DISUSUN OLEH :
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah bentuk perawatan medis dan kenyamanan pasien
yang mengontrol intensitas penyakit atau memperlambat kemajuannya, apakah
ada atau tidak ada harapan untuk sembuh. Perawatan paliatif tidak bertujuan
untuk menyediakan obat dan juga tidak sebaliknya perkembangan penyakit.
Perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan pasien yang
terminal yang dapat dilakuakan secara sederhana sering kali prioritas utama
adalah kulitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit pasien. Namun saat ini,
pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan
penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana
prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar
mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya. Pada stadium
lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah
fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi
juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas
hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu
penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan gejala fisik,, namun juga
pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang
dilakukandengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan
paliatif.
Karena pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan
pasien paliatif care, maka masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya
untuk pasien dalam kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep
baru perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih
dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik
Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan
terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa
setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya.
Sedangkan saat ini hanya beberapa rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih terbatas di 6 (enam) ibu kota
propinsi yaitudimulai pada tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr. Soetomo
(Surabaya), disusul RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais
(Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta),
dan RS Sanglah (Denpasar).. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di
Indonesia masih belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk
mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka
diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi
sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan
paliatif.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
812/Menkes/SK/VII/2007 tantangan yang kita hadapi pada di hari-hari kemudian
nyata sangat besar. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum
dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit
degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis,stroke, Parkinson,
gagal jantung /heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/
AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Oleh sebab itu, penulis membahas tentang ruang lingkup perawatan paliatif
care karena pelayanan kesehatan di Indonesia terutama perawat belum menyentuh
kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, atau penyakit
yang termasuk dalam lingkup perawatan paliatif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan tersusunnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami tentang Asuhan Keperawatan pada pasien Terminal Illness
(Palliative Care) HIV / AIDS.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pasien terminal illness
(palliative care)
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pasien terminal
illness (palliative care)
c. Mahasiswa mampu menetapkan tujuan dan kriteria hasil pasien terminal
illness (palliative care)
d. Mahasiswa mampu menyusun rencana keperawatan pasienterminal illness
(palliative care)
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan terminal illness
(palliative care)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Gejala mayor
a. Berat badan menurun leih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demam/HIV ensefalopati
2. Gejala minor
a. Batuk menetap lebih dari satu bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpeszoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidas orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
h. Retinitis virus sitomegalo
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi
pada kondisi penyakit yang kronik
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien
dengan sakit kronik dan telah berjalan lama.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi
terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien
sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya
dapat meninggal dengan tenang dan damai. Doka (1993) menggambarkan
respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam empat fase, yaitu :
1. Fase prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau factor resiko
penyakit
2. Fase akut : berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada
serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun
psikologis.
3. Fase kronis : klien bertempur dengan penyakit dan pengobatnnya, Pasti
terjadi. Klien dalam kondisi terminal akan mengalami masalah baik fisik,
psikologis maupun social-spiritual.
Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain :
1. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan
pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara
lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan,
eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi
pada klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama
berbulan-bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus respek
terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal
tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan
klien dalam pemeliharaan diri.
2. Faktor Psikologis
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi
terminal. Perawat harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi
pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah yang
ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain
yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan,
kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus mengenali tahap-
tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.
3. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama
kondisi terminal, karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik
diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan sering
bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan
keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi. Perawat harus
bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat
memberikan dukungan social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga
terdekat untuk selalu menemani klien.
4. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan
proses kematian, bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat
terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah
semakin berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui
disaat-saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran tokoh
agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.
5. Konsep dan prinsip etika, norma, budaya dalam pengkajian Pasien
Terminal
Nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural atau budaya
yang mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya
mempengaruhi individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan
menghadapi kematian atau menjelang ajal. Perawat tidak boleh
menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika,
norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
6. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi
dukungan. Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui
keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap
kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga
kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi.
B. Diagnose
1. ketidakefektifan termogulasi b.d penurunan imunitas Tubuh
2. katidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d penurunan asupan
oral
mengaktualisasi diri
C. Intervensi
Diagnose
No Tujuan dan kriteria hasil Intervesi
Keperawatan
1 Ketidakefektifan NOC : NIC :
termoregulasi 1. Hidration Temperature regulation
2. Adherence Behavior (pengaturansuhu)
3. Immune status 1.1 Monitor suhu tubuh
4. Risk control minimal tiap 2 jam
5. Risk detection 1.2 Rencanakan monitor suhu
secara continue
KriteriaHasil : 1.3 Monitor TD, nadi, RR
- Keseimbanganantaraproduksipa 1.4 Monitor warna dan suhu
nas, panas yang diterima, dan kulit
kehilangan panas. 1.5 Monitor tanda-tanda
- Seimbang antara produksi hipotermi dan hipertermi
panas, panas yang diterima, dan 1.6 Tingkatkan intake cairan
kehilangan panas selama 28 dan nutrisi
hari pertama kehidupan. 1.7 Selimuti pasien untuk
- Keseimbangan asam basa bayi mencegah hilangnya
baru lahir kehangatan tubuh
- Temperature stabil : 36,5-37 C 1.8 Ajarkan pada pasien cara
- Tidak ada kejang mencegah keletihan akibat
- Tidak ada perubahan warna panas
kulit 1.9 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
- Glukosa darah stabil dan kemungkinan efek
- Pengendalian risiko : negative dan kedinginan
hipertermia 1.10 Beritahu tentang indikasi
- Pengendalian risiko: terjadinya keletihan dan
hyporthermia penanganan emergency
- Pengendalian risiko: Proses yang diperlukan
menular 1.11 Ajarkan indikasi dari
- Pengendian risiko: paparan hipotermi dan penanganan
sinar matahari yang diperlukan
1.12 Berikan anti piretik jika
perlu
Engels, J. 2009. Palliative Care Strategy for HIV and Other Disease. Cambodia:
Green, K., Horne, C. 2012. Integrating palliative care into HIV service. A
Practical toolkit for implementers. London: FHI 360 and The Diana
Memorial Fund.
Gwyther, L., et al. 2006. A Clinical Guide to Supportive and Palliative Care for
Africa.
Souza, P.N., et al. (2016). Palliative Care for Patients with HIV/AIDS Admitted to