Anda di halaman 1dari 6

Pengertian dan Dasar Hukum Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Rumah sakit sebagai pihak yang memberikan pengobatan harus lebih melindungi pasien
dari tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan cenderung dapat membahayakan
keselamatan pasien (patient safety). Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Kesehatan No.
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit (selanjutnya disebut
Permenkes No. 1691 Tahun 2011), menyebutkan keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Dengan demikian keselamatan pasien (patient safety) memiliki arti yaitu rumah sakit
membuat suatu aturan yang melindungi pasien dari tindakan medis yang tidak sesuai dan dapat
membahayakan nyawa pasien itu, agar dapat membuat pasien merasa lebih nyaman dan aman
dalam melakukan pengobatan di rumah sakit.
Keselamatan pasien (patient safety) dipandang perlu untuk dilakukan, agar dapat mencegah
hal-hal yang dapat membahayakan nyawa pasien tersebut. Selain itu, dasar hukum terbentuknya
keselamatan pasien ini diatur UU No. 44 Tahun 2009 yang intinya berbunyi bahwa keselamatan
pasien (patient safety) harus selalu dilindungi oleh rumah sakit dan tenaga kesehatan yang ada
didalamnya. Berdasarkan undang-undang tersebut, keselamatan pasien pun diatur secara lebih
rinci dan jelas dalam Permenkes No. 1691 Tahun 2011. Hal ini menandakan bahwa rumah sakit
sebagai pelayanan kesehatan harus selalu berusaha mengobati dan menjaga keselamatan pasien
(patient safety) tersebut.

Aspek hukum terhadap ´patient safety atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
I. UU Tentang Kesehatan & UU Tentang Rumah Sakit
1. Keselamatan Pasien sebagai Isu Hukum
a. Pasal 53 (3) UU No.36/2009 “Pelaksanaan Pelayanan kesehatan harus mendahulukan
keselamatan nyawa pasien.”
b. Pasal 32 UU No .44 /2009 “Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan di Rumah Sakit.”
c. Pasal 58 UU No.36/2009
1) “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau
penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian
dalam Pelkes yang diterimanya.”
2) “...tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa
atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.”

2. Tanggung jawab Hukum Rumah Sakit


a. Pasal 29b UU No.44/2009 “Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan
standar pelayanan Rumah Sakit.”
b. Pasal 46 UU No.44/2009 “Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.”
c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009 “Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas
dalam rangka menyelamatkan nyawa manusia”.

3. Bukan tanggung jawab Rumah Sakit


a. Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit “Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab
secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan
pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang
kompresehensif.”

4. Hak Pasien
a. Pasal 32d UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan
yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional”
b. Pasal 32e UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang
efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi”
c. Pasal 32j UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”
d. Pasal 32q UU No.44/2009 “Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut
Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan
standar baik secara perdata ataupun pidana”

5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien


a. Pasal 43 UU No.44/2009
1) RS wajib menerapkan standar keselamatan pasien
2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan
menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
3) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri
4) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat senyaman mungkin dan ditujukan untuk
mengoreksi system dalama rangka meningkatkan keselamatan pasien.
b. Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan kebijakan tentang keselamatan pasien
Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
1) Assessment risiko
2) Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasien
3) Pelaporan dan analisis insiden
4) Kemampuan belajar dari insiden
5) Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan resiko

Dasar hukum patient safety


Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut:
a. Pasal 53 (3) UUNo.36/2009 tentang kesehatan Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding
kepentingan lainnya.
b. Pasal 32n UU No.44/2009 tentang rumah sakit
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit”.

c. Pasal 29b UU No.44/2009 tentang rumah sakit


“Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban memberi pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit”.

d. Pasal 45 (1) UU No.44/2009 tentang rumah sakit


“Rumah sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan atau keluarganya
menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yang komprehensif”.

e. Pasal 32d UU No.44/2009 tentang rumah sakit


“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutusesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional”.

f. Pasal 32e UU No.44/2009 tentang rumah sakit


“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi”.

g. Pasal 32j UU No.44/2009 tentang rumah sakit


“Setiap pasien mempunyai hak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan.
h. Pasal 32q UU No.44/2009 tentang rumah sakit
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut rumah sakita pabila rumah sakit
diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana.

i. Pasal 43 UU No.44/2009
1) Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
2) Standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan masalah dalam rangka
menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
3) Rumah sakit melaporkan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada komite
yang membidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh menteri.
4) Pelaporan insiden keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat secara
anonim dan ditujukan untuk mengkoreksi sistem dalam angkameningkatkan keselamatan
pasien.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan pasien sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan menteri.

j. Permenkes RI no.1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit.


Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system dimana rumah sakitmembuat asuhan
pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
a. Assessment risiko
b. Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insidene.
e. Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan risiko
DAFTAR PUSTAKA
Gunarno, Sidik. “Tugas Manajemen Konsep Pasien Safety”. Diambil dari
https://www.academia.edu/9720549/TUGAS_MANAJEMEN_-
KONSEP_PASIEN_SAFETY (5 September 2018)

Rhudy Marseno. 2011. “Patient Safety (Keselamatan Pasien Rumah Sakit)”. Diambil dari
https://marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/07/patient-safetiy-keselamatan-pasien-
rumah-sakit/ (5 Agustus 2018)

Arianto, Henry. 2016. “Modul Perkuliahan Hukum Kesehatan”. Diambil dari


http://ueu5639.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/2813/2017/03/MODUL-
PERKULIAHAN-HUKUM-KESEHATAN.docx (5 September 2018)

Anda mungkin juga menyukai