PENDAHULUAN
keperawatan (Sulihati, Sjafari & Listyaningsih, 2018). Dalam praktik professional, perawat
perlu memperhatikan segala hal yaitu memonitoring, hingga hal yang yang tidak kalah penting
yaitu dokumentasi. Dokumentasi keperawatan merupakan hal krusial sebagai bukti dan
pertanggung jawaban atas tindakan keperawatan (Ponco, 2016). Dokumentasi ini berperan
sebagai bukti otentik tertulis terhadap peradilan atau hukum yang berlaku ,sehingga
dibutuhkan pendokumentasian askep yang baik (Anggeria, 2015). Kualitas dokumentasi dilihat
dari bagaimana kepatuhan perawat terhadap aturan pendokumentasian yang ditetapkan oleh
dokumentasi yang dikerjakan sesuai standar yang telah ditetapkan mulai dari menuliskan
tanggal, waktu dan sesuai dengan kondisi pasien selama mendapatkan rawatan di pelayanan
yaitu kurangnya pemahaman dasar-dasar dokumentasi keperawatan. hal ini bisa terjadi karena
mengacu pada standar yang sudah ditetapkan, sehingga terkadang tidak lengkap dan akurat.
Dokumentasi keperawatan dianggap beban. Banyaknya lembar format yang harus diisi untuk
mencatat data dan intervensi keperawatan pada pasien membuat perawat terbebani.
Keterbatasan tenaga. Kurangnya tenaga perawat yang ada dalam suatu tatanan pelayanan
kesehatan memungkinkan perawat bekerja hanya berorientasi pada tindakan saja (Wahid &
Suprapto, 2012). Pendokumentasian umumnya kurang disukai oleh perawat karena dianggap
terlalu rumit, beragam, dan menyita waktu, namun dokumentasi keperawatan yang tidak
dilakukan dengan tepat, lengkap dan akurat dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan
karena tidak dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan keperawatan
yang telah diberikan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, seorang perawat sangat
Supervisi merupakan kegiatan penting yang dapat memberi pengaruh terhadap peningkatan
mutu pelayanan keperawatan, bahkan pelayanan kesehatan di rumah sakit akan berdampak
Hasil study pendahuluan pada tanggal 20 maret 2021, hasil waancara kepada 5 perawat,
2 perawat (40%) mengatakan supervise kepala ruangan tidak selalu mengecek hasil
diam-diam jarang dilakukan oleh kepala ruangan. Diruangan lain, 2 perawat (40%)
(20%) lain mengatakan kepala ruangan memberikan masukan saat dilakukannya supervise dan
setiap hari dilakukan pre conference pada saat pergantian dinas. Saat ditanya tentang
bagaimana tentang kinerjanya, 3 perawat (60%) mengatakan dalam pengisian askep perawat
berusaha mendapatkan data pasien secara komprehensif, mengisi data askep sesuai format
yang disediakan dan untuk evaluasi data askep perawat megobservasi bagaimana respon
pasien, sedangkan 2 perawat (40%) mengatkan untuk pengisian askep belum lengkap dan
kinerja perawat dalam pedokumentasian proses keperawatan kurang baik sebesar 67,8%.
Penelitian lain oleh Aris Citra Wisuda (2019), diketahui bahwa lebih dari setengah responden
memiliki kinerja asuhan keperawatan dalam pendokumentasian askep yang kurang baik yaitu
sebanyak 75%, sedangkan responden memiliki kinerja dalam pendokumentasian askep yang
baik yaitu sebanyak 25%. Penelitian lain oleh Masri (2018) di RSU Mutiara Medan bahwa
pelaksanaan supervisi kepala ruangan kurang baik sebesar 37,2%, dengan kinerja perawat
pelaksana dalam pendokumentasian kurang baik sebesar 20,9% serta kinerja perawat baik
sebesar 16,3%.
Berdasarkan hasil penelitian oleh (Syarifudin & Yanto, 2018) didapatkan bahwa rata-
rata supervisi kepala ruang dalam kategori kurang baik yaitu 50,7% dan yang baik sebanyak
49,3%. Hal ini menunjukkan bahwa kepala ruang yang ada di masing-masing ruangan Rumah
Sakit Roemani Semarang dipersepsikan kurang baik oleh perawat dalam menerapkan
kepemimpinannya terutama terkait dengan supervisi. Hasil penelitian lain oleh David (2019)
di RS Granmed Lubuk Pakam bahwa mayoritas supervisi kepala ruangan dalam kategori
kurang yaitu 13 orang (52%) sedangkan kategori baik 12 orang (48%). Penelitian Purnamasari,
Erwin, dan Jumaini (2014) mendapatkan hasil pelaksanaan tindakan supervisi kepala ruangan
lebih banyak dinilai kurang dibandingkan dengan pelaksanaan tindakan supervisi yang dinilai
baik. Frekuensi yang dikategorikan baik sebanyak 21 orang (48,8%) dan pelaksanaan tindakan
supervisi kepala ruangan yang dikategorikan kurang sebanyak 22 orang (51,2 %).
Hasil analisis hubungan antara fungsi supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat
pelaksana di RSUD Bima tahun 2018 diperoleh bahwa ada sebanyak (78,0%) perawat
pelaksana yang mempersepsikan fungsi supervisi kepala ruangan baik merasa kinerjanya baik,
sedangkan diantara perawat yang merasa kurang baik dengan kinerjanya sebanyak (52,8%)
mempersepsikan fungsi supervisi kepala ruangan kurang baik. Penelitian oleh Rezi Prima
(2018) berdasarkan hasil pengambilan data awal pada saat studi pendahuluan terkait dengan
bagaimana kinerja yang telah dijalani, terdapat keanekaragaman fakta yang berhasil
diungkapkan, berdasarkan data penilain dari kepala bidang rata-rata perawat pelaksana
memiliki kinerja yang mencengangkan dimana perawat yang memiliki kinerja baik hanya (19
%), kinerja yang kurang ada (13 %), kinerja cukup ada (64,2%) kinerja yang sangat baik hanya
pelaksana perawat mengatakan bahwa akan bekerja sesuai standart apabila kepala ruangan
Hasil analisis penelitian oleh David Ginting ,dkk (2018) menunjukkan bahwa bahwa
dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat berada dalam kategori baik
yaitu 13 orang (52,0%) dan dokumentasi asuhan keperawatan kategori kurang baik sebanyak
dilakukan dengan benar dan lengkap karena faktor beban kerja yang berat, dan perawat banyak
yang kurang mengerti terhadap pengisian pendokumentasian yang lengkap dan benar.
Ada bebrapa factor yang berpengaruh terhadap kinerja, (Borkowski, 2015) menyatakan
ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap kinerja yaitu : Faktor individu, Faktor psikologis, dan
Faktor organisasi. Kelompok variabel individu terdiri atas variabel kemampuan dan
keterampilan, latar belakang pribadi dan Demografis. Kelompok variabel psikologis terdiri
atas variable persepsi,sikap kepribadian, belajar, dan motivasi. Variable ini banyak
dipengaruhi oleh keluarga, tingkat social, pengalaman kerja sebelumnya, dan variabel
demografis. Kelompok variabel organisasi terdiri atas sumber daya,imbalan, beban kerja,
struktur, supervise dan kepemimpinan. Kinerja klinis perawat dipengaruhi oleh faktor internal
dan factor eksternal, faktor internal adalah keterampilan dan motivasi perawat, sedangkan
faktor eksternal adalah supervisi, kepemimpinan dan monitoring (Mandagi et al., 2015).
Masih rendahnya pelayanan kesehatan rawat inap bagi pasien, disebabkan masih
rendahnya kinerja perawat rumah sakit umum dalam melaksanakan tugas, sehingga adanya
suatu dugaan bahwa hal ini diakibatkan dari masih rendahnya pelaksanaan yakni pelaksanaan
supervisi yang dilakukan oleh pimpinan rumah sakit umum.Menurut asumsi (David & Yesika,
2019) bahwa kegiatan supervisi sangat jarang dilakukan oleh Kepala Ruangan. Tidak adanya
jadwal tetap kegiatan supervisi menyebabkan para perawat menjadi kurang termotivasi untuk
melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik. Kegiatan supervisi hanya dilakukan apabila
akan ada kunjungan dari pusat atau ada kejadian yang membuat dilakukannya pengawasan
terhadap kinerja perawat. Kegiatan supervisi yang terarah dan berkelanjutan merupakan sistem
Supervisi yang baik membangun hubungan yang kuat, meningkatkan motivasi, dan
meningkatkan komitmen staf terhadap mutu. Jika dalam supervisi hubungan tidak adekuat
dapat meningkatkan kebencian, kurangnya motivasi dan chaos. Dimana jika supervisi
dilaksanakan dengan baik maka kinerja perawat pelaksana akan baik dan sebaliknya
keperwatan untuk menjaga kesejahteraan pasien dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan dalam bentuk kinerja perawat dan
harus didasari kemampuan yang tingi sehingga kinerja mendukung pelaksanaan tugas dalam
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan supervisi kepala ruangan
1.4.1 Teoritis
pengembangan ilmu yang terkait dengan supervise dan ilmu yang terkait dengan kinerja
perawat dalam pendokumentasian ASKEP. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan
untuk memperkuat khasanah teori-teori dalam bidang manajemen. Penelitian ini dapat
juga sebagai referensi ilmiah bagi penulisan lebih lanjut pada masalah yang berkaitan
1.4.2 Praktisi
pendokumentasian ASKEP .