PENDAHULUAN
Ketika seseorang didiagnosa sakit dengan sebuah sakit yang tergolong berat dan
berstadium lanjut dimana pengobatan medis sudah tidak mungkin dilakukan kepada si
pasien, maka kondisi pasien tersebut akan mengalami sebuah goncangan yang hebat.
Kematian adalah salah satu jawaban pasti bagi para pasien penyakit teminal.Berjalannya
waktu baik itu pendek atau panjang, bagi para pasien terminal penyakit adalah hari-hari yang
sangat menyiksa karena mereka harus menantikan kematian sebagai jawaban pasti dengan
penderitaan rasa nyeri yang sangat hebat. Berbagai macam peran hidup yang dijalani selama
ini pasti akan menghadapi kendala baik itu disebabkan karena kendala fisik, psikologis,
social, cultural maupun spiritual.
Demikian pula, diagnosis akan kematian pada para pasien penyakit terminal akan lebih
memberikan dampak konflik psikologis, social, cultural maupun spiritual yang sangat unik.
Sangat penting kita mempelajari konsep penyakit terminal karena,sebagai tenaga kesehatan
kita dapat mengetahui cara menangani pasien yang menghadapi sakaratul maut. Inti dari
penanganan pasien yang menghadapi sakaratul maut adalah dengan memberikan tenaga
kesehatan yang tepat, seperti memberikan perhatian yang lebih kepada pasien sehingga
pasien merasa lebih sabar dan ikhlas dalam menghadapi kondisi sakaratul maut.
1
1.2.10 Apa pengertian kematian?
1.2.11 Bagaimana contoh asuhan keperawatan pada klien terminal?
BAB II
PEMBAHASAN
Kondisi Terminal adalah: Suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui
suatu tahapan proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual bagi individu. (Carpenito ,
1995).
Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat
dihindari dalam waktu bervariasi ( Stuard& Sundeen , 1995).
2
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui
suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Kubler-Rosa,
1969).
Penyakit pada stadium lanjut ,penyakit utama tidak dapatr diobati, bersifat progresif
,pengobatan hanya bersifat paliatif (mengurangi gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas
hidup (Tim medis RS Kanker Darmais,1996).
Pasien Terminal adalah : Pasien psien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka
akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M. Stevens, dkk
,hal 282, 1999 ).
Pendampingan dalam proses kematian adalah suatu pendamping dalam kehidupan , karena
mati itu termasuk bagian dari kehidupan . Manusia dilahirkan , hidup beberapa tahun , dan
akhirnya mati. Manusia akan menerima bahwa itu adalah kehidupan, dan itu memang akan
terjadi, kematian adalah akhir dari kehidupan ( P.J.M. Stevens, dkk, 282,1999 ).
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju kearah
kematian contohnya seperti penyakit jantung , dan kanker atau penyakit terminal ini dapat
dikatakan harapan untuk hidup tipis ,tidak ada lagi obat-obatan ,tim medis sudah give up
(menyerah) dan seperti yang dikatakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah
kematian (White,2002).
Pasien penyakit terminal adalah pasien yang sedang menderita sakit dimana tingkat
sakitnya telah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis sudah tidak mungkin
dapat menyembuhkan lagi.Oleh karena itu, pasien penyakit terminal harus mendapatkan
perawatan paliatif yang bersifat meredakan gejala penyakit, namun tidak lagi berfungsi untuk
menyembuhkan.
Jadi keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi yang sakit untuk sembuh.Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu kecelakaan.
3
2.3 Kriteria Penyakit Terminal
1. Penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi
2. Mengarah pada kematian
3. Diagnosa medis sudah jelas
4. Tidak ada obat untuk menyembuhkan
5. Prognosis jelek
6. Bersifat progresif
2. Penyakit-penyakit infeksi.
Meningitismerupakan infeksi pada selaput otak yang di sertai radang membran
pelindung yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, yang mana keseluruhan
tersebut di sebut meningen. Bahayanya adalah Apabila Meningitis telah masuk stadium
terminal dan tidak ditangani segera, maka adanya resiko kematianlah yang akan terjadi
dalam waktu kurang lebih 3 pekan.
4
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urin dan
sampah nitrogen lain dalam tubuh). (Brunner and Suddarth , hal. 1448).
Patofisiologi terjadinya gagal ginjal kronik setelah berbagai macam penyakit yang
merusak nefron ginjal sehingga menyebabkan fungsi ginjal turun dari 25% ban nefron-
nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa
meningkatkan fungsi nefron yang masih normal, sisa yang normal akan terjadi hipertrofi
sehingga kerusakan renal bertambah/jumlah nefron yang normal menurun dalam usaha
untuk melaksanakan beban kerja ginjal, terjadi peningkatan filtrasi beban solut dan
reabsorbsi dan berakibat pada diuresis osmotik, ketidakseimbangan cairan disertai poliuria
dan haus yaitu peningkatan aliran kemih dan penurunan konsentrasi, maka penderita bisa
menjadi dehidrasi dan cenderung terjadi retensi garam dan air yang normal diekskresikan
dalam urine, di dalam aliran darah terjadi uremia yang mempengaruhi semua sistem tubuh,
ketidakmampuan mengeluarkan urine (oliguria) menyebabkan kepekatan urine meningkat
sehingga semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin besar namun
gejala akan berkurang setelah dialisis (Hemodialilsa). Penyusutan progresif pada nefron-
nefron terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah ke ginjal berkurang.Pelepasan
renin meningkat dan mengaktifkan sistem renin angiotensin aldosteron dan tahanan perifer
meningkat dan berakibat hipertensi, dan gangguan pemekatan retensi garam akibatnya
kelebihan cairan dapat menjurus ke gagal jantung kongestif (CHF).Dengan berkembangnya
penyakit renal terjadi asidosis metabolik yang disebabkan ketidakmampuan ginjal
mengekskresikan asam (H+) yang berlebihan.Penurunan sekresi asam terutama akibat
ketidakmampuan tubulus ginjal mengekresi amonia (NH +) dan absorbsi natrium bikarbonat
(HCO3). Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain juga terjadi penderita uremia
sering terjadi manifestasi gastrointestinal, meliputi nausea, muntah, anoreksia, foetor uremik
dan pada uremia lanjut stomatitis esofagitis, manifestasi pada kardiovaskuler pada gagal
ginjal kronis mencakup hipertensi akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas
angiotensin aldosteron. Nyeri dada dan sesak napas akibat perikarditis, efusi perikardial,
penyakit jantung koroner akibat arteriosklerosis dini, edema akibat penimbunan cairan,
gejala hematologi, anemia disebabkan berkurangnya fungsi eritroprotein, sehingga
rangsangan entropcoesis pada sumsum tulang menurun, hemolisis, defisiensi besi, masa
perdarahan panjang, fagositosis, fungsi limfosit menurun. Gejala pada endokrin, gangguan
seksual, libido/ereksi menurun, pada laki-laki impoten, ammenorrea pada wanita, gangguan
toleransi glukosa, gangguan metabolik lemak. Gejala pada sistem saraf adalah retless leg
syndrome, burning feet syndrome, dan enselofati metabolik, dan manifestasi pada kulit
5
adalah kulit berwarna pucat, gatal, ekimosis, uremik frost, kulit tipis, kuku mudah rapuh,
kusam dan rontok, gejala psikologi, cemas, penolakan, depresi.
6
1. Problem fisik
Berkaitan dengan kondisi (penyakit terminalnya): nyeri, perubahan berbagai fungsi
sistem tubuh, perubahan tampilan fisik.
2. Problem psikologis (ketidakberdayaan)
Kehilangan control, ketergantungan, kehilangan diri dan harapan.
3. Problem social
Isolasi dan keterasingan, perpisahan.
4. Problem spiritual.
Kehilangan harapan dan perencanaan saat ajal tiba
5. Ketidak-sesuaian
Antara kebutuhan dan harapan dengan perlakuan yang didapat (dokter, perawat,
keluarga, dan sebagainya).
7
Memberi kebebasan klien memilih dan menghormati keputusannya akan membuat
hubungan terapeutik dengan klien berkembang. Terkadang klien perlu mengatasi berduka
mereka sendirian sebelum mendiskusikannya dengan orang lain. Ketika klien ingin
membicarakan tentang sesuatu, susun kontrak waktu dan tempat yang tepat.
3. Open Awareness
Pada kondisi ini klien dan orang disekitarnya tahu bahwa dia berada
diambang kematian sehingga tidak ada kesulitan untuk membicarakannya. Pada tahap
ini klien dapat dilibatkan untuk proses intervensi keperawatan.
8
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
7. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit terminal merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta
identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah
9
Walaupun remaja dan dewasa muda berpikir bahwa kematian pada usia muda
cukup tinggi, mereka memimpikan kematian yang tiba-tiba dan kekerasan. Jika
mereka mengalami terminal illness, mereka menyadari bahwa kematian tidak terjadi
semestinya dan merasa marah dengan ketidakberdayaannya dan ketidakadilan
serta tidak adanya kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya.
Pada saat seperti ini, hubungan dengan ibunya akan menjadi lebih dekat.
Menderita penyakit terminal terutama pada pasien yang memiliki anak akan membuat
pasien merasa bersalah tidak dapat merawat anaknya dan seolah-olah merasa bahagia
melihat anaknya tumbuh. Karena kematian pada saat itu terasa tidak semestinya,
dewasa muda menjadi lebih marah dan mengalami tekanan emosi ketika hidupnya
diancam terminal illness.
1. Denial(penyangkalan)
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau
yang sedang terjadi. Dan tidak siap terhadap kondisi yang dihadapi dan dampaknya.
Ini memungkinkan bagi pasien untuk membenahi diri. Dengan berjalannya waktu,
sehingga tidak refensif secara radikal.Penyangkalan merupakan reaksi pertama ketika
10
seseorang didiagnosis menderita terminal illness. Sebagian besar orang akan merasa
shock, terkejut dan merasa bahwa ini merupakan kesalahan. Penyangkalan adalah
awal penyesuaian diri terhadap kehidupan yang diwarnai oleh penyakit dan hal
tersebut merupakan hal yang normal dan berarti.
2. Marah
Fase marah terjadi pada saat fase denial tidak lagi bisa dipertahankan.Rasa
kemarahan ini sering sulit dipahami oleh keluarga atau orang terdekat oleh karena
dapat terpicu oleh hal-hal yang secara normal tidak menimbulkan kemarahan. Rasa
marah ini sering terjadi karena rasa tidak berdaya, bisa terjadi kapan saja dan kepada
siapa saja tetapi umumnya terarah kepada orang-orang yang secara emosional punya
kedekatan hubungan.Pasien yang menderita penyakit terminal akan mempertanyakan
keadaan dirinya, mengapa ia yang menderita penyakit dan akan meninggal. Pasien
yang marah akan melampiaskan kebenciannya pada orang-orang yang sehat seperti
teman, anggota keluarga, maupun staf rumah sakit. Pasien yang tidak dapat
mengekspresikan kemarahannya misalnya melalui teriakan akan menyimpan sakit
hati. Pasien yang sakit hati menunjukkan kebenciannya melalui candaan tentang
kematian, mentertawakan penampilan atau keadaannya, atau berusaha melakukan hal
yang menyenangkan yang belum sempat dilakukannya sebelum ia meninggal.
Kemarahan merupakan salah satu respon yang paling sulit dihadapi keluarga dan
temannya. Keluarga dapat bekerja sama dengan terapis untuk mengerti bahwa pasien
sebenarnya tidak marah kepada mereka tapi pada nasibnya.
3. Bargaining (menawar)
Klien mencoba untuk melakukan tawar menawar dengan tuhan agar terhindar dari
kehilangan yang akan terjadi, ini bisa dilakukan dalam diam atau dinyatakan secara
terbuka. Secara psikologis tawar menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan
atau dosa masa lalu. Pada tahap ini pasien sudah meninggalkan kemarahannya dalam
berbagai strategi seperti menerapkan tingkah laku baik demi kesehatan, atau
melakukan amal, atau tingkah laku lain yang tidak biasa dilakukannya merupakan
tanda bahwa pasien sedang melakukan tawar-menawar terhadap penyakitnya.
4. Depresi
Tahap keempat dalam model Kubler-Ross dilihat sebagai tahap di mana pasien
kehilangan kontrolnya. Pasien akan merasa jenuh, sesak nafas dan lelah. Mereka akan
merasa kesulitan untuk makan, perhatian, dan sulit untuk menyingkirkan rasa sakit
atau ketidaknyamanan. Rasa kesedihan yang mendalam sebagai akibat kehilangan
11
( past loss & impending loss), ekspresi kesedihan ini verbal atau nonverbal merupakan
persiapan terhadap kehilangan atau perpisahan abadi dengan apapun dan
siapapun.Tahap depresi ini dikatakan sebagai masa anticipatory grief, di mana
pasien akan menangisi kematiannya sendiri. Proses kesedihan ini terjadi dalam dua
tahap, yaitu ketika pasien berada dalam masa kehilangan aktivitas yang dinilainya
berharga, teman dan kemudian mulai mengantisipasi hilangnya aktivitas dan
hubungan di masa depan
5. Penerimaan (acceptance)
Pada tahap ini pasien sudah terlalu lemah untuk merasa marah dan memikirkan
kematian.Beberapa pasien menggunakan waktunya untuk membuat perisapan,
memutuskan kepunyaannya, dan mengucapkan selamat tinggal pada teman lama dan
anggota keluarga.
Pada tahap menerima ini, klien memahami dan menerima keadaannya yang
bersangkutan mulai kehilangan interest dengan lingkungannya,dapat menemukan
kedamaian dengan kondisinya, dan beristirahat untuk menyiapkan dan memulai
perjalanan panjang.
1. Tahap Denial
Beri dukungan pada fase awal karena ini berfungsi protektif dan memberi waktu
bagi klien untuk melihat kebenaran. Bantu untuk melihat kebenaran dengan
konfirmasi kondisi melalui second opinion.
2. Tahap Anger
Bantu klien untuk memahami bahwa marah adalah respon normal akan
kehilangan dan ketidakberdayaan. Siapkan bantuan berkesinambungan agar klien
merasa aman.
3. Tahap Bargaining
Asah kepekaan perawat bila fase tawar menawar ini dilakukan secara diam-diam.
Bargaining sering dilakukan klien karena rasa bersalah atau ketakutan terhadap
bayang-bayang dosa masa lalu. Bantu agar klien mampu mengekspresikan apa yang
dirasakan, apabila perlu datangkan pemuka agama untuk pendampingan.
4. Tahap Depresi
Klien perlu untuk merasa sedih dan beri kesempatan untuk mengekspresikan
kesedihannya. Perawat hadir sebagai pendamping dan pendengar.
12
5. Tahap Menerima
Klien merasa damai dan tenang. Dampingi klien untuk mempertahankan rasa
berguna (self worth). Berdayakan pasien untuk melakukan segala sesuatu yang masih
mampu dilakukan dengan pendampingan. Fasilitasi untuk menyiapkan perpisahan
abadi.
I. Identitas Klien
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 50 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Planjon RT 2/14
5. Status perkawinan : Menikah
6. Agama : Islam
7. Pendidikan : SD
8. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
9. Tanggal masuk RS : 25/09/2005
10. Tanggal pengkajian : 26/09/2005
11. Sumber informasi : Anak
12. Keluarga yang dapat dihubungi : Anak
2. Faktor pencetus
Klien datang ke Rumah Sakit karena mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak
3 bulan yang lalu.
13
3. Lamanya keluhan
Di rasakan sudah 3 bulan.
4. Timbulnya keluhan
Perdarahan terjadi tidak tentu waktunya.
7. Diagnosa medik
Ca Cervix III A dengan Anemi
III.Riwayat Keluarga
Genogram
14
2. Alergi
3. Imunisasi
5. Obat-obatan
V. Pengkajian Fisik
1. Kepala
2. Mata
15
Pupil isokor diameter 2 mm, reaksi terhadap cahaya baik, konjungtiva anemis,
tanda-tanda radang tidak ditemukan, tidak menggunakan kaca mata.
3. Hidung
Tidak pernah mengalami reaksi alergi, pernah mengalami flu tetapi tidak terlalu
sering tergantung keadaan iklim, perdarahan tidak ditemukan.
Gigi geligi baik , caries tidak ada, kesulitan berbicara maupun menelan tidak
ditemukan.
5. Pernafasan
Suara paru vesikuler, pola nafas teratur, batuk (-), sputum (-), nyeri (- ).
6. Sirkulasi
Nadi perifer kuat, Capillary refill time < 2 detik, distensi vena jugularis (-), Suara
jantung S1 dan S2 murni, edema tidak ditemukan, palpitasi (-), sianosis (-).
7. Nutrisi
Berat badan 50 kg, Tinggi badan 155 cm, status gizi baik, jenis diet TKTP, nafsu
makan kurang, hanya menghabiskan 1/3 porsi yang diberikan rasa mual (+),
muntah (-), intake cairan cukup dengan minum 6 - 7 gelas perhari.
8. Eliminasi
BAB :Bab pola rutin setiap pagi 1 kali dalam sehari, tidak menggunakan
pencahar, colostomi tidak ada, diare tidak ada, konstipasi tidak ada.
BAK :Tidak ada kesulitan dalam BAK, tidak terdapat hematuri dan infeksi,
kateter tidak terpasang.
9. Reproduksi
16
Kehamilan G8P7A1
Laktasi
1 - Normal - RB - - - Hidup
&
Baik
2 - Normal - RB - - -
Hidup
&
Baik
3 - Normal - RB - - -
Hidup
4 - Normal - RB - - - &
Baik
5 - Normal - RS - - - Hidup
&
Baik
6 - Normal - RS - - - Hidup
&
Baik
7 - Normal - RB - - -
Hidup
&
Baik
Hidup
&
Baik
17
Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi : Ada sejak 3 bulan yang
lalu yaitu perdarahan pervaginam, telah dilakukan curetage.
Pembedahan ginekologi : Tidak ada riwayat pembedahan
10. Neurosis :
Tingkat kesadaran compos mentis GCS baik, disorientasi (-), tingkah laku baik
kooperatif, riwayat epilepsi (-) reflex +/+ kiri-kanan ekstremitas atas dan bawah,
kekuatan mengenggam baik.
11. Muskuloskeletal :
Kekuatan otot baik, pergerakan ekstremitas tidak ada masalah, nyeri (-) kekakuan.
Klien tidak menggunakan alat bantu lihat maupun dengar, kesulitan yang dialami
sering pusing, penurunan sensitifitas terhadap sakit tidak ada, kesulitan membaca dan
menulis juga tidak ada.
2. Persepsi diri
Hal yang sangat dipikirkan saat ini oleh pasien adalah bagaimana penyakitnya bisa
cepat sembuh, harapan setelah menjalani perawatan agar penyakitnya bisa secepatnya
sembuh.
3. Suasana hati
18
Pasien mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang, tetapi selalu tetap berusaha
mendapatkan pelayanan dan perawatan tetap mengontrol dan mengikuti anjuran yang
diberikan dan meyakini bahwa Tuhan akan memberikan kesembuhan.
4. Hubungan/komunikasi
5. Kebiasaan Seksual
Gangguan hubungan seksual tidak ada. Pemahaman terhadap fungsi seksual : pasien
mengerti dan memahami fungsi seksual dengan baik, saat ini gangguan yang dirasakan
hanya masalah menstruasi yang tidak teratur, dengan siklus Haid yang tidak teratur,
lama haid 5-7 hari.
6. Pertahanan koping
Pengambilan keputusan selama ini dilakukan oleh klien sendiri dengan petunjuk /
saran dari orang tua, pasien menikmati apa yang dideritanya tanpa merasa rendah diri,
terisolir dengan pergaulan lainnya, jika stress pasien lebih memilih bergabung dengan
teman-temannya dan mengemukakan masalah yang dihadapi tanpa merasa rendah diri.
Klien meyakini bahwa penyakitnya bisa sembuh dengan keyakinan bahwa Tuhan
tidak akan memberikan cobaan sebatas kemampuan yang dimiliki klien, Klien beragam
islam taat beribadah, dan sering mengikuti pengajian dimesjid saat hari-hatri tertentu,
sholat lima waktu selalu dilakukan.
8. Tingkat perkembangan
Usia 34 tahun. Karateristik : Dewasa muda lebih matang dalam emosial serta
psikologis, temperamen tenang.
Data Laboratorium
19
Tanggal Dan Jenis
Hasil Pemeriksaan Satuan Nilai Normal Interpretasi
Pemeriksaan
25 Sept 2005: Kimia
Darah rutin
WBC 17,3 H 103/UL 4,0-11,0
RBC 3,17 L 106//UL 4,50 -6,50
HGB 8,8 L g/dL 13,0- 18,0
HCT 26,2 L% 4,00 -54,0
MCV 82,7 fL 76,0-96,0
MCH 27,8 PG 27,0 -31,0
MCHC 33,6 H g/dL 30,0-35,0
PLT 415 x 1013 uL 150-450
BT 2,5 16
CT 7 8
20
Tanggal Jenis terapi Rute terapi Dosis
ANALISA DATA
Kemungkinan
No Data Masalah
Penyebab
1. 26 Sept 2005 Resiko Intake kurang
Ketidakseimbangan
DS :
nutrisi kurang dari
Pasien menyatakan mual, nafsu makan jelek. kebutuhan tubuh
DO :
Diet rata-rata habis 1/3 porsi, BB 50 TB 155,
Alb 3,49.
21
3. DS : Kurang kurangnya
pengetahuan sumber
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang
informasi
penyakitnya
Klien bertanya pada perawat apa tindakan
yang akan dilakukan
DO :
4. Ds :
Pasien menyatakan lemes, mudah lelah dan PK anemia
cape.
DO :
Hb Tgl 25 Sept 8,8 gr %, perdarahan
pervaginam +, konjungtiva anemis.
RENCANA KEPERAWATAN
22
N Hari/ DIAGNOSA PERENCANAAN
O
tangga KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
l
1. Senin, Cemas b.d. Situasi Klien menunjukkan1. Reduksi kecemasan
krisis. kontrol kecemasan
23-02- 1. Kaji tingkat kecemasan
setelah dilakukan
2017 dan respon fisiknya.
perawatan 2x24 jam
dengan kriteria: 2. Gunakan kehadiran,
sentuhan (dengan ijin),
1. Dapat
verbalisasi untuk
mengidentifikasi,
mengingatkan klien tidak
verbalisasi, dan
sendiri.
mendemonstrasikan
teknik menurunkan 3. Terima pasien dan
kecemasan. keluarganya apa adanya.
2. Menunjukkan 4. Gali reaksi personal dan
postur, ekspresi ekspresi cemas.
wajah, perilaku,
tingkat 5.
aktivitas Bantu mengidentifikasi
yang penyebab.
menggambarkan 6. Gunakan empati untuk
kecemasan mendukung orang tua.
menurun.
7. Anjurkan untuk berfikir
3. mampu positif.
mengidentifikasi
dan 8.
verbalisasi Intervensi terhadap
penyebab cemas. sumber cemas.
9. Jelaskan aktivitas,
prosedur.
10. Gali koping klien.
11. Ajarkan tanda-tanda
kecemasan.
12. Bantu orang tua
mendefinisikan tingkat
kecemasan.
13. Ajarkan teknik distraksi
dan relaksasi.
14. Ajarkan teknik
manajemen cemas.
23
23-02- ketidakseimbangan seimbang setelah indikasi.
2017 nutrisi: Kurang dari diberikan
b. Monitor intake klien.
kebutuhan tubuh perawatan dengan
b.d. intake kurang kriteria: c. Berikan makanan dalam
porsi kecil tapi sering dan
1. BB stabil.
sajikan dalam keadaan
2. Turgor kulit baik. hangat.
3. Intake makanand. Anjurkan klien menjaga
meningkat. kebersihan mulutnya.
e. Atur lingkungan yang
tenang dan bersih selama
makan.
f. Posisikan kepala klien
lebih tinggi dari kaki.
g. Pantau masukan dan
haluaran.
h. Berikan nutrisi parenteral
sesuai indikasi
24
4. Senin, PK Anemia Setelah dila-kukan a. Jelaskan kepada pasien
tindakan dan keluarga tentang
23-02-
keperawatan anemia, penyebab, tanda
2017
komplikasi anemia gejala dan rencana
tidak terjadi dengan penatalaksanaan
kriteria :
b. Monitor tanda dan
1. Pucat gejala anemia
2. Konjungtivac. Monitor perdarahan
anemis - pervaginam
3. Aktivitas optimald. Bantu aktivitas
pemenuhan kebutuhan
4. TTV dbn
perawatan diri
5. Hb 11 16 gr %
e. Kolaborasi pemberian
tranfusi.
25
XVII. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Menganjurkan untuk
berfikir positif.
Jelaskan aktivitas,
prosedur.
Ajarkan teknik
manajemen cemas.
Senin, Dx 2 Menimbang BB S:
sesuai indikasi.
23-02- Klien mengatakan tidak nafsu
2017 Memonitor intake makan
klien.
11.00 O:
Memberikan
BB: 51 kg
makanan dalam porsi
kecil tapi sering dan Klien hanya menghabiskan
sajikan dalam keadaan 1/3 porsi
hangat.
A:
Menganjurkan klien
menjaga kebersihan Masalah teratasi sebagian
mulutnya. P:
Pantau masukan dan Lanjutkan intervensi
haluaran.
Memberikan nutrisi
parenteral sesuai
indikasi
26
Senin, Dx 3 Mengkaji tingkat S:
pengetahuan klien.
23-02- Klien dapat menyebutkan
2017 Menjelaskan tentang proses penyakit dan rencana
penyakit dan kondisi pengobatan
13.00
klien
O:
Menjelaskan
A: Masalah teratasi
pengobatan yang akan
dilakukan terhadap P : Lanjutkan intervensi
klien
Mendiskusikan
tentang perubahan
gaya hidup pada
pasien yang mungkin
dibutuhkan.
Klarifikasi informasi
yang diberikan oleh
tim kesehatan lain
sebelum informasi kita
berikan
Monitor perdarahan A:
pervaginam Masalah belum teratasi
Kolaborasi P:
pemberian tranfusi.
Lanjutkan intervensi
kolaborasi pemberian
Transfusi
BAB III
PENUTUP
27
3.1 Simpulan
Dari penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa penyakit terminal adalah
suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan lagi. Contohnya seperti penyakit jantung
gagal ginjal ,dan kanker atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk
hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan
seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah
kematian.Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba
tanpa peringatan atau mengikuti priode sakit yang panjang.Terkadang kematian
menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua.Perawatan pasien yang akan
meninggal tetap harus dilakukan. Perawatan yang komprehensif tentang orang yang
menjelang ajal sangat jarang menuntut lebih dari manajemen symptom yang hati-hati
dan perhatian terhadap kebutuhan dasar fisik pasien secara perorangan sebagai pribadi
dan keluarganya.
3.2 Saran
1. Perawat harus memahami apayang dialami klien dengankondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien.
2. Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien
menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk
mempertahankan kualitas hidup pasien.
DAFTAR PUSTAKA
28
KEPMENKES RI NOMOR:812/MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan
Perawatan Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia
29