Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISTRESS

EMOSIONAL TERHADAP REMAJA


PROPOSAL

Dosen Pembimbing
Isna ovari,S.Kp.M.Kep

Disusun oleh
DWI MARZA
NIM 18010010

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PEKANBARU MEDICAL CENTER
2021
Kata pengantar
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan individu yang berada pada masa peralihan dari masa
kanak ke masa dewasa. Peralihan ini disebut sebagai fase pematangan (pubertas),
yang ditandai dengan perubahan fisis, psikis, dan pematangan fungsi seksual.
Perkembangan psikologis ditunjukkan dengankemampuan berpikir secara logis dan
abstrak sehingga mampu berpikir secara multi-dimensi. Emosi padamasa remaja
cenderung tidak stabil, sering berubah, dan tak menentu. Remaja berupaya
melepaskan ketergantungan sosial-ekonomi menjadi relatif lebih mandiri. Masa
remaja merupakan periode krisis dalam upaya mencari identitas dirinya (Ari, dkk,
2015).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa remaja adalah
individu yang berusia di antara 10-19 tahun. Sebanyak 29% penduduk dunia terdiri
dari remaja dan 80% diantaranya tinggal di negara berkembang. Berdasarkan sensus
di Indonesia pada tahun 2010, jumlah remaja berusia 10-19 tahun adalah sekitar
21.000.000 jiwa. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini
mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood (swing)
yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah,
pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang
mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau
masalah psikologis (Endang, dkk, 2020).
Dari survei awal peneliti lakukan di sekolah SMK pekanbaru, peneliti
mendapatkan data bahwa tahun 2012 terdapat sebanyak 5,97% siswa yang
melakukan penyimpangan, pada tahun 2013 terdapat 5.,7% siswa yang melakukan
penyimpangan dan pada tahun 2014 sebanyak 3,26% siswa yang dapat melakukan
perilaku penyimpangan. Dapat simpulkan bahwa pada tahun 2012 dan 2013 siswa
yang melakukan perilaku penyimpangan mengalami presentasi tetap 5,97%,
sedangkan pada tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 2,71% (Yeni, dkk, 2017).
Faktor yang mempengaruhi distres pada remaja diantaranya kecerdasan
emosi. Menurutnya kecerdasan emosi yang tinggi pada remaja digunakan dalam
beradaptasi ketika dihadapkan dengan situasi yang penuh tekanan. Secara langsung
kecerdasan emosional berpengaruh positif sebagai pembanding dari pengaruh negatif
psychological distress. Kesehatan mental dan jiwa menurut UU No. 18 tahun 2014
tentang kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seseorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, ritual dan sosial. Sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja produksi dan
mampu memberi kontribusi untuk komunitasnya. Hal itu juga berarti kesehatan
mental mempunyai pengaruh terhadap fisik seseorang dan juga akan mengganggu
produktifitas. Kesehatan mental sangat penting produktifitas dan kualitas kesehatan
fisik. Gangguan mental dan kejiwaan bisa dialami oleh siapa aja. Data RISKESDAS
2018 menunjukkan prefalensi gangguan emosioal yang di tunjukan dengan gejala-
gejala emosi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekiatar 6,1% dari
jumlah penduduk indonesia atau setara dengan 11 juta orang. Pada usia remaja
memiki presentasi depresi sebesar 6,2%. depresi berat akan mengalami
kecenderungan untuk menyakiti diri sendiri hingga bunuh diri (RISKESDAS, 2018).
Remaja dan pendidikan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan dapat berupa pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi (Sari, 2016).
Banyak perubahan psikologis yang terjadi pada remaja sala satunya
adalah perkembangan identitas diri. Perkembangan identitas diri pada remaja
berkembang dengan pesat, dimana identitas diri didapatkan remaja dari interaksi
dengan lingkungan sosialnya. Perkembangan identitas diri pada remaja ini dapat
menjadikan remaja sadar akan kemampuan yang dimiliki, serta memiliki
kemampuan untuk dewasa dalam berfikir. Kecerdasan emosional adalah kemampuan
seseorang untuk dapat mengenali perasaan diri sendiri atau orang lain dengan tepat,
kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri dan kemampuan untuk
menggunakan informasi dengan tepat untuk bertindak. Kecerdasan emosional ini
merupakan dasar yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk berfikir secara
logis dan kemampuan dalam memecahkan masalah serta kemampuan menjalin
hubungan baik dengan orang lain. Kecerdasan emosional akan menjadikan remaja
mampu untuk beradaptasi dengan baik pada situasi apapun yang sedang mereka
hadapi sehingga remaja lebih memiliki rasa percaya diri dalam menghadapi setiap
tantangan atau stressor dalam kehidupannya (Basaria, 2019).
Berdasarkan hasil wawancara studi pendahuluan yang dilaksanakan pada
10 remaja yang diwawancarai, dan 8 dari mereka mengatakan mengalami atau
pernah merasakan perasaan yang tidak menentu dan 6 dari 10 remaja pernah
merasakan strees akademik yang terasa semakin berat. Sesuai dengan tingkatan
mereka. Dari uraian diatas, penulis tertarik merakukan penelitian untuk mengetahui
fakto-faktor yang mempengaruhi distrees emosional terhadap remaja di SMK
Pekanbaru.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui


faktor faktor yang mempengaruhi distress emosional terhadap remaja.
1. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi distree emosial dan
cara menghadapi serta menghilangkan distress emosial yang terjadi pada
remaja.
b. Tujuan khusus
1) Untuk menguji faktor-faktor distress emosional terhadap remaja
2) Untuk menghilangkan distress emosial yang terjadi pada remaja

C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan wacana mengenai faktor faktor distress emosional pada remaja
2. Manfaat Praktis
Dapat dijadikan sebagai informasi untuk menambah pengatahuan tentang
pentingnya mengetahui distress pada remaja
3. Manfaat Peniliti
Untuk memberi informasi dan pengetahuan untuk penrlitian selanjutnya bagi pmc
4. Bagi Institusi Penelitian
Sebagai tambahan pustaka untuk memberikan pengetahuan dalam distress
emosional

D. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup tempat


Penelitian ini dilakukan di smkn 6 pekanbaru
2. Ruang lingkup waktu
Waktu penyusun dan penelitian proposal bulan november 2021
3. Ruang lingkup keilmuan
Materi penelitian ini berhubungan dengan ruang lingkup keperawatan jiwa

E. Keaslian Penelitian

Keterangan Jamaludin Dwi Ari Endang Mei


Mulia Sari Dewi Sulistyowati, Y. Yunalia
Bagus Wismanto, Arif Nurma Etika
Cicilia Tanti
Utami

Judul Pengaruh Hubungan Antara Analisa


Kecerdasan Emosi Kecerdasan Kecerdasan
Dan Coping Stress Emosional Dan Emosional Remaja
Terhadap Optimisme Tahap Akhir
Psychological Dengan Problem Berdasarkan
Distress Pada Focused Coping Jenis Kelamin
Remaja Pada Mahasiswa
s1 Keperawatan
Stikes Telogorejo
Semarang
Tujuan Untuk Menguji Untuk Menguji Untuk Mengetahui
Pengaruh Secara Empirik Hubungan Antara
Kecerdasan Emosi Hubungan Antara Kecerdasan
Dan Mengatasi Kecerdasan Emosional Dengan
Stres Emosional Dan Jenis Kelamin
Dengan Tekanan Optimisme Pada Remaja
Psikologis Di Dengan Problem Tahap Akhir.
Kalangan Remaja. Focused Coping
Pada
Mahasiswa S1
Keperawatan
Stikes Telogorejo
Semarang.

Metode Instrumen Metode Penelitian Dengan


Pengumpulan Data Yang Menggunakan
Menggunakan Digunakan Dalam Kuesioner
Skala Kessler 10 Penelitian Ini Kecerdasan
(K-10) Untuk Adalah Dengan Emosional Yang
Mengukur Menggunakan Diadaptasi Dari
Tekanan Metode Teori Goleman
Psikologis, Trait Pendekatan Yang Telah
Meta-Mood Skala Kuantitatif Dan Dikembangkan
(Tmms) Untuk Jenis Penelitian Dan Selanjutnya
Mengukur Korelasional. Data Yang
Kecerdasan Diperoleh Diuji
Emosional, Dan Menggunakan Uji
Responses To Korelasi Koefisien
Stress Angket Kontingensi.
(Rsq) Untuk
Mengukur Coping
Stres Pada Remaja.

Hasil Hasil Penelitian Bahwa Ada Hasil Penelitian


Menunjukkan Hubungan Yang Menunjukkan
Terdapat Pengaruh Sangat Signifikan Bahwa Nilai
Yang Signifikan Antara Sig = 0,231< 0,005
Kecerdasan Kecerdasan Sehingga H0
Emosional Emosional Diterima, Artinya
(Attention To Dan Optimisme Tidak Terdapat
Feeling, Clarity In Dengan Problem Hubungan Antara
Discrimination Of Focused Coping Tingkat
Feeling, Mood Fhitung = 16,209 Kecerdasan
Repair) Dan Dengan p < 0,01. Emosional Dengan
Coping Stress Jenis Kelamin
(Primary Control Pada Remaja
Engagement, Tahap Akhir.
Secondary Control
Engagement,
Disengagement
Coping,
Involuntary
Engagement,
Involuntary
Engagement)
Terhadap
Psychological
Distress.

Anda mungkin juga menyukai