Anda di halaman 1dari 4

1.

Asas Hukum adalah suatu pikiran yang dirumuskan secara luas yang menjadi dasar bagi
aturan/kaidah hukum Dengan demikian asas bersifat abstrak, sedangkan aturan/kaidah
hukum sifatnya kongkrit mengenai perilaku atau tindakan hukum tertentu. Asas hukum
merupakan landasan pertimbangan bagi pembentukan norma hukum, artinya setiap norma
hukum yang wujudnya konkret sebagai aturan hukum harus mencerminkan atau didasari
pada asas-asas hukum sebagai landasan pembentuknya.
Sebagai contoh bahwa ada aturan di dalam dunia medis, bahwa setiap dokter harus
memberikan informasi secara lengkap kepada pasien dan menjelaskan penyakitnya.
Dokter harus memiliki landasan pembentukan agar dapat memberikan informasi yang jelas
kepada pasien.
Aturan Hukum adalah cara di mana warga negara diatur oleh aturan hukum dan bukan
dengan kekuatan orang lain. Hukum adalah proposisi hukum yang memperlakukan sama
terhadap semua orang yang berada dalam situasi yang sama. Hukum diperlukan baik untuk
individu sebagai bagian dari Negara sebagai orang yang mempunyai hak dan kewajiban.
Sebagai contoh adalah dalam berkehidupan kita sudah di atur dalam aturan hukum, dan
kita sebagai warga negara yang baik harus mematuhi aturan tersebut.
Norma Hukum adalah bentuk konkretnya sebagai aturan-aturan hukum terbentuk karena
pembentuk undang-undang dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
mengambil pertimbangan-pertimbangan dari berbagai asas hukum yang ada.
Sebagai contoh adalah Sebagai contohnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari, manusia
membutuhkan norma sebagai aturan dan pedoman. Norma ini wajib dipatuhi dan ditaati
setiap orang di dalam lingkungan di mana norma tersebut diberlakukan. Bagi siapapun
warga negara yang tidak mematuhi norma-norma yang telah disepakati maka akan
mendapatkan hukuman.

2. A. PP No. 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
B. Asas-asas hukum yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan :
• Asas kebebasan berkontrak : Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari
ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
• Asas Konsesualisme : Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320
ayat (1) KUHPdt. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya
perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak.
• Asas Kekuatan Mengikat : Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang
menyatakan bahwa perjanjian hanya mengikat bagi para Pihak yang mengikatkan
diri pada perjanjian tersebut dan sifatnya hanya mengikat ke dalam Pasal 1340
KUHPdt.

3. Kasus Elmer
A. Menurut saya Putusan Pengadilan New York untuk Elmer sudah benar. Karna Elmer
membunuh ahli waris maka Elmer tidak berhak untuk mendapatkan satu persen pun hasil
waris kakek nya dan juga Pengadilan New York mengambil suara terbanyak yang berarti
banyak sekali masyarakat yang ingin Elmer dijatuhi hukuman dan tidak mendapatkan harta
kekayaan kakeknya. Jadi keputusan Pengadilan New York untuk Elmer adalah benar.
B. Dalam kasus tersebut Pengadilan New York memutuskan bahwa Elmer tidak berhak atas
harta kakeknya dan itu dilandasi dengan aliran filsafat hukum yaitu Positivisme.
Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik.
Tidak mengenal adanya spekulasi, semua didasarkan pada data empiris.
C. Jika pengadilan New York memutuskan bahwa Elmer berhak atas harta kakeknya, maka
pengadilan menganut aliran Fundamental, yang berarti aliran ini berupaya untuk kembali
kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas. Jadi pengadilan new York
tidak dapat memutuskan bahwa Elmer tidak berhak atas harta tersebut karena tidak ada
ketentuan dalam hukum negara bagian New York yang menyatakan bahwa orang yang
telah membunuh pemberi wasiat tidak pantas menikmati harta yang diwasiatkan.

Tugas II

1. Penggunaan Metode Hukum


• Metode interpretasi adalah metode untuk menafsirkan terhadap teks perundang-
undangan yang tidak jelas, agar perundang-undangan tersebut dapat diterapkan
terhadap peristiwa konkret tertentu.
• Metode Konstruksi Hukum adalah metode untuk menjelaskan kata-kata atau
membentuk pengertian (hukum), bukan untuk menjelaskan barang. Pengertian
hukum yang dimaksud adalah konstruksi hukum (rechts constructie) yang
merupakan alat-alat yang dipakai untuk menyusun bahan hukum yang dilakukan
secara sistematis dalam bentuk bahasa dan istilah yang baik.
2. Contoh penggunaan
• Interpretasi gramatikal merupakan suatu cara menafsirkan atau menjelaskan makna
undang-undang dengan menguraikannya menurut bahasa, susunan kata, atau bunyi
dari kalimatnya. Contoh nya adalah Perkataan “Memiliki dan “Menggelapkan”
dalam pasal 372 tidak selalu mengandung sifat bermanfaat bagi diri peribadi. Dan
Pasal 372 KUHP perbuatan terdakwa tidak merupakanpenggelapan akan tetapi
suatu kasus perdata..
• Interpretasi sistematis adalah penafsiran yang menghubungkan pasal yang satu
dengan pasal yang lain. Didalam Undang-Undang itu sendiri. Contoh pasal 330
KUH Perdata menyatakan bahwa tidak cakap mencatat perjanjian antara lain orang
yang belum dewasa.
• Interpretasi historis adalah penjelasan menurut terjadinya Undang-Undang. Ada
dua macam interpretasi historis, yaitu penafsiran menurut sejarah Undang-Undang
dan penafsiran menurut sejarah hukum. Contoh nya adalah dalam pembuatan suatu
undang-undang, pastinya memiliki historis mengapa undang-undang itu dibuat.
Apakah undang-undang tersebut dibuat karena reaksi terhadap kebutuhan sosial
untuk mengatur? Atau sesuatu yang lain?
• Interpretasi sosiologis adalah bentuk interpretasi yang dilakukan untuk
menyesuaikan ketentuan yang ada di dalam undang-undang dengan hubungan dan
situasi sosial yang baru. Bentuk interpretasi ini bisa digunakan apabila kata-kata
dalam undang-undang dapat ditafsirkan dengan bermacam cara. Contoh:
Pengadilan di New York pernah menangani suatu kasus pencurian aliran listrik.
Maka timbul pertanyaan, apakah pencurian aliran listrik masuk dalam kategori
pencurian yang tercantum dalam Pasal 362 KUHP?
3. Interpretasi yang tepat digunakan dalam menyelesaikan kasus yaitu interpretasi sistematis
dan interpretasi sosiologis. Interpretasi sistematis karena suatu undang-undang akan selalu
berhubungan dan berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang lain dan tidak ada
undang-undang yang berdiri sendiri yang sama sekali lepas dari peraturan perundang-
undangan yang lain. Interpretasi sosiologis karena dalam menyelesaikan kasus harus
menyesuaikan ketentuan yang ada dengan situasi yang terbaru saat ini,.
4. Penafsiran analogi adalah penafsiran menggunakan analog/kias atas suatu perbuatan
pidana yang tidak ada dalam Undang-undang. Sedangkan penafsiran ekstensif adalah
penafsiran dengan memperluas makna dari suatu perbuatan pidana.

Anda mungkin juga menyukai