iii
1
BAB 1. PENDAHULUAN
hak dan perasaan-perasaan siswa lain maupun dirinya sendiri, waktu dan
tempatnya. (Azis, 2015)
Assertive training merupakan suatu makna pelatihan yang diadakan untuk
membentuk perilaku seseorang menjadi berperilaku yang assertive. Assertive
suatu kemampuan yang mengekspresikan hak, pikkiran, persaan, jujur, terhormat
dan tidak mengganggu hak orang lain.
Pelatihan asertivitas terbukti efektif untuk meningkatkan keterampilan
interpersonal siswa (Trisnaningtias, 2010), mereduksi kebiasaan merekok
(Fidiyanti, 2009:125), meningkatkan kedisiplinan siswa (Oktariana, 2012:135),
meningkatkan self esteem dan prestasi akademik siswa (Mona, 2010),
meningkatkan keterampilan perilaku asertif dan mengurangi kecemasan interaksi
sosial (Mousa, 2011), peningkatan harga diri (Sipayung, 2007).
Akbari (2012:12) dalam penelitiannya bahwa “pelatihan asertivitas pada
masa remaja berfungsi untuk mengurangi kebimbangan, memecahkan masalah,
menyelesaikan konflik, dan mengembang-kan cara-cara pengambilan keputusan”.
Fensterheim (1980) mengatakan orang yang berperilaku asertif memiliki 4 ciri
yaitu merasa bebas untuk mengemukakan emosi yang dirasakan melalui kata dan
tindakan. Misalnya “inilah diri saya, inilah yang saya rasakan dan saya inginkan”.
Dapat berkomunikasi dengan orang lain, baik dengan orang yang tidak dikenal,
sahabat, dan keluarga. Dalam berkomunikasi relatif terbuka, jujur, dan
sebagaimana mestinya. Mempunyai pandangan yang aktif tentang hidup, karena
orang asertif cenderung mengejar apa yang diinginkan dan berusaha agar sesuatu
itu terjadi serta sadar akan dirinya bahwa ia tidak dapat selalu menang, maka ia
menerima keterbatasannya, akan tetapi ia selalu berusaha untuk mencapai sesuatu
dengan usaha yang sebaik-baiknya dan sebaliknya orang yang tidak asertif selalu
menunggu terjadinya sesuatu. Bertindak dengan cara yang dihormatinya sendiri.
Maksudnya karena sadar bahwa ia tidak dapat selalu menang, ia menerima
keterbatasan namun ia berusaha untuk menutupi dengan mencoba
mengembangkan dan selalu belajar dari lingkungan.
Hamoud (2011:1086) dalam Journal of American Science menjelaskan
bahwa “pelatihan asertivitas adalah pendekatan sistemik untuk ekspresi diri lebih
tegas, didasarkan pada keseimbangan antara pencapaian tujuan sendiri dan
menghormati kebutuhan orang lain”
Dalam hal itu perilaku asertif itu ialah hal yang sangat diperlukan agar
kita lebih mengenal diri dan lebih jujur dalam membina suatu hubungan dengan
sesama. Dengan melalui asertivitas yang kita miliki, kita dapat belajar untuk lebih
menghargai diri sendiri dan orang lain, mengekspresikan perasaan postif dan
negatif, percaya diri, mau mendengarkan orang lain, mengembangkan kontrol diri,
mengembangkan kemampuan untuk menolak tanpa merasa bersalah atau tanpa
menyinggung perasaan orang lain dan dapat berani meminta bantuan orang lain
ketika membutuhkan. Dengan begitu jelas bahwa assertive itu menyangkut sikap
3
dan perilaku seseorang, seorang yang tegas dapat diartikan dia orang yang
assertive.
1. Pada saat anak mulai memasuki usia remaja merupakan fase awal
pembentukan jati diri, sehingga diperlukan kondisi lingkungan sekolah yang
kondusif serta mampu menunjang kegiatan belajar-mengajar siswa.
2. Lingkungan sekolah yang tidak kondusif bagi siswa SMK PAB 2
Helvetia Jdapat membentuk perilaku yang tidak diharapkan seperti malas belajar,
datang sekolah terlambat, dan tidak disiplin. Terbukti dalam hal disiplin pakaian
sekolah yang dirasa sudah melenceng dari standar seragam sekolah pelajar SMP.
3. kurang pedulinya guru Bimbingan konseling dalam memberikan
sosialisasi didalam sekolah.
1.4. Luaran
Luaran yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah :
1. Laporan Kemajuan
2. Laporan Akhir
3. Artikel Ilmiah yang akan dipublikasikan di jurnal Litera
4. Program berbentuk Pendampingan kepada guru bimbingan dan konseling di
SMK PAB 2 Helvetia untuk menerapkan teknik Assertive
Latar belakang siswa dan siswi di SMK PAB Helvetia rata-rata dari
kalangan menegah ke bawah. Sebagian besar siswa SMK PAB Helvetia berasal
dari keluarga berpendidikan yang rendah, masyarakat kurang mampu, dan banyak
penerima KIP (Kartu Indonesia Pintar). Zahid (2011) mengungkapkan bahwa
penting untuk memperhatikan berbagai faktor di dalam sekolah yang
memengaruhi prestasi belajar. Iklim sekolah dan latar belakang keluarga yang
dinyatakan memiliki hubungan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan
berbagai latar belakang yang sangat beragam di sekolah ini dan iklim sekolah
yang kondusif perlu untuk ditingkatkan kembali, maka dari itu program
kreativitas mahasiswa di bidang pengabdian kepada masyarakat ini akan
dilakukan di SMK PAB Helvetia
Analisis pendahuluan
Simulasi
Bimbingan
Pendampingan
Untuk pelatihan asertivitas dengan Aplikasi Assertive The Best dan teknik
metode roll playing dapat dilakukan selama 4 bulan, dimana 1 kali pertemuan itu
digunakan untuk Analisis, 1 bulan untuk pembuatan aplikasi untuk mengukur
perilaku siswa tersebut, 2 pertemuan digunakan untuk tahap simulasi, tahap
bimbingan dilakukan 3 kali pertemuan, tahapan keempat (pendampingan)
dilakukan pada 3 pertemuan yang ditujukan untuk guru bimbingan konseling. dan
evaluasi dilakukan disetiap akhir kegiatan. Dalam pertimbangan tim
menggunakan distiap akhir pertemuan dilakukan evaluasi karena dalam tim dapat
mengamati keterampilan apa yang telah dipelajari. Berdasarkan hasil pengamatan
siswa dapat mampu menerapkan keterampilan yang sudah dipelajari seperti hal
nya mengungkapkan perasaan negatif, afirmasi diri dan mengungkapkan perasaan
positif dengan metode bermain peran (Roll playing). Pembuatan artikel imiah
dilakukan selama 3 kali pertemuan.
7
ilmiah
DAFTAR PUSTAKA
Azis, A. R. (2015). Efektivitas Pelatihan Asertivitas untuk Meningkatkan Perilaku
Asertif Siswa Korban Bullying. 3, 8–14.
Corey, G. 2005. Theory and Practice of Counseling & Psychotherapy. Belmont:
Thomson.
Corey, G. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Cowood, R. 1997. And Asserts That for Companies to Survive.
Daryono. 2011. Program Bimbingan & Konseling Komprehensif dalam Upaya
Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa SMA.Tesis. Tidak
Diterbitkan. Bandung : UPI.
Depdiknas. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Pelayanan Bimbingan dan
Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.
Mahmud M. 2005. Desain Penelitian. Alfabeta: Bandung.
Marini, L., & Andriani, E. (2005). Perbedaan Tingkat Asertivitas Remaja
Ditinjau dari Pola Asuh Orang Tua. Jurnal Psikologia.
Mona M., Promila, S. (2010). “Efektivitas Program Asertif Training untuk
Meningkatkan Self Esteem dan Prestasi Akademik pada Remaja”.
International Research Journal. 1, (11).
Mousa, A., & Amira Y.S. 2011. The Effect of An Assertiveness Training Program
on Assertiveness Skill and Social Interaction Anxiety of Individuals with
Schizophrenia. Journal of American Science 254-466.
Nurfaizal. 2013. Efektivitas Assertive Training untuk Meningkatkan Perilaku
Asertif Siswa. Tesis. Tidak Diterbitkan. Bandung : UPI.
Biodata Anggota 1
10
Biodata Anggota 2
11
12
Biodata Anggota 3
13
Biodata Anggota 4
Waktu
Studi Ilmu (jam/
minggu)
Bertanggung
jawab atas seluruh
pelaksanaan
program , Menguji
Bimbingan Keguruan coba aplikasi ,
1. Syarifah Lubis dan dan Ilmu 5 jam memebeli bahan-
Konseling pendidikan bahan dan
memberikan
layanan
Bimbingan
konseling
Menyusun
kegiatan teknik roll
Playing,
memperkenalkan
Bimbingan Keguruan aplikasi dan
2. Sulistyani dan dan Ilmu 5 jam menjelaskan
Konseling pendidikan tentang aplikasi
dan memberikan
layanan
Bimbingan
konseling
Memberikan dan
menjelaskan
materi,
mengumpulkan
data,
Bimbingan Keguruan memperkenalkan
3. Ratih Amara dan dan ilmu 5 jam aplikasi dan
Konseling pendidikan menjelaskan
aplikasi dan
memberikan
layanan
Bimbingan
konseling
Sebagai moderator,
Abdul Wahid Teknik Teknik pembuatan aplikasi
4. 5 jam
Kodri Elektro Elektro dan menguji coba
aplikasi
18
Pembuatan apliksi,
Teknik Teknik membeli bahan-
5. Wahyu Wadana 5 jam
Elektro Elektro bahan dan menguji
coba aplikasi