OLEH :
SAIFA WAHYUNI
1512101010039
FAKULTAS KEPERAWATAN
BANDA ACEH
2016/2017
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan nikmat
dan rahmat nya kepada kita sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yaitu
tentang Prinsip-prinsip Komunikasi Terapeutik Pada Pasien dengan Penyakit
Terminal. Serta salawat dan salam tak lupa pula kita sanjungkan keharibaan nabi
besar Muhammad saw beserta keluarga, dan sahabatnya yang telah membawa umat
manusia dari zaman jahiliah ke zaman islamiah dan dari alam kebodohan ke alam
yang berilmu pengertahuan sebagaimana yang kita rasakan sekarang ini.Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada Ns. Hasmila Sari,M.Kep.,Sp.Kep.J, selaku
dosen pembimbing.
Saifa wahyuni
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………..i
Daftar isi…………………………………………………………….....ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………...………………………
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penullisan
C. Manfaat Penulisan
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia membutuhkan komunikasi.tidak ada seorang pun
yang tidk berkomunikasi. Dalam memberikan asuhan keperawatan
komunikasi memegang peranan penting untuk membantu pasien dalam
memecahkan masalah. Namun komunikasi yang digunakan oleh perawat
bukanlah komunikasi yang sembarangan. Akan tetapi komunikasi yang
dapat menyembuhkan pasien yang disebut dengan komunikasi
terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
dan dilakukan untuk membantu penyembuhan pasien. Komunikasi
terapeutik merupakan komunkasi yang professional bagi perawat.
Kemampuan perawat untuk bekomunikasi memengaruhi penilaian
pasien terhadap perawat dan juga memengaruhi apa yang perawat
rasakan tentang diri perawat sendiri. Setiap intervensi apapun itu yang
dibuat oleh perawat dilaksanakan dengan menggunakan komunikasi
terapeutik terutama pada pasien terminal. Seperti yang kita ketahui
penyakit terminal adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi.
Harapan untuk hidup sudah tipis. Artinya sudah mengarah kearah
kematian. Oleh karena itu, perawat harus memahami dan mengetahui
kondisi dan cara berkomunikasi dengan pasien terminal.
B. Tujuan penulisan
1. Mengetaui konsep komunikasi terapeutik.
2. Mengetahui konsep dari penyakit terminal.
3. Mengetahui cara berkomunikasi pada pasien dengan penyakit
terminal.
C. Manfaat penulisan
4
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi terapeutik
1. Pengertian komunikasi terapeutik
5
b. Mendengar aktif
c. Memberi bantuan
Contohnya, saat anda di rumah sakit, saya akan menemui
anda setiap hari dari jam 10-11 pagi untuk berkerja sama dengan
anda dalam mencapai tujuan perawatan. Silahkan cari saya kapan
saja jika anda memerlukan sesuatu.
d. Konkret
Contohnya, kembali ke awal dan uraikan secara detail
perasaan anda setelah bertengkar dengan ayah anda
e. Empati
Contohnya, anda berada dalam situasi yang menyakitkan.
Cobalah berbagi dengan saya tentang apa yang anda rasakan
f. Jujur
Contohnya, saya tidak setuju dengan apa yang anda katakan,
saya rasa jika anda menyuruh suami anda untuk menyelesaikkan
tugas itu, sebaiknya biarkan suami anda mengerjakannya dengan
cara yang menurutnya nyaman.
g. Kesegeraan
Contohnya, mari berhenti sebentar dan lihatlah apa yang akan
terjadi di antara kita, apakah hanya saya atau anda juga merasa
bahwa kita terjebak saat ini
h. Mengizinkan
Contohnya, bagi saya pernyataan anda sepertinya menyatakan
bahwa anda secara sukarela ingin berhenti untuk mengatasi
masalah putra anda.Mungkin anda bisa berada dalam posisi siap
sedia dan memberi putra anda kesempatan untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut sendirian.
6
i. Perlindungan
Contohnya, saya tahu anda takut ibu anda akan mengkritik
anda dengan keras tentang berita ini. Mari rencanakan beberapa
strategi untuk menghadapi situasi seperti ini.
j. Menghargai
dengan atau tanpa anda mendapatkan promosi, anda sangat
berharga dan merupakan orang kompeten yang memiliki hak
untuk meminta apa yang anda inginkan.
B. Penyakit Terminal
1. Pengertian penyakit terminal
Kondisi terminal adalah suatu proses yang menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial, dan spiritual bagi
individu. (Carpenito, 1995 dalam jurnal). Penyakit yang tidak dapat
disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam
waktu yang bervariasi (stuard &sundeen, 1995)
1. Penyakit-penyakit kanker.
2. Penyakit-penyakit infeksi kronis.
3. AIDS.
4. Akibat kecelakaan fatal.
5. Congestif failure renal (CRF). ( ermawati dalami)
3. Manifestasi Klinis
1. Fisik
7
a. Gerakan pengindraan menghilang secara
berangsur-angsur dimulai dari ujung kaki dan
ujung jari.
b. Aktifitas dari gastrointestinal berkurang.
c. Reflek mulai menghilang
d. Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.
e. Denyut nadi tidak teratur dan lemah.
f. Nafas berbunyi keras dan cepat mendengkur.
g. Penglihatan mulai kabur.
h. Klien kadang-kadang kelihatan nyeri.
i. Klien dapat tidak sadarkan diri.(ermawati dalami)
2. Psikososial
Sesuai dengan fase-fase kehilangan menurut seorang ahli
E.Kubbler Rosa mempelajari respon-respon atas menerima
kematian dan maut secara mendalam dari hasil penyelidikan
penelitiannya yaitu respon kehilangan yang menampilkan antara
lain :
a. Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah/air muka.
b. Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot
rahang dan kemudian mengendor.
c. Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka
atau menangis.(ermawati dalami)
1. Tahap pengingkaran
Adalah ketidakmampuan menerima kehilangan untuk membatasi atau
mengontrol nyeri dan distress dalam menghadapi. Gambaran pada
tahap denial yaitu :
a. Tidak percaya diri.
8
b. Shock.
c. Mengingkari kenyataan akan kehilangan.
d. Selalu membantah dengan perkataan tidak.
e. Diam terpaku.
f. Gelisah.
2. Tahap marah
Adalah tahap kekesalan terhadap kehilangan. Gambaran pada tahap
marah atau anger, yaitu :
a. Klien marah-marah.
b. Nada bicara kasar.
c. Suara tinggi.
3. Tahap tawar menawar
Adalah cara koping dengan hasil-hasil yang mungkin dari penyakit dan
menciptakan kembali tingkat kontrol. Gambaran pada tahap ini adalah :
a. Sering mengungkapkan kata-kata kalau anda.
b. Sering berjanji pada Tuhan.
c. Mempunyai kesan mengulur-ulur waktu.
d. Merasa bersalah terus menerus.
e. Kemarahan mereda.
4. Tahap depresi
Adalah ketiadaan usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan atau
reaksi kehilangan. Gambaran pada tahap ini adalah :
a. Klien tidak banyak bicara.
d. Sering menangis
e. Putus asa.
5. Tahap menerima
Adalah akhirnya klien dapat menerima kenyataan dengan kesiapan.
Gambaran pada tahap ini adalah :
a. Tenang.
b. Mulai ada perhatian terhadap suatu objek yang baru.
c. Berpartisipasi aktif.
d. Tidak mau banyak bicara.
e. Siap menerima maut.(ermawati dalami)
9
5. Tingkat Kesadaran Terhadap Kondisi Penyakit Terminal
1. closed awareness
dalam hal ini klien dan keluarga tidak menyadari datangnya
kematian,tidak tahu mengapa sakit dan percaya akan sembuh.
2. Mutual pretense
Dalam hal ini klien, keluarga,team kesehatan tahu bahwa kondisinya
terminal tetapi merasa tidak nyaman untuk dan menghindari
membicarakan kondisi yang dihadapi klien. Ini berat bagi klien karena
tidak dapat mengekspresikan kekuatannya.
3. Open awareness
Pada kondisi ini klien dan orang disekitarnya tahu bahwa dia berada
diambang kematian sehingga tidak ada kesulitan untuk
membicarakannya. Pada tahap ini klien dapat dilibatkan untuk proses
intervensi keperawatan.(ermawati dalami)
10
tugas pasien dalam keluarga sebelum sakit, kehilangan banyak uang
ketika sakit. Sehingga membuat anggota keluarga mengalami stress.
11
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan
lagi. Penyakit terminal dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak
ada lagi obat-obatan, tim medis sudah menyerah dan seperti yang
dikatakan diatas tadi penyakit terminal mengarah kearah kematian.
Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa dating tiba-tiba
tanpa peringatan atau mengikuti periode sakit yang panjang. Kematian
terkadang bukan hanya menyerang usia tua saja. Tetapi bisa juga
menyerang usia muda.
B.Saran
1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi
terminal.
2. Ketika merawat klien terminal, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial yang
unik.
3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih
banyak dengan klien menjelang ajal, untuk mendengarkan klien
mengekspresikan duka citanya dan untuk mempertahankan
kualitas hidup pasien.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
14