Anda di halaman 1dari 21

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

KETERAMPILAN KETEGASAN (ASSERTIVENESS)

Dosen Pengampu : Andi Wahyu Irawan, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Annisa Anggi Khoirina ( 1905096006 )

Nursaidah Maulida ( 1905096009 )

Nurul Afifah ( 1905096012 )

Santi Rahma Wati ( 1905096016 )

Yuyun Kafidhotul Hikmah ( 1905096026 )

Triliani ( 1905096029 )

Ratna ( 1905096033 )

Maria Kristin Sania ( 1905096037 )

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami
pada akhirnya bisa menyelesaikan makalah tentang “Keterampilan Ketegasan
(Assertiveness)” tepat pada waktu.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Andi Wahyu Irawan, S.Pd,
M.Pd selaku dosen di mata kuliah Komunikasi Antar Pribadi yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingannya sehingga makalah ini dapat disusun
dengan baik.

Semoga makalah yang kami susun ini dapat memperkaya ilmu serta dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca. Selayaknya kalimat yang
menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami menyadari bahwa
masih memiliki banyak kekurangan pada makalah kami. Maka dari itu kami
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca sekalian demi penyusunan
makalah dengan tema serupa yang lebih baik lagi.

Samarinda, 01 November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Assertiveness............................................................................6
2.2 Fungsi Assertiveness........................................................................................7
2.3 Tahap Assertiveness........................................................................................8
2.4 Gaya Assertiveness........................................................................................15
2.5 Tipe Assertiveness.........................................................................................18
BAB III PENUTUP..............................................................................................20
3.1 Kesimpulan...................................................................................................20
3.2 Saran........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial. antara individu yang satu dengan
yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu
dengan yang lain merupakan suatu gejala yang wajar dalam kehidupan. Dalam
hubungan tersebut komunikasi merupakan salah satu komponen yang penting.
Corak komunikasi akan banyak ditentukan oleh latar belakang orang yang
berkomunikasi. seperti kebiasaan dan kepribadian. Agar komunikasi
berlangsung secara efektif seseorang perlu memiliki kemampuan asertif.
Kemampuan asertif adalah kemampuan untuk mengungkapkan perasaan
seseorang dan menegaskan hak- hak seseorang tetap menghargai perasaan dan
hak orang lain. Kemampuan Asertif disintetiskan menjadi lima aspek yaitu
aspek ketegasan. tanggung jawab, percaya diri. kejujuran.dan menghargai
orang lain.
Perilaku asertif perlu untuk dimiliki siswa, karena dapat membantu siswa
dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan berperilaku asertif bisa
membina hubungan yang lebih akrab dan jujur, dapat berkomunikasi secara
wajar dan terbuka, percaya diri dan tenang dalam menghadapi kritik dan
memberi kesempatan bagi orang lain untuk menyampaikan pendapat dengan
mempertahankan pendapat sendiri

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar assertiveness ?
2. Apa saja fungsi dari assertiveness ?
3. Apa saja tahapan assertivenesss ?
4. Apa saja gaya assertiveness ?
5. Apa saja tipe dari assertiveness ?

4
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar dari assertiveness.
2. Untuk mengetahui fungsi dari assertiveness.
3. Untuk mengetahui tahapan dari assertiveness.
4. Untuk mengetahui gaya assertiveness.
5. Untuk mengetahui tipe dari assertiveness.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Assertiveness


Jika dilihat dalam kamus maka kata assertive mempunyai arti tegas dan
untuk assertiveness artinya ketegasan. Menurut MacNeilage dan Adams,
Asertif merupakan suatu tingkah laku interpersonal, yang terdiri dari
komunikasi secara langsung, terbuka, dan jujur yang kemudian menunjukkan
pertimbangan serta penghormatan terhadap individu lain (Hamzah & Ismail,
2008:11). Mereka juga menyatakan bahwa assertivitas merupakan suatu
proses untuk menghilangkan hambatan personal, sehingga kemudian individu
tersebut dapat mengembangkan kreativitasnya. Karena assertivitas merupakan
salah satu cara yang efektif untuk mencapai kebebasan diri dan rasa
kepercayaan diri. Perilaku Asertif ini akan muncul ketika individu melakukan
hubungan interpersonal dengan individu lain. Dimana dalam hubungan
tersebut terdapat rasa nyaman pada kedua belah pihak. Nyaman dengan
dirinya sendiri ditunjukkan dengan tidak terlalu berlebihan pada emosinya,
memiliki toleransi, mempunyai self-respect, dan mempunyai kemampuan
dalam menghadapi masalah. Sedangkan maksud dari nyaman terhadap orang
lain, artinya mampu memberikan kasih, mampu menerima perhatian orang
lain, mempunyai hubungan personal yang memuaskan, serta suka dan percaya
terhadap orang lain.
Berdasarkan pendapat lain, yaitu menurut Galassi dan Galassi, sikap
asertif merupakan pengungkapan secara langsung kebutuhan, keinginan, dan
pendapat seseorang tanpa menghukum, mengancam, apalagi menjatuhkan
orang lain. Asertif juga meliputi upaya untuk mempertahankan hak mutlak
orang lain. Kesimpulannya, Asertif merupakan sikap dimana seseorang
tersebut dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang apa yang dirasakan
serta fikiran tanpa mengganggu hak-hak orang lain, dimana dalam komunikasi
tersebut disertai dengan kejujuran tanpa ada yang dibuat-buat atau manipulasi
dengan maksud merugikan orang lain.

6
Untuk melatih perilaku asertif maka terdapat assertive training, atau
pelatihan asertif. Merupakan pelatihan keterampilan-sosial yang diberikan
pada individu dengan gangguan kecemasan, tidak mampu mempertahankan
haknya, terlalu lemah, membiarkan orang lain merongrong dirinya, tidak
mampu mengekspresikan amarahnya atau emosinya dengan benar, serta
mudah tersinggung. Assertive Training merupakan teknik dalam konseling
behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan untuk
menyatakan perasaannya. Kemudian menurut Farid Mashudi, Assertive
Training juga merupakan teknik yang bertujuan unuk melatih keberanian
individu dalam mengekspresikan tingkah laku tertentu yang diharapkan.

2.2 Fungsi Assertiveness


Keterampilan Asertivenes memiliki sembilan fungsi utama. Sebagian besar
berhubungan dengan kemampuan individu untuk merespons secara efektif
dengan cara yang tegas. Namun, terkait dengan repertoar perilaku adalah
fungsi yang berkaitan dengan perlindungan hak pribadi, penghormatan
terhadap hak orang lain, pengembangan perasaan percaya diri, dan efikasi diri
untuk dapat merespon dalam mode melindungi diri. Jenis ketegasan yang
digunakan dapat menentukan sejauh mana masing-masing fungsi ini
terpenuhi, sehingga pengetahuan tentang jenis ketegasan sangat penting
selama pertemuan sosial. Selain itu, faktor pribadi dan kontekstual juga
memainkan peran penting dalam menentukan efektivitas tanggapan asertif.

2.2.1 Penilaian negatif dan positif


Penegasan negatif terdiri dari enam komponen utama;
a. Membuat permintaan yang wajar
b. Menolak permintaan yang tidak diinginkan atau tidak masuk akal
c. Meminta orang lain untuk mengubah perilaku mereka
d. Memberikan pendapat pribadi walaupun tidak populer
e. Mengungkapkan ketidaksetujuan atau perasaan negatif
f. Menanggapi kritik orang lain

7
Penegasan positif juga melibatkan enam aspek utama;
a. Mengungkapkan perasaan positif
b. Menanggapi perasaan positif yang diungkapkan oleh orang lain
c. Memberikan pujian
d. Menerima pujian dengan anggun
e. Mengakui kesalahan atau kekurangan pribadi
f. Memulai atau mempertahankan interaksi

2.2.2 Fungsi ketegasan


Tanggapan tegas membantu individu untuk;
a. Memastikan bahwa hak pribadi mereka tidak dilanggar
b. Menahan permintaan yang tidak masuk akal dari orang lain
c. Membuat permintaan yang masuk akal dari orang lain
d. Menangani penolakan yang tidak masuk akal dari orang lain secara
efektif
e. Mengakui hak pribadi orang lain
f. Mengubah perilaku orang lain terhadap mereka
g. Menghindari konflik agresif yang tidak perlu
h. Dengan percaya diri, dan terbuka, mengkomunikasikan posisi mereka
daalam keadaan apapun
i. Mempertahankan dan mengembangkan rasa efikasi diri (mengacu
pada kepercayaan individu akan kemampuannya untuk sukses
melakukan sesuatu).

2.3 Tahap Assertiveness


a. Fokus diri

Pertama, individu harus terlibat dalam apa yang Kowalski (1996) sebut
sebagai 'perhatian fokus pada diri sendiri '. Proses fokus diri ini melibatkan
pemantauan dan evaluasi perilaku diri sendiri dan orang lain. Tanpa
kesadaran akan nuansa atau suasana komunkasi interpersonal, keberhasilan

8
dalam penegasan atau bahkan dalam keterampilan sosial apa pun tidak
mungkin terjadi. Seperti yang kita lihat, beberapa orang tidak menyadari
bahwa mereka diperlakukan dengan menyedihkan, sementara di sisi lain ada
yang (agresif),yang tidak tahu betapa menjengkelkannya mereka di mata
orang lain.

b. Pengetahuan tentang hak

Mengingat individu memiliki kapasitas untuk fokus pada diri sendiri,


prasyarat berikutnya adalah pengetahuan tentang hak pribadi. Untuk
melindungi hak-hak kita, pertama-tama kita harus tahu apa itu hak peribadi.
Dalam banyak situasi, tidak selalu jelas apa sebenarnya hak seseorang itu.
Oleh karena itu, terkadang perlu berkonsultasi dengan orang lain untuk
mengukur pandangan mereka tentang pelanggran hak pribadi. Proses
konsultasi ini disebut pengujian realitas yang mungkin melibatkan proses
meminta nasihat orang lain tentang apa sebenarnya hak pribadi itu atau
tentang persepsi mereka tentang perilaku Anda. Ada bukti yang
menunjukkan bahwa individu yang tegas mungkin memiliki kesadaran yang
lebih besar tentang apa sebenarnya peran pekerjaan mereka. Dalam sebuah
studi tentang pekerja sosial di Israel, Rabin dan Zelner (1992) menemukan
bahwa ketegasan dalam lingkungan kerja secara signifikan dan positif
berkorelasi dengan kejelasan peran dan kepuasan kerja. Memahami
parameter pekerjaan seseorang akan tampak bahwa kita memfasilitasi
perlindunga hak pribadi, yang pada gilirannya berkontribusi pada
peningkatan kebahagiaan dalam lingkungan pekerjaan.

Dalam kaitannya dengan hak aktual, Zuker (1983) menghasilkan RUU


Hak Asertif yang umum untuk individu, termasuk hak untuk:

 diperlakukan dengan hormat;


 memiliki dan mengungkapkan perasaan dan pendapat pribadi;
 didengarkan dan dianggap serius;
 menetapkan prioritas sendiri;

9
 mengatakan tidak tanpa merasa bersalah;
 meminta apa yang diinginkan;
 mendapatkan apa yang dibayar;
 membuat kesalahan;
 menegaskan diri sendiri meskipun mungkin membuat orang lain tidak
nyaman;
 memilih untuk tidak menonjolkan diri.
c. Keyakinan positif tentang pernyataan

Keyakinan kita tentang perilaku asertif sangat penting. Seperti yang


diungkapkan oleh Mnookin dkk. (1996: 221) 'Ketegasan juga mengandaikan
harga diri atau kepentingan keyakinan seseorang itu valid dan sah untuk
memuaskan mereka". individu yang percaya bahwa seseorang harus selalu
melakukan apa yang dikatakan atasannya atau konsekuensi negatifnya akan
bertambah. Sebelum orang ini bisa bersikap tegas secara efektif, keyakinan
ini harus diganti dengan yang baru. Sebagai contoh, akan selalu sah jika kita
meminta alasan yang tepat ketika kita diminta melakukan sesuatu yang
tampaknya tidak masuk akal. Piccinin dkk. (1998) melakukan studi dengan
mahasiswa Kanada tentang kemampuan mereka untuk mengkritik orang lain.
Mereka menemukan bahwa seseorang yang memiliki asertif tinggi, lebih
percaya diri pada kemampuan mereka untuk mengkritik perilaku orang lain
secara efektif, percaya bahwa lebih cenderung menghasilkan hasil yang
positif, dan kurang khawatir tentang kemungkinan konsekuensi negatif dari
perlakuan mereka. Dari penelitian sebelumnya Piccinin et al.
mengidentifikasi lima perilaku yang dikaitkan dengan kualitas kritik.
Berikut akan diilustrasikan contoh yang berkaitan dengan situasi kerja di
mana satu orang terlalu kedinginan. \

 Penggunaan bahasa “Saya”. Misalnya, akan lebih baik menggunaan


kalimat 'Saya melihat jendela terbuka lebar...’ daripada menggunakan
kalimat 'Kamu meninggalkan jendela terbuka lebar… ’).

10
 Menentukan masalah dengan jelas. Misalnya, akan lebih baik
menggunakan kaliamat, 'Saya tidak bisa bekerja karena saya
kedinginan' daripada menggunakan kaliamt 'Itu dingin'.
 Menunjukkan empati. Misalnya,menggunakan kalimat ‘Aku tahu kamu
suka udara segar’.

 Bidirectionality, atau 'roundedness' ('Anda kuat dan bisa bertahan di


kutub ekspedisi, tapi terlalu dingin bagiku di sini ').

 Menyarankan perubahan eksplisit (‘Harap tutup jendela’).

Menariknya, menggunakan kriteria Piccinin et al. tidak menemukan


perbedaan antara asertif tinggi dan asertif rendah pada kualitas tanggapan.
Hasil ini menegaskan penelitian sebelumnya bahwa penentu penting dari
penegasan adalah motivasi untuk bertindak daripada kurangnya pemahaman
bagaimana menjadi tegas. Mereka yang sangat cemas secara sosial lebih
cenderung tidak bersikap tegas, memiliki keinginan yang kuat untuk
membuat kesan yang baik tetapi juga meragukan kemampuan mereka untuk
berprestasi keadaan yang diinginkan ini (Leary dan Kowalski, 1995). Ini
dikonfirmasi dalam sebuah penelitian oleh Gudleski dan Shean (2000), yang
menemukan bahwa individu yang depresi menilai diri mereka sendiri lebih
rendah daripada orang yang tidak depresi pada ketegasan, tetapi secara
signifikan lebih tinggi ukuran kepatuhan dan kebutuhan untuk
menyenangkan orang lain. Anderson (1997) juga menemukan bahwa mereka
yang paling mengalami kecemasan paling tidak tegas dalam hal keduanya,
yakni perilaku verbal dan nonverbal. Demikian juga mereka yang memiliki
ciri kepribadian tinggi memiliki keramahan yang kurang dan cenderung hal
itu seperti cara mereka untuk menegaskan diri mereka sendiri, ketika ada
individu yang tidak kritis, percaya dan membantu (Kowalski, 1996).Temuan
penelitian ini menggambarkan bagaimana perubahan keyakinan dan
ekspektasi dapat terjadi sekaligus menjadi prasyarat untuk perubahan
perilaku asertif. Proses kognitif restrukturisasi penting bagi orang dengan

11
keyakinan yang tidak pantas (memandang diri tidak pantas). Restrukturisasi
tersebut termasuk perubahan dalam instruksi diri, yaitu pernyataan diri saat
membuat keputusan tentang respons mana yang harus dilakukan. Kern
(1982) menemukan bahwa individu yang tidak tegas memiliki frekuensi
pernyataan diri negatif yang lebih tinggi dan keyakinan yang lebih besar
bahwa perilaku mereka akan menimbulkan konsekuensi negatif. Jadi,
individu penurut menggunakan pernyataan diri seperti 'Dia tidak akan
menyukai saya jika saya menolak', daripada 'Saya memiliki hak untuk
menolak.

Dalam hal dialog intrapersonal, tampaknya juga ada perbedaan dalam


penggunaan penguatan diri. Orang yang tidak tegas menjadi lebih negatif
dalam mengevaluasi diri atas atas kinerja mereka. Orang yang tunduk lebih
cenderung berpikir 'Saya terdengar mengerikan dan gagap. Dia mungkin
menertawakanku sekarang. " Sebaliknya, individu yang tegas cenderung
lebih positif, misalnya, 'Saya senang saya katakan tidak. Dia tidak akan
menggangguku lagi '.

d. Pengakuan pelanggaran hak

Individu juga harus mengakui bahwa hak pribadinya telah dilanggar. Satu
Studi menemukan bahwa orang yang tidak tegas cenderung membutuhkan
lebih banyak waktu untuk memahami dan mengasimilasi informasi dan
membuat keputusan tentang bagaimana menanggapi, dan menyimpulkan,
'Jika individu tertinggal pada langkah awal ini dalam proses menegaskan diri
mereka sendiri, kemudian mereka mungkin lebih mungkin kehilangan
kesempatan untuk menjadi tegas '(Collins et al., 2000: 931). Dengan
demikian pada saat individu yang patuh menyadari bahwa hak mereka
memang telah dilanggar, mungkin sudah terlambat untuk memperbaiki
situasi. Mengutip judul Collins dkk. artikel, ini adalah kasus 'Mereka yang
ragu-ragu kalah'. Individu yang tunduk juga lebih mungkin untuk melihat
perilaku orang lain secara tidak akurat, misalnya, menganggap permintaan

12
yang tidak masuk akal sebagai hal yang wajar. Orang seperti itu dianggap
'mudah menyentuh 'dalam hal meminjam barang, melakukan pekerjaan
ekstra, dll., karena selalu demikian siap membantu. Ada saatnya ketika
membantu berubah menjadi digunakan, dan orang perlu belajar tidak hanya
untuk dapat menarik garis antara keduanya, tetapi juga untuk belajar
memahami perilaku orang lain secara lebih akurat, agar membedakan antara
permintaan yang wajar dan permintaan yang tidak wajar.

e. Ketidaksesuaian situasi sekarang

Kita harus mengalami ketidakpuasan dengan keadaan sekarang ini.


Lundgren dan Rudawsky (2000) mencatat dua ciri penting dalam
menentukan tanggapan yang tegas, yakni pentingnya masalah tersebut dan
kekuatan perasaan negatif.

Kedua hal ini terkait karena dengan masalah yang lebih penting kita
cenderung merasa lebih tidak puas atau sedih ketika hak kita dinegasikan.
Dengan demikian pengaruh penting dalam ketegasan.

Sebagai contoh, saat mengantre di luar teater, kita mungkin akan


memperhatikan betul seseorang yang melompati antrean. Tatapi jika saat itu
adalah malam yang hangat dan kita mengobrol bahagia dengan teman kencan
kita, suasana hati kita mungkin menjadi sedemikian rupa sehingga saat kita
melihat seseorang melompati (memotong) antrean kita akan berpikir 'apa-
apaan' dan mengabaikannya. Atau jika kita harus menunggu lama di tengah
hujan dan menjadi kesal, kita mungkin menantang pelompat antrean dengan
sangat tegas.

f. Ketersediaan tanggapan tegas

Supaya bisa tegas, pertama-tama kita harus sadar akan respon alternatif
apa yang tersedia dan belajar bagaimana menggunakannya.

g. Peneletian unilitas respons

13
Sebelum kita meminta tanggapan tegas, kita harus menilai kegunaan dari
hal itu. Sifat situasi telah terbukti menjadi aspek penting dalam membuat
keputusan untuk menjadi tegas (Piccinin et al., 1998). Jika kita memutuskan
bahwa pernyataan tersebut adalah respons yang sah dalam situasi ini dan
akan menghasilkan manfaat positif jangka panjang untuk hubungan (sebagai
lawan, misalnya, hanya untuk jangka pendek perubahan perilaku), maka kita
cenderung memilih alternatif ini.

Namun, penegasan tidak selalu menjadi pilihan paling tepat dalam setiap
situasi. Dari evaluasi berbagai kelompok profesional, telah dipastikan
sejumlah konteks yang lebih sulit untuk bersikap tegas, yakni :

 di rumah atau kantor orang lain;


 di negara atau sub-budaya asing;
 saat sendirian dan bukan dengan teman atau kolega;
 dengan atasan di tempat kerja;
 dengan profesional lain dengan status dan kekuasaan yang lebih tinggi
 ketika dipromosikan ke posisi otoritas atas mereka yang sebelumnya
berteman dan rekan kerja;
 dengan orang tua;
 dengan orang yang sakit parah atau parah dan kerabat mereka;
 dengan mereka yang berada dalam kemiskinan atau dalam
kekurangan sosial yang parah;
 dengan teman atau rekan kerja dekat;
 dengan lawan jenis;
 dengan mereka yang cacat.

Kegunaan pernyataan dalam situasi ini lebih cenderung dievaluasi


secara negatif. Selain itu, setidaknya ada tiga konteks luas di mana
mungkin lebih terampil tidak tegas.

14
1. Berinteraksi dengan individu yang sangat sensitif
Jika karena Anda bersikap tegas seseorang mungkin akan
meneteskan air mata, atau mungkin menyerang Anda secara fisik maka
suatu hal yang bijaksana untuk bersikap tidak tegas, terutama jika
pertemuan itu hanya sekali. Jadi, dicontoh yang digunakan
sebelumnya, jika pelompat antrean adalah pria besar yang mabuk,
mengucapkan umpatan dan mengayunkan pisau, kita dapat dengan
tepat memutuskan bahwa ada utilitas negatif untuk tanggapan yang
tegas.
2. Melihat bahwa seseorang berada dalam situasi yang sulit
Jika Anda berada di restoran yang sibuk dan mengetahui bahwa
seorang pelayan baru baru saja dipekerjakan, kemungkinan besar Anda
akan mengabaikan masalah tertentu, seperti seseorang yang datang
kemudian dilayani sebelumnya kamu. Di sini pantas untuk tidak
tegas, karena hak pribadi tidak sengaja ditolak, dan bersikap tegas
dapat menyebabkan stres yang tidak semestinya bagi orang lain orang.
Demikian pula, jika orang lain berasal dari budaya yang berbeda, dan
mungkin tidak sepenuhnya memahami norma-norma situasi saat ini,
Anda dapat memutuskan untuk tidak mengadopsi sikap asertif.
3. Memanipulasi orang lain
Beberapa wanita mungkin dengan sengaja menggunakan gaya
tidak berdaya untuk mencapai tujuan mereka, misalnya untuk
mendorong laki-laki mengubah flat ban di mobil mereka. Demikian
pula, pria mungkin melakukan hal yang sama. Jika dihentikan oleh
polisi berikut pelanggaran ringan lalu lintas, biasanya bijaksana untuk
bersikap tidak tegas (‘Saya sangat buruk, maaf petugas, tapi saya baru
saja membeli mobil ini… '), karena perilaku seperti itu lebih
kemungkinan untuk mencapai manfaat positif

2.4 Gaya Assertiveness

15
Untuk memahami sepenuhnya konsep ketegasan, gaya menanggapi ini
perlu dibedakan dari pendekatan lain. Tiga gaya inti yang relevan di sini,
yaitu nonassertion, assertion, dan agresi.

a. Nonassertion
 Tidak tegas
 Ragu-ragu dan menyangkal;
 Berbicara dengan lembut;
 Berpaling;
 Cenderung gelisah dengan gugup;
 Menghindari masalah;
 Setuju terlepas dari perasaan pribadi;
 Tidak mengungkapkan pendapat;
 Menghargai diri sendiri di bawah orang lain;
 Kurang percaya diri;
 Menderita luka pribadi untuk menghindari kemungkinan menyakiti
orang lain

Tujuannya di sini adalah untuk menenangkan orang lain dan menghindari


konflik dengan cara apa pun. Ini dapat digambarkan sebagai gaya 'Uriah
Heep', seperti yang dilambangkan dalam DavidCopperfield karya Charles
Dickens di mana Uria menjelaskan bagaimana dia dibesarkan: 'menjadi
rendah hati kepada orang ini, dan jatuh pada itu; dan menarik topi kami di
sini, dan membuat busur di sana; dan selalu mengetahui tempat kita, dan
merendahkan diri di hadapan atasan kita.

Gaya ini telah disebut sebagai pelindung oleh Schutz (1998), yang
mencatat bahwa orang-orang seperti itu:

 Cenderung mengindari public


 Penggunaan pengungkapan diri minimal
 Rendah hati

16
 Menggunakan strategi self-handicappin
 Lebih suka memainkan peran

b. Assertion

Tanggapan tegas melibatkan membela diri sendiri, namun


mempertimbangkan orang lain. Gaya asertif meliputi:

 Menjawab secara spontan;


 Berbicara dengan nada dan volume percakapan namun tegas;
 Melihat oranglain;
 Menangani masalah utama;
 Mengungkapkan perasaan dan pendapat pribadi secara terbuka dan
percaya diri;
 Menghargai diri sendiri sama dengan orang lain;
 Bersiap untuk mendengarkan sudut pandang orang lain;
 Tidak menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

Tujuannya di sini adalah untuk mencoba memastikan permainan yang adil


bagi semua orang.

c. Agresi

Agresi didefinisikan sebagai penyampaian oleh satu individu dari


rangsangan berbahaya yang dimaksudkan untuk menyebabkan kerugian bagi
orang lain (Geen, 1990). Dalam situasi sosial, respons agresif mencakup
penggunaan permintaan, arahan yang blak-blakan, ancaman, ejekan atau
pelecehan — yang semuanya melanggar hak orang lain. Salah satu bentuk
agresi adalah berbicara dengan keras.

17
Ketiga gaya ini dapat dicontohkan dalam kaitannya dengan situasi di mana
Anda diminta untuk meminjam buku yang tidak ingin Anda pinjamkan:

1. 'Um ... Berapa lama Anda membutuhkannya? Hanya saja ... ah ... aku
mungkin membutuhkannya untuk sebuah tugas. Tapi ... jika tidak lama ...
'(Nonassertion).
2. 'Maafkan aku. Saya ingin membantu Anda, tetapi saya membeli buku ini jadi
saya akan selalu merujuknya, jadi saya tidak pernah meminjamkannya
kepada siapa pun. '(Assertion).
3. 'Tidak. Mengapa Anda tidak membeli buku sialan Anda sendiri!? '(Agresi).

2.5 Tipe Assertiveness

Ada lima tipe perilaku asertif.

a. Pernyataan dasar
Ini melibatkan ekspresi sederhana untuk membela hak, kepercayaan,
perasaan, atau pendapat pribadi. Misalnya, ketika disela, memberikan
ekspresi tegas contohnya adalah: 'Maaf, saya ingin menyelesaikan apa
yang saya katakan.
b. Pernyataan empati
Jenis pernyataan ini menyampaikan kepekaan terhadap orang lain, dengan
membuat pernyataan yang menyampaikan pengakuan atas situasi atau
perasaan orang lain sebelum membuat pernyataan tegas. Jadi, contoh
pernyataan empati terhadap interupsi adalah
'Saya tahu Anda ingin menyampaikan pandangan Anda, tetapi saya ingin
menyelesaikan apa yang saya katakan.'
c. Meningkatkan pernyataan.
Di sini individu mulai dengan membuat tegas minimal tanggapan, dan jika
orang lain gagal menanggapi hal ini, secara bertahap meningkatkan atau
meningkatkan derajat ketegasan yang digunakan. Seseorang yang

18
dikunjungi di rumah oleh penjual yang 'memaksa' dapat menggunakan
ketegasan yang meningkat sebagai berikut
Level 1: 'Tidak, saya telah memutuskan bahwa saya tidak ingin membeli
ini produk.
Level 2: 'Tidak, seperti yang sudah saya katakan, saya tidak membeli
satupun.
Level 3: 'Begini, saya sudah memberitahu Anda dua kali bahwa
jawabannya tidak. Saya memintamu pergi sekarang.
d. Penegasan konfrontatif.
Ini digunakan ketika seseorang tidak melakukan apa yang telah disepakati
sebelumnya. Ini melibatkan dengan tegas mengingatkan orang tersebut apa
yang telah disetujui, dan membandingkan ini dengan apa yang sebenarnya
terjadi. Pembicara kemudian dengan jelas menyatakan apa yang harus
dilakukan orang lain sekarang (misalnya, 'Anda bilang Anda akan laporan
menyelesaikan selambat-lambatnya hari Selasa. Sekarang hari Kamis dan
Anda masih belum memproduksinya. Saya ingin Anda menyelesaikannya
pada pukul 16.00 hari ini.’)
e. Pernyataan bahasa
Di sini pembicara secara obyektif menggambarkan perilaku lawan bicara,
bagaimana hal ini mempengaruhi kehidupan atau perasaan pembicara dan
mengapa orang lain harus mengubah perilaku ini. Dalam kasus gangguan,
bahasa tanggapan tegas dalam adalah: 'Ini keempat kalinya Anda mencela
saya dalam beberapa menit terakhir. Ini membuat saya merasa bahwa
Anda tidak tertarik dengan apa yang saya katakan, dan saya merasa sedikit
sakit hati dan kesal. Saya ingin Anda mengizinkan saya menyelesaikan apa
yang saya ingin katakan Pernyataan ini juga mengandung Bahasa-Ia Anda,
yang cenderung dianggap menyalahkan atau menuduh orang lain dan
dapat mengakibatkan defensif reaksi.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asertif merupakan sikap dimana seseorang tersebut dapat berkomunikasi


dengan orang lain tentang apa yang dirasakan serta fikiran tanpa mengganggu
hak-hak orang lain, dimana dalam komunikasi tersebut disertai dengan
kejujuran tanpa ada yang dibuat-buat atau manipulasi dengan maksud
merugikan orang lain.

Fungsi utama dari keterampilan assertiveness yaitu sebagian besar


berhubungan dengan kemampuan individu untuk merespons secara efektif
dengan cara yang tegas, dan fungsi yang berkaitan dengan perlindungan hak
pribadi, penghormatan terhadap hak orang lain, pengembangan perasaan
percaya diri, dan efikasi diri untuk dapat merespon dalam mode melindungi
diri.

Ada pun beberapa tahapan dari keterampilan assertiveness yaitu : fokus


diri; pengetahuan tentang hak; keyakinan positif tentang pernyataan;
pengakuan pelanggaran hak; ketidakpuasan dengan situasi sekarang;
ketersediaan tanggapan tegas; dan penilaian utilitas respons.

Selain itu terdapat gaya dan tipe assertiveness. Gaya assertiveness


meliputi nonasertion, asertion, dan agresi. Tipe assertiveness yaitu :
pernyataan dasar; pernyataan empati; meningkatkan pernyataan; penegesan
konfrontatif; dan pernyataan bahasa.

20
3.2 Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini, kami berharap agar kita sebagai
calon konselor dapat menguasai keterampilan assertiveness. Kami juga
berharap bahwa materi ini dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari
oleh pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Owen, Hargie.,Dickson,D.(2003). A Skill Model of Interpersonal Communication.


Skilled interpersonal communication : Research, theory and practice

21

Anda mungkin juga menyukai