Anda di halaman 1dari 6

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH: METODE PENELITIAN HUKUM


DOSEN: Dr. LIS FEBRIANDA, S.H., M. Hum.

MAHASISWA

TAUFIK HIDAYAT : 2210018412011

PROGERAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2022
UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH: METODE PENELITIAN HUKUM
DOSEN: Dr. LIS FEBRIANDA, S.H., M. Hum.

Hari/ Tanggal: Minggu 20 November 2022

SOAL UTS:
1. Penelitian hukum normatif dilakukan untuk mencapai pemechan isu hukum.
Jelaskan dengan contoh bagaimana saudara membedakan mana yang
merupakan isu hukum dan mana yang bukan merupakan isu hukum!
2. Dalam kajian penelitian hukum normative ada beberapa hal yang menjadi
ruang lingkup kajiannya amtara lain menumukan asas dan doktrin hukum,
penelitian terhadap sistematik hukum dan sebagainya. Jelaskan dengan
contoh bagaiman kajian pada taraf sinkronisasi hukum dan penelitian
perbandingan hukum!
3. Penelitian hukum dalam tataran teori hukum dilakukan dengan menelaah
mengenai konsep-konsep hukum dengan meningkatkan daya interprestasi
teori teori yang ada dibelakang ketentuan tersebut. Jelaskan dengan contoh
bagaimana saudara menelaah konsep-konsep hukum dengan menggunakan
teori-teori yang ada dibelakang ketentuan tersebut!
4. Dalam pendekatan undang-undang ratio legis berkenaan dengan salah satu
ketentuan dari undang-undang yang di acu dalam menjawab isu hukum, yang
disebabkan tidak semua teks undang-undang jelas sehingga diperlukan
beberapa metode interprestasi. Jelaskan penggunaan metode interprestasi
minimal 2 (dua) disertai contoh!

JAWABAN:
1. Cara membedakan mana isu hukum dan mana yang tidak isu hukum

Isu hukum mempunyai posisi yang sentral didalam penelitian hukum


sebagaimana kedudukan masalah didalam penelitian lainnya karena isu hukum
itulah yang harus dipecahkan didalam sebuah penelitian hukum sebagaimana
permasalahan yang harus dijawab di dalam penelitian hukum. Jila kita salah
dalam menetapkan isu hukum penelitian itu tidak akan tepat dan pembahasanpun
akan tidak berguna sehingga penelitian menjadi tidak bisa dipedomani.

Berikut Contoh Isu Hukum dan Bukan Isu Hukum

NO ISU HUKUM BUKAN ISU HUKUM

1 Menikah dibawah tangan Cara memilih pasangan yang ideal


2 Perceraian dalam keadaan hamil Dimana letak kesetian suami istri

Dari table diatas dapat secara sederhana kita memahami dalam mentukan isu
hukum harus diperhatikan bahwa permasalahan yang dibahas ada unsur
hukumnya bukan unsur sosialnya. Jika kita tidak tepat menetapkan isu hukum
maka kita akan salah sampai kebelakang.

Contoh lebih lengkap adalah:

Pada proses penganggaran APBD sewaktu OPD melakukan pengusulan


program kegiatan tahun berikutnya kepada TAPD. TAPD akan melanjutkan ke
DPR untuk dibahas di banggar DPRD. Sewaktu dibanggar salah satu Anggota
DPRD meminta proyek itu diberikan kepada dia dan akan meloloskan kegiatan
tersebut. Anggota DPRD mendapat imbalan 10 persen dari rekanan. Kegiatan
Berjalan Tidak Baik karena Kontraktor Kurang Dana.

Isu hukumnya bukan pada kenapa proyek tidak selesai tepat waktu. Tetapi
Apakah sudah ada Bagi Bagi Proyek Berjamaah Di DPRD.

2. Kajian Terhadap Singkronisasi Hukum dan Penelitian Perbandingan


Hukum

Pendekatan sinkronisasi Hukum

Pendekatan ini dilakukan dengan menelaah semua undang undang dan


peraturan turunannya, Kemudian dilihat singkronisasinya. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan doktriner/normatif dengan melakukan analisis isi
dilanjutkan analisis sinkronisasi vertikal dan horizontal. Bahan hukum
primernya berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur dan berkaitan
dengan topik yang diteliti. Dalam sinkronisasi ini kita harus cermat
mengumpulkan semua peraturan yang ada baik antara aturan diatas dengan
dibawahnya. Maupun aturan yang sejajar. Nanti kita lihat apakah aturan ini ada
yang saling bertentangan, saling menguatkan, atau ada yang tidak berkaitan.

Contoh: Suatu kasus


Tentang penerapan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dan Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di beberapa sekolah unggulan
Indonesia. Adanya RSBI dan SBI menciptakan kasta dalam layanan
pendidikan. Hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan anak-anak di Indonesia
semakin sulit memperoleh hak untuk mendapatkan layanan pendidikan yang
bermutu.  Dalam UU Sisdiknas Pasal 50 ayat 3 SBI dan RSBI disebutkan,
pemerintah dan/atau pemerintah daerah dapat menyelenggarakan satuan
pendidikan yang bertaraf internasional. Namun kebijakan ini bertentangan
dengan pasal 5 ayat 1 yang menyebutkan bahwa setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, serta
pasal 11 ayat 1 tentang layanan pendidikan bagi setiap warga negara
dilaksanakan tanpa diskriminasi. 
Maka dari kasus diatas kita akan melihat segala aturan yang menyangkut
system Pendidikan nasional mulai dari Undang Undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Kementrian/ Perda/Pergub/ Perbbub dabn Perwako.

Pendekatan Perbandingan Hukum

Pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan undang undang suatu


negara dengan undang undang dari satu atau lebih negara yang lain mengenai
hal yang sama. Disamping membandingkan suatu undang undang juga dapat
membandingkan putusan pengadilan disuatu negara dengan satu atau beberapa
negara lain dengan kasus yang sama. Dengan melakukan perbandingan tersebut
peneliti akan memperoleh gambaran mengenai konsistensi antara filosopi dan
Undang Undang diantara Negara Negara Tersebut.

Contoh Kasus: Untuk kasus yang sama antara Indonesia dan Arab Saudi,
Untuk pelaku pencurian diarab Saudi dilakukan hukuman dimana tangan
pencuri itu dipotong. Sementara menurut hukum di Indonesia diatur dalam
KUHP Pasal 362 yaitu Bahwa siapa yang melakukan Tindakan pidana
Pencurian maka diancam hukuman paling lama lima tahun penjara atau denda
sebanyak banyaknya enam puluh ribu rupiah. Pada metode ini kita akan kaji
untuk pelanggaran yang sama apa perbedaan nya.

3. Menelaah Konsep Konsep Hukum dengan menggunakan teori teori yang


ada dibelakang ketentuan tersebut.

Penelitian hukum dalam tataran teori hukum , isu hukumnya harus


mengandung konsep hukum. Sebelum melakukan penelitian hukum perlu
dikaji betul terlebih dahulu apakah isu yang ditampilkan isu hukum atau bukan.
Dalam menggali makna lebih jauh dari aturan hukum tidak cukup dilakukan
penelitian dalam ruang lingkup dogmatic hukum saja melainkan lebih
mendalam memasuki ruang teori hukum. Penelitian hukum dalam tataran teori
hukum ini diperlukan bagi mereka yang ingin mengembangkan suatu bidang
kajian hukum tertentu. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan dan memperkaya
pengetahuan dalam penerapan aturan hukum. Dengan melakukan telaah
mengenai konsep konsep hukum dan akan meningkatkan daya interpretasi dan
juga mampu mengali teori teori yang ada dibelakang ketentuan hukum.

Contoh:
Pada perusahaan minyak lepas pantai terjadi penggelapan minyak dimana
minyak dijual ditengah laut kepada perusahaan asing. Kegiatan ini sudah
berlangsung bertahun tahun sehingga akibatnya sudah terjadi kerugian negara
yang besar. Maka isu yang dipertanyakan dalam kasus ini adalah apakah
kejahatan ini merupakan White Collar Crème? Nah Pada Kasus ini perlu dikaji
lebih dalam dengan teori teori hukum Pidana. Ini juga harus dikaitkan dengan
teori Differential Association. Teori ini mengemukakan bahwa kejahatan dapat
dipelajari Ketika seseorang berinteraksi fdengan orang lain. Dalam proses
komunikasi. White Collar Crème yang dikemukakan adalah ternyata kejahatan
tidak selalu dari kalangan orang miskin dapi juga dilakukan oleh orang kaya.

4. Penggunaan Metode Interpretasi Beserta Contoh.

Dalam pendekatan undang undang (Statute Approach) ratio legis berkenaan


dengan salah satu ketentuan dari suatu undang undang yang diacu dalam
menjawab isu hukum yang dihadapi peneliti.Ratio legis dapat diartikan sebagai
alasan mengapa ada ketentuan itu, dengan demikian diperlukan ajaran
interpretasi atau penafsiran. Dalam jawaban ini diuraikan 3 jenis interpretasi:

1. Interpretasi Berdasarkan Kata Kata dalam Undang Undang


Interpretasi suatu undang-undang pada dasarnya selalu akan
merupakan penjelasan dari segi bahasa. Titik tolak di sini adalah bahasa
sehari-hari. Interpretasi ini merupakan suatu cara menafsirkan atau
menjelaskan makna undang-undang dengan menguraikannya menurut
bahasa, susunan kata, atau bunyi dari kalimatnya. Interpretasi ini bukan
hanya sekedar membaca undang-undang saja. Ketentuan suatu undang-
undang dijelaskan menurut bahasa sehari-hari yang umum. Yang artinya,
ini tidak berarti bahwa hakim terikat erat pada bunyi kata-kata dari
undang-undang.
Contoh: istilah “menggelapkan” pada Pasal 41 KUHP adakalanya
ditafsirkan sebagai “menghilangkan”.

2. Interpretasi Teleologis
Interpretasi teleologis merupakan penafsiran terhadap undang undang
sesuai dengan tujuan pembentukannya. Hakim dalam menggunakan
penafsiran teleologis ini harus menyesuaikan peraturan perundang
undangan dengan situasi sosial

Contoh: Dalam penafsiran ketentuan Pasal 362 KUHP tentang pencurian


hakim harus memperluas makna kalimat “Barang” dalam pasal
tersebut dengan berbagai macam benda yang dapat dimiliki,
baik berwujud maupun tidak berwujud. Misalnya aliran listrik
pulsa dan lain lain. Sehingga jila ada seseorang dengan sengaja
mengambil aliran listrik untuk dimiliki pelaku harus dihukum.

3. Interpretasi Sistematis (Interpretasi Gramatikal)


Suatu undang-undang itu saling berkaitan dan berhubungan dengan
peraturan perundang-undang yang lain. Dan tidak ada undang-undang
yang berdiri sendiri dan sama sekali lepas dari peraturan perundang-
undangan yang lain karena setiap undang-undang merupakan suatu bagian
dari keseluruhan sistem perundang-undangan. Maka dari itu, untuk
menafsirkan undang-undang harus melihat dari keseluruhan dari sistem
perundang-undangannya. Yaitu menghubungkannya undang-undang yang
berkaitan.

Contoh: Kalau hendak mengetahui tentang sifat pengakuan anak yang


lahir di luar perkawinan oleh orang tuanya, tidak cukup mencari
ketentuan-ketentuan dalam KUHPerdata, tetapi harus dihubungan
juga dengan KUHP.

Anda mungkin juga menyukai