Anda di halaman 1dari 45

SELF MANAGEMENT BEHAVIOR HIPERTENSI DI PUSKESMAS

HARAPAN RAYA PEKANBARU

PROPOSAL PENELITIAN

PUTRIA DAMAYANTI
18010023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PEKANBARU MEDICAL CENTER

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-

Nya sehingga penyusunan proposal penelitian dengan judul “Self Management Behavior Hipertensi”

dapat diselesaikan dengan tepat waktu.Tujuan penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar S1 keperawatan.

Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing saya ibu Ns. Silvia Nora

Anggreini, M.kep yang telah sabar membimbing saya dalam mengerjakan proposal penelitian ini. Serta

ucapan terimakasih kepada kerabat dan orang tua yang senantiasa memberikan support kepada saya.

Dengan ini saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan proposal penelitian ini dan saya

juga sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca maupun Dosenuntuk bahan pertimbangan

perbaikan proposal penelitian

Pekanbaru, Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................. ii

DAFTAR TABEL.......................................................................... iv

DAFTAR SKEMA......................................................................... v

BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 3

E. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................. 4

F. Keaslian Penelitian ......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka …………………………………………….... 5

B. Kerangka Teori…………………………………………........... 24

C. Kerangka Konsep…………………………………………........ 25

D. Hipotesa …………………………………………………......... 25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ………………………………................. 26

B. Partisipan/informa ……………………………........................ 27

C. Sasaran penelitian …….....…..................................................... 28

iii
D. Waktu Dan Lokasi Penelitian....................................................28

E. Tahap Penelitian ......................................................................28

F. Pelaksanaan Penelitian ..............................................................29

G. Kreteria Penentuan Partisipan...................................................30

H. Teknik Pengumpulan Data........................................................30

I. Metode Pengumpulan Data........................................................31

J. Teknik pengecekan keabsahan Data..........................................32

K. Teknik Analisa Data..................................................................33

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keaslian data ……..........………………………………...............4

Tabel 2 Klasifikasi hipertensi……………………………………..............7

v
DAFTAR SKEMA

Skema 1.1 Kerangka Teori...............................................................................24

Skema 1.2 Kerangka Konsep............................................................................25

vi
vii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), hipertensi merupakan suatu keadaan


dimana peningkatan darah sistolik berada diatas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Kondisi ini menyebabkan pembuluh darah terus
meningkatkan tekanan., kelompok penyakit tidak menular yang sangat umum dan mudah
dideteksi di masyarakat adalah hipertensi Tekanan darah tinggi terjadi ketika tekanan darah
terlalu tinggi. Tekanan darah seseorang meliputi tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan
darah sistolik adalah tekanan darah saat jantung berdetak. Tekanan darah diastolik adalah
tekanan darah saat jantung dalam keadaan istirahat. Tekanan darah normalnya adalah 140/90
mmHg. Secara umum, hipertensi atau hipertensi diukur dua kali dengan interval lima menit di
bawah istirahat yang cukup.Tekanan darah sistolik meningkat lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik meningkat lebih dari 90 mmHg (Harsismanto et al., 2020; Whelton et al., 2018).
Menurut data Rikesdas terakhir di Asia Tenggara pada tahun 2018, jumlah penderita
hipertensi di Indonesia mencapai 36, meningkat 34,1% dari tahun ke tahun. Dibandingkan
dengan data hasil Riskesdas tahun 2013, angka kejadian ini mengalami peningkatan yang cukup
tinggi, Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut pengukuran tekanan darah orang Indonesia
berusia 18 tahun ke atas, hingga 25,8% orang memiliki tekanan darah tinggi, dan pengukuran
tekanan darah mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai penduduk di atas 60 tahun
menyumbang 25,8%. (Andri et al., 2021; Tirtasari & Kodim,2019)

Dengan tingginya angka kejadian hipertensi yang ada di Indonesia, perlu adanya
berbagai macam upaya yang bisa dilakukan untuk mengendalikan angka kejadian hipertensi
yang tinggi tersebut sehingga dapat menekan angka hipertensi. (Andri et al., 2018; Sartika etal.,
2018). Menurut penelitian Sumartini & Miranti (2019) pernapasan dalam lambat
merupakansalah satu teknik relaksasi yang mempengaruhi sistem saraf dan mempengaruhi
pengaturan tekanan darah, selain itu dapat digunakan sebagai terapi alternatif non-obat, olahraga
atau pengobatan untuk pasien hipertensi. Menurut penelitian Samosir & Triyulianti (2021)
perbedaan antara pre-test dan post-test dapat dilihat dari tekanan darah sistolik, dan diperoleh p-

1
value 0,027. Untuk tekanan darah diastolik nilainya berubah dari sebelum tes dan setelah tes p-
value 0,015, yang berarti ada perbedaan antara dan mempengaruhi setelah Intervensi dan pijat
punggung lambat memiliki efek menurunkan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi.
Hipertensi menempati urutan nomor 4 dari 10 penyakit terbanyak rawat inap di
Rumah Sakit Provinsi Riau tahun 2018 yaitu 5148 kasus. Penyakit hipertensi merupakan urutan
pertama jenis penyakit kronis tidak menular yang dialami oleh kelompok usia lanjut di Provinsi
Riau dan di Kota Pekanbaru (Riskesdas, 2018). Salah satu cara untuk mencegah komplikasi dari
penderita hipertensi yakni penderita harus memiliki tanggung jawab dalam prilaku management
diri ( self management behavior). Menurut (Hayes, 2010) kurangnya self management behavior
dapat berpotensi terjadinya komplikasi. Pentingnya self management behavior karena
meningkatkan kepuasan pada pasien dalam menjalankan hidupya, dapat juga menurunkan biaya
perawatan, meningkatkan percaya diri, kemandirian pasien, dan meningkatkan kualitas hidup
pada pasien (Lia mulyati dkk, 2013). Self management behavior merupakan kemampuan
seseorang dalam berprilaku efektif dari diet dan olahraga, penggunaan obat yang diresepkan,
pemantauan mandiri dan koping emosional. Self management behavior tujuannya adalah untuk
mengubah gaya hidup seperti monitoring tekanan darah, minum obat dengan teratur, konsumsi
makan yang sehat yang kaya khasiat ini juga membantu pasien dalam meminimalkan komplikasi
dari hipertensi (Galuh,2018).

Tahun 2014 kasus hipertensi essensial (primer) dari 18 puskesmas di kota Pekanbaru
diperoleh bahwa wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya menduduki peringkat tertinggi dari
tahun 2013 hingga 2014 (Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2014). Jumlah kasus hipertensi
tahun 2015 sebanyak 0,15 % yang dilaporkan dari bulan Januari hingga September meningkat
di tahun 2015 yaitu 0,14% kasus. Pada 3 bulan terakhir terjadi peningkatan dratis yaitu bulan
Juli sebanyak 0,09% kasusAgustus sebanyak 0,095% kasus dan September sebanyak 0,096%
kasus(Dinkes,2015)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka rumusan masalah ini
meneliti tentang self management behavior hipertensi yang dilakukan, upaya dan
presepsi terhadap penyakit

2
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana prilaku self management behavior pada penderita
hipertensi dipuskesmas Harapan Raya
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui tentang self management behavior hipertesi dipuskesmas Harapan
Raya
b. Mengetahui tentang bagaimana upaya penderita mengetahui penyakitnya
c. Mengetahui presepsi terhadap penyakit hipertensi

D. Manfaat Peneliti

1. Manfaat teoritis
Secara teoritis Penelitian ini dilakukan untuk menambah wawasan dan
memperluas pengetahuan tentang prilaku selfcare management pada penderita
hipertensi
2. Manfaat praktis
a. Bagi peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan menambah ilmu pengetahuan tentang
prilaku self management behavior pada penderita hipertensi
b. Bagi institut pendidikan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut guna
untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi referensi bahan
penelitian selanjutnya
c. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk masyarakat agar
dapat menambah pengetahuan tentang prilaku self management behavior
penderita hipertensi

3
d. Bagi tempat peneliti
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan yang
bermanfaat untuk mengetahui prilaku selfcare management penderita
hipertensi

E. Ruang Lingkup penelitian

Penelitian ini membahas tentang “Self Management Behavior Hipertensi”.


Peneletian ini dilakukan untuk mengetahui self management behavior pada
penderita hipertensi.
Penelitian ini dilakukan dipuskesmas Harapan Raya pekanbaru. waktu
penyusunan penelitian ini dimulai pada bulan desember 2021 sampai bulan mei
2022.Sasaran penelitian ini adalah pasien yang memiliki riwayat hipertensi
dipuskesmas tersebut dan penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan
metode kualitatif dalam Self Management Behavior Hipertensi.

F. Keaslian penelitian

Nama peneliti Judul peneliti Metode penelitian Hasil peneliti


Ria pertiwi, Perilaku self care pada Kuantitatif (deskriptib Didapatkan hasil
maulina, dini usia dewasa dengan pendekatan c1`ross perilaku self care
mulyati masalah hipertensi sectional study) pada kategori rendah
sebanyak 123
responden.
Salami Perilaku self care Kualitatif Pengobatan yang
management penderita dilakukan, upaya self
hipertensi care management dan
presepsi terhadap
penyakitnya
Dwi septa Hipertensi pada Menggunakan metode
aryatiningsih analitik
masyarakat diwilayah

kerja puskesmas

harapan raya pekanbaru

Rina novita sari Hubungan self Menggunakan metode Mengetahui


cross sectional hubungan self

4
management behavior management behavior
dengan tingkat
dengan tingkat hipertensi pada
penderita tekanan
hipertensi pada darah tinggi didesa
semowo
penderita tekanan darah

tinggi didesa semowo

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi hipertensi

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling
tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg(Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012).
Menurut Price (dalam Nurarif A.H.,& Kusuma H. (2016) Hipertensi adalah sebagai peningkatan
tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit
lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin
besar resikonya.

Sedangkan menurut Hananta (I.P.Y., & Freitag H. (2011), Hipertensi adalah suatu
peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari
suatu periode. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti
usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi
garam, rokok dan kopi.Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018),
hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu
dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat
ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau
tinnitus dan mimisa

6
2. Klasifikasi

1. Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2016),


klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan
diastolik yaitu:

No Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
5. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7. Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8. Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210

2. Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah,S.A.2016)


klasifikasi hipertensi adalah :
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang
atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang
atau sama dengan 90mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila
sistolik 141-149 mmHg da n diastolik 91-94mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik
lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik
lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

7
3. Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan
gejala pada hipertensi dibedakan menjadi
1.Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
darah tidak teratur.
2. Gejala yang lazim
Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

4. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

8
faktor resiko Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi
2 kelompok yaitu :
1. Faktor yang tidak dapat diubah
Faktor yang tidak dapat berubaha adalah :
a. Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak
kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi lebih
berisiko untuk terkena hipertensi.
b. Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada
laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada
wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.
c. Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita.
d. Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri
hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada
Kaukasia atau Amerika Hispanik

2. Faktor yang dapat diubah


Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain
yaitu :
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena
dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di
dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh
darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah
yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea, G.Y., 2013).
b. Kurang aktifitas fisik

9
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas
fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan
secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara
global (Iswahyuni, S., 2017).
c. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida,
yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental
dan jantung dipaksa memompa darah lebih kuat lagi agar darah
sampai ke jaringan mencukupi Maka dapat disimpulkan bahwa
konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah, (Komaling,
J.K., Suba, B., Wongkar, D., 2013)
d. Kebiasaan minum kopi
Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk
peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena kopi
mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat
yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein
didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu produksi hormon
adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi
kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam
(Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2018)
e. Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk
memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan
tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D.,
Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan
ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan.
Natrium yang berlebih dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh
sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.
f. Kebiasaan konsumsi makanan lemak

10
Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh
M.I,2016) lemak didalam makanan atau hidangan memberikan
kecenderungan meningkatkan kolestrol darah, terutama lemak hewani
yang mengandung lemak jenuh, kolestrol yang tinggi bertalian dengan
peningkatan prevalensi penyakit hiperten

5. Tanda dan gejala hipertensi

Hipertensi tidak menimbulkan gejala yang khusus.Meskipun secara tidak


sengaja, beberapa gejala terjadi bersamaan dengan meningkatnya tekanan
darah seperti perdarahan pada hidung, sakit kepala sebelah, wajah kemerahan,
mata berkunang-kunang, sakit tengkuk dan kelelaha.Gejala-gejala tersebut
bisa dialami oleh penderita hipertensi bisa juga pada orang yang tekanan
darahnya normal. Jika hipertensi berat dan tidak diobati bisa menimbulkan
gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan
menjadi kabur yang terjadi karena kerusakan pada mata,otak dan ginjal.
Kadang-kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakkan pada otak.(wulandari,2011)

6. Komplikasi

a. Krisis hipertensi, penyakit arteri perifer, PJK, angina, infark miokard, gagal
jantung, aritmia dan kematian mendadak

b. Serangan iskemik sepintas (transient ischemic attack, TIA), stroke, retinopati,


dan esefalopati hipertensi

c. Gagal ginjal (Kowalak 2011).

11
B. Self care Management

a. Defini self care management

Self care menurut Orem adalah kemampuan individu dalam melakukan


aktifitas perawatan diri untuk mempertahankan hidup, meningkatkan, dan
memelihara kesehatan serta kesejahteraan individu (Kozier, 2010). Perawatan
diri didefinisikan sebagai aktifitas individu untuk mengontrol gejala,
melakukan perawatan, keadaan fisik, dan psikologis serta merubah gaya hidup
yang disesuaikan dengan penyakit yang diderita untuk memelihara hidup,
kesehatan, dan kesejahteraan. Tujuan utama dilakukannya self care
management adalah klien dapat efektif memanajemen kesehatannya secara
berkelanjutan, terutama pada klien dengan penyakit kronis(Akther , 2010).

Orem mengemukakan bahwa perawatan diri memiliki tujuan dan berperan


terhadap integritas struktural, fungsi, dan perkembangan manusia.Tujuan
yang ingindicapai yaitu berdasarkan keperluan universal, perkembangan, dan
perawatan kesehatan akibat penyimpangan kesehatan. Keperluan self care
universal ditemukan pada seluruh manusia dan berhubungan dengan proses
kehidupan individu dalam mencapai kesejahteraan umum. Kebutuhan
perkembangan berhubungan dengan tahapan perkembangan yang dialami
setiap individu.Kebutuhan pada penyimpangan kesehatan disesuaikan dengan
penyimpangan atau perubahan yang dialami pada tubuh dan fungsi organ
individu(Andriany, 2016).

Menurut Orem, asuhan keperawatan diperlukan ketika klien tidak dapat


memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan dan sosial. Perawat
akan menilai apa yang membuat klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya,

12
apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya, serta menilai
seberapa jauh klien mampu memenuhinya secara mandiri.
Perawatan diri disebut sebagai kebutuhan perawatan diri dimana individu
diharuskan mengetahui cara atau tindakan yang dilakukan. Orem telah
membagi keharusan perawatan diri ke dalam tiga kategori, diantaranya yaitu
keharusan universal yang bersifat umum bagi seluruh individu dimana
individu diharuskan melakukan perawatan diri untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia seperti kebutuhan oksigenasi, kebutuhan nutrisi cairan,
kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan relaksasi, kebutuhan aman nyaman, dan
meningkatkan fungsi hidup normal. Kategori selanjutnya yaitu keharusan
perkembangan dimana individu diharuskan melakukan perawatan diri sesuai
dengan perubahan citra tubuh yang dialami akibat bertambahnya usia.
Kategori yang terakhir adalah keharusan akibat perubahan kesehatan akibat
dari penyakit, cedera, atau dampak penanganan penyakit(Kozier, 2010).

Klien dengan penyakit tertentu tentunya memiliki keharusan melakukan


perawatan diri karena adanya penyimpangan kesehatan yang
dialaminya.Keharusan melakukan perawatan diri akibat penyimpangan
kesehatan yang dialami oleh setiap individu berbeda, disesuaikan dengan
penyakit yang diderita.Perilaku perawatan diri klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya harus diketahui terlebih dahulu oleh tenaga kesehatan,
setelah itu tenaga kesehatan mencari tahu bagaimana klien melakukan
perawatan diri berdasarkan penyakit yang diderita(Saraswati, 2015).

Perihal yang harus diketahui oleh tenaga kesehatan diantaranya


bagaimana klien mencari pelayanan kesehatan, apakah klien menyadari
adanya perubahan kesehatan yang dialami, apakah klien dan keluarga
mengetahui informasi terkait penyakit yang diderita klien, apakah klien dan
keluarga memahami cara merawat dan mengatasi gejala yang timbul akibat
penyakit. Perihal lain yang harus diketahui oleh tenaga kesehatan, yaitu
apakah klien memiliki motivasi dan kemampuan untuk melakukan perawatan

13
medis, apakah klien mengetahui perawatan diri yang dapat membantu
menangani penyakitnya selain perawatan medis, apakah klien menerima dan
mengetahui perawatan diri yang dapat membantu menangani penyakitnya
selain perawatan medis, apakah klien menerima dan melaksanakan perawatan
medis secara teratur, apakah klien menyadari akan adanya efek samping dari
perawatan medis yang diterima, apakah klien mengetahui cara mengatasi efek
samping yang timbul (Saraswati, 2015).

b. Self care management hipertensi

Selfcaremanagement pada hipertensi merupakan salah satu bentuk usaha


positif klien. Self care management hipertensi bertujuan untuk
mengoptimalkan kesehatan, mengontrol dan memanajemen tanda dan gejala
yang muncul, mencegah terjadinya komplikasi, meminimalisir gangguan yang
ditimbulkan pada fungsi tubuh, emosi, dan hubungan interpersonal dengan
orang lain yang dapat menganggu kehidupan klien(Mulyati, 2013).

Lin dan Akther berpendapat bahwa self care management sebagai


intervensi secara sistemik pada penyakit kronis, adalah dengan mengontrol
kesadaran diri dan mampu membuat keputusan dalam perencanaan
pengobatan(Akther , 2010).Self care pada hipertensi merupakan tindakan
mandiri yang harus dilakukan oleh penderita hipertensi dalam kehidupannya
sehari-hari. Tujuan melakukan tindakan selfcare untuk mengontrol tekanan
darah. Tindakan yang dapat mengontrol tekanan darah, meliputi pengaturan
pola makan (diet), patuh terhadap terapi pengobatan, perubahan gaya hidup,
dan perilaku kesehatan yang positif(Akther , 2010)

c. Komponen selfcare management

Ada 5 komponen self management pada klien hipertensi sebagai berikut:


1. Integrasi diri

14
Mengacu pada kemampuan pasien untuk peduli terhadap kesehatan dengan
menerapkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari mereka seperti
diet yang tepat, olahraga, dan kontrol berat badan. Pasien dengan hipertensi
harus mampu:
a. Mengelola porsi dan pilihan makanan ketika makan
b. Makan lebih banyak buah, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan
c. Mengurangi konsumsi lemak jenuh
d. Mempertimbangkan efek pada tekanan darah ketika membuat pilihan
makanan untuk dikonsumsi
e. Menghindari minum alkohol
f. Mengkonsumsi makanan rendah garam atau menggunakan sedikit garam
ketika membumbui masakan
g. Mengurangi berat badan secara efektif
h. Latihan/olahraga untuk mengontrol tekanan darah dan berat badan dengan
berjalan kaki, jogging, atau bersepeda selama 30-60 menit perhari
i. Berhenti merokok
j. Mengontrol stres dengan mendengarkan musik, istirahat, dan berbicara
dengan anggota keluarga

2. Regulasi diri
Mencerminkan perilaku mereka melalui pemantauan tanda dan gejala yang
dirasakan oleh tubuh, penyebab timbulnya tanda dan gejala yang dirasakan,
serta tindakan yang dilakukan. Perilaku regulasi diri meliputi:
a. Mengetahui penyebab berubahnya tekanan darah
b. Mengenali tanda-tanda dan gejala tekanan darah tinggi dan rendah
c. Bertindak dalam menanggapi gejala
d. Membuat keputusan berdasarkan pengalaman
e. Mengetahui situasi yang dapat mempengaruhi tekanan darah
f. Membandingkan perbedaan antara tingkat tekanan darah.
3. Interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya

15
Didasarkan pada konsep yang menyatakan bahwa kesehatan (dalam kasus
hipertensi tekanan darah yang terkontrol dengan baik) dapat tercapai karena
adanya kolaborasi antara klien dengan tenaga kesehatan dan individu lain
seperti keluarga, teman, dan tetangga. Perilaku yang mencerminkan interaksi
dengan tenaga kesehatan dan lainnya adalah sebagai berikut:
a. Nyaman ketika mendiskusikan rencana pengobatan dengan penyedia
layanan kesehatan
b. Nyaman ketika menyarankan perubahan rencana perawatan kepada
penyedia layanan kesehatan
c. Nyaman ketika bertanya
d. Berkolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan untuk mengidentifikasi
alasan berubahnya tingkat tekanan darah
e. Meminta orang lain untuk membantu dalam mengontrol tekanan darah
f. Nyaman ketika bertanya pada orang lain terkait teknik manajemen yang
dilakukan untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

4. Pemantauan tekanan darah


Dilakukan untuk mendeteksi tingkat tekanan darah sehingga klien dapat
menyesuaikan tindakan yang akan dilakukan dalam self management.
Perilaku pemantauan tekanan darah meliputi:
a. Memeriksa tekanan darah saat merasa sakit
b. Memeriksa tekanan darah ketika mengalami gejala tekanan darah rendah
c. Memeriksa tekanan darah untuk membantu membuat keputusan hipertensi
perawatan diri.

5. Kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan


Mengacu pada kepatuhan pasien terhadap konsumsi obat anti-hipertensi dan
kunjungan klinik. Komponen ini juga melibatkan konsumsi obat sesuai dosis
yang telah ditentukan, waktu yang ditentukan untuk minum obat, dan
kunjungan klinik rutin setiap 1-3 bulan (Akhter, 2010).

16
d. Perilaku pengelolaan self management

Ada 5 perilaku self management pada klien hipertensi sebagai berikut:

1. Kepatuhan terhadap diet

Klien hipertensi disarankan menerapkan pola diet sehat dengan menekankan


pada meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran dan produk susu rendah
lemak, makanan yang berserat tinggi, biji-bijian dan protein nabati, dan
kurangi konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh.
2. Aktivitas fisik
Melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah tinggi. Olahraga atau latihan dinamis dengan intensitas sedang seperti
berjalan kaki, jogging, bersepeda, atau berenang dapat dilakukan secara rutin
selama 30-60 menit selama 4-7 hari dalam seminggu. Olahraga atau latihan
dinamis intensitas sedang yang rutin dilakukan selama 4-7 hari dalam
seminggu diperkirakan dapat menurunkan tekanan darah 4-9 mmHg.
3. Kontrol stress
Stress yang dialami seseorang yang dialami seseorang akan mengakibatkan
saraf simpatis yang akan memicu kerja jantung yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Oleh karena itu, bagi mereka yang sudah memiliki
riwayat sejarah penderita hipertensi, disarankan untuk berlatih mengendalikan
stress dalam hidupnya.
4. Membatasi konsumsi alkohol
Klien hipertensi yang minum alkohol harus disarankan untuk membatasi
konsumsi alkohol. Konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 minuman per hari atau
tidak lebih dari 14 minuman per minggu untuk laki-laki, dan tidak lebih dari 1
minuman per hari atau tidak lebih dari 9 minuman per minggu untuk

17
perempuan. Takaran satu minuman, yaitu 13,6 gram atau 17,2 ml etanol atau
sekitar 44 ml [1.5 oz] dari 40% wiski, 355 ml [12 oz] dari 5% bir, atau 148 ml
[5 oz] dari 12% anggur.

5. Berhenti merokok
Berhenti merokok sangat penting untuk dilakukan oleh klien hipertensi,
karena dapat mengurangi efek jangka panjang hipertensi. Bahan kimia dalam
tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri, sehingga dapat menyebabkan
arteri menyempit dan meningkatkan tekanan darah. Asap rokok diketahui juga
dapat menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung (Akhter, 2011).

e. Hubungan Self Care dengan Penderita Hipertensi

Hubungan self care management dengan hipertensi adalah suatu hal


yang sangat erat kaitannya, tetapi masih banyak masyarakat yang tidak
melakukan dengan rutin self care management tersebut, padahal hal ini dapat
berpotensi terjadinya komplikasi pada penderita hipertensi. Self
caremanagement merupakan kemampuan individu mempertahankan perilaku
efektif meliputi mengikuti diet dan olahraga, penggunaan obat diresepkan,
pemantuan mandiri dan koping emosional. Faktor internal dan faktor eksternal
dalam self care menjadi bagian penting dalam meningkatkan self care
management pada penderita hipertensi(Zhong et al, 2011)

f. faktor yang mempengaruhi perilaku self care management

self care management dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor external
faktor internal yaitu faktor yang mempengharuhi dari lingkungan dan
dukungan sosial yang diterima oleh klien (Nwinee 2010)

1. faktor internal

18
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri klien dalam self care
management. Faktor internal terdiri dari keyaninan atau nilai klien terhadap
penyakit, pengetahuan, usia, jenis kelamin dan efikasi diri klien.
a. Nilai
nilai adalah pertimbangan secara etika yang mengatur perilaku seseorang.
Nilai merupakan keyakinan dan sikap peribadi seseorang mengenai
kebenaran, keindahan dan penghargaan dari suatu pemikiran atau perilaku
yang berorientasi pada tindakan yang berpengaruh pada kehidupan seseorang
terhadap. Nilai merupakan keyakinan seseorang terhadap suatu yang
berharga, kebenaran atau keinginan mengenai ide-ide, obyek atau perilaku
khusus. (Prasetyo 2012)
Kosa dan Robertson menjelaskan bahwa perilaku kesehatan seseorang
cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan seseorang terhadap kondisi
kesehatan yang diinginkan.Nilai pada klien hipertensi dalam hal ini terkait
dengan keyakinan tentang pentingnya melakukan self care management
hipertensi. Rosentock menjelaskan bahwa klien akan melaksanakan kegiatan
self care management didasarkan atas 4 keyakinan, yaitu dirasakannya
kerentanan terhadap komplikasi, keparahan dari penyakit, manfaat dari self
care management serta hambatan untuk melakukan self care management.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa self care
management pada klien hipertensi akan dipengaruhi oleh nilai atau keyakinan
terhadap komplikasi yang muncul, keparahan dari penyakit hipertensi yang
dialami, adanya arti penting terhadap pelaksanaan self care management yang
harus dilakukan dan hambatan yang dihadapi oleh klien dalam melakukan self
care management (Nwinee, 2011).

b. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang diperoleh seseorang setelah
mengadakan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan
merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang.Dalam self care management, pengetahuan seseorang merupakan

19
suatu dasar dari perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang akan
berakibat pada hasil dari perilaku atau gaya hidup yang dilakukan oleh orang
tersebut. Pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang termasuk
juga perilaku seseorang terhadap pola hidup terutama dalam memotivasi
seseorang untuk bersikap. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan
semakin mempermudah orang tersebut dalam menerima informasi.

c. Usia
Usia merupakan salah satu faktor penting pada self care. Bertambahnya usia
sering dihubungkan dengan berbagai keterbatasan maupun kerusakan fungsi
sensoris. Pemenuhan kebutuhan self careakan bertambah efektif seiring
dengan bertambahnya usia dan kemampuan.
Faktor usia juga dapat berpengaruh pada pengetahuan seseorang. Menurut
Huclok menyatakan bahwa semakin bertambahnya usia seseorang, maka
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja(Wawan & Dewi, 2010).

d. Efikasi diri
Bandura (2015) menjelaskan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang
terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Efikasi diri seseorang dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pengalaman
seseoarang. Dari aspek jenis kelamin, laki-laki cenderung memiliki efikasi
diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Dari aspek usia, efikasi
diri dipengaruhi oleh pengalaman hidup. Seseorang yang lebih tua tentunya
akan memiliki lebih banyak pengalaman dalam menghadapi masalah,
sehingga akan berpengaruh terhadap kepercayaan atau keyakinan yang
dimiliki orang tersebut terhadap dirinya dalam bertindak untuk mengatasi
masalah atau mencapai tujuan tertentu. Tingkat pendidikan juga dapat
mempengaruhi efikasi diri seseorang, karena orang yang lebih banyak

20
mengikuti pendidikan formal akan memperkuat efikasi dirinya (Prasetyo,
2012).

e. Jenis Kelamin
Jenis kelamin mempunyai kontribusi dalam kemampuan perawatan diri.Pada
laki-laki banyak melakukan penyimpangan kesehatan seperti kurangnya
manajemen berat badan dan kebiasaan merokok dibandingkan perempuan
(Arif , 2010).

f. Lama terdiagnosa hipertensi


Lama seseorang mengalami suatu penyakit berhubungan dengan pengalaman
orang tersebut terhadap perawatan penyakit. Ketika pengalaman yang
dialaminya adalah baik, artinya menjadikan kesehatannya lebih baik, maka
pengalaman tersebut akan meningkatkan motivasinya untuk melaksanakan
program tersebut, misalnya program diet garam dan sebagainya. Namun jika
pengalaman sebelumnya ternyata menyebabkan terjadinya penurunan
kesehatannya, maka pengalaman tersebut akan menurunkan motivasinya
untuk melaksanakan suatu program perawatan tertentu (Novian, 2013).
Penderita hipertensi yang memiliki aktivitas self care yang lebih tinggi
dibandingkan penderita yang baru menderita hipertensi.Klien yang menderita
hipertensi lebih dari 11 tahun biasanya lebih memahami perilaku self care
berdasarkan pengalamannya selama menjalani penyakit tersebut sehingga
klien lebih memahami tentang hal-hal terbaik yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatannya.Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan
aktivitas self care secara teratur dan konsisten (Bai, Chiou, & Chang, 2016).

2. Faktor Eksternal

21
Faktor eksternal yang berpengaruh pada self care management hipertensi
yaitu :
a. Dukungan sosial
Dukungan sosial sangat berpengaruh terhadap efektifitas pelaksanaan self
care management seseorang.Lewis dan Rook menyatakan bahwa integrasi,
dukungan dan kontrol sosial merupakan hal penting yang berpengaruh dalam
merubah perilaku seseorang. Dukungan sosial yang dapat diberikan oleh
anggota keluarga adalah dengan membantu klien, seperti mempersiapkan
makanan yang sehat, mengingatkan klien untuk minum obat, mencegah
penggunaan rokok dan alkohol (Nwinee, 2011)

b. Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
dapat berpengaruh terhadap perkembangan serta perilaku seseorang atau
kelompok.Sistem sosial budaya yang ada di masyarakat juga dapat
mempengaruhi sikap seseorang dalam menerima informasi (Wawan & Dewi,
2010).

c. Pekerjaan atau penghasilan


Seseorang yang mempunyai pekerjaan berat, sering lembur dan kurang
istirahat sangat berisiko terkena hipertensi sedangkan pada responden yang
tidak bekerja (ibu rumah tangga), mereka lebih cenderung dipengaruhi pola
makan yang kurang tepat dan kurangnya aktivitas terutama olahraga.
Menurut Yekti (2011), perempuan yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu
rumah tangga berisiko lebih tinggi menderita hipertensi dibandingkan
dengan perempuan yang bekerja. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
kurangnya aktivitas yang dilakukan ibu rumah tangga, dimana kebanyakan
hanya berdiam diri di rumah. Berbeda dengan ibu yang bekerja, justru lebih
banyak aktivitasnya dan menyempatkan waktu untuk olaharaga

d. Sosial ekonomi

22
Sosial ekonomi berpengaruh terhadap self care hipertensi. Adapun hubungan
yang dapat dilihat adalah hubungan yang bersifat positif dimana pada klien
dengan status sosial ekonomi yang tinggi maka perilaku self care hipertensi
akan meningkat
(Bai et al, 2007). Hipertensi merupakan penyakit kronik yang membutuhkan
biaya cukup mahal dalam perawatannya. Jika status ekonomi klien kurang
memadai akan menyebabkan klien mengalami kesulitan untuk melakukan
kunjungan kepusat pelayanan kesehatan secara teratur, sehingga sulit untuk
memantau bagaimana perkembangan status kesehatan klien dan klien akan
mengalami kecenderungan terjadinya resiko komplikasi hipertensi (Nwanko
et al, 2010).

23
C. Kerangka Teori

Skema 1.1

Faktor resiko hipertensi Self management behavior hipertensi


1. Tidak dapat diubah:
a. Riwayat keluarga 1. Integrasi diri
b. Usia
c. Jenis kelamin a. Pola diet dan kurangi asupan garam
d. Ras/etik b. Olahraga
2. Dapat di ubah: c. Penurunan berat badan
a. Merokok d. Kontrol stres
b. Aktifivas fisik
c. Konsumsi alkohol e. Pembatasan konsumsi alkohol dan rokok
d. Kebiasaan minum kopi 2. Regulasi diri
e. Kebiasaan konsumsi tinggi
garan a. Pengetahuan akan penyebab perubahan tekanan
f. Kebiasaan konsumsi lemak darah
b. Pengetahuan akan tanda dan gejala hipertensi
Hipertensi c. Kemampuan membuat keputusan
3. Interaksi dengan tenaga kesehatan
Komplikasi: 4. Pemantauan tekanan darah
5. Patuh terhadap aturan yang dianjurkab (minum obat)
1. Penyakit jantung
koroner
2. Gagal jantung
3. Stroke
4. Infark miokard
5. Gagal ginjal
6. ensefalopati
24
Keterangan:

Diteliti: tidak diteliti: garis penghubung:

D. Kerangka Konsep

Skema 1.2

Self management behavior Hipertensi

Variable: independent Variable: Dependent

E. Hipotesis

Terdapat hubungan self management behavior pada penderita hipertensi

25
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian dengan judul “self management behavior hipertensi”


menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan naratif. Naratif
adalah salah satu fenomena yang sedang ditelitti seperti narasi tentang
penyakit atau mungkin metode yang digunakan dalam studi seperti prosedur
analisis cerita. Sebagai metode, naratif dimulai dengan pengalaman yang
diungkapkan dalam kehidupan dan kisah yang diceritakan oleh individu,
menggabungkan data dengan mengumpulkan kisah mereka, melaporkan
pengalaman individu, dan secara kronologis membuat urutan makna tersebut
(Creswell, 2013).

Pendekatan naratif termasuk dalam kelompok pendekatakan penelitian


kualitatif yang menggunakan cerita untuk menggambarkan tindakan manusia.
Dalam pendekatan naratif, narasi mengacu pada bentuk wacana tempat
peristiwa dan kejadian yang dikonfigurasi menjadi satu kesatuan yang bersifat
sementara dengan cara membuat plot. Melalui proses membuat plot itu
elemen data (fase atau kalimat) dipahami dari perspektif kontribusi dan
pengaruhnya pada hasil tertentu (kelly&howie, 2007).

26
Walaupun pendekatan naratif berasal dari sastra, sejarah, antropoogi,
sosiologi, sosio-linguistik dan pendidikan, disiplin ilmu yang lain juga telah
mengadopsinya. Keperawatan termasuklah satu disiplin yang belakangan ini
dimulai menggunakan pendekatan ini. Sandelowski (2009) menyatakan
bahwa kerangka narasi ini memberikan akses kepada pengalaman individu
dengan menggunakan dorongan manusia untuk menceritakan kisah. Dia
mengamati bahwa studi narasi telah mengaitkan ilmu dengan sejarah, sastra
dan kehidupan sehari-harui

Penelitian ini menekankan aspek yang di ungkap pada wawancara


terbuka berupa sikap, pandangan, perasaan, dan prilaku subjek.
Pada penelitian ini menggunakan dasar penelitian kualitatif yang bertumpu
pada pendekatan dengan cara meneliti subjek untuk mentelaah dan
memahami sikap,pandangan, perasaan, serta prilaku yang dapat didasarkan
pada riset kualitatif yang berbentuk kalimat pernyataan dan pengelaman
subjek.

B. Partisipan/informa
Partisipan dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan naratif
menggunakan purposive sample yaitu dimana sample dipilih dengan
berorientasi dengan tujuan penelitian. Individu diseleksi atau dipilih secara
sengaja karena memiliki pengalaman yang sesuai fenomena yang diteliti,
sample ini menetapkan terlebih dahulu kreteria-kreteria inklusi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Individu yang dipilih untuk berpartisipasi menjadi
partisipan/informa dalam riset adalah mereka yang memiliki berbagai
pengalaman yang telah dipersyaratkan oleh riset yang sedang dilakukan.
Riset naratif membutuhkan sample purposive, yaitu pertisipan yang memiliki
pengalaman sesuai dengan fenomena yang diteliti (sample/berdasarkan
kreteria/criterion based sampling) (Richards&morse,20013)

27
Maka partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah partisipan
yang memiliki riwayat hipertensi. Jumlah partisipan dalam penelitian
kualitatif ini tidak ditentukan besaran ukuran partisipan, maka saat
penyusunan usulan peneliti, menyatakan jumlah pasti dari yang diperlukan
tidak dianjurkan, tetapi kita dapat menyebutkan rentang estimasi banyaknya
yang dibituhkan.
Menurut Dukes (1984) menyatakan ukuran untuk sampel tidak banyak, dan
ukuran untuk 1 sampai 2 partisipan untuk usulan penelitian naratif. Dengan
menggunakan teknik stastik hanya menentukan perkiraan jumlah sampel
berdasarkan sampel dengan jenis sample homogen yaitu informan
(Creswel,2014)

Jumlah pertisipan pada peneliian ini adalah sebanyak 5 orang. Penentu


jumlah informa dalam penelitian ini menimbangkan saturasi dalam arti data
yang diperoleh lebih partisipan memang jenuh dan tidak ada tambahan data
yang baru data dianggap sudah cukup untuk menjawab permasalahan
penelitian karakteristik informan: sikap, perilaku, jenis kelamin, umur dan
pekerjaan

C. Sasaran Penelitian
Sasaran pada penelitian ini adalah partisipan yang memiliki riwayat
hipertensi di puskesmas harapan Raya pekanbaru-Riau

D. Waktu dan Lokasi penelitian


Waktu penelitian ini dimulai Maret-April 2022, lokasi penelitian Puskesmas
Harapan Raya jl. Imam munandar No.40,Tangkerang Selatan., Kec.Bukit
Raya Kota Pekanbaru, Riau.

E. Tahap Penelitian
1. persiapan peneliti

28
dalam penelitian ini mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan
penelitian diantaranya fokus permasalahan dan objek penelitian.
Selanjutnya peneliti mengajukan judul dan proposal skripsi sesuai dengan
apa yang akan diteliti. Setelah proposal penelitian disetujui oleh
pembimbing skripsi maka peneliti melakukan pra riset sebagai upaya
menggali gambaran awal dari subjek dan lokasi penelitian
2. perizinan penelitian
perizinan penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat dengan mudah
melakukan penelitian sesuai dengan objek serta subjek penelitian.
Ada beberapa perizinan tersebut ditempuh dan dikeluarkan oleh:
a. mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian
kepada Waket 1 STIKes PMC untuk mendapatkan surat
rekomendasi survey pendahuluan.
b. Dengan membawa surat rekomendasi dari waket 1 untuk izin
survey pendahuluan, peneliti meminta izin penelitian kepada
kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu pintu
Provinsi Riau
c. Setelah mendapatkan surat permohonan izin dari pihak
pemerintah provinsi riau dinas penanaman modal dan pelayanan
terpadu satu pintu provinsi Riau
d. Dengan membawa surat rekomendasi dari dinas Penanaman
Modal dan Layanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Riau peneliti
memberikan surat tersebut kepuskesmas harapan raya pekanbaru-
riau.

F. Pelaksanaan Peneletian
Tahap penelitian ini inti dari penelitian yang dilakukan, penelitian mencari
jawaban untuk memecahkan fokus pada masalah.
Berikut langkah-langkah yang akan ditempuh penelitian adalah sebagai
berikut.

29
1. Menghubungi kepala puskesmas untuk meminta informasi dan meminta
izin melaksanakan penelitian.
2. Menghubungi kepala puskesmas harapan raya untuk penelitian
3. Menghubungi informan yang akan wawancara
4. Mengadakan wawancara dengan informan
5. Membuat catatan yang diperlukan dan dianggap penting yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti

G. Kreteria Penentuan Partisipan


Menurut pendapat spradley dalam Faisal (2009:45) partisipan harus
memiliki beberapa kreteria, yaitu:
1. Subjek telah lama dan insentif menyatu dengan dengan suatu kegiatan
atau medan aktivitas yang menjadi sasaran penelitian dan biasanya
ditandai dengan kemampuan memberikan informasi diluar kepala tentang
sesuatu yang ditanyakan.
2. Sebjek masih terkait secara penuh serta aktif pada lingkungan kegiatan
yang menjadi sasaran atau penelitian
3. Subjek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk diminta
informasi
Penentuan partisipan dilakukan dengan teknik purposive sampling,
dimana pemelihan ini dilakukan secara sengaja berdasarkan kreteria yang
telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian

H. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif difokuskan pada jenis
data dan prosedur untuk mengumpulkan data tersebut. Jenis data yang
dikumpulkan para peneliti kualitatif umumnya dikumpulkan dengan cara
observasi dan wawancara. Hasil observasi ,catatan lapangan, dokumen,
rekaman dan video (saldana,2009) . dalam melakukan pengumpulan data
yaitu ketika memperoleh izi dari partisipannya, caramemperoleh partisipan,
merekam informasi, menyimpan data dan berbagi isu etik yang perlu

30
diantisipasi. Kegiatan pengumpulan data pada pendekatan kualitatif menurut
creswel (2003) merupakan kegiatan yang memiliki siklus proses yaitu:
1. Menentukan fenomena atau situasi yang akan diteliti, seperti menentukan
lokasi atau setting penelitian dan menentukan individu yang memiliki
pengalaman tentang fenomena yang diteliti.
2. Memperoleh akses untuk menemui para calon partisipan atau informan
yang memiliki pengalaman sesuai dengan fenomena yang diteliti
kemudian membina rapport (hubungan saling percaya) terlebih dahulu
atau memperoleh akses tentang lokasi dan setting yang diteliti pada
kegiatan ini memperoleh izin dari institut/komite etik tertentu dan
memperoleh persetujuan dari partisipan
3. Menentukan cara pengambilan sampel atau cara merekrut para
partisipan yang dapat berpartisipasi pada penelitiannya, menentukan jenis
sampel dan menentukan estimasi besar sampel yang akan diiktsertakan.
4. Menentukan cara mengumpulan data penelitian. Pada tahap ini peneliti
menentukan bentuk data yang dikumpulkan, yaitu dalam bentuk
melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi
5. Merekam dan mencatatat data tersebut. Kegiatan ini dilakukan penelitian
sampai titik menemukan data baru
6. Menyimpan data yang telah dicatat dan direkam dapat disimpan dalam
bentuk file dikomputer atau dalam bentuk transkrip atau catatan
lapangan.

I. Metode Pengumpulan Data


proses pengumpulan data pada penelitian kualitatif berbeda dengan
penelitian kuantitatif walaupun berbeda metode menggunakan istilah yang
sama Beberapa metode pengumpulan data pada penelitian kualitatif yang
sering digunakan pada penelitian keperawatan yaitu wawancara, observasi,
analisis teks/studi dokumen, dan rekaman audio dan video. Berikut macam-
macam pengumpulan data pada pendekatan kualitatif yang umum
digunakan pada penelitian keperawatan.

31
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang paling sering
digunakan pada banyak peneliti kualitatif. Wawancara pada penelitian
sedikit berbeda dengan dibandingkan dengan wawancara lainnya seperti
wawancara pada penerimaan pegawai atau lainnya, wawancara pada
penelitian ini merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan
didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara ini meneliti lebih
sekedar percakapan dan berkisar dari pertanyaan-pertanyaan informal ke
formal. (rahmawati 2007).
2. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk
memberikan suatu kesimpulan atau dianogsis. Observasi adalah adanya
perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang akan digapai.
Perilaku yang terlihat langsung oleh mata , dapat didengar, dapat dihitung,
dan dapat diukur (herdiansyah, 2010)
Observasi yang dilakukan dalam penelitan ini adalah bagaimana sikap
peduli, perhatian terhadap self management yang dilakukan penderita
hipertensi, prsepsi tentang penyakit yang dideritanya. Tujuan dari
observasi ini adalah memperkuat bukti penelitian kepada partisipan atau
sampel. Observasi lakukan 2minggu.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
peneliti dengan metode kualitatif untuk mendapat gambaran dari sudut
pandang subjek melalui suatu media tertuis dan dokumen lain yang yang
ditulis atau dibuat oleh subjek yang bersangkutan (herdiansyah 2009)

J. Teknik Pengecekan Keabsahan Data


Teknik pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan peneliti bertujuan
untuk memperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan
dari segala segi. Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data yang
dimanfaatkan sesuatu yang lain. Menurut paton (dalam maleong,

32
2012:331) juga menjelaskan bahwa triangulasi dapat diulakukan dengan
cara:
1. Membadingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang .
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang
berkaitan.

K. Teknik Analisa Data


Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Dengan demikian,
teknik analisa yang digunakan dalam penelitian yaitu teknik analis data dan
pendekatan naratif adalah wawancara panjang dan studi dokumentasi
Data yang akan diperoleh akan dianalis dari kisah-kisah yang diceritakan pada
partisipan, dan kronologis berlangsungnya kejadian, dan intisari dari
kejadian.

33
DAFTAR PUSTAKA

Pertiwi, Ria; MAULINA, Maulina; MULYATI, Dini. PERILAKU SELF-CARE PADA USIA DEWASA
DENGAN MASALAH HIPERTENSI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 2021, 5.1.

MULYATI, Lia; YETTI, Krisna; SUKMARINI, Lestari. Analisis faktor yang memengaruhi self
management behaviour pada pasien hipertensi. Jurnal keperawatan padjadjaran, 2013, 1.2.

NOVITASARI, Rina; YUDANARI, Yunita Galih. HUBUNGAN SELF MANAGEMENT BEHAVIOR

DENGAN TINGKAT HIPERTENSI PADA PENDERITA TEKANAN DARAH TINGGI DI DESA

SEMOWO KABUPATEN SEMARANG. 2021. PhD Thesis. Universitas Ngudi Waluyo.

SILAEN, Jesika Br, et al. Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Harapan

Raya Pekanbaru. Jurnal Ipteks Terapan, 2018, 12.1: 64-77.

Creswell, John W., et al. "Qualitative research designs: Selection and implementation." The counseling

psychologist 35.2 (2007): 236-264.

CRESWELL, John W. Qualitative, quantitative and mixed methods approaches. Sage, 2014.

34
HASHIMOV, Elmar. Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook and The Coding Manual for

Qualitative Researchers: Matthew B. Miles, A. Michael Huberman, and Johnny Saldaña. Thousand

Oaks, CA: SAGE, 2014. 381 pp. Johnny Saldaña. Thousand Oaks, CA: SAGE, 2013. 303 pp. 2015.

HAYES, Avery, et al. Preliminary description of the feasibility of using peer leaders to encourage

hypertension self-management. Wisconsin Medical Journal (WMJ), 2010, 109.2: 85.

MAHARANI, Riri; SYAFRANDI, Dary Putri. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pengendalian

Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Harapan Raya Kota Pekanbaru Tahun

2016: Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pengendalian Tekanan Darah Pada Penderita

Hipertensi Di Puskesmas Harapan Raya Kota Pekanbaru Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Komunitas,

2017, 3.5: 165-171.

ZHONG, Xuefeng, et al. Awareness and practices of self-management and influence factors among

individuals with type 2 diabetes in urban community settings in Anhui Province, China. Southeast

Asian Journal of Tropical Medicine and Public Health, 2011, 42.1: 184.

SUKARJA, I.; NOVIYANTI, N. W. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

TERKONTROLNYA TEKANAN DARAH PADA HIPERTENSI PRIMER. Jurnal Gema Keperawatan,

2015, 8.2: 133-139.

35
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

SELF MANAGEMENT BEHAVIOR HIPERTENSI

A. Identitas Informan:

1. Nama/inisial :

2. Usia :

3. Pendidikan :

4. Pekerjaan :

5. Agama :

6. Alamat :

B. Orientasi:

1. Memperkenalkan diri
2. menjelaskan maksud dan tujuan wawancara disertai dengan manfaat
penelitian dan menjelaskan kerahasiaan informan terjamin
3. meminta calon informan menandatangani surat pernyataan kesediaan
menjadi informant

36
4. melakukan kontrak wawancara, menawarkan waktu wawancara 15-30
menit

C. Inti

Setelah calon informan menandatangani surat pernyataan kesediaan

menjadi informan, selanjutnya peneliti mewawancarai informan dengan

merekam isi pembicaraan dengan alat perekam.

Berikut adalah pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan:

NO PEDOMAN WAWANCARA

1. Apakah ibu/bpk memiliki kebiasaan buruk yang membuat tekanan

darah bapak tinggi atau tidak stabil? (contoh: kebiasaan minum kopi,

merokok, konsumsi alcohol, konsumsi makanan tinggi garam dan

lemak)

2. Apakah bpk/ibu sering mengkonsumsi makanan sehat?

3. Apakah bp/ibu tau apa saja tanda dan gejala pada hipertensi?

4. Apakah bp/ibu sering bertanya kepada perawat/dokter tentang

perkembangan penyakit bpk/ibu?

5. Apakah ibu/bpk memeriksa tekanan darah secara mandiri apabila

ibu/bpk mengalami gejala tersebut?

6. Berapa kali bpk/ibu melakukan pemeriksaan terhadap penyakit bpk/ibu

dalam sebulan?

7. Apakah ibu/bpk pernah menghentikan obat dari dokter?

37
8. Apakah ada perubahan setelah mengkonsumsi obat yang telah

diberikan dokter pak/buk?

D. Terminasi

1. menyimpulkan hasil wawancara


2. menyampaikan terimakasih
3. mengakhiri wawancara

38

Anda mungkin juga menyukai