Anda di halaman 1dari 2

BAB 3

KASUS
Seorang laki-laki, 41 tahun, duda, saat ini klien tidak bekerja. Klien tinggal di rumah hanya
dengan seorang pembantu. Klien di rawat di rumah sakit jiwa untuk ketiga kalinya dengan
alasan marah-marah, merusak barang dan tidak mampu mengurus dirinya. Klien
mengatakan sering mendengar suara yang ingin membunuh dirinya. Suara itu sangat
menakutkan sehingga klien merasa kesal dan merusak barang-barang agar suara tersebut
hilang. Selama di RS klien sering mneyendiri, duduk di pojok ruangan atau tiduran di tempat
tidur, kadang berjalan mondar-mandir. Klien tampak sering bicara dan tertawa sendiri.
Diagnosa medis: skizofernia paranoid

BAB 4
PEMBAHASAN

Pengkajian
No Pengkajian Masalah/Diagnosis Keperawatan 1. DO :

Selama di RS klien sering menyendiri

Duduk di pojok ruangan atau tiduran di tempat tidur DS : - Data yang seharusnya ada : -

Mengungkapkan keinginan untuk sendiri, mencari ketenangan (relaksasi) dan keinginan


akan kepuasan Isolasi Sosial 2. DO : Klien tidak mampu mengurus dirinya sendiri DS : -
Data yang seharusnya ada : -

Tidak mampu memakan makanan (karena sulit akses tempat, tidak tahu cara, tidak memiliki
kemampuan menelan, dan tidak mampu menyesuaikan norma sosial) -

Tidak mampu mandi dan enggan mengakses kamar mandi Defisit Perawatan Diri Makan
dan Mandi 3. DS: Klien mengatakan sering mendengar suara yang ingin membunuh dirinya.
Halusinasi 4. DO: Suara itu sangat menakutkan sehingga klien merasa kesal dan merusak
barang-barang agar suara Resiko perilaku kekerasan tersebut hilang.

2. Analisis Masalah
Dari kasus tersebut, jelas disebutkan beberapa masalah keperawatan yang dialami klien
saat ini. Masalah isolasi sosial menggambarkan keadaan klien yang mengurung diri, defisit
perawatan diri karna klien menolak makan dan mandi serta halusinasi dimana klien
mendengar suara-suara yang hendak mencelakakan dirinya, dampaknya klien sering
melakukan perilaku kekerasan ketika halusinasi klien kambuh. Halusinasi adalah
core problem
yang menegakkan diagnosis medis skizofrenia paranoid pada klien. Faktor predisposisi
yang terdapat dalam kasus klien berkaitan dengan tingkat perkembangan, karakteristik
pencetus stressor serta dukungan sosial. Menurut tahap perkembangan Erickson, klien
berada pada tahap perkambanngan Genratifitas vs Stagnansi. Dalam tahap ini juga
terdapat terdapat sa;ah satu tugas yang harus dicapai yaitu dapat mengabdikan diri guna
mencapai keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generatifitas) dengan tidak
melakukan apa-apa (stagnasi). Harapan yang ingin dicapai dalam masa ini adalah terjadinya
keseimbangan anatara generatifitas dengan stagnasi guna mendapatkan nilai positif, yaitu
kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generational dan otoritisme. Generational
merupakan interaksi yang terjalin baik antara orang-orang dewasa dengan penerusnya.
Pada kasus disebutkan bahwa klien adalah seorang duda dan hanya tinggal dengan
seorang pembantu di rumahnya. Maka dalam tahap perkembangannya klien tidak mampu
menjalin hubungan yang baik dengan anak-anaknya. Klien mengalami stagnasi dan
cenderung menutup diri terhadap lingkungan sosialnya. Faktor pemicu lainnya dipengaruhi
oleh faktor ekonomi dan sosial klien. Klien pada kasus tidak memiliki pekerjaan, sehingga
akan berdampak pada kondisi finansial klien yang menurun atau bermasalah. Faktor sosial
yang berpengaruh adalah adanya perceraian antara klien dengan pasangannya

21 Faktor terakhir berupa dukungan sosial yang klien dapatkan. Dukungan sosial dapat
berasal dari keluarga, sahabat, teman, tenaga kesehatan dan lingkungan sekitar klien. Pada
kasus, klien disebutkan telah bercerai dan tidak disebutkan mengenai keluarga klien yang
lain. Klien dideskripsikan hanya tinggal dengan pembantu nya saja. Maka, dukungan sosial
yang didapatkan klien hanya terbatas pada pembantu klien dan tenaga medis. Pembantu
klien juga dapat menjadi salah satu stressor apabila pembnatu klien tidak tahu cara
menangani klien dengan baik serta tidak mengawasi jadwal untuk pengonsumsian obat
klien.

Pohon Masalah

Asuhan Keperawatan (Terlampir) 4.5

Rencana Tindakan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi


(Terlampir) 4.6

Rencana Tindakan Keperawatan Klien dengan Risiko Perilaku Kekerasan (Terlampir)


Isolasi Sosial Halusinasi Resiko Perilaku Kekerasan Defisit Perawatan Diri

Anda mungkin juga menyukai