TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2.1.3 Klasifikasi
Menurut Nuari, (2017), beberapa klasifikasi batu ginjal antara lain:
1. Batu kalsium
Batu kalsium mengandung fosfat atau kalium oksalat, dimana dari
bentuk partikel yang terkecil (disebut pasir atau kerikil) sampai
dengan ukuran yang terbesar (staghorn) yang berada di pelvis dan
dapat masuk ke kaliks. Faktor penyebabnya yaitu hypercalsuria
(peningkatan jumlah kalsium dalam urine), hiperoksaluri (eksresi
oksalat urine melebihi 45 gram perhari), hipositraturi (di dalam urine
sitrat akan bereaksi menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau
fosfat), hipomagnesuri (magnesium bertindak sebagai penghambat
timbulnya batu kalsium).
2. Batu struvit
Batu struvit terbentuk karena karena disebabkan oleh adanya infeksi
saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan
pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine mejadi basa melalui hidrolisis urea menajdi
amoniak. Dimana keadaan tersebut memudahkan garam-garam
magnesium, ammonium fosfat dan karbonat membentuk batu
magnesium ammonium (MAP).
3. Batu asam urat
Batu asam urat terbentuk karena beberapa faktor yaitu urin yang
terlalu asam yang disebabkan oleh makanan yang yang banyak
mengandung purine serta peminum alkohol, volume urine yang
jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau dehidrasi, hiperurikosuri atau
kadar asam urat melebihi 850 mg/24 jam, dimana asam urat yang
berlebih dalam urine bertindak sebagai inti batu untuk terbentunya
batu kalsium oksalat.
4. Batu sistin
9
Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak kecil dan
orang tua.
5. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karean kondisi hederiter hal ini terjadi karena
defisiensi oksidasi xanthine (Widayati et al., 2017).
2.1.4 Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu ginjal tidak diketahui secara pasti,
akan tetapi proses terjadinya batu dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
a. Adanya presipitasi garam-garam yang larut dalam air seni, dimana
apabila air seni jenuh akan terjadi pengendapan.
b. Adanya inti (nidus). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak,
dimana tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat
menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan
menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.
Selain itu teori pembentukan batu ginjal antara lain:
a. Teori pembentukan inti
Pembentukan batu berasal dari kristal atau benda asing yang berada
dalam urin yang pekat
b. Teori supersaturasi
Peningkatan dan kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urine
sperti sistin, xastin, asam urat, kalsium oksalat mempermudah
terbentuknya batu. Kejenuhannya dipengaruhi oleh pH dan kekuatan
ion
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam
urin, dimana di dalam urin yang asam akan mengendap sistin, xastin,
asam urat, sedangkan di dalam urin yang basa akan mengendap
garam-garam fosfat
d. Teori berkurangnya faktor penghambat
10
2.1.5 WOC
Faktor intrinsik : Usia, Faktor intrinsik : Dehidrasi, diet,
keturunan, jenis kelamin obat-obatan, iklim, pekerjaan
Pre op Post op
Usaha pengeluaran Penutupan leher Gesekan batu Obstruksi Tindakan Adanya luka Trauma jaringan
batu dari saluran kandung kemih pada mukosa berkelanjutan invasive dan insisi setelah insisi
kemih saluran kemih (kronik) pembedahan
Menghalangi aliran Gangguan Nyeri Akut
Peristaltik otot kemih Trauma Integritas
polos sistem mukosa Ansietas
Kulit
kalises ataupun saluran kemih
ureter ↑
Aliran urin mula-
mula lancar Penumpukan Inflamasi
langsung terhenti Iritasi cairan pada
↑ tekanan
dan menetes ginjal dan ureter
intraluminal (retensi urin) Infeksi
Hematuria
Peregangan saraf Hidronefrosis
Pienefrosis,
terminal atau hidroureter
urosepsis
Gangguan eliminasi urine
Gagal ginjal
Nyeri Akut
Hipervolemia
Merangsang 23
Mual, muntah Nausea
peritoneum
40
2. Mata
Pada klien dengan batu ginjal pada pemeriksaan mata,
penglihatan klien baik, mata simetris kiri dan kanan, sklera tidak
ikterik.
3. Telinga
Pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan pendengaran,
tidak adanya serumen, telinga klien simetris, dan klien tidak
merasa nyeri ketika di palpasi.
4. Hidung
Klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan hidung simetris,
bersih, tidak ada sekret, tidak ada pembengkakan.
5. Mulut
Klien dengan batu ginjal kebersihan mulut baik, mukosa bibir
20
a) Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai.
b) Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan
dan terhadap penyakitnya.
c) Harga diri
Penilaian/ penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain.
d) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap
status dan posisinya.
e) Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas.
6. Data Sosial dan Budaya
Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga,
tetangga, masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor
sosial kultural dan support sistem.
7. Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau menganggu keseimbangan.
Seseorang yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatu
penyembuhan penyakit.
8. Koping Mekanisme
Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan
stres yang dihadapi.
9. Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Perlu dikaji
agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien.
10. Data Spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan
Yang Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang
biasa dilakukan dan kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama
sakit serta harapan klien akan kesembuhan penyakitnya.
22