Anda di halaman 1dari 15

Pengalaman Perawat Dalam Merawat Pasien Fase Terminal Di Icu

1
Bayu Laksamana Jati, 2Chusnul Chotimah, 3Rani Suryani
1,2,3
Program Studi Keperawatan, STIKes Abdi Nusantara

ABSTRAK

Pasien terminal adalah pasien yang dalam keadaan menderita penyakit dengan stadium lanjut yang penyakit
utamanya tidak bisa diobati kembali dan bersifat progresif. Pengobatan yang diberikan hanya bersifat
menghilangkan gejala dan keluhan, memperbaiki kualitas hidup, dan pengobatan penunjang lainnya. Pada
pasien yang mengalami kondisi terminal harapan dan pengobatan serta usaha memperpanjang harapan
hidup menurun, kondisi ini membuat perawat dan keluarga mengalami sedih, ketakutan, merasa bersalah
dan merasa gagal sehingga meningkatkan kecemasan. Perawat membutuhkan pendekatan secara holistik
dalam memberikan perawatan penyakit terminal pada pasien dan keluarga meliputi kebutuhan fisik, emosi
dan spiritual. Perawat merupakan salah satu tim perawatan terminal yang harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan perawatan terminal yang terbaik untuk pasien dan keluarga. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah design kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dengan tekhnik
wawancara. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara
secara mendalam (indepth interview) yang dilakukan oleh peneliti sendiri dengan durasi 60-90 menit dan
metode observasi dengan jumlah partisipan12 orang perawat yang bekerja di ruang paliatif dengan
menggunakan tehnik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan tiga tema yaitu memberikan
dukungan spiritual, memberikan pelayanan dengan baik, dan melakukan kolaborasi multidisiplin ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi perawat dalam melayani pasien menjelang ajal yang
mempunyai kebutuhan yang beragam dalam perawatannya, tidak hanya masalah fisik namun masalah
psikologis, spiritual, dan dukungan social

Kata kunci : Pengalaman, Perawatan terminal, Kanker

PENDAHULUAN stadium lanjut yang penyakit utamanya tidak


Kondisi terminal sering digunakan bisa diobati kembali dan bersifat progresif
untuk menggambarkan pasien pada kondisi (meningkat). Pengobatan yang diberikan
hidup yang terbatas dimana kematian sulit hanya bersifat menghilangkan gejala dan
untuk dihindari. Perawatan penyakit keluhan, memperbaiki kualitas hidup, dan
terminal ditujukan untuk menutupi atau pengobatan penunjang lainnya. Pasien
menyembunyikan keluhan pasien, dan terminal yang menghadapi penyakit kronis
memberikan kenyamanan ketika tujuan beranggapan bahwa maut sering kali
penatalaksanaan tidak mungkin menggugah rasa takut. Rasa semacam ini
disembuhkan (Muckaden, 2011). didasari oleh berbagai macam faktor, seperti
Pasien terminal adalah pasien yang ketidakpastian akan pengalaman selanjutnya,
dalam keadaan menderita penyakit dengan adanya rasa sakit, kecemasan, dan

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


kegelisahan tidak akan berkumpul lagi sebelum terjadi kematian. Perawat harus
dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya tanggap terhadap perubahan fisik yang terjadi
(Ali Yafie, 1996). pada klien terminal karena hal tersebut
Pada kondisi terminal, pasien dengan menimbulkan ketidaknyamanan dan
penyakit kronis tidak hanya mengalami penurunan kemampuan klien dalam
berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak pemeliharaan diri. (Smeltzer & Suzanne,
nafas, penurunan berat badan, gangguan 2014)
aktivitas tetapi juga mengalami gangguan Seseorang yang menghadapi kondisi
psikososial dan spiritual yang mempengaruhi terminal cenderung menjalani hidup dengan
kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka merespon terhadap berbagai kejadian dan
kebutuhan pasien pada stadium terminal orang disekitarnya sampai kematian itu
suatu penyakit tidak hanya pemenuhan atau terjadi. Perhatian utama pasien terminal
pengobatan gejala fisik, namun juga sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi
pentingnya dukungan terhadap kebutuhan lebih pada kehilangan kontrol terhadap
psikologis, sosial dan spiritual yang fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang
dilakukan. Respon klien dalam kondisi menyakitkan atau tekanan psikologis yang
terminal sangat individual tergantung kondisi diakibatkan ketakutan akan perpisahan,
fisik, psikologis, sosial yang dialami, kehilangan orang yang dicintai. Orang yang
sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat
individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi kondisi terminal dan menderita penyakit
tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh kronis yang lama dapat memaknai kematian
pasien terminal. (Smeltzer & Suzanne, 2014) sebagai kondisi peredaan terhadap
Pada kondisi terminal klien penderitaan. Atau sebagian beranggapan
dihadapkan pada berbagai masalah pada bahwa kematian sebagai jalan menuju
fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain kehidupan kekal yang akan
perubahan pada penglihatan, pendengaran, mempersatukannya dengan orang-orang
nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda yang dicintai. Sedangkan yang lain
vital, mobilisasi, dan nyeri. Perawat harus beranggapan takut akan perpisahan,
mampu mengenali perubahan fisik yang dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau
terjadi pada klien, klien mungkin mengalami mengalami penderitaan sepanjang hidup.
berbagai gejala selama berbulan-bulan Kondisi terminal adalah kondisi

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


yang sangat rumit seperti kerentanan sampai orang tua yang hampir meninggal.
kehidupan fisik, emosional dan spiritual Satu aspek dalam pengobatan paliatif yang
dan ketidakamanan pada akhir kehidupan memerlukan perhatian lebih adalah kontrol
mereka. Kondisi terminal merupakan rasa sakit. WHO menekankan bahwa dalam
situasi yang tidak hanya dibatasi pada memberikan pelayanan paliatif harus
kondisi kronik seperti gagal ginjal, kondisi berpijak pada pola sebagai berikut: 1)
onkologi, dan proses penuaan. (Dong & meningkatkan kualitas hidup dan
Fu, 2014). menganggap kematian sebagai proses yang
Pengobatan dan perawatan penyakit normal, 2) tidak mempercepat atau
terminal adalah spesialisasi yang diakui dan menunda kematian, 3) menghilangkan nyeri
fokusnya meredakan gejala pada orang yang dan keluhan lain yang menganggu, 4)
penyakitnya tidak dapat disembuhkan (fase menjaga keseimbangan psikologis dan
terminal). Intervensi (tindakan) yang spiritual, 5) mengusahakan agar penderita
mungkin diberikan untuk meringankan tetap aktif sampai akhir hayatnya, 6)
penderitaan pasien meliputi tindakan bedah, mengusahakan dan membantu mengatasi
kemoterapi, dan monitoring gejala (WHO, suasana duka cita pada keluarga (Dzauzi et
1990). al., 2011).
Perawatan penyakit terminal Dalam memberikan perawatan
bertujuan meningkatkan kualitas hidup penyakit terminal perawat sebagai manusia
pasien dan keluarga mereka dalam biasa dapat mengalami perasaan emosional
menghadapi masalah/ penyakit yang seperti kesedihan dan kecemasan saat
mengancam jiwa, melalui pencegahan, memberikan perawatan paliatif, sehingga
penilaian sempurna dan pengobatan rasa cepat menimbulkan kehilangan semangat
sakit masalah, fisik, psikososial dan spiritual (merasa gagal). Peningkatan kejadian ini
(Kemenkes RI, 2007). terjadi saat di rumah sakit. Tantangan dan
Masalah di akhir kehidupan sangat hambatan kedepan bagi perawat
beragam mulai dari usaha memperpanjang profesional akan muncul dalam
hidup pasien yang sekarat sampai teknologi memberikan perawatan paliatif pada pasien
eksperimental canggih. Pengobatan paliatif dan keluarga.
dapat juga diberikan pada pasien segala usia, WHO (2011), menyatakan bahwa
dari anak-anak dengan penyakit kanker pada tahun 2011, lebih dari 29 juta orang

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


(29.063.194) meninggal dunia akibat Menghadapi pasien yang dalam
penyakit terminal. Perkiraan jumlah orang kondisi antara hidup dan mati kadang
yang membutuhkan perawatan paliatif menimbulkan dilema. Meminta petimbangan
sebesar 20.4 juta orang. Proporsi terbesar keluarga pasien, seringkali tidak
94% pada orang dewasa sedangkan 6% pada menyelesaikan masalah justru menimbulkan
anak-anak. Apabila dilihat dari penyebaran masalah baru. Pasien yang menuju akhir
penyakit yang membutuhkan perawatan hidupnya, dan keluarganya, memerlukan
paliatif adalah penyakit jantung (38,5%) dan asuhan yang terfokus akan kebutuhan mereka
kanker (34%) kemudian diikuti oleh yang unik. Pasien dalam tahap terminal dapat
gangguan pernapasan kronik (10,3%), mengalami gejala yang berhubungan dengan
HIV/AIDS (5,7%) dan diabetes (4,5%). proses penyakit atau terapi kuratif atau
Berdasarkan penelitian tentang memerlukan bantuan yang berhubungan
pengalaman pasien, keluarga dan perawat dengan masalah-masalah psikososial,
di New York yang dilakukan oleh Cypress spiritual dan budaya yang berkaitan dengan
(2011) memunculkan tema: 1) keluarga kematian dan proses kematian. Keluarga dan
sebagai unit, 2) mamastikan perawatan fisik, pemberi pelayanan dapat diberikan
3) perawatan fisiologi, 4) dukungan kelonggaran dalam melayani anggota
psikososial, dan 5) transformasi. Sementara keluarga pasien yang sakit terminal atau
penelitian kualitatif yang dilakukan oleh membantu meringankan rasa sedih dan
Calvin et al. (2009) tentang pengalaman kehilangan.
perawat terhadap perawatan teminal dengan Dalam memberikan perawatan
masalah kardiovaskular memunculkan tema: paliatif perawat sebagai manusia biasa
1) kelelahan pemberian obat, 2) kehadiran dapat mengalami perasaan emosional
dukungan keluarga, dan 3) mengetahui seperti kesedihan dan kecemasan saat
wewenang dokter. Penelitian lain dengan memberikan perawatan paliatif, sehingga
desain penelitian kualitatif deskriptif cepat menimbulkan kehilangan semangat
memunculkan tema: 1) mengalami kesulitan, (merasa gagal). Peningkatan kejadian ini
2) diskusi pengambilan keputusan, 3) terjadi saat di rumah sakit. Tantangan dan
memberikan semangat kepada pasien, 4) hambatan kedepan bagi perawat
dukungan keluarga, dan 5) dukungan profesional akan muncul dalam
perawat. memberikan perawatan paliatif pada pasien

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


dan keluarga. keberanian perawat dalam merawat pasien
Pelayanan perawatan terminal yang paliatif, perawat memiliki sikap yang baik,
diberikan oleh perawat akan memiliki perawat mampu membuat pasien bertahan
kualitas yang baik apabila asuhan dengan nyerinya, pasien memiliki upaya
keperawatan yang diberikan dapat memenuhi untuk bertahan, pasien tidak mencari
kebutuhan pasien. Pelayanan tersebut dapat kesalahan perawat dan pasien memperoleh
dicapai dengan memperhatikan pendidikan dukungan spiritual (Kendall, 2006).
dan pelatihan yang dimiliki oleh perawat.
Pendidikan dan pelatihan tersebut merupakan
METODE PENELITIAN
faktor yang mempengaruhi persepsi (Efendi
Jenis Penelitian
& Makhfudli, 2015).
Penelitian ini mengenai pengalaman
Persepsi terjadi dari cara berpikir
perawat dalam memberikan perawatan
seseorang dalam memahami informasi yang
penyakit terminal. Studi ini menggunakan
didapat melalui stimulus panca indera. Proses
rancangan kualitatif dengan pendekatan
yang terintegrasi tersebut menyebabkan
fenomenologi. Pendekatan ini dipilih agar
stimulus yang sama tetapi dapat
pengalaman partisipan dapat dieksplorasi
menimbulkan persepsi yang berbeda oleh
menjadi lebih terungkap sehingga gambaran
masing-masing individu. Penelitian persepsi
pengalaman perawat dalam memberikan
tenaga kesehatan mengenai terminal kanker
perawatan penyakit terminal dapat tergambar
pernah dilakukan di Timur Tengah. Sebagian
secara nyata. Selain itu, penelitian ini
besar mereka menganggap bahwa perawatan
melakukan eksplorasi, analisis dan deskripsi
terminal merupakan hal penting yang harus
secara langsung fenomena perawat dalam
disembunyikan dari pasien agar dapat
memberikan perawatan penyakit terminal
mengurangi tekanan psikologisnya. Sehingga
dengan sebebas mungkin dari sebuah intuisi
hal ini tidak sesuai dengan standar peraturan
yang tidak bias diukur secara langsung
perundang-undangan dan program pelatihan
(Spiegelberg, 1975, dalam Streubertb&
perawatan terminal (Khalil, 2012).
Carpenter, 2011).
Dampak positif yang ditimbulkan
Fenomenologi deskriptif adalah
dari persepsi perawat mengenai perawatan
pengalaman yang secara sadar dialami oleh
paliatif berupa terciptanya hubungan yang
partisipan dan hal-hal termasuk mendengar,
baik antara perawat-pasien, meningkatkan
melihat, percaya, merasa, mengingat,

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


memutuskan, mengevaluasi, dan bertindak Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi
(Polit & Beck, 2012). Peneliti melakukan penelitian
langkah-langkah dengan kaidah Penelitian ini dilakukan di kota
fenomenologi deskriptif yaitu Medan dengan mengambil data perawat yang
mengidentifikasi tiga langkah dalam proses bekerja di ruang perawatan paliatif melalui
fenomenologi deskriptif, yaitu intuiting, database perawat di rumah sakit tersebut.
analyzing,dan describing. Pada langkah Penelitian dilakukan di Murni Teguh
pertama, intuiting, peneliti menyatu secara Memorial Hospital Medan.
total dengan fenomena perawat dalam
memberikan perawatan penyakit terminal Waktu penelitian
dengan mempelajari berbagai literatur. Waktu penelitian dimulai pada bulan
Proses pengumpulan data, peneliti menjadi Juli- September 2018. Proses analisa data
alat pengumpul data dan mendengarkan dilakukan Oktober 2018.
deskripsi yang diberikan perawat selama
wawancara berlangsung. Selanjutnya data Populasi dan Sampel
tentang pengalaman ditranskripkan dan Partisipan dalam penelitian ini adalah
ditelaah berulang-ulang. Pada langkah perawat yang memberikan perawatan
kedua, analyzing, peneliti mengidentifikasi penyakit terminal. Pada penelitian kualitatif
esensi fenomena pengalaman dengan jumlah partisipan harus didasarkan pada
mengeksplorasi hubungan dan keterkaitan kebutuhan informasi. Oleh karena itu prinsip
antara elemen-elemen tertentu dengan dalam pengambilan sampel adalah saturasi
fenomena tersebut. Selanjutnya pada langkah data yaitu sampling sampai pada suatu titik
ketiga, describing, peneliti kejenuhan dimana tidak ada informasi baru
mengkomunikasikan dan memberikan diperoleh dan redundansi tercapai (Polit &
gambaran tertulis dari elemen atau esensi Beck, 2012). Secara definitif agar hasil
yang kritikal dideskripsikan secara terpisah penelitian lebih kredibel dan dapat dipercaya,
dan kemudian dalam konteks hubungannya dibutuhkan minimum 10-20 partisipan
terhadap satu sama lain dari pengalaman (Saldana, 2011).
perawat tersebut (Spiegelberg, 1975, Penelitian yang dilakukanoleh
dalamStreubertb& Carpenter, 2011). Paganini, dan Bousso (2015), melakukan
wawancara terhadap 14 partisipan pada studi

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


fenomenologi sudah terjadi saturasi data, menjadi partisipan, tidak mengalami
sehingga partisipan dalam penelitian ini 10- gangguan komunikasi, sehat fisik dan mental.
15 orang.
Pengambilan partisipan dilakukan Pengumpulan Data
dengan menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan oleh
Strubert dan Carpenter (2011) menyatakan peneliti dengan metode, alat dan prosedur
bahwa purposive sampling yaitu pemilihan pengumpulan data sebagai berikut :
individu sebagai partisipan dalam penelitian Data atau informasi yang menjadi bahan
berdasarkan pengetahuan dan kemampuanya baku penelitian untuk diolah merupakan data
tentang fenomena yang akan dikaji dan primer dan data sekunder. Data primer adalah
bersedia untuk membagi pengetahuan data yang diperoleh melalui serangkaian
tersebut. kegiatan, yaitu wawancara mendalam,
Semua partisipan yang dipilih dalam sedangkan data sekunder adalah data yang
penelitian ini adalah perawat yang memiliki diperoleh melalui pengumpulan atau
karakteristik sebagai berikut: bersedia pengolahan data yang bersifat studi
dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 Karakteristik Demografi Partisipan

Data demografi F %
Usia
23- 33 tahun 10 84
34-43 tahun 1 8,3
44- 53 tahun 1 8,3
Jenis kelamin
Laki- laki - 0
Perempuan 12 100
Jabatan
Kepala ruangan 2 16,7
Kepala tim /penanggungjawab shift 2 16,7
Perawat pelaksana 8 66,6
Lama bertugas
1-2 tahun 6 50,0
3-4 tahun 5 41,7
5-6 tahun 1 8,3
Pelatihan yang pernah diikuti
Perawatan paliatif 7 58,3
Belum mengikuti pelatihan 5 41,7

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


Tabel 2 Matriks Tema

Tema 1: Memberikan dukungan spiritual


Sub-tema: Kategori:
1. Memberikan semangat 1. Motivasi
2. Keyakinan kepada Tuhan 2. Berdoa dan Bersyukur dengan
3. Berkomunikasi dengan pasien kehidupan
Tema 2: Memberikan pelayanan dengan baik
Sub-tema:
1. Beban kerja
2. Dukungan tim
Tema 3: Melakukan kolaborasi dalam pemberian perawatan terminal
1. Kolaborasi dengan dokter
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Kolaborasi dengan klinik nyeri
4. Kolaborasi dengan rohaniawan

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


Memberikan dukungan spiritual
Penelitian tentang keperawatan paliatif saat ini menunjukkan bahwa pasien menjelang ajal
mempunyai kebutuhan yang beragam dalam perawatannya, tidak hanya masalah fisik namun
masalah psikologis, spiritual, dan dukungan sosial (Smith, 2003). Kebutuhan tersebut tidak lepas
dari pentingnya peningkatan sikap dalam merawat pasien dengan menjelang ajal. Keberhasilan
perawatan pasien menjelang ajal dipengaruhi oleh sikap perawat dalam proses perawatannya
(Gallagher et al, 2015)
Pada kondisi terminal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang
ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit,
tanda-tanda vital, mobilisasi, dan nyeri. Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang
terjadi pada klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulan sebelum
terjadi kematian. Perawat harus tanggap terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal
karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam
pemeliharaan diri. Seseorang yang menghadapi kondisi terminal akan merespon terhadap berbagai
kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien terminal
sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh,
pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan
perpisahan, kehilangan orang yang dicintai. Orang yang telah lama hidup sendiri terisolasi akibat
kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai
kondisi peredaan terhadap penderitaan. (Friedenberg 2011)
Perawatan terminal yang diberikan di RS Murni Teguh lebih menekankan kepada
peningkatan kualitas hidup pasien dan hal penting yang dijelaskan sebelum pasien di rawat adalah
persetujuan tidak dilakukan resusitasi apabila pasien mengalami penurunan kesadaran.
Menurut teori adaptasi model oleh Roy, interaksi manusia terhadap lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti oksigen, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, dan
perlindungan. Konsep diri fokus terhadap pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan
dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis antara persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri individu meliputi physicalself (sensasi dan gambaran tubuh) dan
personal self (konsistensi diri, ideal diri, dan moral-etika-spiritual diri) (Roy & Andrews,1999,
dalam Tomey & Alligood, 2006).

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


Fungsi peran digambarkan bagaimana peran perawat dalam mengenal pola- pola interaksi
sosial dalam berhubungan dengan orang lain yang dicerminkan dalam peran 1) memenuhi
kebutuhan dasar pasien,. 2) memberikan movitasi pada pasien terminal dan keluarga. 3) membina
hubungan yang baik dengan pasien. Fungsi peran perawat tergambar dari pemenuhan tugas dalam
interaksi dengan seseorang ataupun kelompok.
Menurut Meilita, Kusman, dan Hana (2014) menyimpulkan bahwa perawat perlu
memberikan perawatan yang membantu pasien meninggal dengan tenang, memberikan dukungan
untuk keluarga, dan perawat lebih difokuskan untuk memenuhi kebutuhan spiritual pada pasien,
sehingga diperlukan pengetahuan yang baik tentang perawatan pasien menjelang ajal termasuk
pengetahuan tentang bimbingan spiritual.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cypress (2009) beberapa partisipan ada
yang mengatakan pasien dan anggota keluarga merasakan perawatan fisik dan kenyamanan
sebagai salah satu kebutuhan prioritas dari individu yang sakit kritis di ICU. Perawatan yang
diberikan meliputi memandikan pasien, perawatan mulut, mendorong sentuhan, mengobati rasa
sakit, dan memastikan kamar pasien bersih, sebagai cara memberikan perawatan fisik kepada yang
sakit kritis.

Memberikan pelayanan dengan baik


Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dituju kepada individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat baik sehat maupun sakit (UU Keperawatan No 38 Tahun
2014). Mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit juga ditentukan oleh mutu pelayanan
keperawatan. Pelayanan keperawatan terutama diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan dasar
manusia.
Pelaksanaan layanan keperawatan tidak terlepas dari fungsi-fungsi manajemen keperawatan
yang dilaksanakan secara efisien dan efektif. Ada lima fungsi manajemen keperawatan yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), ketenagaan (staffing), pengarahan
(actuating), pengawasan (controling) (Marquisdan Huston , 2013). Masing-masing fungsi
manajemen tersebut saling keterkaitan satu sama lain dan dapat diterapkan baik oleh manajer
tingkat atas, menengeh maupun bawah. Dalam jajaran keperawatan dapat diterapkan mulai dari
Kepala bagian keperawatan sampai kepala ruangan (Swansburg, 2000).

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


Rumah Sakit Murni Teguh dalam memberikan pelayanan keperawatan menggunakan
metode tim. Pelaksanaan metode tim menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap kelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim/ group yang terdiri dari perawat profesional, teknikal, dan pelaksana dalam satu
tim kecil yang saling membantu. Metode ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota
kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi.
Perawat secara terus menerus mendapat pengalaman dari lingkungannnya, sehingga pada
akhirnya sebuah respon terbentuk dan terjadi adaptasi. Respon adaptasi berupa adaptif dan
maladaptive. Respon adaptif meningkatkan integrasi dan menolong manusia untuk mencapai
tujuan-tujuan dari adaptasi yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi, keahlian dan
perubahan sedangkan respon maladaptive gagal mencapai tujuan adaptif.
Menurut Roy, lingkungan adalah kondisi, keadaan yang mempengaruhi perkembangan dan
perilaku individu atau kelompok dengan beberapa pertimbangan saling menguntungkan individu
dan sumber daya alam. Dalam hal ini, perubahan lingkungan dapat menstimulasi individu untuk
berespon adaptif atau maladaftif. Lingkungan menjadi hal yang paling penting dalam pemberian
pelayanan. Partisipan mengungkapakan bahwa prinsip atau fokus perawatan terminal yang
diberikan adalah dukungan dari tim dalam pemberian perawatan terminal untuk mengurangi
keluhan fisik dan meningkatkan kualitas hidup pasien secara terus menerus.
Lingkungan kerja tidak selamanya menimbulkan respon adaftif kepada perawat. Adakalanya
lingkungan menjadi stimuli perawat menjadi respon maladaftif seperti beban kerja yang berat,
merasa gagal ketika perawatan yang diberikan tidak berhasil. Dibutuhkan mekanisme koping yang
baik untuk dapat mengatasi respon maladaftif perawat.

Melakukan kolaborasi dalam pemberian perawatan terminal


Kolaborasi merupakan hubungan terintegrasi antara dokter dan gizi. Beberapa partisipan
menyatakan kolaborasi antara tenaga medis, gizi, dokter, sama perawat dilakukan
berkesinambungan dan terokumentasi dalam catatan terintegrasi sehingga pelayanan dapat
diberikan secara holistik.

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


Praktik kolaborasi tidak hanya dapat dilihat dari segi komunikasi dan kerjasama dalam
penanganan pasien saja, namun juga bisa dilihat pada lembaran catatan perkembangan pasien
terintegrasi (CPPT). Lembaran terintegrasi ini digunakan untuk mendokumentasikan asuhan dari
beberapa profesi pemberi pelayanan pasien yang diisi oleh dokter, perawat, ahli gizi, apoteker,
fisioterapis dan pemberi pelayanan lainnya. Dibutuhkan kolaborasi yang baik agar lembaran
terintegrasi lengkap sesuai dengan ketentuan yang ada sehingga dapat mencegah terjadinya
kesalahan informasi, koordinasi multidisipliner, dan mencegah informasi berulang.
Perawat memiliki peran yang lebih besar dalam perawatan penyakit terminal seperti
menghubungkan dan menjadi perantara komunikasi antara multidisiplin ilmu dengan pasien atau
anggota keluarga untuk proses perawatan. Kebutuhan akan keperawatan menjelang ajal di rumah
sakit meningkat seiring dengan peningkatan kejadian penyakit kronis (Todaro-Franceschi &
Spellmann, 2012). Perawatan menjelang ajal menurut Higgs (2010) sebagai suatu istilah yang
digunakan dalam penyebutan perawatan pasien dan keluarga dari aspek klinis sampai sistem
dukungan saat pasien menghadapi kematian.

SARAN DAN KESIMPULAN


Kesimpulan

Penelitian ini mengungkapkan bahwa perawat dalam memberikan perawatan terminal


kepada pasien. Sikap dalam perawatan pasien merupakan hal yang utama dimiliki oleh perawat
dalam upaya peningkatan status derajat kesehatan pasien menjelang ajal. Penelitian tentang
perawatan terminal saat ini menunjukkan bahwa pasien menjelang ajal mempunyai kebutuhan
yang beragam dalam perawatannya, tidak hanya masalah fisik namun masalah psikologis,
spiritual, dan dukungan sosial. Kebutuhan tersebut tidak lepas dari pentingnya peningkatan sikap
dalam merawat pasien dengan menjelang ajal. Keberhasilan perawatan pasien menjelang ajal
dipengaruhi oleh sikap perawat dalam proses perawatannya. Penelitian ini memberikan
pemahaman tentang pengalaman perawat dalam memberikan perawatan terminal.

Saran
Bagi pendidikan magister keperawatan

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan khususnya mahasiswa keperawatan medikal
bedah dalam merawat pasien terminal. Meningkatkan mekanisme koping bagi mahasiswa untuk
menghadapi pasien terminal dengan.
Bagi pelayanan keperawatan
Peningkatan pelayanan kesehatan khususnya oleh perawat dalam memberikan perawatan
seperti memberikan motivasi, bersyukur kepada kehidupan, berkomunikasi yang baik sesuai
dengan tahapan berduka pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, K.L., & Burckhardt, C.S. (1999). Conceptualization and measurement of quality of life
as an outcome variable for health care intervention and research. Journal of Advanced
Nursing, 29, 298-306.
Brunelli., Mulligan. (2004) . Palliative Care Nursing: Principles and Evidence for Practice 2nd ed.
Open Univer- sity Press
Chesnay, M. D. (2015). Nursing Research Using Phenomenology Qualitative Design and Methods
in Nursing. Springer: New York.
Creswell, J. W. (2012). Qualitative inquiry & research design: choosing among five approaches.
USA: SAGE Publication.
Creswell, J. W. (2003). Research design: qualitative. Quantitative, and mixed methods
approaches, 2nd, Edition. Thousand Oaks. CA: Sage Publications. Cypress, B., S. (2011).
Patient- Family-Nurse Intensive Care Unit Experience A Roy Adaptation Model- Based
Qualitative Study. Qualitative Research Journal, 11(2), 3-16.
https://doi.org/10.3316/QRJ1102003.
Davies., Et al. ( 2008). Attitudes toward care of the terminally ill : An educational intervention.
American Journal of Hospice & Palliative Care, 20: 13-22.
Djauzi, S. (2011). Perawatan Paliatif dan Bebas Nyeri Pada Penyakit Kanker. Jakarta: YPI. Pers
Dong., Fu. (2014). The Neuroscience ICU Nurse‘s Perceptions about End Of Life, volume 39,
pages 143
Eric., Prommerand., Ficek., Brand. ( 2012). End of life care education, past and present: a review
of the literature. Nurse Education, 34: 31-42.
Enggune at al. (2014). Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care Unit terhadap Perawatan
Pasien Menjelang Ajal. Volume 2
Friedenberg., et al. (2011). Attitudes toward caring for dying patients: An overview among Italian
nursing students and preliminary psycho metrics of the FATCOD-B scale. Journal of
Nursing Education and Practice: 4. 1 88 -196
Gallagher, A., et al. (2015). Negotiated reorienting: a grounded theory of nurses' end of life decision
making in the intensive care unit. International Journal of Nursing Studies, 52: 794 -803 .

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


Ghony, M., D., & Almanshur, F. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Grubb, Arthur, Grubb. (2015). Student nurses‘ experience of and attitudes towards care of the
dying: A cross-sectional study. Palliative Medicine, 30:83-88
Hajaroh, M. (2013). Paradigma, Pendekatan dan Metode Penelitian Fenomenologi.
Higgins, Kirchhoff. (2010). Promoting a peacefull death in the ICU. School of Nursing, University
of Wisconsin. USA. Crit Care Nure Clins NA. Elsevier Science (USA)
Ichikyo, M. (2012). The process used by surrogate decision makers to withhold and withdrawal
life-sustaining measures in an intensive care environment. Journal Oncology Nursing
Forum, 34(2), 331-339.
Kementerian Kesehatan RI. (2007). Kebijakan Perawatan Paliatif. Jakarta: Kepmenkes RI. No.
812 Tahun 2007.
Kisori., L., C., & Gayle, C., L. (2016). Intensive Care Nurses‘ Experiences of End Of Life Care.
Intensive and Critical Care Nursing, 33, 30-38. doi:10.1016/j.iccn.2015.11.002
Muckaden, M. et al., (2011). Pediatric palliative care: theory to practice. Indian Journal of
palliative, 1,52-60
Noome, Dijkstra, Leeven & Vloet. (2015). Development of an end-of-life care/decision Pamphlet
in the ICU. Chico:California State University,
Pagainini, M. C. & Bousso, R.S. (2015). Nurses‘ Autonomy in end of life situations in intensive
care units. Journal of nursing, 22, 803-814.
Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Polit, D.F., & Beck, C.T. (2012). Nursing Research: Generating and assesing evidence for nursing
practice. 9 ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Rushton., et al. (2006). Nurses involvement in patients' dying and death: scale devel-opment and
validation. Journal of Death and Dying, 70: .278-300.
Tomey, Ann Mariner & Alligood, Martha Raile. (2006). Middle Range Theories: Peaceful end of
life theory.Missoury: Mosby
Smeltzer, S., & Bare. (2014). Brunner & suddarth’s textbook of medical surgical nursing.
Philadelphia: Lippincott.
Smith, J.A., Flowers, P., & Larkin, M. (2009). Interpretative phenomenological analysis: Theory,
method and research. Los Angeles, London, New Delhi, Singapore, Washington: Sage.
Streubert, H.J., & Carpenter, D.R. (2011). Qualitative research in nursing advancing the
humanistic imperative. Philadelphia: Lippincott.
Stevens et all. (2011). Caring for patients and families at end of life: The experiences of nurses
during withdrawal of life-sustaining treatment. Dynamics, 22(4), 31–35.
Ogle., et al.(2011). Effects of a palliative care intervention on clinical outcomes in patients with
advanced cancer. International Journal of Nursing Studies.302: 741–749.
White, Latour. (2002) European intensive care: nurses‘ attitudes and beliefs towards end-of-life
care. Journal Nursing in Critical Care, 14(3), 110– 121.
Wright., Hogan. (2008). Providing end of life care to patients: critical care nurses‘ perceived

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020


obstacles and supportive behaviors. Journal Criticall Care 14:395—403.
World Health Organization. (2005). perawatan paliatif .

Jurnal Antara Keperawatan Vol. 3 No. 2 Tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai