Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epsilepsi merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf
korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba terjadi gangguan kesadaran ringan,
aktifitas motorik atau gangguan sensoris. Fase beraktifitas kejang adalah fase prodromal meliputi
perubahan alam perasaan atau tingkah laku yang mungkin mengawali kejang beberapa jam atau
beberapa hari. Fase aura adalah awal dari munculnya aktifitas kejang dan mungkin berupa
gangguan penglihatan pendengaran atau rasa raba. Fase ital merupakan fase dari aktifitas kejang
yang biasa terjadi gangguan muskoloskeletal. Fase positar adalah periode waktu dari kekacauan
mental atau peka rangsang yang terjadi setelah kejang tersebut.
Epilepsi ditandai dengan perubahan fungsi otak yang mendadak dan biasanya dengan
gejala-gejala motorik, sensorik, otonomi atau psikis dan sering ditandai dengan perubahan
kesadaran.

B. Tujuan
1. Agar Mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang epilepsy.
2. Agar Mahasiswa mampu memahami tentang etiologi, patofisiologi dari epilepsy.
3. Agar Mahasiswa mampu memahami dan mengerti bagaimana cara mengatasi pada pasien
yang kejang.
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN EPILEPSI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian.
Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi dengan ciri-ciri timbulnya
serangan paroksismal dan berkala akibat lepas muatan listrik neron-neron otak se-cara berlebihan
dengan berbagai manifestasi klinik dan laboratorik.

2. Epidemiologi
Dalam masyarakat terdapat banyak anggapan tentang epilepsi. Ada yang mengatakan
karena kutukan Tuhan atau karena tangan yang berdosa (Mesopotamia), penyakit karena gangguan
roh jahat, kemasukan setan atau karena kesurupan. Kurangnya pengertian masyarakat mengenai
epilepsi menimbulkan dampak psikososial yang lebih buruk bagi penderita dari pada akibat fisik
penyakit itu sendiri. Hubungan penderita dengan masyarakat sering kali terganggu. Hal ini perlu di
atasi mengingat angka kejadian penyakit ini berkisar antara 5 -- 8 per 1000 penduduk.1, 2 Lebih dari
separuh penderita epilepsi mempunyai dasar gangguan pada masa bayi atau anak,seperti trauma
lahir, asfiksia, kejang - kejang, gangguan biokimia darah, radang selaput dan jaringan otak dan lain-
lain. Pengenalan dan penanggulangan yang tepat gangguan-gangguan ini memegang peranan penting
terhadap morbiditas epilepsi di kemudian hari.

3. Etiologi
1. Idiopatik : sebagian besar epilepsi pada anak adalah bersifat idiopatik
2 . Faktor herediter ; ada beberapa penyakit herediter yang disertai bangkitan kejang
seperti klerosis tuberosa,neurofibromatosis ,angiomatosis ensefalotrigeminal
hipoparatiroidisme, dll
4. Kelainan kongenital otak ; atropi porensefali,agenesis korpus kalosum
5. Gangguan metabolik ; hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia
6. Infeksi ; radang yang disebabkan oleh bakteri atau virus pada otak dan selaputnya,
toksoplasmosis.
7. Taruma ; kontusio cerebri, hematoma subaraknoid,hematoma subdural
8. Neoplasma otak dan selaputnya
9. Kelainan pembuluh darah ; malformasi,penyakit kolagen
10. Keracunan ; timbal ( Pb ) kamper ( Kapur barus ), fenotiasin
11. Lain – lain ; gangguan keseimbangan hormon, degenerasi serebral,dll
4.Faktor Presipitasi
1. Faktor sensoris : cahaya yang berkedip - kedip bunyi – bunyi yang
mengejutkan , air panas
2. Sitemik : demam, penyakit infeksi, obat – obat tertentu seperti fenotiazin,klorpropamid
hipoglikemia, kelelahan fisik
3. Faktor mental : stres, gangguan emosi, dll

5. Patofisiologi.
Pengetahuan tentang neroanatomi dan nerofisiologi sangat penting untuk mengerti dasar
gangguan pada epilepsi.Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus
merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Permukaan otak dapat dibagi atas berbagai
macam wawasan yang mempunyai tugas khusus seperti wawasan motorik, sensorik, kata-kata,
pengecap, pendengaran, penglihatan, penghidu, pengertian dan wawasan penghubung. Antara
wawasan sensorik, penglihatan, penghidu, pendengaran dan pengecapan terdapat hubungan satu
dengan yang lain. Kawasan kawasan tersebut terdapat pada kedua belahan otak namun salah satu
belahan akan lebih unggul dalam struktur dan fungsi (dominasi). Pada umumnya belahan otak kiri
yang dominan tetapi pada orang kidal yang dominan belahan otak kanan. Konsep modern tentang
impuls mengatakan bahwa impuls itu adalah aktifitas listrik saraf yang dibangkitkan oleh sebuah
neuron. Konsep ini dicetuskan pertama kali oleh Jackson, yang kemudian dibuktikan oleh Hans
Berger (1929) yang berhasil merekam aktifitas listrik saraf dengan alat yang dinamakan
elektroensefalograf. Banyak penyelidikan yang telah dilakukan untuk menerangkan tentang masalah
kelistrikan epilepsi antara lain oleh Herbert Jasper (Kanada), Lennox dan Gibbs (Amerika) antara
tahun 1935 – 1945.Dari penyelidikan tersebut terungkap bahwa bangkitan epilepsi dicetuskan oleh
suatu sumber gaya listrik saran di otak yang dinamakan fokus epileptogen,yang biasanya diketahui
lokasinya tetapi tak selalu diketahui sifatnya.Epilepsi yang tak diketahui sifat pencetusnya
dinamakan epilepsi idiopatik, sedangkan yang dikenal sifat pencetusnya dinamakan epilepsi
simtomatik. Setiap jenis epilepsi dapat di ketahui fokus epileptogennya, umpama epilepsi grand
malidiopatik fokus terletak di daerah talamus (nuclei intralaminares atau inti sentrensefalik), epilepsi
petit mal di substansia retikularis, epilepsi parsial di salah satu tempat di permukaan otak.Pada
hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik sarafi. Otak ialah rangkaian
berjuta-juta neron yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps.Dalam sinaps terdapat zat
yang dinamakan nerotransmiter.Acetylcholine dan norepinerprine ialah nerotranmiter eksitatif,
sedangkan zat lain yakni GABA (gama amino butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran
aktivitas listrik sarafi dalam sinaps.Pada epilepsi yang simtomatik fokus epileptogennya dapat berupa
jaringan parut bekas trauma kepala, trauma lahir,pembedahan, infeksi selaput dan jaringan otak dan
dapat pula neoplasma jinak dan ganas. Pada fokus tersebut tertimbun acetylcholine cukup

banyak.DarI fokus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui dendrit dan sinaps ke neron-neron di
sekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami
muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat umpamanya kejang yang

mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar ke bagiantubuh/anggota gerak yang lain pada satu

sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran.Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi,aktivitas


listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan
menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat
manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.Pada epilepsi idiopatik dengan fokus
epileptogen pada talamus (grand mal) atau substansia retikularis (petit mal) oleh suatu mekanisme
yang belum diketahui, fokus-fokus tersebut dapat mengalami lepas muatan listrik berlebih. Bila lepas
muatan listrik ini tak diteruskan ke korteks serebri tidak terjadi kejang, hanya kehilangan kesadaran
seperti pada petit mat.Sedangkan bila aktivitas listrik ini dapat mencapai seluruh permukaan otak
terlihat kejang umum dengan gangguan kesadaran Pada orang tertentu dengan faktor keturunan
didapatkan gangguan metabolisme asam glutamat yang dalam tubuh diubah menjadi GABA,
sehingga GABA tak terbentuk atau terbentuk dalam jumlah sedikit sekali. Orang ini cendrung untuk
mendapat serangan epilepsy
6. Klasifikasi dan manifestasi
a. Grandmal
Grandmal adalah jenis epilepsy yang sering ditemukan pada anak. Karateristiknya :
umumnya ditandai dengan hilangnya kesadaran selama beberapa menit.
Gejala Klinik: Menjerit, hilang kesadaran, jatuh, gerakan tonis dan klonis, inkontenen.
b. Petit mal
Biasanya terjadi pada anak dan remaja. Berkurang apabila anak sudah menginjak dewasa.
Karakteristiknya: gangguan disertai sedikit atau tanpa gerakan tonis terjadi tanpa isyarat,
menghilang setelah beberapa jam setelah bangkit.
Gejala klinis: Mendadak, wajah diam disertai mata memandang lurus ke depan, semua
kegiatan motorik berhenti kecuali kedip-kedip mata, kemungkinan hilang tonus otot,
kesadaran kembali.
c. Psikomotor
Psikomotor muncul pada semua umur.
Karakteristiknya: mendadak hilang kesadaran, disertai kekacauan perasaan dan pikiran
dan sebagian aktivitas motor yang dikoordinasi lebih lama dari petitmal.
Gejala klinisnya: berperilaku seperti setengah sadar, nampak seperti yang keracunan, dapat
berbuat hal-hal anti sosial seperti: sombong berbuat keganasan, mengutuk diri sendiri bisa
terjadi, nyeri dada, gangguan respiratory, gangguan gastrointestinal, inkontinen urine.
d. Focal Jackson
Focal Jacson terjadi pada semua pasien penyakit struktur otak.
Karakteristik: tergantung pada lokasi fokus, bisa progresif atau tidak.
Gejala klinisnya: Pada umumnya dimulai pada tangan ,kaki dan muka, diakhiri dengan
seizure grandmal.
e. Myoklonic
Myoklonic didahului dengan grandmal beberapa bulan atau tahun.
Karakteristik: bisa sangat sedikit bisa mendadak gerakan cepat dan kuat.
Gejala klinis: Kontrkasi kelompok otot tidak sadar yang mendadak biasanya ektermitas
badan tidak hilang kesadaran.
f. Akinetis
Akinetis adalah serangan kejang mendadak, tonus postural menghilang sebentar dan
penderitanya merasa lemas sebelum menyadari atau pulih setelah tubuh atau lutut
menyentuh tanah.
Karakteristiknya: kehilangan seluruh tonus yang aneh.
Gejala Klinis: orang jatuh dalam keadaan lemah, tidak sadar dalam beberapa menit.
7. Pemeriksaan Fisik
Pada keadaan tidak serangan secara umum dari semua metode pemeriksaan fisik didapatkan
hasil yang masih dalam batas – bats normal, namun pada saat / beberapa saat ketika serangan
terjadi didapatkan:
a. Inspeksi : penderita tampak kejang sebagian / seluruh tubuh tampak adanya buih dari
mulutnya, penderita tampak kelelahan
b. Palpasi : tonus otot meningkat, tekanan nadi serta frekwensinya meningkat
c. Auskultasi : Kadang ditemukan ronchi akibat hiperskresi tracheo bronchial

8.Pemeriksaan Penunjang.
a. EEG.: ini merupakan pemeriksaan penunjang yang informatif yang dapat
memastikan diagnosis epilepsi.Berikut beberapa gambaran hasil pemeriksaan EEG pada
penderita epilepsi :
b.
b. CT-Scan. : pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi adanya infark, hematoma, tumor,
hidrosepalus,dll
c. foto rontgen kepala. : bertujuan untuk mendeteksi adanya fraktur tulang tengkorak , dll
d. Pemeriksaan Laboratorium dilakukan sesuai indikasi untuk memastikan adanya kelainan
sistemik
seperti hipoglikemia,hiponatremia, uremia , dll.
9. Diagnosa banding
1. Sinkop, migren
2. Gangguan Jantung
3. Hipoglikemia
4. keracunan
5. Histeria
6. Narkolepsi
10.Penatalaksanaan :
Tujuan penatalaksanaan pada epilepsi adalah mencegah timbulnya sawan tanpa menggagu
kapasitas fisik dan intelektual pasien.Pengobatan epilepsi meliputi pengobatan medikamentosa
dan pengobatan psikososial
a. Pengobatan medikamentosa
Pada pengobatan epilepsi dipergunakan patokan berikut :
1. Pilihlah obat sesuai dengan jenis epilepsinya.
2. Selalu dimulai dengan satu macam obat dengan dosis yang berangsur-angsur
dinaikkan sampai serangan teratasi atau tercapai dosis toksis. Bila dengan dosis
optimal serangan belum teratasi maka dapat dimulai dengan dosis yang juga 

    berangsur­angsur dinaikkan.

3. Setelah kejang teratasi obat harus diberikan sampai 2 – 3 tahun bebas serangan.

4. Penghentian obat epilepsi harus secara perlahan­lahan.

5. Kalau fasilitas memungkinkan kadar obat dalam darah harus ditentukan.

          Pilihan obat sesuai dengan jenis epilepsinya :
1. Grand mal : Phenobarbital, dlantin, mysolin, tegretol, mephenytoin (mesantoin),
mephobarbital, bromide, Na-valproat.
2. Petit mal : Ethosuximide, Na-valproat, clonazepam, trimethadione, paramethadione,
acetazolamide.
3. Lob. Temporalis : Tegretol, diantin, primidon, phenobarbital, mephobarbital,
phenacemid.
4. Minor motor : Clonazepam, diazepam, mysoline, Na-valproat, ketogenik diet.
5. Fokal : Dilantin, mysoline, luminal.
6. Spasme infantil : ACTH, mogadon, kotikosteroid
 
    b. Aspek Psiko Sosial
Pengobatan epilepsi berlangsung lama dan terus menerus sehingga tak jarang orang tua lalai

dan bosan kemudian menghentikan pengobatan mengakibatkan anak mendapat serangan kembali.

Disamping itu efek samping obat baik yang berhubungan dengan dosis maupun pemakaian yang

lama sering menghawatirkan orang tua. Pada pemakaian luminal misalnya tak jarang terlihat anak

hiperaktip dan nakal.Enam puluh persen dari semua kasus epilepsi bermanifestasi pada masa kanak­

kanak,sehingga anak selain mendapat serangan epilepsi juga menderita gangguan pertumbuhan dan

mental. Kadang­kadang orang tua memberikan perlindungan berlebihan pada anak, dilarang bermain

dengan   kawannya   karena   takut   mendapat   kecelakaan   atau   cemohan.   Hal   ini   menyebabkan   anak

terpencil dari lingkungannya. Untuk dapat berhasilnya pengobatan epilepsi perlu kerjasama yang

baik dari orang tua dan masyarakat.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Data Subyektif :
 Pasien mengeluh punya riwayat kejang – kejang baik hanya sebagian atau seluruh
tubuh yang bersifat kambuh – kambuhan
 Sakitnya kambuh bila banyak fikiran, bila kepanasan
 Saat kejang mulut keluar buih berwarna keputihan
 Keluarga mengatakan bahwa salah satu anggotanya tersebut bahkan sampai tidak
sadarkan diri bila penyakitnya kambuh
 Badan lemas , sakit dan terasa kesemutan setelah serangan
 Sakit kepala setelah serangan
 Kepala pusing
 Setelah serangan terkadang melihat bayangan – bayangan yang tidak jelas
 Takut bila penyakitnya itu kambuh lagi
 terkadang kencing tanpa disadari saat / beberapa saat setelah serangan
 bosan minum obat
c. Data Obyektif
 Sebagian atau seluruh badan klien tampak kaku saat serangan
 Dari mulut tampak keluar buih yang berwarna keputihan
 Klien tampak sadar / tidak sadar
 Klien tampak lemas
 Klien berbicara tidak jelas
 Klien tampak berkeringat
 terjadi peningkatan Nadi dan frekensi nafas
 Aktivitas klien tampak terhenti mendadak
 EKG : menunjukan gelombang yang lambat dan tidak teratur
d. . Masalah Keperawatan
Berdasarkan pohon masalah di atas kemungkinan masalah keperawatan yang muncul pada
pasien dengan epilepsi adalah :
1. Resiko penatalaksanaan program therapiutik yang tidak efektif
2. Nyeri
3. Cemas
4. Risiko Cedera
5. Kelelahan
6. PK gagal nafas
7. PK perdarahan
8. Inkontinensia urine
9 .Risiko aspirasi
10. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan dari masalah Keperawatan yang muncul tersebut maka diagnosa keperawatan yang
dapat diangkat dengan skala prioritasnya adalah sebagai berikut :
1. Ketidak efektifan bersihan jln nafas b.d hiperskresi liur,skret tracheo bronchial
2. PK gagal nafas b.d spasme otot laring
3. PK perdarahan tergigitnya lidah
4. Nyeri b.d penumpukan metabolit skunder tehadap spasme otot
5. Cemas b.d perubahan status kesehatan
6. Inkontinensia urine b.d relaksasi spinkter uretra interna
7. Risiko Cedera b.d penurunan kesadaran, halusinasi, parestesia, kejang umum otot - otot
8. Resiko penatalaksanaan prog.th/ tdk efektif b. kurangnya pengetahuan tentang penyakit
yang diderita

3. PERENCANAAN.

N DX
o TUJUAN TINDAKAN RASIONALISASI
1 I Setelah di beri
perawatan selama 1. Saat serangan miringkan kepala  .Memudahkan drainage
selama 30 mnt pada satu sisi dan mencegah aspirasi
diharapkan bersihan
jalan nafas efektif, dgn 2. Bersihkan skret yang  mencegah aspirasi
KE : menumpuk di mulut bila perlu
 mampu lakukan section  Untuk mengeluarkan
mengeluarkan skret skret yang masih
dg baik 3. Setelah sadar latih / suruh batuk menumpuk
 Bunyi nafas Efektif
normal 4. Evaluasi tanda vital ( suara
 tidak ,nafas, dll )  untuk mengetahui
mengalami aspirasi tingkat bersihan jalan
 frekwensi, nafasnya
irama kedalaman
pernafasan normal
 Pasien tidak
aspirasi
2 II
1. Jaga agar lidah tidak jatuh ke
belakang
Setelah diberi tindakan 2. Longgarkan pakaian khus pada  Untuk menjaga
keperawatan selama 15 daerah dada kepatenan jalan nafas
mnt diharapkan tidak  agar expansi paru –
terjadi gagal nafas, dg paru leluasa
KE : 3. Kolaborasi dengan medis untuk
 pasien bernafas resusitasi mekanik
spontan dengan  untuk mempertahankan
III
frekwensi, irama pernafasan yang adekuat
3 kedalaman normal 1. Segera saat serangan hindarkan
tergigitnya lidah dengan cara
Setelah diberi tindakan pasang tong spatel / sendok  Untuk menghindari
keperawatan selama 15 pada pada mulut pasien perdarahan akibat
mnt diharapkan tidak tergigitnya lidah
terjadi perdarahan, dg 2. Observasi tanda vital: T,N
KE :
 Saat serangan  Sebagai salah satu
lidah pasien tidak parameter untuk mengetahui
tergigit jika ada perdarahan
 Tidak tampak
adanya darah yang
IV keluar dari mulut
pasien
4
 T,N normal 1. Pantau tingkat nyeri pasien

 Untuk dapat
Setelah diberikan menentukan tingkat dan
tindakan keperawatan 2. Kaji paktor provokator dari jenis tindakan yang akan
selama 60 mnt nyeri pasien diberikan
diharapkan nyeri
pasien berkurang /  Untuk menghindarkan
hilang , dg KE : 3. kaji pengalaman pasien dalam faktor pencetus nyeri
 Pasien tidak mengatsi rasa nyerinya tersebut
mengeluh kesakitan
 Skala Nyeri 2 – 3 ( 4. Ajarkan / anjurkan tehnik  Untuk menentukan
0 – 10 ) Relaksasi tindakan serta dapat
 Muka tidak tampak mempercepat mengatasi
meringis kesakitan nyerinya

 Relaksasi dapat
5. K/P Kolaborasi dg team medis mengistirahatkan otot yang
dalam pemberian analgetik tadinya terbebani sehingga
V asam lactat yang tertimbun
tsb berangsur angsur hilang
5
 Analgetik bekerja
1. Kaji pola eleminasi urine pasien dengan meningkatkan
ambang nyeri pasien serta
Setelah diberikan 2. Ajarkan individiu tentang upaya mempengaruhi impuls nyeri
tindakan keperawatan – upaya meningkatkan kekuatan ke receptor
selama 60 mnt otot ( spinkter ) dg latihan
diharapkan pasien kegel :  Untuk menentukan
berkemih secara - menghentikan dan memulai jenis bantuan yang
terkontrol , dg KE: aliran urine beberapa kali diberikan
 Pasien selama berkemih
mengatakan dapat  Melatih kekuatan otot
mengontrol saat ada spinkter
keinginan untuk
VI
kencing
6  Pasien tampak
tidak keluar kencing
tanpa adanya 1. Kaji tingkat kecemasan pasien
keinginan untuk
kencing
2. Gali penyebab kecemasannya
Setelah diberikan
tindakan keperawatan 3. BHSP dengan bersifat empati,
selama 30 mnt sentuhan,dll  Untuk menentukan btas
VII diharapkan pasien tidak tindakan yang akan
cemas lagi, dg KE diberikan
7
 ekspresi wajah  agar tindakan dapat
tenang diarahkan ke penyebabnya
 pasien tidak 1. Jauhkan pasien dari benda –  dapat membuat pasien
gemetar benda yang membahayakan merasa tenang
 tampak percaya
diri
 T,N,R normal 2. Awasi dan jangan tinggalkan
pasien bila terjadi serangan
Setelah diberikan  menyiapkan
tindakan keperawatan 3. Cegah tergigitnya lidah saat lingkungan yang dapat
selama 45 mnt serangan mencegah cedera
diharapkan pasien 4. Jika ada di tempat tidur, pasang
terhindar dari cedera , pengaman tempat tidur  Mencegah
dg KE; kemungkinan pasien
 tidak terdapat 5.HE pada pasien untuk terjatuh/ terbentur
VII
kerusakan / luka menghindari tempat yang
8 fisik pada pasien saat membahayakan spt. genangan  Mencegah terjadinya
/ setelah serangan air,api,dll jika fase aura terjadi luka pada lidah pasien
 menghindarkan pasien
terjatuh dari tempat tidur.
1.Kaji faktor penyebabnya
2.Beri H.E tentang:  mencegah
- faktor- faktor pedisposisi / kemungkinan terjadi
presipitasi serangan pada cedera / resiko yang lebih
Setelah diberikan epilepsi serius lagi pada pasien jika
tindakan keperawatan - Perlunya pengobatan yang terjadi serangan
selama 30 mnt teraur pada epilepsi
diharapkan
penatalaksanaan th/ .3.Bersama – sama pasien dan klg  Untuk bisa menetukan
efektif, dg KE : menggali faktor yang menjadi jenis bantuan yang perlu
 Pasien / klg pencetus serangannya diberikan
mengatakan tahu
Ttg perlunya 4. Menyarankan pada pasien  agar pasien tahu
pengobatan , sedapat mungkin menghindari tentang faktor – faktor yang
tempat,serta mau faktor – faktor pencetus dapat memicu timbulnya
melakukannya. serangannya itu. serangan pada penyakit
 Pasien dapat epilepsi
mengidentifikasi
faktor – faktor  agar pasien tahu
pencetus serangan tentang faktor – faktor yang
dan mampu dapat memicu timbulnya
menghindarinya. serangan pada dirinya
sendiri
 agar dapat
meminnimalkan frekwensi
serangan

Defisit pengetahuan ETIOLOGI

Perubahan struktur
dan fisiologi neuron Cortex Serebri
Resiko ketdk efektipan Gagal diperbaiki
pntlksnn prog Th/

Fokus Epileptogenik
Ketidak seimbangan mekanisme eksitasi Gangguna pompa natrium
dan inhibisi pada neuron post sinaps

Depolarisasi membran neuron berulang

ambang kejang ( Windling )

Pelepasan muatan listrik abnormal Pelepasan muatan listrik abnormal


di sebagian area hemisfer cerebri di kedua hemisfer dan diensefhalon

Serangan epilepsi parsial Serangan epilepsi umum

Kejang spontan Gjl.sensoris Gjl.Psikis Gjl autonom


fokal - Parasthesia - Halusinasi - Berkeringat,
- HR,Palpitasi

Cemas
Nyeri

Risiko Cedera
Metab + akumulasi Metabolit Kejang spontan Kesadaran Gjl.
autonom
di otot - otot umum otot- otot

Kelelahan Spasme laring

Lidah tergigit PK gagal nafas

PK perdarahan Hiperskresi liur,skret


tracheo bronchial
Kontraksi otot detrusor +
Inkontinensia urine relaksasi spinkter eksternal Akumulasi skret

Ketidak efektifan bersihan jln nafas Risiko aspirasi

DAFTAR PUSTAKA

Arif Masjoer ,Kapita Selekta kedokteran edisi III, 2000, Media Aescuapius, Jakarta
Brunner dan Sudarth. ”Keperawatan Medikal Bedah” Edisi 8, Vol 3. Jakarta.
E.Sukardi, Neuroanatomi medica,FK UI,1984, Jakarta
LYNDA JUALL Carpenito,Buku Saku Diagnosa Keperawatan, 2001,edisi 8 EGC, Jakarta
Marllyn E. Doenges.1999. “Rencana Asuhan keperawatan” . Jakarta.
www.google.com

Anda mungkin juga menyukai