Dosen Pembimbing
Isna ovari,S.Kp.M.Kep
Disusun oleh
DWI MARZA
NIM 18010010
A. Latar Belakang
Remaja merupakan individu yang berada pada masa peralihan dari masa
kanak ke masa dewasa. Peralihan ini disebut sebagai fase pematangan (pubertas),
yang ditandai dengan perubahan fisis, psikis, dan pematangan fungsi seksual.
Perkembangan psikologis ditunjukkan dengankemampuan berpikir secara logis dan
abstrak sehingga mampu berpikir secara multi-dimensi. Emosi padamasa remaja
cenderung tidak stabil, sering berubah, dan tak menentu. Remaja berupaya
melepaskan ketergantungan sosial-ekonomi menjadi relatif lebih mandiri. Masa
remaja merupakan periode krisis dalam upaya mencari identitas dirinya (Ari, dkk,
2015).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa remaja adalah
individu yang berusia di antara 10-19 tahun. Sebanyak 29% penduduk dunia terdiri
dari remaja dan 80% diantaranya tinggal di negara berkembang. Berdasarkan sensus
di Indonesia pada tahun 2010, jumlah remaja berusia 10-19 tahun adalah sekitar
21.000.000 jiwa. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini
mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood (swing)
yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah,
pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang
mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau
masalah psikologis (Endang, dkk, 2020).
Dari survei awal peneliti lakukan di sekolah SMK pekanbaru, peneliti
mendapatkan data bahwa tahun 2012 terdapat sebanyak 5,97% siswa yang
melakukan penyimpangan, pada tahun 2013 terdapat 5.,7% siswa yang melakukan
penyimpangan dan pada tahun 2014 sebanyak 3,26% siswa yang dapat melakukan
perilaku penyimpangan. Dapat simpulkan bahwa pada tahun 2012 dan 2013 siswa
yang melakukan perilaku penyimpangan mengalami presentasi tetap 5,97%,
sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 2,71% (Yeni, dkk, 2017).
Faktor yang mempengaruhi distres pada remaja diantaranya kecerdasan
emosi. Menurutnya kecerdasan emosi yang tinggi pada remaja digunakan dalam
beradaptasi ketika dihadapkan dengan situasi yang penuh tekanan. Secara langsung
kecerdasan emosional berpengaruh positif sebagai pembanding dari pengaruh negatif
psychological distress. Kesehatan mental dan jiwa menurut UU No. 18 tahun 2014
tentang kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seseorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, ritual dan sosial. Sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja produksi dan
mampu memberi kontribusi untuk komunitasnya. Hal itu juga berarti kesehatan
mental mempunyai pengaruh terhadap fisik seseorang dan juga akan mengganggu
produktifitas. Kesehatan mental sangat penting produktifitas dan kualitas kesehatan
fisik. Gangguan mental dan kejiwaan bisa dialami oleh siapa aja. Data RISKESDAS
2018 menunjukkan prefalensi gangguan emosioal yang di tunjukan dengan gejala-
gejala emosi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekiatar 6,1% dari
jumlah penduduk indonesia atau setara dengan 11 juta orang. Pada usia remaja
memiki presentasi depresi sebesar 6,2%. depresi berat akan mengalami
kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri (RISKESDAS, 2018).
Remaja dan pendidikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan dapat berupa pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi (Sari, 2016).
Banyak perubahan psikologis yang terjadi pada remaja sala satunya
adalah perkembangan identitas diri. Perkembangan identitas diri pada remaja
berkembang dengan pesat, dimana identitas diri didapatkan remaja dari interaksi
dengan lingkungan sosialnya. Perkembangan identitas diri pada remaja ini dapat
menjadikan remaja sadar akan kemampuan yang dimiliki, serta memiliki
kemampuan untuk dewasa dalam berfikir. Kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang untuk dapat mengenali perasaan diri sendiri atau orang lain dengan tepat,
kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri dan kemampuan untuk
menggunakan informasi dengan tepat untuk bertindak. Kecerdasan emosional ini
merupakan dasar yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk berfikir secara
logis dan kemampuan dalam memecahkan masalah serta kemampuan menjalin
hubungan baik dengan orang lain. Kecerdasan emosional akan menjadikan remaja
mampu untuk beradaptasi dengan baik pada situasi apapun yang sedang mereka
hadapi sehingga remaja lebih memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi setiap
tantangan atau stressor dalam kehidupannya (Basaria, 2019).
Berdasarkan hasil wawancara studi pendahuluan yang dilaksanakan pada
10 remaja yang diwawancarai, dan 8 dari mereka mengatakan mengalami atau
pernah merasakan perasaan yang tidak menentu dan 6 dari 10 remaja pernah
merasakan strees akademik yang terasa semakin berat. Sesuai dengan tingkatan
mereka. Dari uraian diatas, penulis tertarik merakukan penelitian untuk mengetahui
fakto-faktor yang mempengaruhi distrees emosional terhadap remaja di SMK
Pekanbaru.
B. Rumusan Masalah
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan wacana mengenai faktor faktor distress emosional pada remaja
2. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai informasi untuk menambah pengatahuan tentang
pentingnya mengetahui distress pada remaja
3. Manfaat Peniliti
Untuk memberi informasi dan pengetahuan untuk penrlitian selanjutnya bagi pmc
4. Bagi Institusi Penelitian
Sebagai tambahan pustaka untuk memberikan pengetahuan dalam distress
emosional
E. Keaslian Penelitian