Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Death and Dying Kematian dan Proses Menuju Kematian adalah sebuah fenomena
yang pasti akan terjadi atau akan dijumpai manusia dalam kehidupannya. Kematian memang
sebuah rahasia Tuhan, akan tetapi proses menuju kematian adalah sebuah fenomena yang
dapat dibahas dan didiskusikan, bahkan lingkungan dapat memberikan proses pembelajaran
yang benar untuk menjalani proses menuju kematian yang lebih baik.

Ketika seseorang didiagnosa sakit dengan sebuah sakit yang tergolong berat dan
berstadium lanjut dimana pengobatan medis sudah tidak mungkin dilakukan kepada si
pasien, maka kondisi pasien tersebut akan mengalami sebuah goncangan yang hebat.
Kematian adalah salah satu jawaban pasti bagi para pasien penyakit teminal.Berjalannya
waktu baik itu pendek atau panjang, bagi para pasien terminal penyakit adalah hari-hari yang
sangat menyiksa karena mereka harus menantikan kematian sebagai jawaban pasti dengan
penderitaan rasa nyeri yang sangat hebat. Berbagai macam peran hidup yang dijalani selama
ini pasti akan menghadapi kendala baik itu disebabkan karena kendala fisik, psikologis,
social, cultural maupun spiritual.

Demikian pula, diagnosis akan kematian pada para pasien penyakit terminal akan lebih
memberikan dampak konflik psikologis, social, cultural maupun spiritual yang sangat unik.
Sangat penting kita mempelajari konsep penyakit terminal karena,sebagai tenaga kesehatan
kita dapat mengetahui cara menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari
penanganan pasien yang menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan tenaga
kesehatan yang tepat, seperti memberikan perhatian yang lebih kepada pasien sehingga
pasien merasa lebih sabar dan ikhlas dalam menghadapi kondisi sakaratul maut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian penyakit terminal?
1.2.2 Apa tujuan keperawatan klien dengan kondisi terminal?
1.2.3 Apa saja kriteria penyakit terminal?
1.2.4 Apa saja jenis-jenis penyakit terminal?
1.2.5 Bagaimanamasalah yang berkaitan dengan penyakit teminal?
1.2.6 Bagaimana kebutuhan seseorang dengan penyakit terminal?
1.2.7 Bagaimana tingkat kesadaran terhadap kondisi penyakit terminal?
1.2.8 Bagaimana respon klien terhadap penyekit terminal?
1.2.9 Bagaimana adaptasi pasien dengan penyakit terminal?

1
1.2.10 Apa pengertian kematian?
1.2.11 Bagaimana contoh asuhan keperawatan pada klien terminal?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Tujuan khusus
Untuk mengetahui konsep penyakit terminal
b. Tujuan umum
1.3.1 Mengetahui pengertian penyakit terminal
1.3.2 Mengetahui tujuan keperawatan klien dengan kondisi terminal
1.3.3 Mengetahui kriteria penyakit terminal
1.3.4 Mengetahui jenis-jenis penyakit terminal
1.3.5 Memahami masalah yang berkaitan dengan penyakit teminal
1.3.6 Mengetahui kebutuhan seseorang dengan penyakit terminal
1.3.7 Mengetahui tingkat kesadaran terhadap kondisi penyakit terminal
1.3.8 Mengetahui respon klien terhadap penyekit terminal
1.3.9 Memahami adaptasi pasien dengan penyakit terminal.
1.3.10 Mengetahui apa itu kematian.
1.3.11 Mengetahui asuhan keperawatan pada klien terminal

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Dapat mengetahui pengertian penyakit terminal
1.4.2 Dapat mengetahui tujuan keperawatan klien dengan kondisi terminal
1.4.3 Dapat mengetahui kriteria penyakit terminal
1.4.4 Dapat mengetahui jenis-jenis penyakit terminal
1.4.5 Dapat memahami masalah yang berkaitan dengan penyakit teminal
1.4.6 Dapat mengetahui kebutuhan seseorang dengan penyakit terminal
1.4.7 Dapat mengetahui tingkat kesadaran terhadap kondisi penyakit terminal
1.4.8 Dapat mengetahui respon klien terhadap penyekit terminal
1.4.9 Dapat memahami adaptasi pasien dengan penyakit terminal
1.4.10 Dapat mengetahui pengertian kematian
1.4.11 Dapat mengetahui asuhan keperawatan klien terminal

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Terminal

Kondisi Terminal adalah: Suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui
suatu tahapan proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual bagi individu. (Carpenito ,
1995).
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat
dihindari dalam waktu bervariasi ( Stuard& Sundeen , 1995).

2
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui
suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Rosa,
1969).
Penyakit pada stadium lanjut ,penyakit utama tidak dapatr diobati, bersifat progresif
,pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas
hidup (Tim medis RS Kanker Darmais,1996).
Pasien Terminal adalah : Pasien psien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka
akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M. Stevens, dkk
,hal 282, 1999 ).
Pendampingan dalam proses kematian adalah suatu pendamping dalam kehidupan , karena
mati itu termasuk bagian dari kehidupan . Manusia dilahirkan , hidup beberapa tahun , dan
akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu adalah kehidupan, dan itu memang akan
terjadi, kematian adalah akhir dari kehidupan ( P.J.M. Stevens, dkk, 282,1999 ).
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju kearah
kematian contohnya seperti penyakit jantung , dan kanker atau penyakit terminal ini dapat
dikatakan harapan untuk hidup tipis ,tidak ada lagi obat-obatan ,tim medis sudah give up
(menyerah) dan seperti yang dikatakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah
kematian (White,2002).
Pasien penyakit terminal adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat
sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin
dapat menyembuhkan lagi.Oleh karena itu, pasien penyakit terminal harus mendapatkan
perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi untuk
menyembuhkan.
Jadi keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi yang sakit untuk sembuh.Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu kecelakaan.

2.2 Tujuan Keperawatan Klien Dengan Kondisi Terminal


Tujuan keperawatan klien dengan kondisi terminal secara umum:
1. Menghilangkan atau mengurangi rasa kesendirian, takut dan depresi
2. Mempertahankan rasa aman, harkat dan rasa berguna
3. Membantu klien menerima rasa kehilangan
4. Membantu kenyamanan fisik
5. Mempertahankan harapan (faith and hope)

3
2.3 Kriteria Penyakit Terminal
1. Penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi
2. Mengarah pada kematian
3. Diagnosa medis sudah jelas
4. Tidak ada obat untuk menyembuhkan
5. Prognosis jelek
6. Bersifat progresif

2.4 Jenis-Jenis Peyakit Terminal


Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah:
1. Penyakit-penyakit kanker.
Kanker merupakan salah satu penyakit berbahaya yang ada. Diantara beberapa jenis
kanker, kanker payudara adalah jenis kanker yang paling berbahaya dan paling sering
terjadi. Kanker payudara sangat berbahaya dikarenakan kanker jenis ini menyerang organ
reproduksi luar yaitu payudara dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain.Kanker payudara
juga dapat menyebabkan kematian. Kanker payudara yang dapat menyebabkan kematian
adalah kanker payudara stadium IV. Pada kanker payudara stadium IV seseorang sudah
menderita kanker payudara yang sangat parah atau bahkan tidak memiliki harapan hidup
(terminal). Kondisi terminal pada penderita kanker payudara stadium IV tidak dapat
dihindari dan ini pasti akan dialami oleh setiap penderita yang akan menjelang ajal.Pada
kondisi terminal perubahan utama yang terjadi adalah perubahan psikologis yang menyertai
pasien. Perubahan psikologis tersebut biasanya mengarah ke arah yang lebih buruk dan
membuat pasien menjadi tidak koperatif. Disini peran perawat sangat dibutuhkan dan
menjadi hal yang penting, dan untuk membuat klien merasa lebih nyaman dan mampu
membuat klien menjadi tenang pada saat menjelang ajal.

2. Penyakit-penyakit infeksi.
Meningitismerupakan infeksi pada selaput otak yang di sertai radang membran
pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang mana keseluruhan
tersebut di sebut meningen. Bahayanya adalah Apabila Meningitis telah masuk stadium
terminal dan tidak ditangani segera, maka adanya resiko kematianlah yang akan terjadi
dalam waktu kurang lebih 3 pekan.

3. Congestif Renal Falure (CRF)


Chronic Renal Failure (CRF) merupakan gangguan fungsi ginjal yang berlangsung
secara progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

4
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urin dan
sampah nitrogen lain dalam tubuh). (Brunner and Suddarth , hal. 1448).
Patofisiologi terjadinya gagal ginjal kronik setelah berbagai macam penyakit yang
merusak nefron ginjal sehingga menyebabkan fungsi ginjal turun dari 25% ban nefron-
nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa
meningkatkan fungsi nefron yang masih normal, sisa yang normal akan terjadi hipertrofi
sehingga kerusakan renal bertambah/jumlah nefron yang normal menurun dalam usaha
untuk melaksanakan beban kerja ginjal, terjadi peningkatan filtrasi beban solut dan
reabsorbsi dan berakibat pada diuresis osmotik, ketidakseimbangan cairan disertai poliuria
dan haus yaitu peningkatan aliran kemih dan penurunan konsentrasi, maka penderita bisa
menjadi dehidrasi dan cenderung terjadi retensi garam dan air yang normal diekskresikan
dalam urine, di dalam aliran darah terjadi uremia yang mempengaruhi semua sistem tubuh,
ketidakmampuan mengeluarkan urine (oliguria) menyebabkan kepekatan urine meningkat
sehingga semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin besar namun
gejala akan berkurang setelah dialisis (Hemodialilsa). Penyusutan progresif pada nefron-
nefron terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah ke ginjal berkurang.Pelepasan
renin meningkat dan mengaktifkan sistem renin angiotensin aldosteron dan tahanan perifer
meningkat dan berakibat hipertensi, dan gangguan pemekatan retensi garam akibatnya
kelebihan cairan dapat menjurus ke gagal jantung kongestif (CHF).Dengan berkembangnya
penyakit renal terjadi asidosis metabolik yang disebabkan ketidakmampuan ginjal
mengekskresikan asam (H+) yang berlebihan.Penurunan sekresi asam terutama akibat
ketidakmampuan tubulus ginjal mengekresi amonia (NH +) dan absorbsi natrium bikarbonat
(HCO3). Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi penderita uremia
sering terjadi manifestasi gastrointestinal, meliputi nausea, muntah, anoreksia, foetor uremik
dan pada uremia lanjut stomatitis esofagitis, manifestasi pada kardiovaskuler pada gagal
ginjal kronis mencakup hipertensi akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas
angiotensin aldosteron. Nyeri dada dan sesak napas akibat perikarditis, efusi perikardial,
penyakit jantung koroner akibat arteriosklerosis dini, edema akibat penimbunan cairan,
gejala hematologi, anemia disebabkan berkurangnya fungsi eritroprotein, sehingga
rangsangan entropcoesis pada sumsum tulang menurun, hemolisis, defisiensi besi, masa
perdarahan panjang, fagositosis, fungsi limfosit menurun. Gejala pada endokrin, gangguan
seksual, libido/ereksi menurun, pada laki-laki impoten, ammenorrea pada wanita, gangguan
toleransi glukosa, gangguan metabolik lemak. Gejala pada sistem saraf adalah retless leg
syndrome, burning feet syndrome, dan enselofati metabolik, dan manifestasi pada kulit

5
adalah kulit berwarna pucat, gatal, ekimosis, uremik frost, kulit tipis, kuku mudah rapuh,
kusam dan rontok, gejala psikologi, cemas, penolakan, depresi.

4. Stroke Multiple Sklerosis.


Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakit dimana syaraf-syaraf dari sistim syaraf
pusat (otak dan sumsum tulang belakang atau spinal cord) memburuk atau
degenerasi.Myelin yang menyediakan suatu penutup atau isolasi untuk syaraf-syaraf,
memperbaiki pengantaran (konduksi) dari impuls-impuls sepanjang syaraf-syaraf dan juga
adalah penting untuk memelihara kesehatan dari syaraf-syaraf.Pada multiple sclerosis,
peradangan menyebabkan myelin akhirnya menghilang.Sebagai konsekwensinya, impuls-
impuls listrik yang berjalan sepanjang syaraf-syaraf memperlambat, yaitu menjadi lebih
perlahan.Sebagai tambahan, syaraf-syaraf sendiri menjadi rusak.Ketika semakin banyak
syaraf-syaraf yang terpengaruh, seorang pasien mengalami suatu gangguan yang progresif
pada fungsi-fungsi yang dikontrol oleh sistim syaraf seperti penglihatan, kemampuan
berbicara, berjalan, menulis, dan ingatan.

5. Akibat kecelakaan fatal.


Cedera kepala telah menyebabkan banyak kematian dan cacat pada usia kurang dari 50
tahun. Otak bisa mengalami cedera meskipun tidak terdapat luka yang menembus tulang
tengkorak.Berbagai cedera bisa disebabkan oleh percepatan mendadak yang memungkinkan
terjadinya benturan atau karena perlambatan mendadak yang terjadi jika kepala membentur
objek yang tidak bergerak.Kerusakan otak bisa terjadi pada titik benturan dan pada sisi yang
berlawanan.Cedera ini disebut coup contrecoup (bahasa Perancis untuk hit-counterhit).

6. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome )


AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus
lain. Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini
akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor.
Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus,
namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

2.5 Masalah Yang Berkaitan Dengan Penyakit Teminal

6
1. Problem fisik
Berkaitan dengan kondisi (penyakit terminalnya): nyeri, perubahan berbagai fungsi
sistem tubuh, perubahan tampilan fisik.
2. Problem psikologis (ketidakberdayaan)
Kehilangan control, ketergantungan, kehilangan diri dan harapan.
3. Problem social
Isolasi dan keterasingan, perpisahan.
4. Problem spiritual.
Kehilangan harapan dan perencanaan saat ajal tiba
5. Ketidak-sesuaian
Antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan yang didapat (dokter, perawat,
keluarga, dan sebagainya).

2.6 Kebutuhan Seseorang Dengan Penyakit Terminal


Seseorang dengan penyakit terminal akan mengalami rasa berduka dan kehilangan.
Sebagai seorang perawat kita harus mampu memahami hal tersebut.Komunikasi dengan
klien penyakit terminal merupakan komunikasi yang tidak mudah. Perawat harus
memiliki pengethauan tentang penyakit yang mereka alami serta pengetahuan tentang
proses berduka dan kehilangan. Dalam berkomunikasi perewat menggunakan konsep
komunikasi terapeutik.Saat berkomunikasi dengan klien dengan kondisi seperti itu bisa
jadi akan timbul penolakan dari klien. Dalam menghadapi kondisi tersebut, perawat
menggunakan komunikasi terapetik.Membangun hubungan saling percaya dan caring
dengan klien dan keluarga melaui penggunaan komunikasi terapeutik membentuk dasar
bagi intervensi pelayanan paliatif (Mok dan Chiu, 2004 dikutip dari Potter dan Perry
2010).
Dalam berkomunikasi, gunakan komunikasi terbuka dan jujur, tunjukkan rasa
empati. Dengarkan dengan baik, tetap berpikiran terbuka, serta amati respon verbal dan
nonverbal klien dan keluarga. Saat berkomunikasi mungkin saja klien akan menghindari
topic pembicaraan, diam, atau mungkin saja menolak untuk berbicara. Hal tersebut
adalah respon umum yang mungkin terjadi.Respon berduka yang normal seperti
kesedihan, mati rasa, penyangkalan, marah, membuat komunikasi menjadi sulit. Jika
klien memilih untuk tidak mendiskusikan penyakitnya saat ini, perawat harus
mengizinkan dan katakana bahwa klien bisa kapan saja mengungkapkannya.Beberapa
klien tidak akan mendiskusikan emosi karena alasan pribadi atau budaya, dan klien lain
ragu ragu untuk mengungkapkan emosi mereka karena orang lain akan meninggalkan
mereka (Buckley dan Herth, 2004 dikutip dari potter dan perry 2010).

7
Memberi kebebasan klien memilih dan menghormati keputusannya akan membuat
hubungan terapeutik dengan klien berkembang. Terkadang klien perlu mengatasi berduka
mereka sendirian sebelum mendiskusikannya dengan orang lain. Ketika klien ingin
membicarakan tentang sesuatu, susun kontrak waktu dan tempat yang tepat.

2.7 Tingkat Kesadaran Terhadap Kondisi Penyakit Terminal


1. Closed Awareness
Dalam hal ini klien dan keluarga tidak menyadari datangnya kematian, tidak tahu
mengapa sakit dan percaya akan sembuh.
2. Mutual Pretense
Dalam hal ini klien, keluarag, team kesehatan tahu bahwa kondisinya terminal
tetapi merasa tidak nyaman untuk dan menghindari membicarakan kondisi yang
dihadapi klien.Ini berat bagi klien karena tidak dapat mengekspresikan kekuatannya.

3. Open Awareness
Pada kondisi ini klien dan orang disekitarnya tahu bahwa dia berada
diambang kematian sehingga tidak ada kesulitan untuk membicarakannya. Pada tahap
ini klien dapat dilibatkan untuk proses intervensi keperawatan.

2.8 Respon Klien Terhadap Penyakit Terminal


Keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-Spritual ini akan meliputi
respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009)
1. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut,
cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
2. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui
berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
3. Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
kelompoknya
4. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas,
nyeri, dll
5. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus
dibantu melalui hemodialisa
6. Kehilangan fungsi mental

8
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
7. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit terminal merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta
identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah

8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga


Contohnya : seseorang ayah yang memilikiki peran dalam keluarga mencari nafkah
akibat penyakit teminalnya , ayah tesebut tidak dapat menjalankan peranya tersebut.

2.9 Adaptasi Pasien Dengan Penyakit Terminal

Bagaimana caraseseorang beradaptasi dengan penyakit terminal sesuai dengan umurnya


sebagai berikut:
1. Anak
Konsep kematian masih abstrak dan tidak dimengerti dengan baik oleh anak-
anak. Sampai umur 5 tahun, anak masih berpikir bahwa kematian adalah hidup di
tempat lain dan orang dapat datang kembali. Mereka juga percaya bahwa kematian
bisa dihindari. Kematian adalah topik yang tidak mudah bagi orang dewasa untuk
didiskusikan dan mereka biasanya menghindarkan anaknya dari realita akan kematian
dengan mengatakan bahwa orang mati akan pergi atau berada di surga atau hanya
tidur.Pada anak yang mengalami penyakit terminal kesadaran mereka akan muncul
secara bertahap. Pertama, anak akan menyadari bahwa mereka sangat sakit tetapi akan
sembuh. Kemudian mereka menyadari penyakitnya tidak bertambah baik dan belajar
mengenai kematian dari teman seumurnya terutama orang yang memiliki penyakit
mirip, lalu mereka menyimpulkan bahwa mereka juga sekarat.
Saat ini, para ahli percaya bahwa anak-anak seharusya mengetahui sebanyak
mungkin mengenai penyakitnya agar mereka mengerti dan dapat mendiskusikannya
terutama mengenai perpisahan dengan orang tua. Ketika anak mengalami terminal
illness biasanya orang tua akan menyembunyikannya, sehingga emosi anak tidak
terganggu. Untuk anak yang lebih tua, pendekatan yang hangat, jujur, terbuka, dan
sensitif mengurangi kecemasan dan mempertahankan hubungan yang saling
mempercayai dengan orang tuanya.

2. Remaja atau Dewasa muda

9
Walaupun remaja dan dewasa muda berpikir bahwa kematian pada usia muda
cukup tinggi, mereka memimpikan kematian yang tiba-tiba dan kekerasan. Jika
mereka mengalami terminal illness, mereka menyadari bahwa kematian tidak terjadi
semestinya dan merasa marah dengan ketidakberdayaannya dan ketidakadilan
serta tidak adanya kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya.
Pada saat seperti ini, hubungan dengan ibunya akan menjadi lebih dekat.
Menderita penyakit terminal terutama pada pasien yang memiliki anak akan membuat
pasien merasa bersalah tidak dapat merawat anaknya dan seolah-olah merasa bahagia
melihat anaknya tumbuh. Karena kematian pada saat itu terasa tidak semestinya,
dewasa muda menjadi lebih marah dan mengalami tekanan emosi ketika hidupnya
diancam terminal illness.

3. Dewasa madya dan dewasa tua


Penelitian membuktikan bahwa dewasa muda menjadi semakin tidak takut
dengan kematian ketika mereka bertambah tua. Mereka menyadari bahwa mereka
mungkin akan mati karena penyakit kronis. Mereka juga memiliki masa lalu yang
lebih panjang dibandingkan orang dewasa muda dan memberikan kesempatan pada
mereka untuk menerima lebih banyak.Orang-orang yang melihat masa lalunya dan
percaya bahwa mereka telah memenuhi hal-hal penting dan hidup dengan baik tidak
begitu kesulitan beradaptasi dengan penyakit terminal.

2.10 Kematian (Dying)


a. Definisi
Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yang berarti keadaan
mati atau kematian.Sedangkan secara definitive, kematian adalah terhentinya fungsi
jantung dan paru-paru secara menetap, atau terhentinya kerja otak secara permanen.

b. Tahapan Penerimaan Terhadap Kematian (Kubler-rosss)


Menurut Yosep iyus (2007,175) merumuskan lima tahap ketika seseorang
dihadapkan pada kematian. Kelima tahap tersebut antara lain:

1. Denial(penyangkalan)
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau
yang sedang terjadi. Dan tidak siap terhadap kondisi yang dihadapi dan dampaknya.
Ini memungkinkan bagi pasien untuk membenahi diri. Dengan berjalannya waktu,
sehingga tidak refensif secara radikal.Penyangkalan merupakan reaksi pertama ketika

10
seseorang didiagnosis menderita terminal illness. Sebagian besar orang akan merasa
shock, terkejut dan merasa bahwa ini merupakan kesalahan. Penyangkalan adalah
awal penyesuaian diri terhadap kehidupan yang diwarnai oleh penyakit dan hal
tersebut merupakan hal yang normal dan berarti.

2. Marah
Fase marah terjadi pada saat fase denial tidak lagi bisa dipertahankan.Rasa
kemarahan ini sering sulit dipahami oleh keluarga atau orang terdekat oleh karena
dapat terpicu oleh hal-hal yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan. Rasa
marah ini sering terjadi karena rasa tidak berdaya, bisa terjadi kapan saja dan kepada
siapa saja tetapi umumnya terarah kepada orang-orang yang secara emosional punya
kedekatan hubungan.Pasien yang menderita penyakit terminal akan mempertanyakan
keadaan dirinya, mengapa ia yang menderita penyakit dan akan meninggal. Pasien
yang marah akan melampiaskan kebenciannya pada orang-orang yang sehat seperti
teman, anggota keluarga, maupun staf rumah sakit. Pasien yang tidak dapat
mengekspresikan kemarahannya misalnya melalui teriakan akan menyimpan sakit
hati. Pasien yang sakit hati menunjukkan kebenciannya melalui candaan tentang
kematian, mentertawakan penampilan atau keadaannya, atau berusaha melakukan hal
yang menyenangkan yang belum sempat dilakukannya sebelum ia meninggal.
Kemarahan merupakan salah satu respon yang paling sulit dihadapi keluarga dan
temannya. Keluarga dapat bekerja sama dengan terapis untuk mengerti bahwa pasien
sebenarnya tidak marah kepada mereka tapi pada nasibnya.

3. Bargaining (menawar)
Klien mencoba untuk melakukan tawar menawar dengan tuhan agar terhindar dari
kehilangan yang akan terjadi, ini bisa dilakukan dalam diam atau dinyatakan secara
terbuka. Secara psikologis tawar menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan
atau dosa masa lalu. Pada tahap ini pasien sudah meninggalkan kemarahannya dalam
berbagai strategi seperti menerapkan tingkah laku baik demi kesehatan, atau
melakukan amal, atau tingkah laku lain yang tidak biasa dilakukannya merupakan
tanda bahwa pasien sedang melakukan tawar-menawar terhadap penyakitnya.

4. Depresi
Tahap keempat dalam model Kubler-Ross dilihat sebagai tahap di mana pasien
kehilangan kontrolnya. Pasien akan merasa jenuh, sesak nafas dan lelah. Mereka akan
merasa kesulitan untuk makan, perhatian, dan sulit untuk menyingkirkan rasa sakit
atau ketidaknyamanan. Rasa kesedihan yang mendalam sebagai akibat kehilangan

11
( past loss & impending loss), ekspresi kesedihan ini verbal atau nonverbal merupakan
persiapan terhadap kehilangan atau perpisahan abadi dengan apapun dan
siapapun.Tahap depresi ini dikatakan sebagai masa anticipatory grief, di mana
pasien akan menangisi kematiannya sendiri. Proses kesedihan ini terjadi dalam dua
tahap, yaitu ketika pasien berada dalam masa kehilangan aktivitas yang dinilainya
berharga, teman dan kemudian mulai mengantisipasi hilangnya aktivitas dan
hubungan di masa depan

5. Penerimaan (acceptance)
Pada tahap ini pasien sudah terlalu lemah untuk merasa marah dan memikirkan
kematian.Beberapa pasien menggunakan waktunya untuk membuat perisapan,
memutuskan kepunyaannya, dan mengucapkan selamat tinggal pada teman lama dan
anggota keluarga.
Pada tahap menerima ini, klien memahami dan menerima keadaannya yang
bersangkutan mulai kehilangan interest dengan lingkungannya,dapat menemukan
kedamaian dengan kondisinya, dan beristirahat untuk menyiapkan dan memulai
perjalanan panjang.

c. Implikasi Keperawatan terhadap Respon Klien

1. Tahap Denial
Beri dukungan pada fase awal karena ini berfungsi protektif dan memberi waktu
bagi klien untuk melihat kebenaran. Bantu untuk melihat kebenaran dengan
konfirmasi kondisi melalui second opinion.

2. Tahap Anger
Bantu klien untuk memahami bahwa marah adalah respon normal akan
kehilangan dan ketidakberdayaan. Siapkan bantuan berkesinambungan agar klien
merasa aman.

3. Tahap Bargaining
Asah kepekaan perawat bila fase tawar menawar ini dilakukan secara diam-diam.
Bargaining sering dilakukan klien karena rasa bersalah atau ketakutan terhadap
bayang-bayang dosa masa lalu. Bantu agar klien mampu mengekspresikan apa yang
dirasakan, apabila perlu datangkan pemuka agama untuk pendampingan.

4. Tahap Depresi
Klien perlu untuk merasa sedih dan beri kesempatan untuk mengekspresikan
kesedihannya. Perawat hadir sebagai pendamping dan pendengar.

12
5. Tahap Menerima
Klien merasa damai dan tenang. Dampingi klien untuk mempertahankan rasa
berguna (self worth). Berdayakan pasien untuk melakukan segala sesuatu yang masih
mampu dilakukan dengan pendampingan. Fasilitasi untuk menyiapkan perpisahan
abadi.

2.11Contoh Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyakit Terminal

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN Ca CERVIKS


DI RSUP SANGLAH

I. Identitas Klien
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 50 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Planjon RT 2/14
5. Status perkawinan : Menikah
6. Agama : Islam
7. Pendidikan : SD
8. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
9. Tanggal masuk RS : 25/09/2005
10. Tanggal pengkajian : 26/09/2005
11. Sumber informasi : Anak
12. Keluarga yang dapat dihubungi : Anak

II. Status Kesehatan Saat Ini


1. Alasan kunjungan / keluhan saat ini:
Klien mengatakan badannya terasa lemah, mudah lelah/cape, dan pegal pegal.

2. Faktor pencetus
Klien datang ke Rumah Sakit karena mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak
3 bulan yang lalu.

13
3. Lamanya keluhan
Di rasakan sudah 3 bulan.

4. Timbulnya keluhan
Perdarahan terjadi tidak tentu waktunya.

5. Faktor yang memperberat


Perdarahan akan semakin banyak jika klien melakukan aktivitas yang berat.

6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi


a. Sendiri: Setelah mengetahui keadaannya klien istirahat dari aktivitas yang
berat.
b. Oleh orang lain: Klien sebelumnya di bawa ke rumah Sakit Fatmawati
untuk mendapat perawatan di sana.

7. Diagnosa medik
Ca Cervix III A dengan Anemi

III.Riwayat Keluarga
Genogram

IV. Riwayat Kesehatan yang Lalu

1. Penyakit yang pernah dialami

a. Kanak-kanak : Tidak ada


b. Kecelakaan : Tidak pernah
c. Pernah dirawat : Pernah di rawat sebelumnya karena sakit typhoid, Klien
juga pernah dilakukan curretage pada 20 Juli 2005.
d. Operasi : Belum pernah

14
2. Alergi

Klien tidak mempunyai riwayat alergi

3. Imunisasi

Klien mengatakan tidak pernah melakukan imunisasi kecuali tetanus toxoid


sewaktu hamil

4. Kebiasaan merokok, kopi, obat, dan alcohol

Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan tersebut.

5. Obat-obatan

Klien tidak mempunyai kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan tanpa resep dari


dokter.

V. Pengkajian Fisik

Kesadaran : Compos mentis


Tanda Vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/m
o
Temperatur : 36,5 C
Respirasi rate : 20 x/m
Berat Badan : 51 kg , Tinggi Badan : 155 cm

Pemeriksaan Head to toe

1. Kepala

BentukBulat, keluhan yang dikemukakan akhir-akhir ini klien mengeluh sering


pusing, rambut cukup bersih.

2. Mata

15
Pupil isokor diameter 2 mm, reaksi terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis,
tanda-tanda radang tidak ditemukan, tidak menggunakan kaca mata.

3. Hidung

Tidak pernah mengalami reaksi alergi, pernah mengalami flu tetapi tidak terlalu
sering tergantung keadaan iklim, perdarahan tidak ditemukan.

4. Mulut dan Tenggorok

Gigi geligi baik , caries tidak ada, kesulitan berbicara maupun menelan tidak
ditemukan.

5. Pernafasan

Suara paru vesikuler, pola nafas teratur, batuk (-), sputum (-), nyeri (- ).

6. Sirkulasi

Nadi perifer kuat, Capillary refill time < 2 detik, distensi vena jugularis (-), Suara
jantung S1 dan S2 murni, edema tidak ditemukan, palpitasi (-), sianosis (-).

7. Nutrisi

Berat badan 50 kg, Tinggi badan 155 cm, status gizi baik, jenis diet TKTP, nafsu
makan kurang, hanya menghabiskan 1/3 porsi yang diberikan rasa mual (+),
muntah (-), intake cairan cukup dengan minum 6 - 7 gelas perhari.

8. Eliminasi

BAB :Bab pola rutin setiap pagi 1 kali dalam sehari, tidak menggunakan
pencahar, colostomi tidak ada, diare tidak ada, konstipasi tidak ada.
BAK :Tidak ada kesulitan dalam BAK, tidak terdapat hematuri dan infeksi,
kateter tidak terpasang.

9. Reproduksi

16
Kehamilan G8P7A1

No. Gg. Proses Lama Tempat Masalah Maasala Masala Keadaa


Persalina h h n anak
Ana Kehamila Persalina Persalina Persalina n saat ini
k n n n n Nifas bayi
Dan

Laktasi

1 - Normal - RB - - - Hidup
&
Baik
2 - Normal - RB - - -
Hidup
&
Baik
3 - Normal - RB - - -

Hidup
4 - Normal - RB - - - &
Baik

5 - Normal - RS - - - Hidup
&
Baik
6 - Normal - RS - - - Hidup
&
Baik
7 - Normal - RB - - -

Hidup
&
Baik
Hidup
&
Baik

Pemeriksaan payudara: tidak dilakukan, keluhan payudara : Tidak ada


Pemeriksaan Genetalia : tidak dilakukan, keluhan genetalia : Keputihan tidak ada
Usia menarche : 14 tahun
Siklus menstruasi 28, Karakteristik menstruasi : teratur 5 7 hari
Menopause (-), keluhan yang muncul selama ini (-)

17
Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi : Ada sejak 3 bulan yang
lalu yaitu perdarahan pervaginam, telah dilakukan curetage.
Pembedahan ginekologi : Tidak ada riwayat pembedahan

10. Neurosis :

Tingkat kesadaran compos mentis GCS baik, disorientasi (-), tingkah laku baik
kooperatif, riwayat epilepsi (-) reflex +/+ kiri-kanan ekstremitas atas dan bawah,
kekuatan mengenggam baik.

11. Muskuloskeletal :

Kekuatan otot baik, pergerakan ekstremitas tidak ada masalah, nyeri (-) kekakuan.

12. Kulit : Sawo matang, integritas baik, turgor baik.

VI. Riwayat Lingkungan:


Kebersihan rumah Baik, bahaya (-), Polusi (-)

VII. Aspek psikososial :

1. Pola pikir dan persepsi:

Klien tidak menggunakan alat bantu lihat maupun dengar, kesulitan yang dialami
sering pusing, penurunan sensitifitas terhadap sakit tidak ada, kesulitan membaca dan
menulis juga tidak ada.

2. Persepsi diri

Hal yang sangat dipikirkan saat ini oleh pasien adalah bagaimana penyakitnya bisa
cepat sembuh, harapan setelah menjalani perawatan agar penyakitnya bisa secepatnya
sembuh.

3. Suasana hati

18
Pasien mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang, tetapi selalu tetap berusaha
mendapatkan pelayanan dan perawatan tetap mengontrol dan mengikuti anjuran yang
diberikan dan meyakini bahwa Tuhan akan memberikan kesembuhan.

4. Hubungan/komunikasi

Bicara jelas,relevan,mampu mengekspresikan apa yang dideritanya dan mempu


mengerti orang lain, bahasa utama yang digunakan adalah bahasa Jawa. Tempat tinggal
bersama keluarga di Cilacap, Adat istiadat yang dianut Adat Jawa, pembuatan
keputusan dalam keluarga selalu didiskusikan, pola komunikasi baik satu dengan yang
lain dalam anggota keluarga, keuangan selama ini cukup dibiayai sepenuhnya oleh
suami, kesulitan dalam keluarga (-).

5. Kebiasaan Seksual

Gangguan hubungan seksual tidak ada. Pemahaman terhadap fungsi seksual : pasien
mengerti dan memahami fungsi seksual dengan baik, saat ini gangguan yang dirasakan
hanya masalah menstruasi yang tidak teratur, dengan siklus Haid yang tidak teratur,
lama haid 5-7 hari.

6. Pertahanan koping

Pengambilan keputusan selama ini dilakukan oleh klien sendiri dengan petunjuk /
saran dari orang tua, pasien menikmati apa yang dideritanya tanpa merasa rendah diri,
terisolir dengan pergaulan lainnya, jika stress pasien lebih memilih bergabung dengan
teman-temannya dan mengemukakan masalah yang dihadapi tanpa merasa rendah diri.

7. Sistem Nilai dan kepercayaan

Klien meyakini bahwa penyakitnya bisa sembuh dengan keyakinan bahwa Tuhan
tidak akan memberikan cobaan sebatas kemampuan yang dimiliki klien, Klien beragam
islam taat beribadah, dan sering mengikuti pengajian dimesjid saat hari-hatri tertentu,
sholat lima waktu selalu dilakukan.

8. Tingkat perkembangan

Usia 34 tahun. Karateristik : Dewasa muda lebih matang dalam emosial serta
psikologis, temperamen tenang.

Data Laboratorium

19
Tanggal Dan Jenis
Hasil Pemeriksaan Satuan Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
25 Sept 2005: Kimia

TP 7,91 g/dL 6,4 8,3


Alb 3,49 g/dL 3,50 5,00
AST 23 U/L 10.0-42.0
ALT 28 U/L 10,0-40,0
BUN 10,9 Mg/dL 7,0 -18,9
CREA 0,77 Mg/dL 0,60 -1,30
Glu 159 Mg/dL 102
Na 135,6 Mmol/L 136 145
K 3,06 Mmol/L 3,10 5,00
Cl 98,6 Mmol/L 98 107

Darah rutin
WBC 17,3 H 103/UL 4,0-11,0
RBC 3,17 L 106//UL 4,50 -6,50
HGB 8,8 L g/dL 13,0- 18,0
HCT 26,2 L% 4,00 -54,0
MCV 82,7 fL 76,0-96,0
MCH 27,8 PG 27,0 -31,0
MCHC 33,6 H g/dL 30,0-35,0
PLT 415 x 1013 uL 150-450
BT 2,5 16
CT 7 8

Terapi Medis yang diberikan

20
Tanggal Jenis terapi Rute terapi Dosis

26 Sept 05 Amoxillin Oral 3 x 500


Kalnex Intra Vena 3x1

Persepsi Klien terhadap penyakitnya :


Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya dan selalu menanyakan kepada
perawat apa tindakan yang akan dilakukan terhadapnya, klien yakin akan kesembuhan
penyakitnya

Kesan perawat terhadap klien :


Klien kooperatif dalam pelaksanaan perawatan. Dengan keterbatasan pengetahuan
tentang penyait dan rencana pengobatan, semangat serta motivasi untuk lepas dari
penyakitnya sangat tinggi.

ANALISA DATA

Kemungkinan
No Data Masalah
Penyebab
1. 26 Sept 2005 Resiko Intake kurang
Ketidakseimbangan
DS :
nutrisi kurang dari
Pasien menyatakan mual, nafsu makan jelek. kebutuhan tubuh

DO :
Diet rata-rata habis 1/3 porsi, BB 50 TB 155,
Alb 3,49.

2. DS :Klien mengatakan cemas setelah Cemas Situasi Krisis


mendapat informasi bahwa dia menderita
tumor di mulut rahimnya.
DO :

21
3. DS : Kurang kurangnya
pengetahuan sumber
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang
informasi
penyakitnya
Klien bertanya pada perawat apa tindakan
yang akan dilakukan
DO :

4. Ds :
Pasien menyatakan lemes, mudah lelah dan PK anemia
cape.
DO :
Hb Tgl 25 Sept 8,8 gr %, perdarahan
pervaginam +, konjungtiva anemis.

RENCANA KEPERAWATAN

22
N Hari/ DIAGNOSA PERENCANAAN
O
tangga KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
l
1. Senin, Cemas b.d. Situasi Klien menunjukkan1. Reduksi kecemasan
krisis. kontrol kecemasan
23-02- 1. Kaji tingkat kecemasan
setelah dilakukan
2017 dan respon fisiknya.
perawatan 2x24 jam
dengan kriteria: 2. Gunakan kehadiran,
sentuhan (dengan ijin),
1. Dapat
verbalisasi untuk
mengidentifikasi,
mengingatkan klien tidak
verbalisasi, dan
sendiri.
mendemonstrasikan
teknik menurunkan 3. Terima pasien dan
kecemasan. keluarganya apa adanya.
2. Menunjukkan 4. Gali reaksi personal dan
postur, ekspresi ekspresi cemas.
wajah, perilaku,
tingkat 5.
aktivitas Bantu mengidentifikasi
yang penyebab.
menggambarkan 6. Gunakan empati untuk
kecemasan mendukung orang tua.
menurun.
7. Anjurkan untuk berfikir
3. mampu positif.
mengidentifikasi
dan 8.
verbalisasi Intervensi terhadap
penyebab cemas. sumber cemas.
9. Jelaskan aktivitas,
prosedur.
10. Gali koping klien.
11. Ajarkan tanda-tanda
kecemasan.
12. Bantu orang tua
mendefinisikan tingkat
kecemasan.
13. Ajarkan teknik distraksi
dan relaksasi.
14. Ajarkan teknik
manajemen cemas.

2. Senin, Resiko Status nutrisi kliena. Timbang BB sesuai

23
23-02- ketidakseimbangan seimbang setelah indikasi.
2017 nutrisi: Kurang dari diberikan
b. Monitor intake klien.
kebutuhan tubuh perawatan dengan
b.d. intake kurang kriteria: c. Berikan makanan dalam
porsi kecil tapi sering dan
1. BB stabil.
sajikan dalam keadaan
2. Turgor kulit baik. hangat.
3. Intake makanand. Anjurkan klien menjaga
meningkat. kebersihan mulutnya.
e. Atur lingkungan yang
tenang dan bersih selama
makan.
f. Posisikan kepala klien
lebih tinggi dari kaki.
g. Pantau masukan dan
haluaran.
h. Berikan nutrisi parenteral
sesuai indikasi

3. Senin, Kurang Pengetahuan Pendidikan kesehatan


pengetahuan b/d klien tentang
23-02- a. Kaji tingkat
kurangnya sumber perawatan
2017 pengetahuan klien.
informasi penyakitnyaaka
n meningkat b. Jelaskan tentang
dengan penyakit dan kondisi klien
indikator:
c. Jelaskan pengobatan
Mampu yang akan dilakukan
menjelaskan terhadap klien
penyakit dan proses
d. Diskusikan tentang
pengobatan
perubahan gaya hidup
pada pasien yang mungkin
dibutuhkan.
e. Klarifikasi informasi
yang diberikan oleh tim
kesehatan lain sebelum
informasi kita berikan.

24
4. Senin, PK Anemia Setelah dila-kukan a. Jelaskan kepada pasien
tindakan dan keluarga tentang
23-02-
keperawatan anemia, penyebab, tanda
2017
komplikasi anemia gejala dan rencana
tidak terjadi dengan penatalaksanaan
kriteria :
b. Monitor tanda dan
1. Pucat gejala anemia
2. Konjungtivac. Monitor perdarahan
anemis - pervaginam
3. Aktivitas optimald. Bantu aktivitas
pemenuhan kebutuhan
4. TTV dbn
perawatan diri
5. Hb 11 16 gr %
e. Kolaborasi pemberian
tranfusi.

25
XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


Senin, Dx 1 Mengkaji tingkat S:
kecemasan dan respon
23-02- Klien mengatakan cemas
fisiknya.
2017 karena ia menderita kanker
Menggali reaksi
11.00 O:
personal dan ekspresi
cemas. Klien masih tampak cemas
Membantu klien A: Masalah teratasi sebagian
mengidentifikasi
penyebab. P : Lanjutkan intervensi

Menganjurkan untuk
berfikir positif.
Jelaskan aktivitas,
prosedur.
Ajarkan teknik
manajemen cemas.

Senin, Dx 2 Menimbang BB S:
sesuai indikasi.
23-02- Klien mengatakan tidak nafsu
2017 Memonitor intake makan
klien.
11.00 O:
Memberikan
BB: 51 kg
makanan dalam porsi
kecil tapi sering dan Klien hanya menghabiskan
sajikan dalam keadaan 1/3 porsi
hangat.
A:
Menganjurkan klien
menjaga kebersihan Masalah teratasi sebagian
mulutnya. P:
Pantau masukan dan Lanjutkan intervensi
haluaran.
Memberikan nutrisi
parenteral sesuai
indikasi

26
Senin, Dx 3 Mengkaji tingkat S:
pengetahuan klien.
23-02- Klien dapat menyebutkan
2017 Menjelaskan tentang proses penyakit dan rencana
penyakit dan kondisi pengobatan
13.00
klien
O:
Menjelaskan
A: Masalah teratasi
pengobatan yang akan
dilakukan terhadap P : Lanjutkan intervensi
klien
Mendiskusikan
tentang perubahan
gaya hidup pada
pasien yang mungkin
dibutuhkan.
Klarifikasi informasi
yang diberikan oleh
tim kesehatan lain
sebelum informasi kita
berikan

Senin, Dx 4 Menjelaskan kepada S:


pasien dan keluarga
23-02- Klien mengatakan masih
tentang anemia,
2017 terjadi perdarahan
penyebab, tanda gejala
13.00 dan rencana O:
penatalaksanaan
Hb 8,8 gr%
Monitor tanda dan
gejala anemia Transfusi belum diberikan

Monitor perdarahan A:
pervaginam Masalah belum teratasi
Kolaborasi P:
pemberian tranfusi.
Lanjutkan intervensi
kolaborasi pemberian
Transfusi

BAB III
PENUTUP

27
3.1 Simpulan
Dari penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa penyakit terminal adalah
suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan lagi. Contohnya seperti penyakit jantung
gagal ginjal ,dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk
hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan
seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah
kematian.Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba
tanpa peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang.Terkadang kematian
menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.Perawatan pasien yang akan
meninggal tetap harus dilakukan. Perawatan yang komprehensif tentang orang yang
menjelang ajal sangat jarang menuntut lebih dari manajemen symptom yang hati-hati
dan perhatian terhadap kebutuhan dasar fisik pasien secara perorangan sebagai pribadi
dan keluarganya.

3.2 Saran
1. Perawat harus memahami apayang dialami klien dengankondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien.
2. Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien
menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk
mempertahankan kualitas hidup pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. (2009).Fundamental keperawatan (7 th ed.).(vols 2.). dr Adrina


&marina, penerjemah). Jakarta :EGC.
Kozier , Erb , Snyder.2010. Buku ajar Fundamental Keperawatan :Konsep , Proses
dan praktiks.edisi 7 .Volume 2. Jakarta : EGC
Ferrell,B.R& Coyle,N.(Eds.).(2007).Textbook of Palliative nursing, 2nd ed.New
York.NY:OxfordUniversity Press

28
KEPMENKES RI NOMOR:812/MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan
Perawatan Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia

29

Anda mungkin juga menyukai