Anda di halaman 1dari 26

Komunikasi Terapeutik Pada

Pasien dengan Penyakit Kronis

MARISCA AGUSTINA
A. Pengertian Penyakit Kronis
Penyakit kronis didefinisikan sebagai
kondisi medis atau masalah kesehatan
yang berkaitan dengan gejala-gejala atau
kecacatan yang membutuhkan
penatalaksanaan jangka panjang.
(Robinson, dkk dalam Brunner dan
Suddarth, 2002).
C. Reaksi Pasien dan Keluarga Terhadap
Penyakit Kronis

Reaksi terhadap penyakit kronis terjadi pada


awitan dini, tetapi dapat juga saat gejala
kambuh/memburuk. gejala-gejala yang
berkaitan sering tidak terduga, dan dianggap
sebagai peristiwa kritis oleh pasien dan keluarga
karena menghadapi ketidakpastian, respon dan
reaksi sebagian bergabung pada pemahaman
individu terhadap penyakit kronis, persepsi
mereka terhadap kemungkinan dampak
kehidupan, keluarga dan gaya hidup.
Hal-hal yang dirasakan pasien antara
lain :
1. Decrease of physical function : basic needs
2. Anxietas
3. Loss of fuction
4. Depression
5. Hopelessness/ketidak berdayaan
6. Guilt/rasa bersalah
7. Sleep disturbance/gangguan tidur
D. Fase Kehilangan pada Penyakit
Kronis dan Teknik Komunikasi

Tiap fase yang dialami oleh pasien krisis,


mempunyai karakteristik yang berbeda.
Sehingga perawat berkomunikasi harus
menyesuaikan fase yang dialami oleh
pasien.
1. Fase Denial (Pengingkaran)
reaksi pertama ketika mengalami
kehilangan adalah syok, tidak
percaya/menolak kenyataan, dengan
mengatakan “tidak saya tidak percaya
bahwa itu terjadi”.

Bagi individu/keluarga yang mengalami


penyakit kronis akan terus menerus
mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik pada fase pengingkaran :
letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, menangis, gelisah, tidak tahu
harus berbuat apa.
Reaksi tersebut cepat berakhir dalam waktu
beberapa menit sampai juga beberapa
tahun.
Tehnik komunikasi yang
digunakan :
- Memberikan kesempatan untuk
menggunakan koping yang konstruktif
dalam menghadapi kehilangan/kematian.
- Selalu berada di dekat pasien.
- Pertahankan kontak mata.
2. Fase Anger (Marah)
Individu menunjukkan perasaan yang
meningkat yang sering di proyeksikan
kepada orang yang ada dilingkungannya,
atau kepada dirinya sendiri.
Individu menunjukkan perilaku agresif,
bicara kasar, menolak pengobatan,
menuduh dokter serta perawat yang tidak
becus.
Respon fisik : muka merah, nadi cepat,
gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
Tehnik komunikasi yang
digunakan :
a. Memberikan kesempatan kepada pasien
untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Hearing....hearing...and hearing
c. Menggunakan tehnik respek
3.Fase Bergaining (Tawar
Menawar)
Respon ini sering dinyatakan dengan
kata-kata “kalau saja kejadian ini bisa
ditunda maka saya akan sering berdoa”,
sedangkan respon keluarga sering di
jumpai “kalau saja yang sakit bukan anak
saya”.
Tehnik komunikasi yang
digunakan :

a. Memberi kesempatan kepada pasien


untuk menawar
b. Menanyakan kepada pasien apa
yang diinginkan
4. Depression (Depresi)
Pada fase ini individu :
a. Menarik diri
b. Tidak mau berbicara
c. Kadang-kadang bersikap sebagai pasien
yang sangat baik dan menurut
d. Mengatakan keputusasaan perasaan
e. Tidak berguna
Gejala fisik : menolak makan, susah tidur,
letih, dorongan libido menurun.
Tehnik komunikasi yang
digunakan :

a. Jangan mencoba menyenangkan pasien


b. Biarkan pasien dan keluarga
menangis untuk mengeskpresikan
kesedihannya.
5. Acceptance (Penerimaan)
Individu telah menerima kenyataan
kehilangan yang dialaminya, gambaran
tentang objek atau orang yang hilang mulai
dilepaskan secara bertahap, beralih pada
objek yang baru.
Biasanya dinyatakan dengan kata-kata “saya
betul-betul menyayangi baju saya yang
hilang, tapi baju saya yang baru manis
juga” .
Tehnik komunikasi yang digunakan
adalah :

Meluangkan waktu untuk pasien dan


sediakan waktu untuk mendiskusikan
perasaan keluarga terhadap kematian
pasien.
E. Menyampaikan Berita Buruk
1. Persiapan
Mempersiapkan diri perawat dengan berbagai
macam informasi, dan catatan medis.
a. Diusahakan perawat bertemu langsung
kepada orang yang dituju ketika
menyampaikan berita buruk.
b. Mencari tempat yang tenang, meminimalkan
distraksi, dan memberikan waktu yang cukup
dalam menyampaikan berita.
2. Membuat hubungan
Buatlah percakapan awal walaupun, orang
yang akan diajak bicara mempunyai firasat
apa yang akan anda sampaikan.
Beberapa tugas yang penting adalah :
a. Percakapan awal
b. Kaji setatus resipien (orang yang anda
tuju dengan kabar buruk), tanyakan
kabar atau kenyamanan dan
kebutuhannya.
3. Berbagi berita
Ada kiasan bahwa kabar buruk seperti
boom, yang radiasinya dapat mengenai
semua yang ada dilingkungannya.
a.Bicara pelan, gunkan kalimat yang jelas,
jangan menggunakan kalimat yang
ambigu.
b. Berikan peringatan awal, anda bisa
mengatakan “saya takut, saya mempunyai
kabar yang kurang bagus bagi anda”.
Berhenti sebentar dan perhatikan pasien.
C. Sampaikan berita yang akan disampaikan.
Jika itu suatu diagnosa minta dokter
untuk menyampaikannya langsung.
4. Akibat dari berita
a. Tunggu reaksi tenang, siapkan diri anda
dengan hal-hal yang tidak anda
perkirakan.
b. Lihat dan dengarkan tanda-tanda dan
respon perawat yang diinginkan oleh
resipien, bisa berupa pertanyaan atau
tanda agar perawat menunjukkan
respon empati.
c. Perawat bisa menyampaikan “saya
paham, hal ini sangat sulit bagi anda. Apa
yang ada dipikiran anda saat ini”
d. Ikuti dan perhatikan resipien selanjutnya,
anda dapat membantu resipien agar
dapat menguasai kontrol dengan
menanyakan “apakah anda
membutuhkan informasi baru atau kita
bisa bicara kemudian”.
e. Siapakah yang akan menemani / datang
bersama anda, anda dapat menanyakan
bagaimanakah anda dapat mambantu
resipien, apakah ada seorang yang bisa
kita panggil untuk anda.
5. Transaksi untuk Follow Up
a. Jadwalkan untuk pertemuan.
b. Buatlah rencana yang konkrit.
c. Jelaskan posisi anda dalam proses.
d. Seperti halnya memulai, maka andapun
harus mengakhiri.
6. Berikan perhatian dan hormati perasaan
dan kebutuhan diri perawat.
Seringkali perawat merasa berat hati dan
merasa stress ketika menyampaikan kabar
buruk.
Oleh karena itu berbagi pengalaman dan
perasaan kepada teman sejawat sangat
diperlukan, dan bisa sebagai support sistem
bagi perawat sendiri.
Berikan waktu bagi diri perawat untuk
menenangkan diri untuk bermeditasi atau
berdoa.
Referensi:
Ns. MARISCA AGUSTINA, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai