Soal !
1
Romli Atmasasmita, Perbandingan Hukum Pidana Kontemporer Edisi Revisi, Jakarta Timur: Prenada
Media, 2020, hlm. 33.
2
Ibid.
perbandingan hukum dalam hal ini akan berguna untuk membandingkan hukum pidana
yang ada di satu negara dengan negara lainnya. Hal ini dilakukan agar cita hukum yang
disimpulkan melalui pembelajaran filsafat hukum dapat bersifat lebih komprehensif
karena telah mewakili hukum pidana dari berbagai hukum nasional dari negara-negara.
Sedangkan jika dilihat dari kepentingan teori hukum atau “Jurisprudence” atau
“general theory of law, studi perbandingan hukum dalam hal ini juga memiliki kegunaan.
Sejarah perkembangan atau pertumbuhan suatu klasifikasi yang dikenal oleh berbagai
sistem hukum, relativitas karakter yang dimiliki konsep-konsep, kondisi sosial dan politik
dari suatu lembaga, semuanya hanya dapat dipahami jika peneliti atau pengamat
menempatkan dirinya di luar sistem hukum yang dianut. Dengan kata lain, semua yang
diuraikan tersebut hanya dapat dipahami jika peneliti atau pengamat memiliki persepsi
dan perspektif perbandingan hukum.3
Kemudian, Soedarto juga berpendapat mengenai manfaat atau kegunaan dari studi
perbandingan hukum, antara lain:4
1) Unifikasi Hukum;
2) Harmonisasi Hukum;
3) Mencegah adanya chauvinisme hukum nasional;
4) Memahami hukum asing; dan
5) Pembaruan hukum.
Pertama, unifikasi hukum adalah kesatuan hukum sebagaimana telah diwujudkan dalam
konvensi hak cipta 1886 dan konvensi internasional lainnya. Namun, dalam perkembangannya
saat ini, tentunya tujuan unifikasi hukum secara internasional sudah tidak realistis lagi. Tujuan
unifikasi hukum kemudian berubah menjadi tujuan uniformasi asas-asas umum dari berbagai
sistem hukum.5 Dengan kata lain, dalam bidang hukum pidana, maka manfaat perbandingan
hukum yaitu unifikasi hukum akan ditujukan untuk uniformasi asas-asas hukum dalam hukum
pidana dari berbagai sistem hukum, misalnya saja antara sistem hukum Common Law dan Civil
Law.
3
Ibid., hlm. 34
4
Ibid.
5
Ibid., hlm. 35.
Kedua, Harmonisasi Hukum, adalah upaya atau proses yang hendak mengatasi batasan-batasan
perbedaan, hal-hal yang bertentangan dan kejanggalan dalam hukum.6 Untuk itu, perbandingan
hukum dalam hal ini dapat mengatasi hambatan-hambatan dalam pemberlakuan hukum pidana
melalui harmonisasi dari peraturan perundang-undangan yang ada. Harmonisasi hukum pidana
tersebut dapat dipelajari dari negara asing yang telah lebih dulu melakukannya dan
menerapkannya dengan menyesuaikan dengan keadaan dalam hukum nasional.
Ketiga, mencegah Chauvinisme hukum nasional adalah bahwa dengan mempelajari hukum asing
dapat diperoleh gambaran yang jelas mengenai hukum nasional yang berlaku. Dalam bidang
hukum pidana, mempelajari hukum asing dengan melakukan perbandingan hukum akan
membawa kita untuk mawas diri akan kelemahan-kelemahan yang terdapat pada hukum pidana
positif, sehingga kita dalam hal ini tidak bersikap melebih-lebihkan hukum nasional dan
mengenyampingkan hukum asing.7 Keempat, memahami hukum asing yaitu tampak jelas jika
kita hubungan dengan Pasal 5 ayat 1 sub ke-2 KUHP, dimana pasal tersebut menganut asas
nasional aktif bahwa hukum Indonesia mengikuti tindak pidana yang dilakukan oleh WNI
dimanapun mereka berada, sekalipun ke negara lain dan tindakan pidana tersebut juga diancam
di negara asing tempat WNI itu berada.8
Kelima, kegunaan bagi pembaharuan hukum nasional dapat diartikan bahwa dengan mempelajari
perbandingan hukum, maka terutama pembentuk undang-undang dan juga hakim dapat
mengetahui proses terjadinya suatu asas-asas hukum tertentu dalam sistem hukum asing atau
setidak-tidaknya mengetahui cara sistem hukum asing bekerja sehingga pembentuk
undang-undang dan hakim dapat mengambil manfaat dari bekerjanya sistem hukum asing
tersebut. Jika dikaitkan dengan manfaat bagi bidang hukum pidana, jika diambil contoh, maka
dengan melakukan perbandingan hukum dapat menjawab pertanyaan perihal “bagaimana sistem
common law dalam hal ini memperlakukan asas legalitas dalam praktik, sehingga asas legalitas
tersebut tidak selalu menjadi dasar acuan utama bagi penetapan suatu putusan” atau termasuk
juga “bagaimana dengan cara sedemikian, pembentuk undang-undang dan hakim dapat
6
Sapto Budoyo, “Konsep Langkah Sistemik Harmonisasi Hukum dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan”, Jurnal Ilmiah CivisI, Vol. 4, No. 2, 2014, hlm. 608.
7
Ibid.
8
Ibid., hlm. 36.
menyelesaikan suatu kasus sekalipun ketentuan atau undang-undang belum mengatur peristiwa
tersebut”.9
● Dalam menyusun aturan perbandingan hukum sangat penting karena dalam salah
satu fungsinya yaitu proses legislasi. Seharusnya para anggota legislator bisa
memanfaatkan atau melakukan dahulu kajian perbandingan secara mendalam,
sistematis dan metodologis, tidak hanya dimaknai studi banding beberapa hari ke
9
Ibid.
suatu negara. Dalam hal ini mengkaji persamaan dan perbedaan dalam beberapa
aspek dari suatu masalah yang diteliti serta mengetahui alasan mengapa indonesia
memakai aturan A sedangkan negara lain berbeda.
● Menurut Romli Atmasasmita, tujuan dari perbandingan hukum, yaitu: 10
a. Pembaruan hukum dan pengembangan kebijakan;
b. Sebagai sarana penelitian untuk mencapai teori hukum yang bersifat
universal;
c. Sebagai bantuan untuk praktik hukum dalam hubungan internasional;
d. Unifikasi dan harmonisasi hukum; dan
e. Suatu alat bantu dalam peradilan.
● Berdasarkan poin-poin ini, maka perbandingan hukum dibutuhkan karena dalam
penyusunan hukum di Indonesia dan melakukan pendekatan pada masalah hukum
dibutuhkan pemahaman dari luar sistem hukum yang dianut.
10
Romli Atmasasmita, Perbandingan Hukum Pidana Kontemporer Edisi Revisi, Jakarta: Kencana, 2020,
hlm. 30.
Daftar Pustaka
1. Romli Atmasasmita, Perbandingan Hukum Pidana Kontemporer Edisi Revisi, Jakarta Timur:
Prenada Media, 2020.
2. Sapto Budoyo, “Konsep Langkah Sistemik Harmonisasi Hukum dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan”, Jurnal Ilmiah CivisI, Vol. 4, No. 2, 2014.