Anda di halaman 1dari 14

LOGBOOK TUTOR KASUS 2

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA I

Dosen Tutor :

Ns. RETTY OCTY SYAFRINI, M. Kep, Sp. Kep. J

Disusun Oleh :

SRI MULYANI

(G1B119034)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AJARAN 2021


SKENARIO KASUS KE 2

Ny. R umur 40 tahun datang ke poli jiwa dengan suaminya, klien tinggal di
tungkal alamat Jl. Kalimantan Rt 07 Rw 03 Kuala Tungkal. Klien di bawa ke poli
jiwa karena sejak anaknya meninggal 1 bulan yang lalu klien selalu merasa
sedih,menangis, dan menyalahkan suaminya yang tidak mengantarkan anaknya ke
jambi karena ada urusan sekolah, Pada saat perawat bertanya kepada Ny R
perasaannya hari ini klien mengatakan sedih dan tiba- tiba menangis tanpa
sebab,klien merasa bersalah kenapa suaminya tidak mau mengantarkan anaknya
untuk pergi ke jambi yang mengakibatkan anaknya kecelakaan dan meninggal di
tempat, klien mengatakan tidak ada harapan dalam hidupnya,klien tampak marah
sama suaminya bila ingat kejadian kecelakaan tersebut. Klien mengatakan pola
tidurnya berubah, dan sering terbangun tiba- tiba,klien mengatakan sering mimpi
buruk. Berdasarkan observasi perawat klien tidak mampu berkonsentrasi pada
waktu berinteraksi,klien tampak lesu dan lemas. Suaminya mengatakan pada saat
dirumah klien sering mengatakan kenapa kecelakaan ini bisa terjadi,kenapa cepat
sekali anak saya di ambil sama Allah, andai saja bapak mau mengantarkan anak
kita,mungkin kecelakaan ini tidak terjadi, itulah suster yang sering di ucapkan istri
saya selama di rumah.

LO:

1. Sebutkan Masalah kasus diatas dan apa alasannya?


2. Sebutkan tahap berduka berdasarkan skenario diatas?
3. Sebutkan rentang respon berduka?
4. Buatlah Standar Pelaksanaan Komunikasi (Sp) berdasarkan skenario di
atas?
STEP 1 : IDENTIFIKASI ISTILAH SULIT

1. Poli jiwa
Jawab: Melayani pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan konsultasi berbagai
penyakit yang berhubungan dengan kejiwaan. Poliklinik kesehatan jiwa
(psikiatri) dapat memberikan pelayanan Farmakoterapi, Psikoterapi, Psikatri
anak & Remaja.

STEP 2: IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana cara mengatasi perasaan klien yang tiba-tiba sedih dan menangis
tanpa sebab?
2. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan seseorang mengalami hal yang sama
seperti ny. R selain dikarenakan kehilangan sososk orang yang dicintai seperti
dalam kasus?
3. Apa yang menyebabkan klien tidak dapat berkonsentrasi pada saat
berinteraksi?
4. Teknik komunikasi apa yang cocok perawat berikan pada kasus?
5. Apa saja yang dapat dilakukan perawat untuk mengurangi mimpi buruk klien
6. Tindakan yang harus dilakukan perawat dalam mengatasi masalah yang
dihadapi ny. R?
7. Tindakan apa yang bisa dilakukan suami klien terhadap sikap klien?
8. Hal apa yang bisa dilakukan perawat agar klien tidak selalu menyalahkan
suaminya?

STEP 3: ANALISIS MASALAH

1. Cara mengatasi perasaan klien yang tiba-tiba sedih dan menangis tanpa sebab
adalah
 Pahami kesedihan yang dirasakan. Memahami emosi kesedihan yang
dirasakan, dapat membantu Klien melawan kesedihan itu sendiri.
 Hadapi rasa, hindari rasa sedih cobalah untuk memahami dan menerima
kejadian yang membuat Klien sedih dengan bijak.
 Menangislah
Sebagian orang mungkin memilih untuk menyembunyikan kesedihannya.
Namun, ada baiknya untuk meluapkan kesedihan tersebut agar dapat
segera hilang. Jika Klien ingin menangis, maka menangislah. Menangis
dapat membuat perasaan menjadi lebih baik dan lebih lega dan bantu
dengan usapan lembut.
 Ungkapkan keluh kesah Klien
Jangan biarkan diri Klien terus terperangkap dalam kesedihan. Cobalah
untuk berbagi cerita dengan orang yang Terpercaya, seperti orang tua,
teman, atau pasangan. Orang-orang yang peduli dengan kita , tidak hanya
akan mendengarkan atau mencoba memahami apa yang dirasakan, tetapi
juga akan menghibur dan mengalihkan pikiran klien

2. Menurut L. R. Aiken terdapat tiga faktor yang menyebabkan kedukaan yaitu:


a) Hubungan individu dengan almarhum
b) Kepribadian, usia dan jenis kelamin orang yang ditinggalkan
c) Proses kematian

3. Tidak bisa berkonsentrasi pada saat berinteraksi dapat disebabkan oleh banyak
hal, salah satunya adalah gaya hidup tertentu seperti kurang tidur, kondisi
lapar, kegelisahan, hingga stres berlebih. Selain itu, tidak mampu
berkonsentrasi juga merupakan efek samping dari beberapa obat.
Pada kasus disebutkan bahwa pasien mengalami perubahan pola tidur, dan
beberapa data pada klien mengarah pada stress yang disebabkan oleh kejadian
kecelakaan yang menimpa anaknya dan menyebabkan anak klien meninggal
dunia. Terkait dgn hal itu, dapat disimpulkan bahwa penyebab klien sulit
konsentrasi saat interaksi adalah karena adanya gangguan pola tidur dan stress
yang berlebih
4. Tiap fase yang di alami oleh pasien mempunyai karakteristik yang berbeda.
Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pula. Dalam
berkomonikasi perawat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di
fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan tekhnik
komonikasi pada fase kehilangan yang di alami pasien.
1. Fase Denial ( penyangkalan )
Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangn itu terjadi. Reaksi fisik
yang terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau
harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dalam waktu
beberapa menit sampai beberapa tahun.
Teknik komonikasi yang di gunakan :
a) Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif
dalam menghadapi kehilangan dan kematian
b) Selalu berada di dekat klien
c) Pertahankan kontak mata
2. Fase anger ( marah )
Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering
di proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang orang tertentu
atau di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan
prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat
ataupun dokter tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini
antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan
menggepai.
Teknik komonikasi yang di gunakan :
a) Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan
perasaannya
b) Hearing.. hearing.. dan hearing..
c) Menggunakan teknik respek
3. Fase bargening ( tawar menawar )
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara
intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon
kemurahan tuhan.
Teknik komonikasi yang di gunakan :
a) Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar
b) Menanyakan kepada pasien apa yang di inginkan
4. Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak
mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik
dan menurut atau dengan ungkapan yang menyatakan keputus asaan,
perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah
menolak makan, susah tidur, letih
Teknik komonikasi yang di gunakan :
a) Jangan mencoba menenangkan klien
b) Biarkan klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.
5. Fase acceptance ( penerimaan )
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Apabila
individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau
penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan
mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas.
Teknik komonikasi yang di gunakan perawat adalah meluangkan waktu
untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga
terhadap kematian pasien

5. Pada umumnya tidak ada pengobatan khusus untuk kasus mimpi buruk.
perawat dapat mengajarkan kepada pasien agar dapat melakukan meditasi,
relaksasi, dan mengurangi beban pikiran serta beban kerja untuk mengurangi
frekuensi terjadinya mimpi buruk. Sebagian besar kasus tidak perlu
penanganan dan cukup mengubah pola pikir saja ke arah yang lebih positif.
Dokter pada umumnya akan melakukan terapi kognitif dan perilaku
(Cognitive Behaviour Therapy – CBT) untuk membantu orang yang sering
mengalami mimpi buruk. Jika mimpi buruk terjadi secara terus menerus dan
mengganggu kualitas tidur, pemberian obat-obatan yang dapat
menyeimbangkan kandungan senyawa kimia alami dalam otak dapat
membantu kamu.

6. Tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien agar tujuan berhasil


adalah:
a) Membina hubungan saling percaya dengan Pasien
b) Berdiskusi mengenai kondisi Pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan,
fisik, sosial, dan spiritual sebelum/ sesudah mengalami peristiwa
kehilangan dan hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa
kehilangan yang terjadi).
c) Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami
1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan)
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik)
3) Cara sosial (sharing melalui kelompok)
4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri)
d) Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia untuk
saling memberikan pengalaman dengan seksama.
e) Membantu Pasien memasukkan kegiatan dalam jadual harian.
f) Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di Puskesmas. Sedangkan tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap keluarga agar tujuan keperawatan
berhasil adalah:
1) Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka
dan dampaknya pada Pasien.
2) Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang dialami
oleh Pasien
3) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat Pasien dengan berduka
disfungsional
4) Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat
dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang dialami
oleh Pasien
7. Wanita yang mengalami kehilangan anak sering merasa sedih dan kehilangan.
Intensitasnya pun sama dengan kehilangan besar lainnya. Merupakan hal yang
umum jika wanita yang kehilangan mengalami kecemasan, depresi, dan
gangguan stres pasca-trauma dalam minggu, bulan, atau tahun setelah
kehilangan anak. Di masa wanita bersedih setelah kehilangan anak, maka
peran suami sangat dibutuhkan.Peran suami diperlukan sebagai penenang istri.
Suami sebaiknya mengetahui apa yang harus dikatakan dan apa yang
sebaiknya tidak dikatakan pada istri. Istri yang mengalami kehilangan
mungkin tidak menginginkan suaminya untuk menghibur. Hal yang
dibutuhkan istri adalah telinga untuk mendengar, simpati, dan kepastian akan
cinta suami pada istri.
 Pastikan Bahwa Suami Sudah Bisa Mengontrol Diri
 Ajak Bicara atau Tuliskan Pesan
 Tahu Apa yang Sebaiknya Disampaikan
 Beri Dukungan Penuh pada Istri
 Hindari Memperlihatkan Wajah Sedih
 Biarkan Istri Menghabiskan Waktunya Sendiri

8. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan membina hubungan saling percaya
dengan pasien, perawat mendiskusikan mengenai kondisi pasien saat ini
(kondisi pikiran, perasaan, fisik, sosial, dan spiritual sebelum atau sesudah
mengalami peristiwa kehilangan, perawat mendiskusikan cara mengatasi
berduka yang dialami seperti cara verbal atau mengungkapkan perasaan dan
perawat bisa memberitahukan agar pasien bisa menerima masalah yang
dihadapi agar tidak selalu menyalahkan suaminya.
STEP 4 : Mind Mapping
Ny. R (40 TAHUN)

Datang ke poli jiwa dengan suaminya

Alasan Masuk : sejak anaknya meninggal 1 bulan yang lalu klien selalu merasa
sedih,menangis, dan menyalahkan suaminya yang tidak mengantarkan anaknya ke jambi
karena ada urusan sekolah

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

 Klien mengatakan sedih dan tiba-  Klien tampak marah sama suaminya
tiba menangis tanpa sebab.
bila ingat kejadian kecelakaan
 Klien merasa bersalah kenapa
suaminya tidak mau mengantarkan  Klien tidak mampu berkonsentrasi
anaknya untuk pergi ke jambi yang pada waktu berinteraksi
mengakibatkan anaknya kecelakaan
 Klien tampak lesu dan lemas.
dan meninggal di tempat
 Klien mengatakan tidak ada
harapan dalam hidupnya
 Klien mengatakan pola tidurnya
berubah, dan sering terbangun tiba-
tiba
 Klien mengatakan sering mimpi
buruk
 Suaminya mengatakan pada saat
dirumah klien sering mengatakan
kenapa kecelakaan ini bisa
terjadi,kenapa cepat sekali anak
saya di ambil sama Allah, andai
saja bapak mau mengantarkan anak
kita,mungkin kecelakaan ini tidak
terjadi

Masalah Keperawatan :
Gangguan/masalah psikososial : Kehilangan atau berduka
STEP 5

LO:

1. Sebutkan Masalah kasus diatas dan apa alasannya?


2. Sebutkan tahap berduka berdasarkan skenario diatas?
3. Sebutkan rentang respon berduka?
4. Buatlah Standar Pelaksanaan Komunikasi (Sp) berdasarkan skenario di atas?

Jawaban :
1. Masalah keperawatan pada kasus diatas adalah gangguan/masalah psikososial:
kehilangan atau berduka. Anaknya meninggal 1 bulan yang lalu akibat
kecelakaan dan meninggal di tempat, Ny. R yang menyalahkan suaminya yang
tidak mengantarkan anaknya ke jambi karena ada urusan sekolah, yang
mengakibatkan anaknya kecelakaan dan meninggal di tempat dan klien
tampak marah sama suaminya bila ingat kejadian kecelakaan tersebut.
2. Fase anger (marah)
Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di
proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang orang tertentu atau di
tunjukkan pada dirinya sendiri. Seperti pada kasus tersebut Ny. R yang
menyalahkan suaminya yang tidak mengantarkan anaknya ke jambi karena
ada urusan sekolah, yang mengakibatkan anaknya kecelakaan dan meninggal
di tempat dan klien tampak marah sama suaminya bila ingat kejadian
kecelakaan tersebut. Respon fisik yang terjadi pada Ny. R di fase ini antara
lain, tampak marah, pola tidurnya berubah, dan sering terbangun tiba- tiba,
sering mimpi buruk, tidak mampu berkonsentrasi pada waktu berinteraksi,
tampak lesu dan lemas.
Teknik komonikasi yang di gunakan :
a) Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya
b) Hearing.. hearing.. dan hearing..
c) Menggunakan teknik respek
3. Rentang Respon Kehilangan
Denial—–> Anger—–> Bergaining——> Depresi——> Acceptance
Respons berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap-tahap
berikut (Kubler-Ross, dalam Potter dan Perry,1997) Penerimaan Depresi
Tawar- Menawar Marah Pengingkaran. Tahap tersebut Antara lain :

a) Tahap Pengingkaran (Denial). Reaksi individu yang mengalami


kehilangan adalah syok, tidak percaya, ataua mengingkari kenyataan
bahwa kehilangan benar- benar terjadi.Reaksi fisik yang terjadi pada
tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan sering kali individu tidak
tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berlangsung selama beberapa
menit hingga beberapa tahun.
b) Tahap Marah (Anger). Pada tahap ini individu menolak kehilangan.
Kemarahan yang timbul sering diproyeksikan kepada orang lain atau
dirinya sendiri.Orang yang mengalami kehilangan juga tidak jarang
menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menyerang orang lain,
menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau perawat tidak
berkompeten. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah,
denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan seterusnya.
c) Tahap Tawar-menawar (Bergaining). Pada tahap ini terjadi penundaan
kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk
membuat kesepakatan secara halus atau terang-terangan seolah
kehilangan tersebut dapat dicegah.Individu mungkin berupaya untuk
melakukan tawar- menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
d) Tahap depresi. Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik
diri, kadang-kadang bersikap sangat menurut, tidak mau bicara,
menyatakan keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul
keinginan bunuh diri. Gejala fisik ditunjukkan antara lain menolak
makan, susah tidur, letih, dan lain-lain.
e) Tahap Penerimaan (Acceptance). Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi
perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat pada objek yg hilang
akan mulai berkurang atau bahkan hilang. Perhatiannya akan beralih pada
objek yg baru.Apabila individu dapat memulai tahap tersebut dan
menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat mengakhiri proses
kehilangan secara tuntas.Kegagalan untuk masuk ke proses ini akan
mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya.
4. Standar Pelaksanaan Komunikasi (Sp) berdasarkan skenario
1) Tahap orientasi
a. Salam terapeutik:
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu R. Saya Sri Mulyani, Ibu bisa
memanggil saya suster Sri. Saya perawat yang dinas pagi ini dari pukul
07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu. Nama Ibu
siapa? Ibu senangnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi / validasi:
“Baiklah bu, bagaimana keadaan Ibu hari ini?”
c. Kontrak:
1. Topik : “Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang
sebentar tentang keadaan ibu?
Tujuannya supaya ibu bisa lebih tenang bu dalam menghadapi
keadaan ini, dengan ibu mau berbagi cerita dengan saya, kesedihan
ibu mungkin bisa berkurang
2. Waktu : Ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?
3. Tempat :“Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja?
Baiklah.”
2) Tahap kerja
 “Baiklah Ibu, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu saat
ini?”
 “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi
sebenarnya memang anak Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu ”
 “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir,
Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima
kenyataan ini.”
 “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan.
Meninggalnya anak Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha
Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat mencegahnya,
termasuk saya ataupun Ibu sendiri.”
 “Ibu sudah bisa memahaminya?”
 “Ibu tidak perlu cemas. Ibu juga tidak akan hidup sendiri. Ibu masih
suami, punya saudara-saudara, dan orang-orang yang sayang dan peduli
sama Ibu.”
 “Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi
yang saya lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan
sebentar, kemudian hembuskan perlahanlahan.”
 “Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.”
3) Tahap terminasi
a. Evaluasi:
(Subjektif): “Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah mulai
memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?”
(Objektif) : “Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu
dapatkan dari perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi
yang telah kita lakukan.”
b. Tindak Lanjut :
 “Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat
melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak
terima dengan kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali
perbincangan kita hari ini.
 Bu, ini ada buku kegiatan untuk ibu
 Bagaimana kalau kegiatan teknik rileksasi ibu masukkan kedalam
jadwal kegiatan ibu?
 Ibu setuju?
 Nah, Disini ada kolom kegiatan, tanggal, waktu dan keterangan
 Ibu bisa mengisi kegiatan tenik rileksasi pada kolom kegiatan
 Kira-kira jam berapa ibu nanti melakukan teknik rileksasi bu?
 Cara mengisi buku kegiatan ini: jika ibu melakukannya tanpa dibantu
atau diingatkan oleh orang lain ibu tulis “M” disini, jika ibu di bantu
atau diingatkan ibu tulis “B” dan jika ibu tidak melakukannya ibu
tulis “T”
 Ibu paham Bu?”
 Nanti ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya ya
c. Kontrak yang akan datang:
 Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang selama 30
menit dan sekarang sudah 30 menit bu!
 Bu, kapan ibu mau kita melanjutkan perbincangan kita?
 Bagaimana kalau kita besok membicarakan tentang hobi ibu
 Ibu maunya dimana?
 Nah, sekarang ibu istirahat dulu
 Sebelum saya permisi apak ada yang mau ibu tanyakan?
 Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya Bu.
Assalamu’alaikum.”

Anda mungkin juga menyukai