Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen keperawatan merupakan koordinasi dan integrasi dari sumber-sumber

keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan pelayanan

keperawatan (Sulihati, Sjafari & Listyaningsih, 2018). Dalam praktik professional, perawat

perlu memperhatikan segala hal yaitu memonitoring, hingga hal yang yang tidak kalah penting

yaitu dokumentasi. Dokumentasi keperawatan merupakan hal krusial sebagai bukti dan

pertanggung jawaban atas tindakan keperawatan (Ponco, 2016). Dokumentasi ini berperan

sebagai bukti otentik tertulis terhadap peradilan atau hukum yang berlaku ,sehingga

dibutuhkan pendokumentasian askep yang baik (Anggeria, 2015). Kualitas dokumentasi dilihat

dari bagaimana kepatuhan perawat terhadap aturan pendokumentasian yang ditetapkan oleh

profesi missal kelengkapan dan keakuratan menuliskan asuhan keperawatan dimana

dokumentasi yang dikerjakan sesuai standar yang telah ditetapkan mulai dari menuliskan

tanggal, waktu dan sesuai dengan kondisi pasien selama mendapatkan rawatan di pelayanan

kesehatan (Nursalam, 2014)

Beberapa hambatan yang berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan

yaitu kurangnya pemahaman dasar-dasar dokumentasi keperawatan. hal ini bisa terjadi karena

latar belakang pendidikan yang berbeda-beda,Penulisan dokumentasi keperawatan tidak

mengacu pada standar yang sudah ditetapkan, sehingga terkadang tidak lengkap dan akurat.

Dokumentasi keperawatan dianggap beban. Banyaknya lembar format yang harus diisi untuk

mencatat data dan intervensi keperawatan pada pasien membuat perawat terbebani.

Keterbatasan tenaga. Kurangnya tenaga perawat yang ada dalam suatu tatanan pelayanan
kesehatan memungkinkan perawat bekerja hanya berorientasi pada tindakan saja (Wahid &

Suprapto, 2012). Pendokumentasian umumnya kurang disukai oleh perawat karena dianggap

terlalu rumit, beragam, dan menyita waktu, namun dokumentasi keperawatan yang tidak

dilakukan dengan tepat, lengkap dan akurat dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan

karena tidak dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan keperawatan

yang telah diberikan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, seorang perawat sangat

membutuhkan pengawasan, pengarahan dan pendampingan melalui kegiatan supervisi.

Supervisi merupakan kegiatan penting yang dapat memberi pengaruh terhadap peningkatan

mutu pelayanan keperawatan, bahkan pelayanan kesehatan di rumah sakit akan berdampak

terhadap baik tidaknya pendokumentasian yang dilakukan (Helendina et al., 2015).

Hasil study pendahuluan pada tanggal 20 maret 2021, hasil waancara kepada 5 perawat,

2 perawat (40%) mengatakan supervise kepala ruangan tidak selalu mengecek hasil

pendokumentasian dan menduokumentasikan hasil pembahasan standart dan untuk supervise

diam-diam jarang dilakukan oleh kepala ruangan. Diruangan lain, 2 perawat (40%)

mengatakan pelaksanaan supervise belum dilaksanakan secara rutin, sedangkan 1 perawat

(20%) lain mengatakan kepala ruangan memberikan masukan saat dilakukannya supervise dan

setiap hari dilakukan pre conference pada saat pergantian dinas. Saat ditanya tentang

bagaimana tentang kinerjanya, 3 perawat (60%) mengatakan dalam pengisian askep perawat

berusaha mendapatkan data pasien secara komprehensif, mengisi data askep sesuai format

yang disediakan dan untuk evaluasi data askep perawat megobservasi bagaimana respon

pasien, sedangkan 2 perawat (40%) mengatkan untuk pengisian askep belum lengkap dan

pengisian askep sudah sesuai format namun data belum komprehensif.


Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2016) menyatakan bahwa sebagian besar

kinerja perawat dalam pedokumentasian proses keperawatan kurang baik sebesar 67,8%.

Penelitian lain oleh Aris Citra Wisuda (2019), diketahui bahwa lebih dari setengah responden

memiliki kinerja asuhan keperawatan dalam pendokumentasian askep yang kurang baik yaitu

sebanyak 75%, sedangkan responden memiliki kinerja dalam pendokumentasian askep yang

baik yaitu sebanyak 25%. Penelitian lain oleh Masri (2018) di RSU Mutiara Medan bahwa

pelaksanaan supervisi kepala ruangan kurang baik sebesar 37,2%, dengan kinerja perawat

pelaksana dalam pendokumentasian kurang baik sebesar 20,9% serta kinerja perawat baik

sebesar 16,3%.

Berdasarkan hasil penelitian oleh (Syarifudin & Yanto, 2018) didapatkan bahwa rata-

rata supervisi kepala ruang dalam kategori kurang baik yaitu 50,7% dan yang baik sebanyak

49,3%. Hal ini menunjukkan bahwa kepala ruang yang ada di masing-masing ruangan Rumah

Sakit Roemani Semarang dipersepsikan kurang baik oleh perawat dalam menerapkan

kepemimpinannya terutama terkait dengan supervisi. Hasil penelitian lain oleh David (2019)

di RS Granmed Lubuk Pakam bahwa mayoritas supervisi kepala ruangan dalam kategori

kurang yaitu 13 orang (52%) sedangkan kategori baik 12 orang (48%). Penelitian Purnamasari,

Erwin, dan Jumaini (2014) mendapatkan hasil pelaksanaan tindakan supervisi kepala ruangan

lebih banyak dinilai kurang dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan supervisi yang dinilai

baik. Frekuensi yang dikategorikan baik sebanyak 21 orang (48,8%) dan pelaksanaan tindakan

supervisi kepala ruangan yang dikategorikan kurang sebanyak 22 orang (51,2 %).

Hasil analisis hubungan antara fungsi supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat

pelaksana di RSUD Bima tahun 2018 diperoleh bahwa ada sebanyak (78,0%) perawat

pelaksana yang mempersepsikan fungsi supervisi kepala ruangan baik merasa kinerjanya baik,
sedangkan diantara perawat yang merasa kurang baik dengan kinerjanya sebanyak (52,8%)

mempersepsikan fungsi supervisi kepala ruangan kurang baik. Penelitian oleh Rezi Prima

(2018) berdasarkan hasil pengambilan data awal pada saat studi pendahuluan terkait dengan

bagaimana kinerja yang telah dijalani, terdapat keanekaragaman fakta yang berhasil

diungkapkan, berdasarkan data penilain dari kepala bidang rata-rata perawat pelaksana

memiliki kinerja yang mencengangkan dimana perawat yang memiliki kinerja baik hanya (19

%), kinerja yang kurang ada (13 %), kinerja cukup ada (64,2%) kinerja yang sangat baik hanya

(3,57%), (laporan Bidang keperawatan) Berdasarkan wawancara singkat dengan perawat

pelaksana perawat mengatakan bahwa akan bekerja sesuai standart apabila kepala ruangan

menjalankan fungsi supervisi.

Hasil analisis penelitian oleh David Ginting ,dkk (2018) menunjukkan bahwa bahwa

dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat berada dalam kategori baik

yaitu 13 orang (52,0%) dan dokumentasi asuhan keperawatan kategori kurang baik sebanyak

12 orang (48,0%), kategori kurang baik didapat bahwasannya pedokumentasian tidak

dilakukan dengan benar dan lengkap karena faktor beban kerja yang berat, dan perawat banyak

yang kurang mengerti terhadap pengisian pendokumentasian yang lengkap dan benar.

Ada bebrapa factor yang berpengaruh terhadap kinerja, (Borkowski, 2015) menyatakan

ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja yaitu : Faktor individu, Faktor psikologis, dan

Faktor organisasi. Kelompok variabel individu terdiri atas variabel kemampuan dan

keterampilan, latar belakang pribadi dan Demografis. Kelompok variabel psikologis terdiri

atas variable persepsi,sikap kepribadian, belajar, dan motivasi. Variable ini banyak

dipengaruhi oleh keluarga, tingkat social, pengalaman kerja sebelumnya, dan variabel

demografis. Kelompok variabel organisasi terdiri atas sumber daya,imbalan, beban kerja,
struktur, supervise dan kepemimpinan. Kinerja klinis perawat dipengaruhi oleh faktor internal

dan factor eksternal, faktor internal adalah keterampilan dan motivasi perawat, sedangkan

faktor eksternal adalah supervisi, kepemimpinan dan monitoring (Mandagi et al., 2015).

Masih rendahnya pelayanan kesehatan rawat inap bagi pasien, disebabkan masih

rendahnya kinerja perawat rumah sakit umum dalam melaksanakan tugas, sehingga adanya

suatu dugaan bahwa hal ini diakibatkan dari masih rendahnya pelaksanaan yakni pelaksanaan

supervisi yang dilakukan oleh pimpinan rumah sakit umum.Menurut asumsi (David & Yesika,

2019) bahwa kegiatan supervisi sangat jarang dilakukan oleh Kepala Ruangan. Tidak adanya

jadwal tetap kegiatan supervisi menyebabkan para perawat menjadi kurang termotivasi untuk

melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik. Kegiatan supervisi hanya dilakukan apabila

akan ada kunjungan dari pusat atau ada kejadian yang membuat dilakukannya pengawasan

terhadap kinerja perawat. Kegiatan supervisi yang terarah dan berkelanjutan merupakan sistem

pembinaan yang efektif bagi pelembagaan.

Supervisi yang baik membangun hubungan yang kuat, meningkatkan motivasi, dan

meningkatkan komitmen staf terhadap mutu. Jika dalam supervisi hubungan tidak adekuat

dapat meningkatkan kebencian, kurangnya motivasi dan chaos. Dimana jika supervisi

dilaksanakan dengan baik maka kinerja perawat pelaksana akan baik dan sebaliknya

(Kuswantoruscaputra & Subjektif, 2013).

Mengingat pentingnya pendokumentasian dalam asuhan keperawatan, maka kinerja

perawat yang efektif perlu ditingkatkan dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan

keperwatan untuk menjaga kesejahteraan pasien dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

Kinerja perawat pelaksana dalam pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan upaya

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan dalam bentuk kinerja perawat dan
harus didasari kemampuan yang tingi sehingga kinerja mendukung pelaksanaan tugas dalam

pelayananan keperawatan (Nursalam, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik meneliti “ Hubungan Supervisi

Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat dalam Pendokemntasian ASKEP”

1.2 Rumusan Masalah

“ Apakah ada hubungan supervisi dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan

pendokumentasian asuhan keperawatan? “

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan

dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian Asuhan Keperawatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi hubungan supervisi kepala ruangan tentang kinerja perawat dalam

pendokumentasian Asuhan Keperawatan.

2. Mengidentifikasi kinerja perawat dalam peendokumentasian Asuhan Keperawatan.

3. Menganalisis hubungan supervise kepala ruangan sebagai pengarah kinerja perawat

dalam pendokuemntasian Asuhan Keperawatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberi kontribusi yang signifikan pada

pengembangan ilmu yang terkait dengan supervise dan ilmu yang terkait dengan kinerja
perawat dalam pendokumentasian ASKEP. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan

untuk memperkuat khasanah teori-teori dalam bidang manajemen. Penelitian ini dapat

juga sebagai referensi ilmiah bagi penulisan lebih lanjut pada masalah yang berkaitan

dengan kinerja pendokumentasian ASKEP terhadap supervise kepala ruanagan.

1.4.2 Praktisi

1. Bagi perawat dan Tenaga Kesehatan

Manfaat supervise bagi perawat agar perawat dapat melakukan kinerja

dalam pendokumentasian ASKEP secara maksimal di Pelayanan kesehatan.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Manfaat bagi instansi pendidikan dapat dijadikan tambahan dalam

referensi dan pengembangan dalam penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai

sumber rujukan dan penelitian selanjutnya untuk meningkatkan perkembanagn

penelitian tentang Supervisi untuk meningkatkan kinerja perawat dalam

pendokumentasian ASKEP .

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

bagi peneliti selanjutnya mengenai supervise kepala ruangan dengan kinerja

perawat dalam pendokumentsian ASKEP ,serta salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai