Anda di halaman 1dari 11

Dr. Hamdan, S.H., M.Si.

PERBANDINGAN HUKUM SEBAGAI SUATU


METODE ILMIAH
Terlepas dari adanya kontrakdiktif dikalangan para sarjana perbandingan
hukum tentang apakah Perbandingan Hukum itu hanya sebagai sebuah metode
ataukah sebagai ilmu pengetahuan, bukanlah hal yang harus dipertentang labih
jauh. Oleh sebab, metode pasti memerlukan ilmu pengetahuan dan ilmu
pengetahuanpun pasti memiliki metodenya.
A. Arti Penting studi Perbandingan Hukum Pidana
Perkembangan signifikan baik dari segi teoritik mapun praktik hubungan
Internasional dalam konteks pencegahan dan pemberantasan kejahatan lintas
batas teritorial suatu negara atau kejahatan Internasional, mendorong bahwa
pemahaman terhadap sistem hukum negara asing menjadi suatu keharusan.
Pemahaman tersebut yaitu dengan cara melakukan suatu perbandingan.
Hal yang penting untuk diketahui dalam rangka studi perbandingan hukum
(pidana) adalah tentang apa yang dibandingkan, mengapa perlu melakukan
perbandingan, dan bagaimana cara membandingkannya serta manfaat apa yang
bisa diperolah dari hasil perbandingan hukum tersebut.
Jika menurut Andi Hamzah, bahwa mestinya bukan hanya azas-azas hukumnya
saja yang dibandingkan tetapi juga rumusan deliknya dan sistem sanksinya.
Sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaannya.
Bahkan menurut Konrad Zweigert dan Kurt Siehr, bahwa sekarang ini dalam
membandingkan hukum tidak hanya sekedar mengetahui persamaan dan
perbedaan dari berbagai tata hukum, tetapi yang dipentingkan ialah apakah
penyelesaian secara hukum atas sesuatu masalah itu cocok, dapat diterapkan,
adil dan mengapa penyelesaiannya demikian.
Misalnya perbadingan tentang azas nasional aktif atau personalitas yang diatur di
dalam KUHP kita dengan KUHP Singapura, sebagimana yang dicontohkan Prof.
Sudarto. Dalam Pasal 5 ayat 1 ke-2, bahwa :

“aturan pidana dalam perundang-undangan Indonesia


berlaku bagi warga negara yang di luar Indonesia
melakukan salah satu perbuatan yang oleh suatu
aturan pidana dalam perundang-undangan Indonesia
dipandang sebagai kejahatan, sedangkan menurut
perundang-undangan negara dimana perbuatan
dilakukan diancam dengan pidana.”
Umpama: seorang wanita WNI, melakukan abortus provocatus kriminalis di
Singapura yang mana disana perbuatan seperti itu tidak dipidana. Apabila si
wanita itu kembali ke Inonesia, maka ia tidak dapat dipidana.
Dari upaya membandingkan seperti pada contoh diatas, maka manfaat yang
bisa kita peroleh adalah selain kita semakin bersikap kritis terhadap hukum
sendiri maka hal itu juga merupakan informasi guna menserasikan atau
menyempurnakan atau bahkan merobah aturan hukum kita terhadap suatu
masalah hukum.
Kecuali dari itu maka manfaat yang bisa didapatkan dari perbandingan tersebut
adalah menemukan model-model pemecahan terhadap masalah hukum yang
terkait dengan sistem hukum negara asing.
B. Metode Dalam Perbandingan Sistem Hukum
Saat ini dikenal beberapa model metode dalam memperbandingkan
sistem hukum (Beni Ahmad Saebani dkk, 2016), yaitu :
1. Metode Deskriptif
Metode ini hanya dilakukan guna menjelaskan dua atau lebih sistem hukum
yang berbeda atau mencoba untuk menghubungkan satu sama lainnya.
2. Metode Analitikal
Metode ini dalam membandingkan hukum tidak hanya fokus pada upaya
mengungkap secara deskriptis sistem hukum yang berbeda tetapi
terhadap lembaga-lembaga hukumnya juga. Contohnya, peranan juri di
negara penganut sistem hukum Anglo Saxon yang dibandingkan dengan
peranan hakim (lay judge) di negara penganut sistem hukum Eropa
Kontinental atau sistem hukum sosialis.
3. Metode Negara dengan Negara
Pada metode ini, yaitu membandingkan sistem hukum yang satu dengan sistem
hukum yang lainnya. Misalnya, memperbandingkan hukum pidana negara
Indonesa dengan hukum pidana negara Amerika atau yang lainnya.

4. Metode Tradisi Hukum Dengan Tradisi Hukum


Metode ini hanya memperbadingkan aspek tradisi hukumnya, dalam arti
membandingkan tradisi hukum negara satu dengan tradisi hukum negara yang
lain. Misalnya, membandingkan tradisi hukum Anglo Saxon dengan tradisi hukum
Eropa Kontinental. Metode tersebut sangat komprehensif karena mengandung
unsur historis, yang dapat menemukan perbedaan-perbedaan dan persamaan-
persamaannya dari tradisi hukum yang diperbandingkan tersebut.
5. Metode Perbandingan Kontemporer
Metode ini digunakan untuk membandingkan antara hukum positif dari satu
negara dengan hukum positif negara yang lain. Seperti misalnya,
membandingkan undang-undang tindak pidana korupsi negara Indonesia
dengan undang-undang tindak pidana korupsi Amerika.
6. Metode Perbandingan Sistem, Sejarah, Dan Budaya Hukum
Di metode ini selain memperbandingkan segi hukum positifnya juga
memperbandingkan tentang budaya hukum, sejarah hukum, atau sistem
hukum antara satu negara dengan negara yang lain.
Pendapat lain yang juga perlu diperhatikan, adalah apa yang dikemukakan oleh
Konrad Zweigert dan Kurt Siehr (Barda Nawawi Arif, 2003), yang mengatakan bahwa
perbandingan hukum moderen menggunakan metode yang kritis, realistik, dan tidak
dofmatis.
1. Kritis, artinya tidak lagi terlalu mementingkan menemukan persamaan dan
perbedaannya dari suatu tata hukum semata, tetapi yang sangat penting adalah
apakah penyelesaian secara hukum atas sesuatu masalah itu cocok, dapat
diterapkan, adil dan mengapa penyelesaiannya itu demikian.
2. Realistis, artinya ketika membandingkan hukum bukan saja meneliti perundang-
undangan, keputusan peradilan dan doktrin. Tetapi juga meliputi semua motif
yang nyata yang menguasai dunia, yaitu yang bersifat etis, psikologis, ekonomis
dan motif-motif dari kebijakan legislatif.
3. Tidak dogmatis, maksudnya karena perbandingan hukum tidak hendak terkekang
dalam kekakuan dogma seperti sering terjadi pada tiap tata hukum. Meskipun
dogma mempunyai fungsi sistematisasi, akan tetapi dogma dapat saja
mengaburkan serta menyerongkan (distorsi) pandangan dalam menemukan
penyelesaian hukum yang lebih baik.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai