*E-mail: vergeina.mastur@gmail.com
ABSTRAK
Pelaksanaan peningkatan mutu di rumah sakit masih kurang memuaskan. Masalah ini disebabkan salah
satunya adalah dengan belum terlaksana dengan baik pelaksanaan audit keperawatan oleh komite
keperawatan. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan audit mutu profesi keperawatan di
Rumah Sakit A, Jakarta Barat. Metode yang digunakan adalah pilot study pada ruangan keperawatan dengan
pelibatan dari perawat manajer dan perawat klinis sebanyak 140 perawat. Dimulai dari tahap pengkajian,
wawancara, observasi, penyebaran kuesioner dan focus group disscussion, dan analisis fishbone dengan
ditemukan masalah bahwa audit profesi keperawatan yang menjadi tugas subkomite keperawatan berpotensi
di tingkatkan. Implementasi yang dilakukan adalah pembuatan pedoman, tim auditor, tools audit dan
pelaksanaan audit keperawatan. Hasil: Pelaksanaan audit telah dilaksanakan dengan penentuan topic adalah
serah terima antar shift. Belum optimalnya pelaksanaan serah terima antar shift menjadi hasil dari
pelaksanaan audit keperawatan. Kesimpulan telah terlaksananya penyusunan pedoman audit mutu
keperawatan di RS A, terbentuknya tim auditor dan telah tersusunnya tools dalam pelaksanaan audit
keperawatan. Telah dilakukan pelaksanaan audit mutu profesi keperawatan dengan topik serah terima antar
shift dan hasilnya bahwa serah terima antar shift berpotensi untuk dioptimalkan. Rekomendasi pengesahan
pedoman audit keperawatan, pelaksanaan audit keperawatan dengan topik sesuai dengan kebutuhan komite
keperawatan dan re-audit secara berkala. Dukungan dan komitmen dari setiap staf manajerial serta adanya
kepedulian dan komitmen dari perawat klinis dapat membangun perubahan bagi rumah sakit.
Kata-kata Kunci: Audit mutu profesi, komite keperawatan, serah terima antar shift perawat
ABSTRACT
Implementation of quality improvement in hospitals is still unsatisfactory. One of the causes of this problem
is the inadequate implementation of nursing audits by the nursing committee. This study aims to identify the
implementation of the nursing profession audit at Hospital A, West Jakarta. The method used is a pilot study
in the nursing room with the involvement of manager nurses and clinical nurses as many as 140 nurses. The
analysis from the assessment stage, interviews, observation, distributing questionnaires and focus group
discussions, and fishbone analysis found that the nursing profession audit was the task of the nursing
subcommittee that was being improved. The implementation carried out is the latest creation, the auditor
team, audit tools and the implementation of nursing audits. Result: The audit was carried out by determining
the topic of handover between shifts. The not yet optimal implementation of handover between shifts is the
result of the nursing audit. The conclusion has been that the preparation of a new audit of nursing quality
has been carried out in RS A, the formation of an auditor team and the compilation of tools in implementing
nursing audits. The nursing profession quality audit has been carried out on the topic of handover between
shifts and the result is that the handover between shifts is optimized. Recommendations for the latest nursing
audits validation, conducting nursing audits on topics according to the needs of the nursing committee and
periodic re-audits. Support and commitment from each managerial staff as well as the care and commitment
of clinical nurses can make a difference for the hospital
.
Keywords: Nursing committee, nursing handover, professional quality audit
Cite this as : Ayu V, Handiyani H, Yatnikasari A. Pelaksanaan Audit Mutu Pelayanan Keperawatan di RS A Jakarta
Barat. Dunia Keperawatan. 2020;8(3): 397-405
1
Dunia Keperawatan, Volume 8, Nomor 3, 2020 : 397-405
2
Ayu V, Handiyani H, Yatnikasari A. Pelaksanaan Audit Mutu
penyebaran kuesioner terkait dengan persepsi Tahapan Movement yaitu Penerapan inovasi
perawat tentang audit keperawatan. Data dimulai dengan tahap perencanaan yaitu
yang ditemukan kemudian diolah membuat draft pedoman, SOP sebagai
menggunakan SPSS. Setelah melakukan tools/panduan dalam pelaksanaan audit
pemetaan masalah, dilakukan penetapan keperawatan dan membentuk tim auditor.
prioritas masalah dan plan of action bersama Tahap pengorganisasian dilakukan dengan
dengan kepala ruangan, pengelola urusan, mengkoordinasikan draft yang telah dibuat
komiteke perawatan dan bidang keperawatan. dengan pembimbing akademik, pembimbing
Tahap pelaksanaan menggunakan tahapan wahana dan komite keperawatan, serta tim
perubahan Kurt Lewin yaitu tahapan auditor. Tahap ketenagaan adalah kualifikasi
Unfreezing dimulai dari kegiatan presentasi dari tim auditor telah dipilih sesuai dengan
pemaparan hasil dari pengkajian manajemen kualifikasi dan kompetensi. Tahap
pelayanan keperawatan di RS A. Presentasi pengarahan dilakukan dengan rapat bersama
pemaparan hasil pengkajian dilakukan pada dengan komite keperawatan dan tim auditor
tanggal 14 November 2019. Kemudian membahas tentang pedoman audit
dilakukan penyebaran kuesioner, dan Focus keperawatan yang telah disusun dan
Grupp Discussion kepada perawat pelaksana penetapan tema fenomena yang terjadi di RS
dari setiap ruangan yaitu Rawat Inap terdiri A, serta pelaksanaan audit keperawatan.
dari Rawat Inap Anak dan Ibu, Rawat Jalan Tahap pengendalian dilakukan dengan
terdiri dari Rawat Jalan Umum, Ibu dan monitoring dan evaluasi proses serta output
Anak, Unit Gawat Darurat (UGD), Kamar dari pelaksanaan audit keperawatan. Studi ini
Operasi, Intensive Care Unit merupakan sebuah proyek inovasi yang
(ICU/PICU/NICU), dan Ruang Bersalin sudah memiliki ijin untuk melakukan
(VK). pengumpulan data dan studi di RS A dengan
nomor surat Nomor:
Setelah memaparkan hasil pengkajian, KH.03.02/XXI.2/3197/2019
kemudian dilakukan penyepakatan bersama
tentang masalah yang menjadi prioritas yaitu Tahapan Refrezzing belum dilaksanakan
tentang Potensi Optimalisasi fungsi komite karena panduan audit keperawatan belum di
keperawatan dalam pelaksanaan audit mutu tetapkan sebagai panduan yang sah. Tahap
profesi keperawatan. Perencanaan yang ini juga belum belum dilaksanakan karena
dibuat untuk masalah yang menjadi prioritas untuk melihat perawat mempertahankan
berupa pembuatan pedoman audit perubahan butuh proses dan waktu yang
keperawatan, pembentukkan tim auditor cukup lama. Perubahan juga tidak boleh di
Audit keperawatan, pembuatan tools dan paksakan.
panduan pelaksanaan audit keperawatan, HASIL
melaksanakan proses audit keperawatan
dimulai dari pemilihan topik, penetapan Data Demografi Perawat di RS A adalah
kriteria, pengumpulan data dan analisa data Perawat di RS A berjumlah 447 perawat
serta menetapkan perubahan, dan melakukan terdiri dari 37 (8%) perawat manajerial dan
re-audit. Pelaksanaan kegiatan prioritas 470 (92%) perawat klinis. Pendidikan
masalah dilaksanakan pada bulan 18 perawat di RS A terdiri dari magister (S2) 4
November 2019 dimulai dari persiapan orang perawat, Sarjana keperawatan (S1) 173
sampai presentasi akhir kegiatan. Rincian orang perawat, diploma (DIII) 212 orang
kegiatan yang dilaksanakan adalah perawat dan 1 orang perawat SPK.
mahasiswa meninjau kembali draft pedoman Pendidikan Kebidanan terdiridari 16 orang
audit keperawatan yang telah ada di komite bidan diploma 4 (D4), dan 28 orang bidan
keperawatan. Kemudian mahasiswa bersama diploma 3 (DIII). Jenis kelamin perawat dan
dengan dengan pembimbing akademik dan bidan 50 orang laki-laki dan 397 orang
pembimbing lapangan serta komite perempuan. Pelaksanaan analisa hasil dari
keperawatan mendiskusikan implementasi pengkajian audit keperawatan serah terima
yang akan dilaksanakan antar shift menyatakan bahwa pelaksanaan
serah terima dari malam kepagi (bersama
dengan kepala ruangan, (n:14) 50% telah
399
Dunia Keperawatan, Volume 8, Nomor 3, 2020 : 397-405
optimal dan 50% belum optimal. Pelaksanaan dalam identifikasi pasien, 6 (75%) PN tidak
serah terima perawat primer (n: 8) adalah melakukan dan belum lengkap dalam
62% telah optimal dan 38% belum optimal. melaporkan kondisi pasien dengan Metode
Pelaksanaan serah terima ketua tim (n: 17) SBAR dan 4 (50%) PN belum lengkap dalam
adalah 59% telah optimal dan 41% belum menunjukan kelengkapan alat/akses yang
optimal. Pelaksanaan serah terima perawat terpasang pada pasien.
pelaksana (n: 60) adalah 52% telah optimal
dan 48% belum optimal. Ketua Tim, (n: 17) adalah 11 (64,7%) Katim
melebihi waktu standard serah terima, 11
Hasil pelaksanaan serah terima perawat (64,7%) Katim tidak melakukan review
secara rinci beberapa hal yang belum optimal pembagian tugas, 11 (64,7%) Katim tidak
seperti serah terima dengan adanya melakukan Doa bersama, 12 (70,6%) Katim
keterlibatan kepala ruangan, (n: 14) adalah 8 tidak melakukan terminasi, 9 (52.9%) katim
(57,1%) Kepala ruangan melakukan tapi tidak melakukan kontrak awal kepada pasien,
peserta tidak lengkap pada saat melakukan 10 (58,8%) Katim belum lengkap dalam
doa dan 10 (71,4%) kepala ruangan tidak melaporkan kondisi pasien dengan Metode
melakukan dan menerima laporan penting SBAR dan 8 (47,1%) Katim tidak melakukan
dengan lengkap. Perawat Primer, (n: 8) terminasi setelah dari pasien. Perawat
adalah4 (50%) PN Melebihi standard waktu pelaksana, (n: 60) adalah 31 (56,4%) Orang
serah terima, 5 (62.5%) PN tidak melakukan PA Melebihi standard waktu serah terima, 20
member salam, memperkenalkan nama, dan (36,4%) dan 18 (32,7%) Orang PA tidak
melakukan kontrak kerja, 5 PN (62,5%) PN melakukan dan tidak lengkap member salam,
tidak melakukan dan tidak melibatkan pasien memperkenalkan nama, dan melakukan
400
Ayu V, Handiyani H, Yatnikasari A. Pelaksanaan Audit Mutu
kontrak kerja, 34 (61.8%) Orang PA belum PA, PN, Katim yang telah mencatat hal yang
lengkap dalam melaporkan kondisi pasien penting yang diserah terimakan dan telah
dengan Metode SBAR dan 7 (12,7%) dan 25 menandatanginya dan lebih banyak Kepala
(45,5%) orang PA tidak dan belum lengkap Ruangan telah mengawali serah terima tepat
dalam menunjukkan kelengkapan alat/akses waktu, telah mereview pembagian tugas,
yang terpasang pada pasien. Lebih banyak telah memberikan arahan dan telah
401
Dunia Keperawatan, Volume 8, Nomor 3, 2020 : 397-405
402
Ayu V, Handiyani H, Yatnikasari A. Pelaksanaan Audit Mutu
tujuan dari manajemen sebagai system dasar, dan menghasilkan pengembangan pada
standarisasi dan pelayanan yang dapat dokumen perawatan klinis dan memberikan
membantu meningkatkan efisiensi di rumah informasi rencana tindakan (20).
sakit (16). Langkah pertama dalam
pelaksanaan audit dapat mengidentifikasi
indicator tertentu dalam proses keperawatan KETERBATASAN
sebagai kerangka kerja untuk
mengembangkan indikator audit (17). Pada Keterbatasan dalam artikel ini adalah pada
tahap ini sangat diperlukan penetapan kriteria penetapan masalah untuk pelaksanaan audit
yang sesuai dengan dasar dalam melakukan mutu keperawatan belum fokus pada masalah
audit sehingga tidak terjadi kesalahan dalam untuk bagian komite keperawatan. Masalah
proses audit mutuprofesi. yang diambil masih secara umum dilakukan
audit keperawatan oleh komite keperawatan.
Audit keperawatan terbagi dalam beberapa Pelaksanaan ini dilakukan dengan keputusan
bagian yang digunakan sebagai alat ukur bersama dan menjadi awal untuk pelaksanaan
mutu keperawatan. Audit retrospektif audit mutu keperawatan di RS A tersebut.
dilakukan setelah klien mendapatkan
layanan, audit bersamaan dilakukan ketika
layanan diberikan dan audit prospektif ETIKA PENELITIAN
berupaya mengidentifikasi bagaimana kinerja
dimasa depan akan terpengaruh oleh Prinsip dan etika dalam penelitian ini tetap
intervensi saat ini (15). Audit retrospektif dipertahankan oleh peneliti dengan menjaga
dapat dilakukan pada data dokumentasi kerahasiaan responden dengan menjelaskan
pasien dengan memeriksa data, memastikan informed consent yang kemudian di
akurasi dan kelengkapan data pasien (18). tandatangani oleh responden.
Audit prospektif dengan penerapan system
intervensi yang baru khususnya untuk
penerimaan pasien di Emergence department KONFLIK KEPENTINGAN
memberikan peningkatan yang signifikan Tidak terjadi konflik dengan pihak manapun
untuk waktu tunggu pasien menjadi dalam penelitian ini.
berkurang dan adanya peningkatan kepatuhan
perawat terhadap standar yang diterima (19).
Pengendalian mutu keperawatan UCAPAN TERIMA KASIH
menggunakan audit keperawatan memiliki Terima kasih di ucapkan untuk setiap orang
beberapa model yang sering diterapkan. yang berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu
Model tersebut berasal dari model kepada pembimbing akademik, pembimbing
Donabedian yaitu audit hasil, proses, dan lahan, dan seluruh pihak dari RS A Jakarta
struktur. Audit hasil adalah bahwa hasil yang Barat yang telah mendukung proses kegiatan
didapat secara akurat akan menunjukkan penelitian ini.
mutu asuhan yang diberikan. Audit proses
yaitu menyediakan alat untuk mengukur
deviasi dari standar proses yang paling baik KESIMPULAN
dipraktekkan dan dapat diterima, dan
Audit mutu profesi keperawatan telah
berorientasi pada tugas dan berfokus pada
dilaksanakan di RS A. Tema Fenomena yang
apakah standar praktik terpenuhi. Audit
di angkat adalah serah terima antar shift
struktur menyatakan bahwa ada hubungan
perawat. Telah terlaksananya penyusunan
antara mutu asuhan dan struktur yang tepat.
pedoman audit mutu keperawatan di RS A,
Audit struktur mencangkup masukkan
terbentuknya tim auditor dan telah
sumber seperti lingkungan tempat layanan
tersusunnya tools dalam pelaksanaan audit
kesehatan diberikan (15). Penerapan model
keperawatan. Telah dilakukan pelaksanaan
Donabedian struktur-proses-hasil menjadi
audit mutu profesi keperawatan dengan topik
kerangka pelaksanaan audit keperawatan
serah terima antar shift dan hasilnya bahwa
yang memberikan titik awal yang bermanfaat
403
Dunia Keperawatan, Volume 8, Nomor 3, 2020 : 397-405
404
Ayu V, Handiyani H, Yatnikasari A. Pelaksanaan Audit Mutu
405