas:

 Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut

masalah medik perorangan yang antara lain meliputi:

1. Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan


operasional dan lain-lain.
2. Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik

yang lebih lengkap.

3. Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau


mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan

tindakan, memberi pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam


meningkatkan kualitas pelayanan.

 Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut

masalah kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:

1. Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium dan

teknologi kesehatan.

2. Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk

penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu

penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan

kamtibmas, dan lain-lain.

3. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan

pada saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi

keracunan masal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.

c. Jenjang Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan tingkat pelayanan kesehatan maka jenjang pelayanan


kesehatan dibedakan atas lima, yaitu:

1. Tingkat rumah tangga

Pelayanan kesehatan oleh individu atau oleh keluarga sendiri.

2. Tingkat masyarakat

Kegiatan swadaya masyarakat dalam menolong mereka sendiri, misalnya:


posyandu, polindes, POD, saka bakti husada, dan lain-lain.

1. Fasilitas pelayanan tingkat pertama


Upaya kesehatan tingkat pertama yang dilakukan puskesmas dan unit

fungsional dibawahnya, praktek dokter swasta, bidan swasta, dokter


keluarga dan lain-lain.

1. Fasilitas pelayanan tingkat kedua

Upaya kesehatan tingkat kedua (rujukan spesial) oleh balai: balai


pengobatan penyakit paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat

(BKMM), balai kesehatan kerja masyarakat (BKKM), balai kesehatan olah

raga masyarakat (BKOM), sentra pengembangan dan penerapan

pengobatan tradisional (SP3T), rumah sakit kabupaten atau kota, rumah

sakit swasta, klinik swasta, dinas kesehatan kabupaten atau kota, dan

lain-lain.

1. Fasilitas pelayanan tingkat ketiga

Upaya kesehatan tingkat ketiga (rujukan spesialis lanjutan atau konsultan)


oleh rumah sakit provinsi atau pusat atau pendidikan, dinas kesehatan

provinsi dan departemen kesehatan.

d. Jalur Rujukan

Jalur rujukan terdiri dari dua jalur, yakni:

 Rujukan upaya kesehatan perorangan

1. Antara masyarakat dengan puskesmas

2. Antara puskesmas pembantu atau bidan di desa dengan puskesmas

3. Intern petugas puskesmas atau puskesmas rawat inap

4. Antar puskesmas atau puskesmas dengan rumah sakit atau fasilitas

pelayanan lainnya.

 Rujukan upaya kesehatan masyarakat

1. Dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten atau kota


2. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik

intrasektoral maupun lintas sektoral

3. Bila rujukan ditingkat kabupaten atau kota masih belum mampu


mananggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat (Trihono,

2005).

Anda mungkin juga menyukai