Anda di halaman 1dari 68

PENGARUH PEMBERIAN JUS BUAH PEPAYA TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA


HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BILATO

PROPOSAL PENELITIAN

SULISTIANI A. ILOHUNA
NIM: C01418170

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa


atas berkat, rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan proposal yang berjudul “Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bilato”.
Harus diakui banyak hal yang masih membutuhkan sentuhan perbaikan
dalam upaya penyempurnaan proposal ini.Olehnya penulis tiada henti-hentinya
berucap syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kecerahan
pemikiran dan umur yang panjang hingga penulis dapat mengeyam pendidikan
Srata (S1) Program Studi Ilmu Keperawatan di Universitas Muhammadiyah
Gorontalo.Terima kasih kepada mereka yang telah membimbing dan membantu
penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
Selesainya proposal ini berkat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak
oleh karena itu sepantasnya penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
mendalam kepada :
1. Prof. Dr. Abdul Kadim Masaong, M.Pd. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
2. Prof. Dr. Hj. Moon Hidayati Otoluwa, M.Hum. selaku Wakil Rektor I
Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
3. Dr. Salahudin Pakaya, MH. selaku Rektor II Universitas Muhammadiyah
Gorontalo.
4. Dr. Apris Ara Tilome, S.Ag, M.Si selaku Wakil Rektor III Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
5. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
6. Ns. Andi Akifa Sudirman, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
7. Ns. Harismayanti, S.kep, M.kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
8. Ns. Sabirin B. Syukur, M.Kep selaku Pembimbing 1 yang telah banyak
membantu dan memberikan arahandalam menyelesaikan proposal ini.

i
9. Ns. Fadli Syamsuddin, M.Kep, Sp.Kep.MB selaku Pembimbing 2 yang
telah memberikan bimbingan serta masukan dalam menyelesaikan
proposal ini.
10. Ns. Iskandar Simbala, M.Kep selaku Penguji yang telah memberikan
banyak masukan dalam menyelesaikan proposal ini.
11. Kepala Puskesmas Bilato dan Staf Puskesmas yang telah mengizinkan
saya untuk dapat melakukan penelitian.
12. Seluruh Staf Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan studi.
13. Kedua orang tua penulis yang telah membimbing dengan kasih sayang dan
dan pengorbanan hingga penulis dapat mengikuti program pendidikan ini
hingga selesai.
Penulis menyadari meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal ini
sebaik mungkin, namun masih bnayk kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis.Oleh karena,
penulis sangat menghargai masukan guna penyempurnaan dalam penyusunan
proposal ini.Akhir kata, semoga bermanfaat bagi penulis dan rekan-rekan
mahasiswa lainnya.

Gorontalo, Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv
BAB IPENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian...............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................7
2.1 Konsep Hipertensi...............................................................................................7
2.2 Konsep Pepaya.................................................................................................16
2.3 Penelitian Relevan.............................................................................................18
2.4 Kerangka Teori..................................................................................................23
2.5 Kerangka Konsep..............................................................................................24
2.6 Hipotesis Penelitian...........................................................................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................26
3.1 Desain Penelitian..............................................................................................26
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian.............................................................................27
3.3 Variabel Penelitian.............................................................................................27
3.4 Populasi Dan Sampel........................................................................................28
3.5 Instrumen Penelitian..........................................................................................29
3.6 Pengumpulan Data............................................................................................30
3.7 Teknik Pengolahan Data...................................................................................31
3.8 Teknik Analisa Data...........................................................................................31
3.9 Hipotesis Statistik..............................................................................................32
3.10 Etika Penelitian................................................................................................32
3.11 Alur Penelitian.................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................34

iii
iv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII.................................................9
Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO.............................................................9
Table 3. Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia.............10
Tabel 4. Kandungan Gizi Buah Papaya matang tiap 100 gram bahan.....................17
Tabel 5. Penelitian Relevan.....................................................................................18
Tabel 6. Definisi Operasional...................................................................................27

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1. Kerangka Teori.......................................................................................24


Gambar 2. Kerangka Konsep...................................................................................25
Gambar 3. Desain penelitian one group pre-test and post-test................................26

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi atau yang lebih di kenal masyaratakat dengan sebutan
penyakit darah tinggi yaitu terjadinya peningkatan tekanan darah seseorang lebih
dari nilai normal di tandai dengan kenaikan tekanan darah seseorang lebih dari
nilai normal di tandai dengan kenaikan tekanan atas (sistolik) lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah bawah (diastolic) lebih dari 90 mmHg, berdasarkan
hasil pengukuran beberapa kali sehingga beresiko terjadinya penyempitan
pembuluh darah, strok, gagal jantung dan gagal ginjal(Andriani, 2017). Hipertensi
adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, secara umum seseorang
mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya ≥ 140 mmHg sistolik atau ≥ 90
mmHg diastolic.Tekanan darah tinggi disebut "silent killer" karena seringkali tidak
memiliki tanda-tanda atau gejala, dan banyak orang tidak menyadarinya. Mereka
biasanya mengetahui hal tersebut saat cek kesehatan atau saat sudah timbul
keadaan yang berat dan serius seperti nyeri dada (angina), serangan jantung,
bahkan gagal jantung (Adam et al., 2020).
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa hipertensi
diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian atau 12,8% dari total kematian
tahunan. Seseorang dikatakan hipertensi jika memiliki tekanan darah sistolik 140
mmHg dan tekanan darah diatolic 90 mmHg.Tingginya angka mortalitas
disebabkan oleh factor resiko utama, yaitu peningkatan tekanan darah.
Peningkatan tekanan darah sesorang akan meningkatkan risiko terkena stroke
dan penyakit jantung koroner (WHO, 2017). Menurut WHO (2017), sekitar satu
milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi dimana dua pertiganya
terdapat di Negara-negara berkembang. Hipertensi menyebabkan 8 juta
penduduk dunia meninggal setiap tahunnya, dimana hamper 1,5 juta penduduk
diantaranya terdapat di kawasan Asia Tenggara (Lutfi, 2019).
Menurut Riskesdas (2018) menyatakan prevalensi hipertensi berdasarkan
hasil pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1% tertinggi di
Kalimantan Selatan (44,1%). Sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%).
Hipertensi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%). Umur 45-54 tahun
(45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Prevalensi hipertensi di Indonesia adalah

1
31,7% yang berarti hampir 1 dari 3 penduduk usia dari 18 tahun keatas
menderita hipertensi. Data dari dinas kesehatan Provinsi Gorontalo tahun (2018)
didapatkan jumlah penderita hipertensi 23,684 jiwa, dengan jumlah tertinggi pada
Kota Gorontalo 12,263 jiwa, dilanjutkan dengan Kabupaten Gorontalo 4,225 jiwa,
Kabupaten Gorontalo Utara 2,808 jiwa, Kabupaten Bone Bolango 2,186 jiwa,
Kabupaten Boalemo 1,362 jiwa, dan yang paling terendah Kabupaten Pohuwato
840 jiwa.
Hipertensi yang tidak segera diatasi bisa menimbulkan gejala seperti sakit
kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, terengah-engah, gelisah
pandangan mata kabur dan berkunang kunang, emnosional telingan berengung,
sulit tidur, tengkok terasa berat, nyeri kepala bagian belakang, dan didada, otot
lemah,terjadi pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, keringat
berlebihan, kulit tampak pucat, dan kemerahan, denyut jantung yang kuat, cepat,
dan tidak teratur, impotensi, perdarahan diurine, bahkan mimisan. Jika hipertensi
ini terjadi secara berkepanjangan, maka akan meningkatkan resiko terkena
stroke, serangan jantung dan gagal ginjal kronis bahkan pada hipertensi berat
dapat menyebabakan enselopati hipertensif, yaitu penurunan kesadaran bahkan
koma(Pratama & Nur Hidayah 2020).
Hipertensi jika tidak dilakukan penanganan, sekitar 70% pasien hipertensi
kronis akan meninggal karena jantung koroner atau gagal jantung, 15% terkena
kerusakan jaringan otak, dan 10% mengalami gagal ginjal. Sejalan dengan
bertambahnya usia hamper setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah dan
akan terus meningkat s apai usia 80 tahun (Wahab, 2017). Dari pengalaman
klinis diketahui penggunaan obat-obat sintesis dapat mengendalikan tekanan
darah.Sayangnya pengobatan secara farmakologi bila digunakan dalam jangka
waktu lama biasanya mahal dan berefek samping.Hal ini menimbulkan masalah
baik dari kesehatan maupun biaya. Sehingga masalah tersebut dijadikan alasan
bagi masyarakat untuk menggunakan pengobatan alternatif atau pengobatan
non farmakologis (Agustina et al., 2022).
Salah satu alternatif pengobatan non farmakologis pada pasien hipertensi
adalah pemberian buah papaya masak sebanyak 200 gram.Kandungan mineral,
buah papaya masak memiliki kandungan kalium sebesar 257 mg/100 g dan
sangat sedikit kandungan natrium sebesar 3 mg/100g. Menurut Kowalski Rasio
kalium terhadap natrium yang ideal adalah lima banding satu. Selain itu, papaya

2
juga mengandung antioksidan yang tinggi yaitu vitamin C. papaya merupakan
sumber vitamin C yang baik, sehingga mampu mencegah kerusakan sel yang
disebabkan oleh radikal bebas dan sebagai donor electron. Kerjasama vitamin E,
vitamin C dan betkroten akan mempermudah pelumpuhan radikal bebas (Hastuti,
2016).
Buah papaya mengandung karatenoid (provitamin A), vitamin C, dan
vitamin E yang dapat berperan sebagai antioksidan dalam tubuh.Senyawa ini
mampu menyingkirkan radikal bebas penyebab kanker.Antioksidan dalam
papaya juga bermanfaat untuk mencegah oksidasi kolestrol yang sring
menempel pada dinding arteri penyebab hipertensi.Papaya juga mengandung
enzim papain, enzim ini dapat mencegah protein arginine.L merupakat subrat
untuk produksi endootelial nitrit oxide, regulator utama untuk tekanan darah
arterial melalui efek vasodilatasi potensial.L arginine dapat disintesis dari L-
citrullinemelauli siklus Citrulline-NO yang menyebabkan peningkatan produksi
endthotelial nitric oxide. Nitric oxide disintesis dari bagian dalam pembuluh darah
menyebabkan relaksasi pembuluh darah (Mariani & Isnawati 2019).
Pada penelitian yang dilakukan (lusiane Adam & Ahmad Aswad, 2020)
menurut peneliti adanya pengaruh yang signifikan tersebut disebabkan dengan
mengkomsumsi jus papaya mengkal terjadi penurunan tekanan darah baik
secara sistolik maupun diastolic. Hal tersebut ditunjukkan dengan sebelum
diberikan jus papaya mengkal, rata-rata tekanan darah sistolik adalah 150,10
mmHg serta tekanan darah diastolic yaitu 95,53 mmHg. Setelah mendapat
intervensi berupa pemberian jus papaya mengkal selama 7 hari, rata-rata
tekanan darah sistolik menjadi 142,83 mmHg dan diastolic menjadi 88,43 mmHg.
Hal tersebut berarti terjadi penurunan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar
7,27 mmHg dan diastolic 7,10 mmHg.
Menurut (Pratama & Nur Hidayah 2020), menjelaskan bahwa jus buah
papaya dapat menyebabkan penurunan tekanan darah pada pennderita
hipertensi primer. Kandungan dalam buah papaya yang berpengaruh dalam
penurunan tekanan darah adalah kalium, enzim papain, kalium, magnesium dan
flavonoid. Enzim papain diketahui dapat memproduksi Endothelial Nitric Oxide,
dimana merupakan regulator utama tekanan darah melalui efek vasodilatasi
potensial. Jus papaya memiliki kandungan yang memiliki fungsi membentuk nitrit
oksida yang berperan sebagai vasodilator atau pelebaran pembuluh

3
darah.Penelitian dilakukan selama 5 hari berturut-turut dan kemudian tekanan
darah pada kelompok intervensi diukur sebelum diberikan terapi dan kemudian
diukur kembali intervensi pada hari terakhir. Pada kelompok kontrol juga
dilakukan pemeriksaan tekanan darah namun tidak lakukan intervensi.
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa jus buah papaya dapat
menyebabkan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.Jus buah
papaya bisa menjadi alternatif non farmakologis pada pasien
hipertensi.Kandungan dalam buah papaya yang berpengaruh dalam penurunan
tekanan darah adalah kalium, enzim papain, kalium, magnesium dan flavonoid.
Enzim papain diketahui dapat memproduksi Endothelial Nitric Oxide, dimana
merupakan regulator utama tekanan darah melalui efek vasodilatasi potensial.
Jus papaya memiliki kandungan yang memiliki fungsi membentuk nitrit oksida
yang berperan sebagai vasodilator atau pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan survei awal di Puskesmas Bilato yang memiliki wilayah kerja
10 desa ditemukan jumlah penderita hipertensi yang tercatat melakukan
pemeriksaan tekanan darah sebanyak 50 orang pada tahun 2020.Penderita
hipertensi terus mengalami peningkatan pada tahun 2021 pesien yang tercatat
sebanyak 72 orang. Penderita hipertensi lebih banyak dialami jenis kelamin
perempuan lebih banyak menderita hipertensi daripada laki-laki dan rata-rata
usia yang mengalami hipertensi 20-59 tahun atau paling banyak penderita
penyakit hipertensi ini adalah orang dewasa.Dari hasil wawancara yang
dilakukan dengan beberapa masayarakat masih banyak masyarakat yang tidak
mengetahui mengalami hipertensi, hal ini disebabkan karena masyarakat tidak
melakukan pengecekan kesehatan khususnya tekanan darah.Berdasarkan hasil
pengukuran tekanan darah yang dilakukan kepada 10 masyarakat, 6 diantaranya
mengalami hipertensi.Dan masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
manfaat dari jus buah pepaya untuk menurunkan tekanan darah.
ُّ ‫ٰۤيا َ ُّي َها ال َّناسُ َق ۡد َجٓا َء ۡت ُكمۡ م َّۡوعِ َظ ٌة م ِّۡن رَّ ِّب ُكمۡ َوشِ َفٓا ٌء لِّ َما فِى ال‬
‫ص ُد ۡو ۙ ِر َوه ًُدى وَّ َر ۡح َم ٌة لِّ ۡـلم ُۡؤ ِمن ِۡي َن‬
Yaaa aiyuhan naasu qad jaaa'atkum maw 'izatum mir Rabbikum wa shifaaa'ul
limaa fis suduuri wa hudanw wa rahmatul lilmu'miniin
Artinya: Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an)
dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang yang beriman (QS-Yunus: 57).

4
Dari ayat Al-Quran diatas menerangkan Allah menyampaikan kepada
manusia keagungan Al-Quran. Al-Quran adalah syifaa yaitu obat penyembuh dari
segala macam penyakit dan Allah memberikan petunjuk kepada manusia cara
untuk menyebuhkan segala penyakit dengan firman Allah dalam ayat-ayat Al-
Quran.
Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian “Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi D Wilayah kerja Puskesmas Bilato”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil studi awal yang dilakukan di Puskesmas bilato didapatkan penderita
hipertensi 72 jiwa.
2. Masyarakat belum mengetahui manfaat mengonsumsi jus buah papaya
untuk menurunkan tekanan darah.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya jus
buah papaya dapat menjadi alternatif dalam menurunkan tekanan darah.

1.3 Rumusan Masalah


Dari identifikasi masalah diatas maka rumusan masalahnya adalah
“Apakah ada pengaruh pemberian jus buah papaya terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bilato”?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian jus buah papaya terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Bilato serta dapat dimanfaatkan sebagai referensi.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tekanan darah sebelumpemberian jus buah pepaya
2. Mengidentifikasi tekanan darah sesudah pemberian jus buah pepaya.
3. Menganalisis pengaruh pemberian jus buah papaya terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi.

5
1.5 Manfaat Penelitian
1) Bagi Institusi Kesehatan
Bisa menjadi masukan yang bisa diterapkan di lahan puskesmas serta
dapat melakukan pemberian jus buah papaya untuk menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi.
2) Bagi Penderita Hipertensi
Manfaat bagi penderita adalah dapat dijadikan salah satu bentuk
pengobatan alternatif bagi pasien atau penderita hipertensi di wilayah Kerja
Puskesmas Bilato.
3) Bagi Masyarakat
Manfaat bagi masyarakat adalah dpat memberikan informasi dan masukan
kepada masyarakat atau keluarga mngenai bahan makanan yang dapat
membantu dalam mengontrol tekanan darah pada penddrita hipertensi
serta meningkatkan pengetahuan untuk kesehatan tubuh.
4) Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk penenliti selanjutnya dapat dijadikan panduan dan alternatif bagi
mahasiswa kesehatan dan dapat digunakan sebagai referensi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi


2.1.1 Pengertian Hipertensi
Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah terhadap dinding
pembuluh darah dan ditimbulkan oleh desakan darah terhadap dinding arteri
ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Besar tekanan bervariasi
tergantung pada pembuluh darah dan denyut jantung.Tekanan darah paling
tinggi terjadi ketika ventrikel berkontrasi (tekanan sistolik) dan paling rendah
ketika ventrikel berelaksasi (tekanan diastolic). Pada keadaan hipertensi, tekanan
darah meningkat yang ditimbulkan karena darah dipompakan melalui pembuluh
darah dengan kekuatan berlebih(Junaedi, 2013).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan
sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg.Penderita
hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah melebihi batas normal,
dimnana tekanan darah normal sebesar 110/90 mmHg.Tekanan darah
dipengaruhi oleh curah jantung, tahanan perifer pada pembuluh darah, dan
volume atau isi darah yang bersirkulasi. Hipertensi dapat menyebabkan komlikasi
seperti penyakit jantung koroner, left ventricle hypertrophy, dan stroke yang
merupakan pembawa kematian tinggi(Herawati, 2021).
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi
berbagai faktor risiko yang dimiliki seseorang. Factor pemicu hipertensi
dibedakan menjadi yang tidak dapat dikontrol seperti riayat keluarga, jenis
kelamin, dan umur, serta factor yang dapat dikontrol seperti gaya hidup meliputi
obesitas, aktifitas fisik, merokok, konsumsi alcohol, kebiasan tidur, dan lain
sebagainya. Hipertensi yang tidak terkontrol akan meningkatkan angka mortalitas
dan menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital seperti jantung (infark
miokard, jantung koroner, gagal jantung kongestif), otak (stroke, enselopati
hipertensif), ginjal (gagal ginjal kronis), mata (retinopati hipertensif)(Tri
Sulistiyowati et al., 2021).
Hipertensi merupakan faktor risiko utama penyebab kematian di dunia.
Hipertensi sangat dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang yang

7
sering disebut sebagai the killer disease karena penderita tidak mengetahui jika
dirinya mengidap hipertensi. Penderita datang berobat setelah timbul kelainan
orga akibat hipertensi. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneous of disease
karena dapat menyerang setiap orang dari berbagai kelompok umur, social dan
ekonomi (World Health Organization, 2015).
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi
Penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu hipertensi
primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau esensial terjadi karena
peningkatan persisten tekanan arteri akibat ketidakteraturan mekanisme control
homeostatic normal, dapat juga disebut hiperetnsi idiopatik. Hipertensi ini
mencakup sekitar 95% kasus. Banyak factor yang mempengaruhinya seperti
genetic, lingkungan hiperaktifitas susunan saraf simpatis, sistem rennin-
angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan
factor-faktor yang memingkatkan ririko seperti obesitas dan merokok(Yudha et
al., 2018).
Hipertensi sekunder atau hupertensi renal merupakan hipertensi yang
penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar 10% dari kasus-kasus hipertensi.
Hamper smua hipertensi sekunder berhubungan dengan gangguan sekresi
hormon dan fungsi ginjal. Penyebab spesifik hipertensi sekunder antara lain
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal,
hiperaldestreonisme primer, sindroma Cushing, Feokromositoma, dan hipertensi
yang berhubungan dengan pentalaksanaan penyebabnya secara
tepat(Kemenkes RI, 2018).
Berdasarkan bentuknya, hipertensi dibedakan menjadi tiga golongan yaitu
hipertensi sistolik, hipertensi diastolic, dan hipertensi campuran. Hipertensi
sistolik (isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan teknan sistolik
tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolic dan umumnya ditemukan pada usia
lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila
jantung berkontraksi (dnyut jantung). Tekana sistolik merupakan tekanan
maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah
sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar(Agustinus et al., 2018).
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolic teanpa diikuti tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-
anak dan dewasa muda.Hipertensi diastolic terjadi apabila pembuluh darah kecil

8
menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tekanan terhadap aliran
darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah
diastolic berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan
relaksasi diantara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan peningkatan
pada tekanan sistolik dan diastolik (P2PTM Kemenkes RI, 2018).Klasifikasi
hipertensi menurut gejala dibedakan menjadi dua yaitu hipertensi benigna dan
hipertensi maligna.Hipertensi benigna merupakan keadaan hipertensi yang tidak
menimbulkan gejala-gejala, biasanya ditemukan saat penderita cek up.
Hipertensi maligna merupakan keadaan hipertensi yang membahayakan
biasanya disertai keadaan kegawatan sebagai akibat komplikasi pada organ-
organ seperti oatak, jantung dan ginjal(Andriansyah et al., 2018).
Menurut The Seventh Reporth of The joint National Communitte on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok
normal. Prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.(Tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Darah (mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Pre Hipertensi 120-130 80-89
Hipertensi Derajat I 140-159 90-99
Hipertensi Derajat II ≥160 ≥100
Sumber: (Kemenkes RI, 2018)
Menurut WHO dan International Society og Hypertension Working Group
(ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal,
normal-tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat
(Kemenkes RI, 2018).
Tabel 2. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-Tinggi 130-139 85-89
Tingkat 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 90-99
Sub-group: 140-149 90-94
Perbatasan 160-169 100-109
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) ≥180 ≥110
Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥140 <90
Hipertensi sistol terisolasi 140-149 <90
Sumber: (Kemenkes RI, 2018)

9
Di Indonesia berdasarkan komensus yang dihasilkan Pertemuan Ilmiah
Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia tanggal 13-14 Januari
2007, belum dapat membuat klasiikasi hipertensi untuk orang Indonesia.Hal ini
dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat
jarang, sehingga Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) memilih klasifikasi
sesuai WHO/ISH karena memiliki sebaran yang lebih luas. Sehingga diluncurkan
suatu consensus mengenai pedoman penanganan hipertensi di Indonesia yang
ditunjukkan bagi mereka yang melayani masyarakat umum (Sunjata et al., 2021):
1) Pedoman yang disepakati para pakar berdasarkan prosedur standar dan
ditunjukan untuk meningkatkan hasil penanggulangan ini kebanyakan
diambil dari pedoman Negara maju dan Negara tetangga, dikarenakan data
penelitian hipertensi di Indonesia yang berskala Nasional dan meliputi
jumlah penderita yang banyak masih jarang.
2) Tingkatan hipertensi ditentukan berdasarkan ukuran tekanan darah sistolik
dan diastolic dengan merujuk hasil JNC dan WHO.
3) Penentuan stratifikasi risiko hipertensi dilakukan berdasarkan tingginya
tekanan darah, adanya factor risiko lain, kerusakan organ target dan
penyakit penyerta tentunya.
Table 3. Klasifikasi Hipertensi Menurut Perhimpunan Hipertensi Indonesia
Tekanan Darah Tekanan Darah
Kategori Dan/atau
Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre-Hipertensi 120-139 Atau 80-89
HipertensiTahap 1 140-159 Atau 90-99
HipertensiTahap 2 ≥160-179 Atau ≥100
Hipertensi Sistol terisolasi ≥140 Dan <90
Sumber: (Kemenkes RI, 2018)

2.1.3 Etiologi Hipertensi


Berdasarkan etiologi atau penyebab hipertensi dibedakan menjadi dua
yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi sekunder.
1. Hipertensi Esensial atau Hipertensi Primer
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik.Terdapat sekitar 95% kasus.
Banyak factor yang mempengaruhinya seperti genetic, lingkungan,
hiperaktivitas susunan saraf simpatis, system rennin-angiotensin, defek

10
dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan factor-faktor
yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alcohol dan merokok.
2. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit
ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan dan lain-lain (Krisnanda, 2017).

2.1.4 Faktor Risiko Hipertensi


Faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi dua, yaitu faktor yang tidak
dapat di ubah seperti jenis kelamin, riwayat keluarga dan usia sedangkan factor
yang dapat di ubah seperti IMT, kurang menkonsumsi buah dan sayur dan
asupan natrium berlebih(Ayutthaya & Adnan, 2020).
1. Jenis Kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-laki, pada perempuan akan lebih
banyka terjadi ketika memasuki masa menopause (Diyono, 2019).
2. Riwayat Keluarga
Seseorang yang terlahir dari anggota keluarga yang memiliki riwayat
hipertensi akan lebih rentang mengalami hipertensi (Putri et al., 2016).
3. Usia
Usia pada masa lansia sering mengalami hipertensi karena penurunan
elastisitas pembuluh darah arteri (Wahyuningsih & Astuti, 2016).
4. IMT (Indeks Massa Tubuh)
Orang yang memiliki IMT >25 Kg/m² (gemuk/obesitas) akan memiliki
risiko 3,474 kali lebih tinggi terkena penyakit hipertensi (Imelda et al., 2020)
5. Kurang mengkonsumis Buah dan Sayur
Mengkonsumsi buah dan sayur merupakan salah satu cara untuk
mencegah terjadinya hipertensi (Loekman, 2016).
6. Asupan Natrium Berlebih
Mengkonsumsi natrium dalam jumlah berlebih merupakan factor risiko
terjadinya hipertensi (Rahmaudina et al., 2020).

11
2.1.5 Patogenensis Hipertensi
Tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sitem sirkulasi
dilakukan oleh jantung saat memompa (Cardiac Output/CO) dan dukungan dari
arteri (Peripheral resistance/PR).Fungsi kerja masing-masing penentu tekanan
darah ini dipengaruhi oleh interaksi berbagai factor yang kompleks. Hipertensi
sesungguhnya merupakan abnormalitas dari faktor-faktor tersebut ditandai
dengan peningkatan curah jantung dan/atau fakta ketahan peripheral (Loekman,
2016).
Resistensi pembuluh darah arteri terkait dengan pathogenesis hipertensi,
baik primer maupun skunder.Aliran darah, saraf, hormone dan mekanisme
instrinsik terhadap dinding pembuluh darah dapat mempengaruhi pergerakan
atau perubahan struktur, sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan
tekanan. Dinding pembuluh darah arteri ditandai dengan adanya penebalan dan
perubahan bentuk media air (Zuhdi et al., 2017).
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri
dalam millimeter merkuri.Dua tekann darah arteri biasanya diukur adalah tekanan
darah sistolik dan tekanan darah diastolic.Tekanan darah sistolik diperoleh
Selma kontraksi jantung, sedangkan diastolic diperoleh setalah kontraksi
sewaktu bilik jantung diisi. Banyak factor yang mengontrol tekanan darah
berkontribusi scara potensial dalam terbentuknya hipertensi (Depkes RI, 2015).
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa factor
yang bertanggung jawab terhadap mekanisme terjadianya hipertensi bukan
factor tunggal melainkan banyak factor.Berbagai factor yang ikut berperan
meningkatkan tekanan darah adalah factor genetic dan factor lingkungan.
Mekanisme dari kedua factor tersebut akan mempengaruhi sodium,
keseimbangan cairan dan vasomotor yang merupakan dasar pengaturan
tekanan darah. Timbulnya hipertensi primer, misalnya merokok, konsumsi
alcohol, obesitas, stress psikososial dan kurang olahraga (Suprayitno &
Huzaimah, 2020).
Organ yang juga berperan penting dalam terjadinya hipertensi adalah
ginjal, karena ginjal mengatur pengeluaran air dan garam serta tempat produksi
rennin.Rennin adalah enzim yang dihasilkan oleh apparatus yang terdiri dari
beberapa struktur pada juksta-glomerular vascular kutub glomerulus.Dalam
plasma rennin bekerja pada substrat (angiotensinogen) alfa-2 globulin untuk

12
melepaskan dekapeptida yang tidak aktif, angiotensin i. angiotensin I yang
dikatalisis oleh angiotensis converting enzyme dan plasma menghasilkan
oktapeptida angiotensin II.Angitensin II mempengaruhi kontriksi arteriola dan
meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolic. Pengaruh angiotensin
berhubungan dengan volume cairan tubuh yaitu efek langsung terhadap ginjal
untuk menyebabkan penurunan ekskresi garam dan air serta merangsang
sekresi aldosteron yang memicu terjadinya hipertensi (Pitriani, 2018).

2.1.6 Komplikasi Hipertensi


Menurut (Santoso & Irawan, 2020) komplikasi hipertensi terdiri dari
stroke, infark miokardium, gagal ginjal, enselopati (kerusakan otak), dan
Pregmancy-Incuded Hypertension (PIH):
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
nembulus yang terlepas dari pembuluh non-otak yang terpajan tekanan
tinggi.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah
ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang.Arteri-arteri otak yang
mengalami narterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya anurisma.
2. Infark Miokardium
Dapat terjadi infark miokardiium apabila arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila
terbentuknya thrombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh
darah tersebut.Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhna oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dandapat
terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.Demikian, hipertrofi
ventrikel sihingga terjadi distritma, hipoksia jantung, dan peningkatan
pembentukan bekuan.
3. Gagal Ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerulus, darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian, dengan rusaknya membrane

13
glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid
plasma berkurang menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik.
4. Ensefalopati (Kerusakan Otak)
Ensefalopati (Kerusakan Otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat).Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini menyebakan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong ke
dalam ruang interstisium diseluruh susunan saraf pusat.Neuron-neuron
disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Sebgaian besar pasien memerlukan tambahan terapi farmakologis
sebagai tambahan pada perubahan gaya hidup untuk mencapai target tekanan
darah normal. Berdasarkan pedoman klinis sebelumnya, setidaknya ada lima
kelas obat hipertensi, yang direkomendasikan, yaitu angiotensin converting
enzym (ACE) inhibitor, angiotensin receptor blocker (ARB), antagonis reseptor
beta/ beta-blocker (BB), penyekat kanal kalsium atau calcium channel blocker
(CCB), dan diuretic (thiazide dan thiazide-like) yang didasarkan pada
kemampuannya menerunkan tekanan darah, kemampuannya menurunkan
kejadian kardiovaskuler (stroke, infark miokard) dan kemampuannya
menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler secara
keseluruhan(Hidayah & Daulay, 2020).
Beradasarkan targetnya pada penurunan tekanan darah, maka secara
garis besar obat-obatan antihipertensi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok,
yaitu(Wijayanto & Satyabakti, 2014):
1. Diuretic : menurunkan tekanan darah dengan mengeluarkkan natrium ke
luar tubuh dan mengurangi volume intravaskuler.
2. Simpatoplegik : menurunkan tekanan darah dengan menurunkan ristensi
vaskuler perifer, menghambat fungsi jantung, meningkatkan pooling vena
pada capacitance vessels. Dua efek terakhir berkontribusi juga pada
penurunan cardiac output.
3. Vasodilator direk : menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan
relaksasi otot poos vaskuler sehingga menyebabkan vasodilatasi pada
vaskuler dan juga meningkatkan capacitance.

14
4. Obat yang menghambat produksi atau aksi angiotensin sehingga
menurunkan resistensi vaskuler perifer dan secara potensial juga
menurunkan volume intravaskuler.

2.1.8 Penatalaksanaan Non-farmakologis


Buah papaya mampu menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi karena papaya merupakan salah satu buah yang memiliki kandungan
tinggi antioksidan.Antara lain vitamin C, flavonoid, folat, vitamin A, mineral,
magnesium, vitamin E, kalium, serat dan vitamin B. antioksidan memerangi
radikal bebas dalam tubuh dan menjaga kesehatan system kardiovaskuler. Dari
segi kandungan mineral, buah papaya masak memiliki kandungan kalium
sebesar 257 mg/100 g. kalium adalah mineral yang ditemukan dalam makanan
yang melindungi pembuluh darah dari penumpukan. Kalium dapat menurunkan
tekanan darah dengan mengurangi natrium dalam urine dan air dengan cara
yang sama seperti diuretic (Irawan et al., 2019).

2.2 Konsep Pepaya


2.2.1 Pepaya
Buah papaya (Carica Papaya) kaya akan vitamin A dan vitamin C sebagai
antioksidan berperan penting dalam mencegah dan memperbaiki kerusakan
pembuluh darah akibat aktivitas molekul radikal bebas, sehingga protein peptida
dapat menurunkan kadar kolestrol dalam darah. Mengurangi terjadinya
ateroskleosis (Kasumayanti, 2017). Papaya matang seberat 100 gram
mengandung 257 mg potasiun dan 3 mg natrium.Diuretic pada papaya dapat
menurunkan tekanan darah, mampu meningkatkan pelepasan air dan natrium.
Kalium juga dapat menjaga kestabilan elektorlit dan melalui pompa natrium-
kalium, sehingga mengurangi kandungan air dan garam dalam tubuh (Adam et
al., 2020).
Manfaat buah papaya dalam menurunkan tekanan darah belum banyak
dipahami oleh masyarakat luas, oleh karena itu walaupun salah satu bahan baku
obat alternatif yang dapat menurunkan tekana darah adalah buah papaya,
sehingga pohon papaya seringkali tidak ditanam di pekarangan (Prasetyanti,
2017). Dibandingkan dengan obat sintetik, obat ini memiliki tingkat keamanan
yang relatif tinggi pada pasien hipertensi. Konsumsi jus buah papaya dapat

15
menurunkan tekana darah sekitar 20-30 mmHg tanpa menimbulkan efek
samping. Di dalam buah pepaya banyak akan vitamin a (karoten), vitamin C,
pepsin, papain dan kalium.Mengonsumsi buah papaya diolah menjadi jus,
selanjutnya dikonsumsi sekali sehari dalam pemberian selama 7 hari. Menurut
hasil penelitian terkait terapi buah papaya, selain untuk mengobati tekanan
darah tinggi, penelitian yang dilakukan oleh (Sulihandri, 2013) juga menunjukkan
bahwa kandungan serat dalam buah papaya yang tinggi, shingga sangat
dianjurkan untuk penderita sembelit (susah buang air besar)(Sucitra, 2019).

2.2.2 Klasifikasi Pepaya


Pepaya termasuk ke dalam tanaman trios basah dan buah papaya ini
banyak digemari karena rasanya yang manis dan lezat. Tanaman buah papaya
memiliki getah yang disebut papain.Getah papaya atau papain memiliki berbagai
macam enzim yang bersifat melurhkan protein dan mengubahnya menjadi
bentuk yang lebih sederhana, yaitu asam amino. Secara taksonomi tanaman
papaya digolongkan sebagai berikut(Susanti et al., 2021):
Kingdom : Plantae
Diviso : Spermatophyte
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Cistales
Famili : Caricaeae
Genus : Carica
Species : Carica papaya

2.2.3 Morfologi Pepaya


Pepaya adalah salah satu tanaman tropis yang selain enak rasanya juga
memiliki banyak manfaat.Tanaman ini banyak ditemukan di Indonesia, tetapi
bukan tanaman asli Indonesia melainkan berasal dari Meksiko.Akan tetapi,
banyak dari masyarakat Indonesia yang tidak begitu mengetahui akan manfaat
lainnya yang dimiliki papaya, selain sebagai buah meja. Sementara itu jika dikaji
lebih mendalam lagi, papayabaik daun maupun buahnya, selain enak disantap
sebagai lalap dan juga buah untk menu pencuci mulut, namun juga baik untuk
kesehatan, khususnya bagi penderita diabetes, gangguan pencernaan, dan
penderita hipertensi (Pratama, 2018).

16
Buah papaya memiliki bentuk yang lonjonh dan berdaging tebal serta
manis ini banyak ditemukan di Indonesia. Ukuran buah papaya tergantung pada
jenisnya, yang memiliki karakteristik beragam, yaitu bulat, lonjong, besar atau
kecil, warna dagingnya ada yang merah, kuning, ada yang dagingnya keras,
adapula yang berair dan lunak. Sedangkan rasanya ada yang manis, segar,
namun ada pula yang kurang manis meskipun sudah matang (Safitri et al.,
2020).

2.2.4 Kandungan Gizi Pepaya


Buah papaya kaya akan nutrisi, seperti provitamin A, provitamin C,
vitamin b, likopen, mineral makanan, dan serat makanan. Dengan kandungan
gizi yang dimilikinya. Papaya sangat baik untuk dikonsumsi (Herlina et al., 2020).
Berikut kandungan gizi yang terdapat dalam buah papaya matang:
Tabel 4. Kandungan Gizi Buah Papaya matang tiap 100 gram bahan
Zat Gizi Jumlah
Energy 39 kkal
Protein 0,61 gr
Lemak 0,14 gr
Karbohidrat 9,81 gr
Serat 1,8 gr
Kalium 257 mg
Kalsium 24 mg
Sumber: (Kemenkes RI, 2018)

2.3 Penelitian Relevan


Tabel 5. Penelitian Relevan

Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan Persamaan


Sumarni Pengaruh Jenis Perbandingan Penelitian Meneliti
Sumarni, jus papaya penelitian efek kelompok yang pengaruh
Adi terhadap yang control dan digunakan jus buah
Sucipto, tekanan digunakan perlakuan adalah papaya
Siti darah adalah menggunakan eksperimen terhadap
Fadlilah sistolik dan ekperimen independent T- semu penurunan
(2020) diastolic semu (quasi test. Selisih sedangkan tekanan
mahasiswa eksperimen mean tekanan penelitian darah
darah sistolik saya pre
dan darah eksperimen
diatolik pre-
posttest pada
kelompok
control yaitu -
0,4 mmHg dan
-0,9 mmHg.

17
Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan Persamaan
Selisih mean
tekanan darah
sistolik dan
darah diatolik
pre-posttest
pada kelompok
jus papaya
yaitu -0,4
mmHg dan -2,1
mmHg. Hasil
analisis
tekanan darah
sistolik dan
darah diastlik
pre-posttest
pada kelompok
control p-value
0,136 dan
0,560. Hasil
analisis
tekanan darah
sitolik dan
darah diatolik
pada kelompok
jus papaya p-
value 0,023 dan
0,173.
Konsumsi jus
papaya
berpengaruh
terhadap
tekanan darah
sistolik, tetapi
tidak
berpengaruh
terhadap
tekanan darah
diatolik
Angga Pengaruh Jenis Hasil tekanan Penelitian Meneliti
Pratama jus buah penelitian darah sistolik yang pengaruh
(2017) papaya ini dan diastolic digunakan jus buah
terhadap menggunak pada kelompok adalah papaya
perubahan an intervensi quasi terhadap
tekanan kuantitatif didaptakan eksperimen penurunan
darah pada menggunak masing-masing sedangkan tekanan
lansia yang an p value=0,0001 penelitian darah
mengalami pendekatan dan p value= saya pre
hipertensi di quasi 0,0001, eksperimen
wilayah eksperiment sedangkan
kerja tekanan darah
puskesmas sitolik dan
mempawah darah diatolik
hilir pada kelompok
control

18
Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan Persamaan
didapatkan
masing-masing
p value=0,180
dan p value=
0,021. Hasil uji
mannwitthney
tekanan darah
sistolik dan
diastolic pada
kedua
kelompok
didaptkan
masing-masing
p value=0,0667
dan p
value=0,013.
Ada pengaruh
jus papaya
terhadap
tekanan darah
pada lansia di
wilayah kerja
puskesmas
mempawah
hilir, tetapi tidak
terdapat
perbedaan
antara
kelompok
intervensi dan
kelompok
control
Erma Efektivitas Metode Hasil penelitian Penelitian Meneliti
Kasuma pemberian penelitian ini menujukkan yang pengaruh
yanti terapi jus ini adalah adanya digunakan jus buah
(2017) papaya quasi perbedaan adalah papaya
dalam eksperiment secara quasi terhadap
menurunkan bermakna eksperimen penurunan
tekanan terhadap sedangkan tekanan
darah penurunan penelitian darah
pasien tekanan darah saya pre
hipertensi pasien eksperimen
diwilayah hipertensi
kerja setelah
puskesmas diberikan jus
sungai papaya dengan
piring nilai p value=
kabuapten (0,000)<α
Indragiri hilir (0,05), dengan
tahun 2016 rata-rata
penurunan
tekanan darah
10 mmHg
sampai 30

19
Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan Persamaan
mmHg. Hasil
penelitian ini
diharapkan
kepada pasien
hipertensi untuk
dapat
menggunakan
terapi non
farmakologis
dengan
mengkomsumsi
jus pepaya
sebagai salah
satu alternative
yang aman
untuk
menurunkan
tekanan darah
Tri Oka Efektivitas Penelitian Hasil penelitian Penelitian Meneliti
rgita jus ini ini menujukkan yang pengaruh
cahyani, semangka menggunak bahwa terdapat digunakan jus buah
Ikhsan dan jus an metode perbedaan adalah papaya
Mujahid papaya kuantitatif perubahan quasi terhadap
(2020) terhadap dengan tekanand darah eksperimen penurunan
penurunan rancangan pada kelompok sedangkan tekanan
tekanan penelitian yang diberikan penelitian darah
darah quasi jus semngka saya pre
penderita eksperiment dan kelompok eksperimen
hipertensi yang diberikan
dipuskesma jus papaya.
s kembaran Berdasarkan
1 banyumas hasil penelitian
dapat
disimpulkan
bahwa rata-rata
penurunan
tekanan darah
sistolik pada
kelompok yang
diberikan jus
semngka
adalah 9,20
sedangkan
darah diastolik
5,20 mmHg.
Sedangkan
rata-rata
penurunan
tekanan darah
sistolik
kelompok yang
diberikan jus
papaya 3,73
dan tekanan

20
Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan Persamaan
darah diastolic
adalah 3,40
mmHg.
Berdasarkan
rerata
penururnan
tekana darah
sistolik
kelompok jus
semngka
memiliki
pengaruh yang
lebih besar
yaitu 5,46
(9,20-3.73)
pada tekanan
darah sistolik
dan 1,80 (5,20-
3,40) pada
tekanan darah
diastolic.
Aida Pengaruh Jenis Hasil penelitian Tidak ada Meneliti
Andriani pemberian penelitian menunjukkan perbedaan pengaruh
(2017) jus papaya ini adalah rata-rata jus buah
mengkal pre tekanan darah papaya
dalam experiment pretest adalah terhadap
menurunkan dengan 166,33/97 ± penurunan
tekanan pendekatan 11,72/6,21 tekanan
darah one group mmHg dan darah
penderita pretest setelah
hipertensi posstest intervensi
design menurun
menjadi
148,33/86,00±
8,99/6,60
mmHg.
Terdapat
perbedaan rata-
rata tekanan
darah
responden
antara sebelum
dan sesudah
intervensi
dengan rata-
rata perbedaan
tekanan darah
sistolik
18,00±10,14
mmHg
(p=0,000) dan
rata-rata
perbedaan
tekanan darah

21
Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan Persamaan
diastolic
11,00±8,28
mmHg
(p=0,000).
Dapat
disimpulkan
pemberian jus
papaya
mengkal efektif
dalam
menurunkan
tekanan darah
penderita
hipertensi

22
2.4 Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan serial atau sekumpulan konsep yang saling
berkaitan yang disusun sedemikian rupa sebagai dasar argumentasi akademik
dalam penelitian. Berdasarkan tinjauan teori yang telah dibahas sebellumnya,
peneliti merangkum dalm kerangka teori berikut ini:
Faktor yang tidak dapat Faktor yang dapat diubah :
diubah : 1. IMT
1. Jenis Kelamin 2. Kurang Mengkonsumsi Buah
2. Riwayat Keluarga dan Sayur
3. Usia 3. Asupan Natrium Berlebih

Hipertensi

Pemberian Jus Buah Pepaya

Salah satu alternatif pengobatan non farmakologis pada pasien hipertensi


adalah pemberian buah papaya masak sebanyak 200 gram.Kandungan
mineral, buah papaya masak memiliki kandungan kalium sebesar 257
mg/100 g dan sangat sedikit kandungan natrium sebesar 3 mg/100g.
Menurut Kowalski Rasio kalium terhadap natrium yang ideal adalah lima
banding satu. Selain itu, papaya juga mengandung antioksidan yang tinggi
yaitu vitamin C. papaya merupakan sumber vitamin C yang baik, sehingga
mampu mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas dan
sebagai donor electron. Kerjasama vitamin E, vitamin C dan betkroten akan
mempermudah pelumpuhan radikal bebas.

Penurunan Tekanan Darah

Gambar 1. Kerangka Teori

23
2.5 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan hubungan antar konsep yang dibangun
berdasarkan hasil kajian literature.Kerangka konsep adalah turunan dari
kerangka teori yang disusun lebih sederhana. Kerangka konsep mengambarkan
berbagai konsep yang akan diteliti secara maksimal, namun menghilangkan
berbagai konsep yang tidak relavan atau konsep perancu. Dengan kata lain,
sebaiknya kerangka konsep merupakan kerangka teori yang hanya terdiri dari
konsep-konsepp yang akan diteliti (Sugiyono, 2019). Adapun yang menjadi
kerangka konsep dalam penelitian ini adalah jus buah papaya sebagai variable
bebas dan tekanan darah sebagai variable terikat.

Variabel IndependenVariabel Dependen


Penurunan Tekanan Darah
Konsumsi Jus Buah Pepaya

Keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Pengaruh
Gambar 2. Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
“Terdapat Pengaruh pemeberian jus buah papaya terhadap penurunan tekanan
darah pada penderita hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Bilato”.

24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini bersifat kuantitatif, dengan desain penelitian menggunakan
metode penelitian pre-experimental yaitu dengan pendekatan one group pretest-
posstest, penelitian ini menjelaskan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek di observasi sebelum
dilakukan intervensi, kemudian di observasi lagi setelah dilakukan intervensi
(Nursalam, 2016).
Pre-experimental design one group pretest-posstest yaitu peneliti
sebelumnya memberikan pre-test kepada kelompok yang akan diberikan
perlakuan. Kemudian peneliti melakukan perlakuan atau treatment.Setelah
selesai perlakuan, peneliti memberikan post-test. Besarnya pengaruh perlakuan
dapat diketahui secara lebih akurat dengan cara membandingkan antara hail pre-
test dan post-test, dengan waktu perbandingan selama 7 hari. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat apakah ada pengaruh pemberian jus buah papaya
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Bilato.
Desain penelitian one group pre-test and post-test dapat digambarkan
seperti pada gambar 3 dibawah ini :
01 X 02

Pre test Konsumsi Jus Buah Pepaya Post test

Gambar 3. Desain penelitian one group pre-test and post-test


Keterangan:
01 : Mengukur tekanan darah responden sebelum diberikan intervensi
X : Memberikan tindakan intervensi berupa pemberian jus buah papaya
02 : Mengukur tekanan darah responden setelah diberikan intervensi

25
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Bilato
Kecamatan Bilato Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli 2022. Penelitian ini
dimulai dari proses penyusunan proposal dengan mengambil data awal di tempat
penelitian.
3.3 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini menggunkan dua variabel yang terdiri dari variabel
Independen dan Dependen yakni:
3.3.1 Variabel Independen
Variabel Independen (bebas) merupakan variabel yang nilainya
mempengaruhi variabel lain. Variabel independen biasanya dimanipulasi diamati
dan di ukur untuk diketahui pengaruhnya dengan variabel lain. Dalam penelitian
ini yang menjadi variabel independen (bebas) adalah papaya.
3.3.2 Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi nilainya
ditentukan oleh variabel lain atau aspek tingkah laku yang diamati oleh suatu
organisme yang dikenal stimulus. Variabel dependen adalah faktor yang diamati
dan diukur dengan tujuan menentukan ada tidaknya pengaruh dari variabel
bebas.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tekanan darah pada
penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bilato.
3.4 Definisi Operasional
Tabel 6. Definisi Operasional
Definisi
Variabel Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Operasional
Variabel Memberikan Lembar Nominal Kelompok intervensi
Independen minuman jus Observasi
Konsumsi jus buah pepaya
buah pepaya sebanyak 250 cc
pada penderita
hipertensi
selama 5 hari
pada jam 18.00-
20.00
Variabel Daya/ kekuatan Sphygomoma Numeric 1. Normal : sistolik 120
Dependen darah yang nometer, mmHg dan diastolic 80
Tekanan diperlukan agar stetoskop mmHg.

26
Definisi
Variabel Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Operasional
Darah darah dapat 2. Prehipertensi : sistolik
mengalir di >120-139 mmHg dan
dalam pembuluh diastolic >80-89 mmHg
darah dan 3. Hipertensi stage 1 :
beredar ke sistolik 140-149 mmHg
semua jaringan dan diastolic 90-99 mmHg
tubuh manusia. 4. Hipertensi stage 2 :
sistolik 160 atau >160
mmHg dan diastolic 100
atau >100 mmHg

3.5 Populasi Dan Sampel


3.5.1 Populasi
Populasi adalah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk
di pelajari dan di ambil kesimpulannya dengan keseluruhan subjek yang akan di
teliti dan di ukur (Sugiyono, 2017). Populasi pada penelitian ini adalah pasien
penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bilato.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.Bila jumlah populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel dari populasi itu
(Sugiyono, 2017).Penetapan sampel dalam penelitian berdasarkan teori
(Arikunto, 2014) bahwa pengambilan sampel apabila subjeknya kurang dari 100
orang maka diambil semuanya, namun apabila subjeknya kurang dari 100 orang
maka diambil semuanya, namun apabila subjeknya lebih dari 100 orang 10-15%
atau 20-25%. Rumus yang digunakan yaitu :
n = 10% x N
Keterangan : n = Besar Sampel
N = Besar Populasi
10% = Angka tetap
Sampel dalam penelitian ini adalahpasien penderita hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Bilato.

27
3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang sesuai
dengan subjek penelitian. Dalam penelitian ini teknik Sampling digunakan Non
Probability Sampling dengan jenis Purposive Sampling. Purposive Sampling
adalah teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria tertentu
yang ditentukan oleh peneliti dengan pertimbangan tertentu.
Teknik pengambilan sampel yang akan diambil dalam penelitian ini
berdasarkan dua kriteria, yaitu:
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien yang menderita hipertensi
b. Pasien hipertensi derajat I dan derajat II
c. Pasien yang tidak menderita penyakit lainnya
d. Pasien yang tidak mengkonsumsi terapi pengencer darah
e. Pasien yang berada di wilayah kerja Puskesmas bilato
f. Pasien yang bersedia menjadi responden
2. Kriteria Ekslusi
a. Pasien yang tidak berada di wilayah Puskesmas Bilato
b. Pasien yang memiliki alergi terhadap buah pepaya
c. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden
3.6 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau mengukur objek dari suatu variabel penelitian (Anshori
& Iswati, 2018).Penelitian ini menggunakan lembar observasi. Lembar observasi
identitas responden digunakan untuk mencatat data identitas responden meliputi:
inisial nama, umur, jenis kelamin, untuk menggambarkan karakteristik
responden.

3.7 Pengumpulan Data


3.7.1 Data Primer
Data primer disebut data tangan pertama, dan diperoleh langsung dari
subjek penelitian dengan menggunakan alat pengambil data atau alat
pengukuran, atau langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari
oleh peneliti. Kelebihan dari data primer yaitu akurasinya tinggi, sedangkan untuk

28
kelemahannya yaitu untuk mendapatkannya membutuhkan sumber daya yang
besar (Ishaq, 2017).
3.7.2 Data Sekunder
Data sekunder atau data tangan kedua dan didapatkan dari pihak lain,
tidak langsung didaptakan oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Kelebihan dari
data sekunder yaitu efesiensinya tinggi, sedangkan kelemahan nya yaitu kurang
akurat (Ishaq, 2017). Data yang didapatkan misalnya jumlah penderita hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas Bilato.

3.8 Teknik Pengolahan Data


Penggunaan pengolahan data sangat penting dalam melakukan analisis
data penelitian kuantitatif.Pengolahan data merupakan langkah-langkah yang
digunakan untuk menganalisis data yang sudah diperoleh setalah melakukan
penelitian. Beberapa langkah pengolahan data penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Data (Editing)
Proses editing ini adalah proses dengan melakukan pemeriksaan data
yang telah diperoleh dari lapangan setelah melakukan penelitian.
Pemeriksaan data berupa buku register, daftar pertanyaan atau jawaban
responden terhadap angket yang sudah dijawab oleh responden selama
penenlitian
2. Pemberian Kode (Coding)
Proses pemberian coding meruapakan tahap pemberian kode jawaban
terhadap angket atau kuiseoner yang sudah dijawab responden selama
penelitian berlangsung. Pemberian kode ini berupa angka sehingga lebih
mudah dan sederhana.
3. Memasukan Data (Processing)
Kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam database
computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
4. Tabulasi (Tabulating)
Kegiatan mentabulasikan tabel yang berisikan data-data yang sesuai
dengan tujuan penelitian.Tabulating atau penyususnan data ini menjadi
sangat penting karena akan mempermudah dalam analisis data secara
statistic, baik menggunakan statistic deskriptif maupun analisis dengan
statistik inferensial.

29
3.9 Teknik Analisa Data
Untuk mengidentifikasi data dilakukan dengan system komputer yang
terdiri dari analisa Univariat dan analisa Bivariat.
3.9.1 Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian.Dalam penelitian ini yang menjadi analisis
univariat adalah distribusi frekuensi dan prsesntase dari karakteristik dan tekanan
darah pada penderita hipertensi.
3.9.2 Analisa Bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
pemberian jus buah papaya terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi dengan melihat perbedaan sebelum dan sesudah pemberian jus buah
papaya dengan menggunakan Uji Paired t-test dengan tingkat kepercayaan
adalah 95 (p ≤ 0,05).

3.10 Hipotesis Statistik


Hipotesis statistic dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0 : Dikatakan tidak bermakna jika mempunya nilai p ≥ 0,05. Maka Ha ditolak
dan Ho diterimayang berarti tidak terdapat pengaruh pemberian jus buah
papaya terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Bilato.
Ha : Dikatakan bermakna jika mempunya nilai p ≥ 0,05. Maka Ha diterima dan
Hoditolak yang berarti terdapat pengaruh pemberian jus buah papaya
terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Bilato.

3.11 Etika Penelitian


Masalah etika dalam penelitian merupakan masalah yang sangat penting
mengingat penelitian akan berhubungan dengan manusia, maka segi etik
penelitian harus diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi. Peneliti
mengajukan permohonan ijin kepada Kepala Puskesmas Bilato terlebih dahulu,
kemudian stetlah mendapat persetujuan selanjutnya peneliti melakukan
penelitian dengan menekankan maslah etika yang meliputi:

30
1. Surat Permohonan Responden
Peneliti akan membuat surat pernyataan yang berisi penjelasan tentang
penelitian meliputi topic penelitian, tujuan penelitian serta ketentua-ketentuan
menjadi responden.
2. Informend Consent (Lembar Persetujuan Responden)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti, peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian. Informasi harus diberikan
secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, sunjek
mempunya hak untuk bebas menolak/ berpartisipasi menjadi responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi dijamin oleh peneliti, semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiaannya dan hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan pada hasil riset.
4. Ketelitian
Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidak pedulian secara teratur
catat pekerjaan yang anda kerjakan, misalnya kpan dan dimana
pengumpulan data dilakukan. Catat juga alamat kerespondensi responden,
jurnal atau aden publikasi lainnya.
5. Anomity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, maka peneliti tidak
mencantumkan nama responden pada lembar kuisioner cukup menggunakan
kode angka.

31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Puskesmas Bilato adalah unit pelayanan kesehatan yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dan
merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan pemerintah yang berfungsi
memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat. Puskesmas Bilato
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang tersebar di kawasan
Pemerintahan Kecamatan Bilato yang terdiri dari 10 Desa: Lamahu, Bumela,
Sukadamai, Musyawarah, Totopo, Juriya, Bilato, Pelehu dan Taulaa. Puskesmas
Bilatosebagian desanya terletak di pesisir sungai Boliohuto higga pesisir laut
sebagai tapal batas Kabupaten Gorontalo dengan Kabupaten Boalemo dengan
batas wilayah adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Boliohuto
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pulubala
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Biluhu
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Paguyaman
Puskesmas Bilato, lokasinya berada di Kecamatan Bilato tepatnya di jalan
Raya Pelehu, Desa Bilato. Teridiri dari 10 Desa dan 35 Dusun dengan luas
wilayah kerja adalah 124,76 km2. Jarak dan waktu tempuh ke puskesmas terjauh
yaitu ±26 km dan waktu tempuh menuju puskesmas 35-40 menit. Jalan yang
ditempuh ke puskesmas dapat dilalui oleh kenderaan dan kendala untuk
menjangkau puskesmas hanya pada jarak dan kurangnya transportasi umum.
Puskesmas Bilato memiliki 1 polisdes/poskesdes, 4 desa siaga, 22 posyandu
madya.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Karakteristik Responden
Salah satu tujuan karakteristik responden adalah memberikan gambaran
responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini yang dikelompokkan
menurut umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan pekerjaan. Dari hasil
pengumpulan data melalui lembar observasi yang telah dilakukan pada bulan
Agustus 2022 dengan sampel penelitian sebanyak 10 responden, dapat dilihat
pada tabel berikut ini.

32
1. Karakteristik Responden
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan
Terakhir, Pekerjaan
Karakteristik Responden N %
Umur
Masa dewasa akhir (36-45 tahun) 1 10%
Masa lansia awal (46-55 tahun) 9 90%
Jenis Kelamin
Perempuan 7 70%
Laki-laki 3 30%
Pendidikan Terakhir
SD 3 30%
SMP 4 40%
SMA 3 30%
Pekerjaan
IRT 7 70%
Petani 3 30%
Total 10 100%
Sumber: Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 7 diatas dari 10 responden, jumlah responden
mayoritas umur 46-55 tahun sebanyak 9 responden (90%) dan umur 36-45 tahun
ada 1 responden (10%). Responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak
7 responden (70%) dan responden dengan jenis kelamin laki-laki ada 3
responden (30%), responden dengan pendidikan terakhir SD ada 3 responen
(30%), SMP ada 4 responden (40%) dan SMA ada 3 responden (30%).
Responden dengan pekerjaan sebagai IRT sebanyak 7 responden (70%) dan
responden yang bekerja sebagi petani ada 3 responden (30%).
4.2.2 Analisis Univariat
Tabel 8.Rerata Tekanan Darah Penderita Hipertensi Sebelum dan Sesudah Diberikan
Perlakuan
Mean Std. Deviation
Variabel
Pre Post Pre Post
Tekanan Darah Sistolik (n=10) 150,00 126,00 6,667 6,992
Tekanan Darah Diastolik (n=10) 98,00 82,00 4,216 4,216
Sumber: Data Primer (2022)
Berdasarkan Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian pada
responden yang berjumlah 10 orang penderita hipertensi. Rata-rata tekanan
darah sistolik responden pada saat pre test adalah 150,00 dan pada saat post
test adalah 126,00. Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik responden pada
saat pre test adalah 98,00 dan pada saat post test adalah 82,00.

33
4.2.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian jus buah papaya terhadap penurunan tekanan darah
penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bilato. Sebelum melakukan
analisa bivariat, asumsi normalitas data harus dipenuhi untuk menentukan uji
sebelumnya agar mengetahui data terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro Wilk. Analisis yang digunakan untuk
mengetahui penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
dengan menggunakan uji dan Paired Sample T Test dengan signifikan < (α) 0.05
untuk melihat pengaruh variable independent terhadap variable dependent.
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Data

Tekanan darah penderita Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk


hipertensi Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre test 0,300 10 0,011 0,815 10 0,022
Post test 0,305 10 0,009 0,781 10 0,008
Sumber: Data Primer (2022)
Berdassarkan Tabel 9, hasil pengolahan uji normalitas data dengan
metode Shapiro Wilk, diketahui nilai signifikan untuk pre test adalah 0,022 dan
post test adalah 0,008>(α) 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual
berdistribusi normal.
Tabel 10. Hasil Uji Sample Paired T Test
Mean ± Std. Deviation Mean CI 95% p-
t-test
Pre Post Lower Upper value
Sistolik 150,00 ± 6,667 126,00 ± 6,992 20,306 27,694 14,697 0,000
Diastolik 98,00 ± 4,216 82,00 ± 4,216 12,306 19,694 9,798 0,000
Sumber: Olahan Data (2022)
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat perbandingan antara penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi sebelum dan sesudah diberikan jus
pepaya. Nilai rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan jus pepaya yaitu
150,00, sedangkan sesudah diberikan jus pepaya yaitu 126,00. Nilai rata-rata
tekanan darah diastolic sebelum diberikan jus pepaya yaitu 98,00, sedangkan
sesudah diberikan jus pepaya yaitu 82,00. Berdasarkan uji Paired Sample T Test
terlihat bahwa p-value = 0,000 < (α) 0,05 ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
pemberian jus papaya terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi.

34
4.3 Pembahasan
4.3.1 Karakteristik Responden
Sampel dalam penelitian ini adalah orang dewasa yang menderita
hipertensi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bilato yang
berjumlah 10 orang. Hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa sebagian
besar sampel usia 46-55 tahun dengan jumlah 9 orang (90%), dan yang memiliki
rentang usia 36-45 tahun berjumlah 1orang (10%). Hipertensi meningkat seiring
dengan bertambahnya usia. Semakin bertambanya usia, maka tekanan darah
akan meningkat, hal ini disebabkan karena terjadi penebalan dinding arteri yang
disebabkan oleh penumpukan kolagen pada lapisan otot yang dapat
menyebabkan pembuluh darah akan mengalami penyempitan dan menjadi kaku.
Disamping itu, semakin bertambahnya usia, bagian-bagian organ seperti ginjal
dan hati mulai menurun fungsinya (Kartikasari, 2012). Maka dapat disimpulkan
bahwa usia dalam penelitian ini berpengaruh terhadap peningkatan tekanan
darah pada penderita hipertensi, karena semakin bertambah usia seseorang
maka tekanan darah akan meningkat terutama pada usia menopause, hal
tersebut disebabkan karena terjadinya penebalan dinding arteri.
Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa mayoritas
sampel penelitian berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 7 orang (70%) dan
laki-laki 3 orang (30%). Faktor risiko hipertensi pada perempuan akan meningkat
setelah masa pre menopause yang menunjukkan adanya pengaruh hormon.
Pada wanita menopause cenderung sensitif akibat perubahan bentuk pola tubuh
dan penurunan hormon estrogen (Susilo, 2011). Menurut Nuraini (2015)
penurunan hormon estrogen pada perempuan akan mengakibatkan peningkatan
tekanan darah, karena hormon estrogen juga mengatur sebagian pembuluh
darah. Perempuan memiliki risiko hipertensi yang lebih kecil pada masa
sebelum menopause. Pada masa menopause perempuan tidak dilindungi oleh
hormon estrogen yang berfungsi untuk meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kolesterol HDL dengan kadar yang tinggi menjadi
faktorpelindung untuk mencegah terjadinya prose sateros klerosis. Semakin
bertambahnya usia produksi estrogen akan menurun sehingga tidak dapat
meningkatkan kadar HDL dan menyebabkan perempuan akan mengalami
hipertensi. Maka dapat disimpullkan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap

35
hipertensi karena perempuan lebih memiliki risiko mengalami hipertensi
dibandingkan dengan laki-laki, hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh
hormon pada perempuan, penurunan hormon estrogen pada perempuan akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah, karena hormon estrogen juga
mengatur sebagian pembuluh darah.
Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa sebagian besar tingkat
pendidikan responden adalah sekolah menengah pertama sebanyak 4
responden, sekolah dasar 3 responden dan sekolah menengah atas 3
responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sapitri (2016) yang
meneliti tentang analisis faktor resiko kejadian hipertensi padamasyarakat di
pesisir sungai siak kecamatan Rumbai kota Pekan baru menunjukan bahwa
sebagian besar responden berpendidikan sekolah dasar (33,3%) dan
mempunyai pola pikir dan pengetahuan yangkurang dalam penyajian pola makan
yang baik danpola hidup yang sehat. Hal tersebut juga sesuai dengan teori Noto
atmodjo (2010) yang menyatakan bahwa pendidikan yang rendah akan
menghasilkan pengetahuan yang rendah pula. Maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan berpengaruh terhadap hipertensi, karena makin tinggi pendidikan
seseorang, maka makin mudah ia menerima informasi, dalam penelitian ini
sebagian besar responden memiliki pendidikan rendah sehingga memungkinkan
responden kurang mengetahui informasi atau tidak dapat menyerap informasi
dengan baik terutama mengenai hipertensi dan faktor apa saja yang dapat
mempengerahi terjadinya hipertensi sehingga responden tidak dapat mencegah
peningkatan hipertensi pada dirinya.
Berdasarkan jenis pekerjaan didapatkan bahwa sebagaian besar
responden bekerja sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak 7 orang
(70%), dengan pekerjaan tersebut para ibu ini banyak menghabiskan waktunya
dengan rutinitas pekerjaan rumah sehingga mereka merasa enggan dan jarang
untuk melakukan olahraga. Sementara Olahraga yang teratur cenderung akan
membuat seseorang memiliki tekanan darah normal dan menjadi lebih sehat
dibandingkan dengan mereka yang tidak berolahraga (Jain, 2011). Maka dapat
disimpulkan bahwa pekerjaan dapat mempengaruhi hipertensi, karena jenis
pekerjaan berpengaruh dengan pola aktivitas fisik, dimana pekerjaan yang tidak
mengandalkan aktivitas fisik berpengaruh pada tekanan darah, orang yang

36
bekerja dengan melibatkan aktivitas fisik dapat terlindungi dari penyakit
hipertensi.

4.3.2 Tekanan Darah Penderita Hipertensi Sebelum Diberikan Jus Pepaya


Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata tekanan darah sistolik penderita
hipertensi saat sebelum diberikan intervensi jus papaya adalah 150,00 dan rata-
rata tekanan darah diastolik penderita hipertensi saat sebelum diberikan
intervensi jus papaya adalah 98,00. Hasil ini menunjukkan tekanan darah
responden pada penelitian ini masih tinggi, karena penderita dikatakan hipertensi
jika tekanan darah sistolik lebih dari 120 dan diastolic lebih dari 80.
Faktor risiko yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor
yang tidak dapat dikendalikan dan faktor risiko yang dapat dikendalikan. Faktor
risiko yang tidak dapat dikendalikan seperti genetik, umur, jenis kelamin, dan
genetik. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan yaitu obesitas,
lingkungan (stress), kebiasaan merokok, kebiasaan minum kopi, konsumsi
natrium berlebih,dan konsumsi alkohol. Hipertensi menjadi penyebab utama
stroke yang membawa dampak kematian.Tingkat prevalensi hipertensi sekitar 6-
15%terjadi pada orang dewasa. Sebagai penyakit degeneratif, hipertensi tentu
hanya ditemukan pada golongan dewasa. Oleh karena itu, Indonesia perlu
memperhatikan tindakan edukasi untuk mencegah timbulnya penyakit hipertensi
dan penyakit degenatif lainnya (Kemenkes RI, 2015).
Sebelum pemberian air jus papaya, ditemukan lebih dari separuh
penderita hipertensi mengeluh sakit kepala dan sakit dibelakang kepala,letih,
lesu, pusing, bahkan sering mualdan muntah yang merupakan gejala
hipertensi.Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah gaya
hidup yang tidak sehat, dimana ditemukan bahwa di wilayah kerja Puskesmas
Bilato masyarakatnya memiliki kebiasaan minum teh dan kopi secara berlebihan
yang telah menjadi tradisibagi masyarakat.
Asumsi peneliti, kejadian hipertensi pada respondendipengaruhi oleh
faktor budaya dan kebiasaan masyarakat yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi kafein dalam bentuk minuman teh dan kopi dan dibarengi
kebiasaan merokok yang sering dilakukan oleh kaum laki-laki serta kebiasaan
masyarakat dalam mengkonsumsi makanan siap saji, gorengan dengan
kandungan garam tinggi.

37
4.3.3 Tekanan Darah Penderita Hipertensi Sesudah Diberikan Jus Pepaya
Hasil analisa menunjukkan , rata-rata tekanan darah sistolik penderita
hipertensi saat sesudah diberikan intervensi jus papaya adalah 126,00 mmHg
dan rata-rata tekanan darah diastolik penderita hipertensi saat sebelum diberikan
intervensi jus papaya adalah 82,00 mmHg. Hasil ini menunjukkan tekanan darah
responden pada penelitian ini mengalami penurunan dibandingkan dengan
sebelum diberikan jus papaya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pepaya
dapatmenurunkan tekanan darah, karena papayamengandung kalium. Kalium
(potassium) yang merupakan ion utama didalam cairan intraseluler. Cara kerja
kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak dan rutin
terus menerus akan meningkatkan konsentrasinya didalam cairan intraseluler,
sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstra seluler dan menurunkan
tekanan darah (Jain, 2011).
Hasil penelitian yang di lakukan oleh Pratama (2017) tentang pengaruh
jus buah pepaya terhadap perubahan tekanan darah hipertensi dengan
pemberian jus pepaya rutin selama 7 hari dapat menurunkan tekanan darah
sistolik dengan rata-rata sebelum perlakuan adalah 160 mmHg setelah perlakuan
140 mmHg sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum perlakuan
sebesar 90 mmHg setelah perlakuan sebesar 80 mmHg. Hal ini membuktikan
bahwa jus papaya dapat menurunkan tekanan darah.
Hasil penelitian ini didukung oleh teori bahwa buah pepaya memiliki
kandungan kalium tinggi yang mampu mengendalikan rasa haus dan
menurunkan produksi hormone anti diuretic (ADH). Penurunan tekanan darah
karena kandungan kalium yang lebih tinggi dibandingkan dengan natrium. Ideal
rasio pada natrium yaitu 5:1 namun pada pepaya 92:1 tinggi rasio kalium pada
natrium bermanfaat untuk mencegah hipertensi. Kalium dapat menjaga
keseimbangan cairan intrasel serta elektrolit tubuh. Kalium natrium mengurangi
garam dalam tubuh dan mengurangi jumlah air serta dapat melonggarkan
pembuluh darah oleh karena itu pembuluh darah menjadi besar dalam kondisi
tersebut membantu dalam menormalkan tekanan darah. Mekanisme kalium
dalam menurunkan tekanan darah menyebabkan vasodilatasi yang melebarkan
pembuluh darah maka darah mengalir dengan lancar, efek vasodilatasi potensial

38
dari kandungan enzim papain dapat memcah protein menjadi arginine. L-arginine
adalah regulator utama untuk tekanan darah arterial melalui efek vasodilatasi.
Kalium yang tinggi pada buah papaya berpengaruh secara signifikan
sebagai diuretic alami yang membantu jantung untuk menurunkan tekanan
darah. Senyawa yang dapat menurunkan kuantita tekanan darah yaitu senyawa
flavonoid yang berperan sebagai penghambat ACE maka terjadi vasodilatasi
pembuluh darah yang berakibat penurunan Tahanan Periver Vaskuler (TPR).
Kandungan potassium juga dapat menurunkan tekanan darah karena potassium
adalah mineral penting untuk mengendalikan tekanan darah.
Asumsi peneliti setelah pemberian jus papaya selama lima hari, tekanan
darah responden terlihat lebih rendah dari pada sebelum pemberian
jus pepaya, dimana responden menyatakan bahwa gejala-gejala kejadian
hipertensi mulai lebih ringan yaitu rasa pusing, sakit kepala belakang, lelah dan
perasaan mual mulai berkurang. Penurunan tekanan darah yang terjadi
dipengaruhi oleh kandungan vitamin dan elektrolit kalium yang tinggi pada buah
pepaya yang meringankan dan menetralisir faktor pemicu kejadian hipertensi.
4.3.4 Pengaruh Pemberian Jus Pepaya Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah
penderita hipertensi didapatkan nilai signifikann p-value = 0,000 nilai tersebut
mempunyai makna p-value < (α) 0,05. Maka dari hasil nilai signifikan p-value
0,000< (α) 0,05 berarti Ha diterima dan H0 ditolak. Hal tersebut dapat
diinterpretasikan bahwa pada penderita hipertensi yang diberikan jus pepaya
mengalami penurunan tekanan darah setelah diberikan selama 5 hari. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa jus pepaya berpengaruh secara signifikan terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Bilato.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Riska Agustina (2021) dengan judul Pengaruh Pemberian Jus Pepaya (Carica
Papaya) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Kelurahan
Pasir Ampo Tahun 2021 diketahui bahwa terjadi penurunan tekanan darah
responden pada kelompok eksperimen setelah pemberian jus papaya dengan
rata-rata tekanan darah sebelum intervensi 173,61/100 mmHg dan setelah
intervensi 158,23/81,61 mmHg. Faktor risiko terjadinya hipertensi terdiri dari

39
faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia dan genetik, dan faktor yang
dapat dimodifikasi seperti rendahnya asupan kalium. Salah satu penyebab
rendahnya asupan kalium adalah rendahnya asupan sayur dan buah yang
mengandung kalium tinggi (Sayono ,2014). Sedangkan menurut Susilo (2011)
salah satu faktor penyebab kejadian hipertensi adalah toksim, yaitu zat-zat sisa
pembuangan yang seharusnya dibuang karena bersifat racun, dalam keadaan
biasa hati kita akan mengeluarkan sisa-sisa pembuangan melalui saluran usus
dan kulit, sementara ginjal mengeluarkan sisa-sisa metabolisme tubuh melalui
saluran kencing atau kantung kencing. Apabila hati dan ginjal tidak dapat
melakukan sekresi sisa metabolisme tubuh dengan baik, maka toksin akan
menyebar ke dalam darah dan darah yang mengandung toksin tersebut jika tidak
dapat dihilangkan akan menggangu peredaran darah dan meningkatkan tekanan
darah. Rendahnya konsentrasi kalium dalam darah juga merupakan salah satu
faktor pemicu terjadinya tekanan darah tinggi karena efek jangka panjang deplesi
kalium akibat asupan kalium yang rendah menyebabkan retensi natrium, melalui
stimulasi aktivitas transporter natrium di ginjal. Terdapat beberapa transporter
yang terletak dimembran lumen sel tubulus ginjal yaitusodium-hydrogen
exchanger tipe 3 (NHE-3), sodium-potassium chloridecotransporter 2 (NKCC2),
sodium chloride cotransporter (NCC), danepithelial sodium channel (EnaC) serta
pompa Na/KATP-ase dimembrane basolateral. Seluruh aktivitas transporter Na
akan meningkatkan reabsorpsi dan retensi Na sehingga volume darah meningkat
(Farapti, 2014).
Asupan kalium dari jus buah pepaya yang diberikan pada responden
merupakan variabel utama yang dilihat pengaruhnya terhadap penurunan
tekanan darah.Padapenelitian ini dengan pemberian jus buah papaya selama 5
hari berturut-turut didapatkan adanya efek penurunan tekanan darah sistolik dan
diastolik.Tekanan darah baik sistolik maupun diastolik pada penelitian ini
menurun secara signifikan (p<0,05). Hal ini dikarenakan adanya hubungan
terbalik antara kalium dan natrium.Teori mengemukakan bahwa tekanan darah
berhubungan negatif dengan asupan kalium melalui hubungan fisiologisnya yang
resiprokal dengan natrium. Peranan kalium dalam mekanisme penurunan
tekanan darah meskipun belum begitu jelas tetapi kalium menyebabkan
vasodilatasi sehingga terjadi penurunan resistensi perifer. Selain itu kalium
menghambat proses konversi pelepasan renin menjadi renin-angiotensin

40
sehingga tidak terjadi peningkatan tekanan darah. Kalium berfungsi sebagai
natriuretik, yaitu menyebabkan pengeluaran natrium dan cairan meningkat.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan tekanan darah
setelah mengkonsumsi jus buah papaya. Hal ini berkaitan dengan peranan
kalium yang terkandung dalam buah pepaya yang dalam mekanisme penurunan
tekanan darah yaitu menyebabkan vasodilatasi yang dapat melebarkan
pembuluh darah sehingga darah dapat mengalir dengan lebih lancar. Selain itu
juga dapat menghambat kerja dari enzim angiotensin (angiotensin converting
enzym inhibitor). Pemberian ACE-inhibitor memberikan hasil yang baik pada
pengobatan disfungsi sistolik pada penyakit jantung hipertensif. Efektifitas
penurunan tekanan darah berkaitan dengan perubahan faktor-faktor resiko
hipertensi lainnya. Namun meskipun demikian penelitian ini cukup membuktikan
bahwa penurunan tekanan darah arteri berkaitan erat dengan peningkatan
asupan kalium.
Menurut Kholish, (2015) Kandungan zat-zat kimia yang terdapat didalam
buah papaya sangat bermanfaat bagi tubuh, terutama pada pembuluh darah.
Vitamin A (β-Karotena) dan vitamin C yang terkandung dalam buah papaya
memiliki kemampuan sebagai antioksi dan berperan penting dalam mencegah
dan memperbaik ikerusakan pembuluh darah akibat aktifitas molekul radikal
bebas. Sedangkan β-Karotena merupakan suatu senyawa yang akan
dikonversikan untuk menjadi vitamin A oleh tubuh. Vitamin A biasanya hanya
dikenal sebagai zat gizi essensial untuk daya penglihatan, vitamin A juga
memiliki peran yang sangat penting dalam menetralisir tekanan darah, vitamin A
merupakan salah satu antioksidan alami yang dapat menghambat oksidasi lemak
dan menghambat terjadinya kerusakan dinding pembuluh darah. Vitamin C juga
merupakan antioksidan alami yang berfungsi mengikat oksigen sehingga tidak
mendukung reaksi oksidasi, membantu menjaga kesehatan sel dan membangun
sel-sel yang sudah rusak seperti kerusakan pada dinding pembuluh darah.
Vitamin C berperan penting untuk menjaga dan memperbaiki sel-sel dinding
pembuluh darah yang rusak akibat aktifitas molekul radikal bebas sehingga
elastisitas pembuluh darah tetap terjaga, tekanan darah normal dapat
dipertahankan (Ainul, 2010).
Enzim papain pada pepaya ini sangat aktif dan memiliki kemampuan
mempercepat proses pencernaan protein. Mencerna protein merupakan

41
problema utama yang umumnya dihadapi banyak orang dalam pola makan
sehari-hari.Tubuh memiliki keterbatasan dalam mencerna protein yang
disebabkan kurangnya pengeluaran asam hidroklorat dilambung. Papain
biasanya memecah protein menjadi arginin. Proses pembentukan arginin
mempengaruhi produksi hormon pertumbuhan manusia Human Growth Hormone
(HGH). HGH ini membantu kesehatan otot dan mengurangi pertumbuhan lemak
dalam tubuh. Papain juga dapat memecah makan yang mengandung protein
hingga terbentuk berbagai senyawa asam amino yang bersifat auto intoxicating
atau otomatis menghilangkan terbentuknya subtansi yang tidak diinginkan akibat
pencernaan yang tidak sempurna. Tekanan darah tinggi merupakan salah satu
penyakit yang muncul karena proses pencernaan makanan yang tidak sempurna
(Kholish, 2011).
Menurut penelitian lain yang dilakukan oleh Yuliza dalam sebuah jurnal
yang berjudul “efektifitas sari buah pepaya mengkal (carica pepaya) terhadap
tekanan darah pada pasien hipertensi”, mengatakan bahwa penggunaan terapi
jus pepaya dalam waktu tertentu dapat menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi secara signifikan dengan penurunan tekanan darah sistole sebesar
24,29 mmhg dan penurunan tekanan darah diastolic sebesar 18,39 mmHg.
Vitamin A, vitamin C, enzim papain dan kalium yang terkandung dalam buah
papaya berfungsi dalam memperbaiki organ-organ sirkulasi. Belum ada hasil
penelitian atau sumber yang menyatakan bahwa zat-zat tersebut dapat
menyebabkan hipotensi karena fungsinya adalah menetralisir tekanan darah,
sehingga tekanan darah menjadi normal (Kholis, 2011). Dengan demikian
dengan pemberian jus pepaya secara terus menerus terbukti dapat menurunkan
tekanan darah pasien hipertensi dengan rata-rata penurunan tekanan darah 10
mmHg sampai 30 mmHg.
Asumsi peneliti dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan darah
pada penderita hipertensi dalam penelitian ini dikarenakan mengkonsumsi jus
buah papaya yang mengandung kalium tinggi, vitamin A dan C yang dapat
berpengaruh dalam menurunkan tekanan darah secara signifikan pada penderita
hipertensi. Dalam penelitian ini semua responden mengalami penurunan tekanan
darah setelah mengkonsumsi jus buah papaya.

42
4.4 Keterbatasan Peneliti
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti hanya berfokus meneliti
pengaruh pemberian jus buah pepaya terhadap penurunan tekanan darah
responden yang mengalami hipertensi dan tidak meneliti terkait dengan
pengetahuan responden tentang penyakit hipertensi serta kepatuhan responden
dalam menjaga pola makan yang sehat. Penelitian ini juga tidak melibatkan
kelompok kontrol dah hanya menggunakan satu kelompok perlakuan.

43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Jus
Buah Pepaya Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Bilato” dengan jumlah 10 responden didapatkan
kesimpulan:
1. Rerata tekanan darah sebelum diberikan jus buah pepaya adalah tekanan
sistolik 150,00 MmHg dan tekanan diastolik 98,00 mmHg.
2. Rerata tekanan darah sesudah diberikan jus buah pepaya adalah tekanan
sistolik 126,00 mmHg dan tekanan diastolik 82,00 mmHg.
3. Terdapat pengaruh pemberian jus buah papaya terhadap penurunan
tekanan darah yaitu tekanan sistolik 24,00 mmHg dan tekanan diastolic
16,00 mmHg, dengan nilai p-value = 0,000< dari nilai α 0,05. Yang berarti
terdapat pengaruh signifikan pemberian jus buah pepaya terhadap
penurunan tekanan darah.
5.2 Saran
1. Bagi Institusi Kesehatan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai penilaian dan pemikiran terhadap
pelayanan yang telah diberikan terutama dalam pemberian asuhan
keperawatan pada penderita hipertensi.
2. Penderita Hipertensi
Penderita hipertensi untuk rutin menjaga pola makan serta mengkonsumsi
buah-buahan yang tinggi kalium seperti buah papaya agar dapat
menurunkan tekanan darah penderita. Kandungan tersebut juga dapat
ditemukan dalam buah-buahan lain seperti buah semangka, jambu biji dan
lain-lain.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

44
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan serta dapat
dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan
penelitian lanjutan dengan menambahkan variabel lain seperti buah
semangka dan lain-lain. Dalam penelitian ini peneliti hanya berfokus pada
pengaruh pemberian jus buah pepaya terhadap penurunan tekanan darah
responden yang mengalami hipertensi dan tidak meneliti terkait dengan
pengetahuan responden tentang penyakit hipertensi serta kepatuhan
responden dalam menjaga pola makan yang sehat. Dari penelitian ini juga
diharapkan dapat melibatkan kelompok kontrol dengan jumlah sampel yang
seimbang dan lebih banyak.

45
DAFTAR PUSTAKA

Adam, L., Aswad, A., Keperawatan, J., & Gorontalo, K. (2020). PEMBERIAN JUS
CARICA PAPAYA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI THE PROVISION OF PAPAYA CARICA ON
BLOOD PRESSURE REDUCTION IN HYPERTENSION PATIENTS.
Jambura Health and Sport Journal, 2(2).
Agustina, R., Cholifah, S., Chasanah, S., Faridah, I., & Tangerang, S. Y. (2022).
The Effect of Giving Papaya (Carica Papaya) Juice on Reducing Blood
Pressure of Hypertension Patients in Pasir Ampo Village in 2021. Nusantara
Hasana Journal, 1(8), Page.
Agustinus, I., Santoso, E., & Rahayudi, B. (2018). Klasifikasi Risiko Hipertensi
Menggunakan Metode Learning VectorQuantization (LVQ). Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer (J-PTIIK)
Universitas Brawijaya, 2(8).
Andriani, A.-. (2017). PENGARUH PEMBERIAN JUS PEPAYA
MENGKALDALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH
PENDERITAHIPERTENSI DI PUSKESMAS. Jurnal Ipteks Terapan, 11(4),
300. https://doi.org/10.22216/jit.2017.v11i4.1188
Andriansyah, M. R., Santoso, E., & Sutrisno. (2018). Klasifikasi Risiko Hipertensi
Menggunakan Fuzzy Decision Tree Iterative Dichotomiser 3 (ID3). Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer, 2(Vol 2 No 12
(2018)).
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Http://Repository.Upi.Edu/.
Ayutthaya, S. S., & Adnan, N. (2020). Faktor Risiko Hipertensi pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 9(02).
https://doi.org/10.33221/jikm.v9i02.512
Depkes RI. (2006). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi.
Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik.
Diyono. (2019). Analisis Stress sebagai Faktor Resiko Hipertensi. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan, 11(1).
Hastuti, R. Y., Zukhri, S., & Natalya, W. (2016). Studi Fenomenologis Tentang
Pemahaman Pasien Hipertensi Dalam Melaksanakan Program Pengobatan

46
Di Poliklinik RSUD Ambarawa. MOTORIK Jurnal Ilmu ….
Herawati, ade tika, Manaf, H., & Kusumawati, E. P. (2021). Pengetahuan
Tentang Penanganan Penyakit Hipertensi Pada Penderita Hipertensi. JIKP
Jurnal Ilmiah Kesehatan PENCERAH, 10(2).
Herlina, I., Mandar, R. S. S., Puspawani, Y., & Meldawati, M. (2020). UJI
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella typhi. (Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kesehatan Masyarakat), 5(1).
https://doi.org/10.37887/jimkesmas.v5i1.11105
Hidayah, A., & Daulay, N. M. (2020). Penyuluhan Pola Hidup Sehat Cegah
Komplikasi Hipertensi Di Desa Manunggang Jae Kecamatan
Padangsidimpuan Tenggara. Jurnal Pengabdian Masyarakat Aufa ( JPMA ),
2(1).
Imelda, I., Sjaaf, F., & Puspita, T. (2020). FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI
PUSKESMAS AIR DINGIN LUBUK MINTURUN. Health & Medical Journal,
2(2). https://doi.org/10.33854/heme.v2i2.532
Irawan, D., Muhimmah, I., & Yuwono, T. (2019). PROTOTYPE SMART
INSTRUMENT UNTUK KLASIFIKASI PENYAKIT HIPERTENSI
BERDASARKAN JNC-7. Jurnal Teknologi Informasi Dan Terapan, 4(2).
https://doi.org/10.25047/jtit.v4i2.68
Ishaq. (2017). Metode Penelitian Hukum Dan Penulisan Skripsi, Tesis, Serta
Disertasi. In ALFABETA, cv.
Junaedi, Sufrida, &&Gusti. (2013). Pengertian Hipertensi. Hipertensi.
KASUMAYANTI, E. (2017). EFEKTIVITAS PEMBERIAN TERAPI JUS PEPAYA
DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI PIRING KABUPATEN
INDRAGIRI HILIR TAHUN 2016. Jurnal Ners, 1(1).
https://doi.org/10.31004/jn.v1i1.93
Kemenkes RI. (2018). Klasifikasi Hipertensi. Kementerian Kesehatan Republik
IIndonesIa.
Krisnanda, M. Y. (2017). Etiologi Hipertensi. Laporan Penelitian Hipertensi,
1102005092.
Loekman, J. S. (2016). Patogenesis Dan Managemen Hipertensi Emergensi.

47
PKB Ilmu Penyakit Dalam XXIV, 1(1).
Lutfi asari, D., & Kris Prasetyanti, D. (2019). PERBEDAAN EFEKTIVITAS
PEMBERIAN JUS PEPAYA DENGAN JUS SEMANGKA TERHADAP
PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA WANITA MENOPAUSE DENGAN
HIPERTENSI THE EFFECTIVITY OF PAPAYA AND WATERMELON JUICE
TO BLOOD PRESSURE CHANGES OF MENOPAUSE WITH
HYPERTENSION.
Mariani, E., & Isnawati, M. (2019). PENGARUH PEMBERIAN JUS PEPAYA, JUS
SEMANGKA DAN JUS MELON TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH SISTOLIK DAN DIASTOLIK.
P2PTM Kemenkes RI. (2018). Klasifikasi Hipertensi - Direktorat P2PTM. In 12
Mei .
Pitriani, Risa. Yanti, J. S., Afni, R. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai
Pesisir. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 9(1).
Prasetyanti, D. K. (2017). Perbedaan Efektivitas Pemberian Jus Pepaya Tekanan
Darah Pada Wanita Menopause Dengan Hipertensi the Effectivity of Papaya
and Watermelon Juice To Blood Pressure Changes of Menopause With.
Penelitian Keperawatan, 3(2).
Pratama, A. (2018). Pengaruh Jus Buah Pepaya Terhadap Perubahan Tekanan
Darah pada Lansia yang Mengalami Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Mempawa Hilir. In Skripsi.
Pratama, A., & Nur Hidayah, M. (2020). PENGARUH JUS BUAH PEPAYA
TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA YANG
MENGALAMI HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MEMPAWAH HILIR (THE EFFECT OF PAPAYA FRUIT JUICE ON BLOOD
PRESSURE CHANGES OF ELDERLY WHO SUFFERED HYPERTENSION
IN THE WORK AREA OF .
Putri, F. A., Budisetyawan, F. E., & Rahayu, D. (2016). ANALISIS FAKTOR
RISIKO HIPERTENSI PRIMER PADA LANSIA DI PUSKESMAS DINOYO
MALANG. Saintika Medika, 12(2). https://doi.org/10.22219/sm.v12i2.5267
Rahmaudina, T., Amalia, R. N., & Kirnantoro. (2020). Studi Dokumentasi
Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Keluarga dengan Hipertensi. Jurnal
Keperawatan, Vol 12(No 2).

48
Safitri, Y., Juwita, D. S., & Librianti, N. (2020). DIVERSIFIKASI PEPAYA PADA
BIDANG PANGAN DAN KEPERAWATAN DI DESA RIDAN PERMAI
KECAMATAN BANGKINANG KOTA. Community Development Journal :
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1). https://doi.org/10.31004/cdj.v1i1.520
Santoso, P., & Irawan, H. (2020). HUBUNGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI
TERHADAP MOTIVASI PENCEGAHAN DI KELURAHAN NGADISIMO
KOTA KEDIRI (RELATIONSHIP BETWEEN …. Journal of Nursing Care and
….
Sucitra, I. (2019). PEMANFAATAN JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) DAN
SIRSAK (Annona muricata L.) DALAM PEMBUATAN YOGHURT BUAH
DILIHAT DARI VISKOSITAS DAN UJI HEDONIK. Skripsi.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kauntitatif,
Kualitatif, R&D. In Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D.
Sugiyono. (2019). METODE PENELITIAN PENDIDIKAN. In Bandung:Alfabeta.
Sunjata, W. P., Meutia, Y. B., Sukmaningtyas, H., & Pudjonarko, D. (2021).
Hubungan Hipertensi dengan Klasifikasi Hernia Nukleus Pulposus Lumbal
berdasarkan Magnetic Resonance Imaging. Medica Hospitalia : Journal of
Clinical Medicine, 8(3). https://doi.org/10.36408/mhjcm.v8i3.598
Suprayitno, E., & Huzaimah, N. (2020). PENDAMPINGAN LANSIA DALAM
PENCEGAHAN KOMPLIKASI HIPERTENSI. SELAPARANG Jurnal
Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(1).
https://doi.org/10.31764/jpmb.v4i1.3001
Susanti, Y., Alfusanah, I., & Iqomh, M. K. B. (2021). EFEKTIVITAS PEMBERIAN
KOMBINASI TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DAN JUS PEPAYA
PADA PENDERITA HIPERTENSI. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan
Masyarakat Cendekia Utama, 10(1). https://doi.org/10.31596/jcu.v10i1.711
Tri Sulistiyowati, M. A. E., Ida Vitani, R. A., Puspitasari, D., & Widyastuti, F. N.
(2021). Pendidikan Kesehatan tentang Hipertensi dan Perawatannya pada
Anggota PKK RT 01 RW 06 Pedurungan Tengah Semarang. JPKMI (Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia), 2(2).
https://doi.org/10.36596/jpkmi.v2i2.150
Wahab, A., & Samarinda, S. (2017). Analisis Praktik Klinik Keperawatan dengan
Pemberian Jus Pepaya dalam Penurunan Tekanan Darah pada Penderita

49
Hipertensi Primer di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD.
Wahyuningsih, W., & Astuti, E. (2016). Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
pada Usia Lanjut. Jurnal Ners Dan Kebidanan Indonesia, 1(3).
https://doi.org/10.21927/jnki.2013.1(3).71-75
Wijayanto, W., & Satyabakti, P. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan
Komplikasi Hipertensi dengan Keteraturan Kunjungan Penderita Hipertensi
Usia 45 Tahun Ke Atas. Jurnal Berkala Epidemiologi, 2(1).
World Health Organization. (2015). HIPERTENSI. Journal for Nurse Practitioners.
Yudha, B. L., Muflikhah, L., & Wihandika, R. C. (2018). Klasifikasi Risiko
Hipertensi Menggunakan Metode Neighbor Weighted K- Nearest Neighbor
( NWKNN ). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer
(J-PTIIK) Universitas Brawijaya, 2(2).
Zuhdi, M. N., Azhar, M. A., Pratiwi, U. M., Tamatan, S. M. A., & ... (2017).
Laporan Kasus Hipertensi. Universitas, 5.

50
Lampiran 1.Surat Pengambilan Data Awal

51
52
Lampiran2.LembarPermohonanMenjadiResponden

PROGRAMSTUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTASILMUKESEHATAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAHGORONTALO
Alamat:Jl. Prof. DR. H.MansoerPateda, Desa Pentadio
TimurKab.GorontaloWebsite:http://www.umgo.ac.id/Email:info@umgo.ac.idTlp./
fax(0435)881135881136

Kepada
YthCalonRespondenPene
litianDi–
Tempat
DenganHormat,
SayayangbertandatangandibawahiniadalahmahasiswaProgramStu
diS1KeperawatanUniversitasMuhammadiyahGorontalo
Nama :Sulistiani A. Ilohuna
NIM :C01418170
Alamat :Desa Totopo, kecamatan Bilato
Akanmelaksanakanpenelitiandenganjudul“Pengaruh Pemberian
Jus Buah Pepaya Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bilato”.Penelitianinitidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi
semua responden. Kerahasiaanresponden akan dijaga dan hanya akan
digunakan untuk kepentingan
penelitian.Apabilarespondenmenyetujuimakamohonkesediannyauntukm
engisidanmenandatangani lembarpersetujuanmenjadiresponden.
Atasperhatiandanketersediaannya,sebagairesponden.Penelitimen
gucapkanterimakasih.

Gorontalo, Juli 2022


Peneliti

53
Sulistiani A. Ilohuna

Lampiran3.LembarPersetujuanResponden

PROGRAMSTUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTASILMUKESEHATAN
UNIVERSITASMUHAMMADIYAHGORONTALO
Alamat:Jl. Prof. DR. H.MansoerPateda, Desa Pentadio
TimurKab.GorontaloWebsite:http://www.umgo.ac.id/Email:info@umgo.ac.idTlp./
fax(0435)881135881136

LEMBARPERSETUJUANMENJADIRESPONDEN
Sayayangbertandatangandanbertanggungjawabdenganpertanyaandibawah
ini:
Nama/Inisial :
Umur :
JenisKelamin :
Alamat :
Denganinimenyatakanbahwasayabersediamenjadirespondendaripen
elitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bilato”. Saya akan menjadi responden yang kooperatif
dalammemberikandatayangnyatatanpaadaunsurpaksaandaripihakmanapu
n.

Gorontalo, Juli 2022


Responden

(……………………)

54
Lampiran 4. SOP (Standar Operasional Prosedur)

SOP PEMBERIAN JUS BUAH PEPAYA


PADA PENDERITA HIPERTENSI

Komposisi : Pemberian Jus Buah Pepaya


Waktu : 20 Menit
Nama Mahasiswa : Sulistiani A. Ilohuna

1. Tahap Interaksi 1. Cek kondisi klien sebelum melakukan perlakuan,


tanyakan pada klien mengkonsumsi obat anti hipertensi
apa saja dan waktu mibumnya jam berapa, lalu cek
tekanan darah sevelum diberikan perlakuan (pre test)
pada hari pertama perlakuan
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat dan bahan
Alat:
a) Blender
b) Gelas ukur
Bahan:
a) Pepaya 250 gram
b) Air putih 100 cc
2. Tahap Orientasi 1. Salam pembuka dan perkenalan diri
2. Jelaskan prosedur kerja kepada responden
3. Kontrak waktu
4. Jelaskan tujuan tindakan dalam prosedur
5. Berikan kesempatan responden untuk bertanya
3. Tahap Kerja 1. Ambil papaya 1 buah/ 250 gram
2. Cuci bersih
3. Kemudian di blender
4. Campurkan dengan air putih 100 ml
5. Setelah menjadi jus kemudian dituangkan kedalam
gelas dengan dosis 250 cc dengan penggunaan alat
ukur
6. Sajikan jus buah papaya tersebut kepada responden
7. Pastikan responden meminum sampai habis.
8. Bersihkan dan rapikan alat
9. Cuci tangan
4. Tahap Terminasi 1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Mengecek tekanan darah setelah perlakuan (post test)
3. Lakukan kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
5. Tahap Dokumentasi 1. Catat nama pasien, tanggal dan waktu
2. Catat hasil yang di dapat pada saat pre post dan post
test
Keterangan Pemberian jus buah papaya dilakukan pada pagi hari
setelah sarapan
Sumber : Afrinaldi Yusdi, 2013

55
Lampiran 5. Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI PEMBERIAN JUS BUAH PEPAYA

Waktu Pemberian
TD Sebelum 1 2 3 4 5 TD Setelah
Jenis
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Pemberian Jus Malam Malam Malam Malam Malam Pemberian Jus
Kelamin
Buah Pepaya 18.00- 18.00- 18.00- 18.00- 18.00- Buah Pepaya
20.00 20.00 20.00 20.00 20.00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

56
Lampiran 6. Master Tabel
Waktu Pemberian Jus
No Pendidika
Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan TD (pre test) Pepaya TD (post test)
. n
1 2 3 4 5
1 Ny. U. L 45 tahun Perempuan SMP IRT 150/100 mmHg √ √ √ √ √ 130/90 mmHg
2 Ny. Y.I 48 tahun Perempuan SMP IRT 150/100 mmHg √ √ √ √ √ 120/80 mmHg
3 Tn. I.N 52 tahun Laki-laki SD Petani 140/90 mmHg √ √ √ √ √ 120/80 mmHg
4 Ny. Y.H 50 tahun Perempuan SD IRT 160/100 mmHg √ √ √ √ √ 130/90 mmHg
5 Ny. S.N 55 tahun Perempuan SMP IRT 150/100 mmHg √ √ √ √ √ 120/80 mmHg
6 Tn. A.I 51 tahun Laki-laki SMP Petani 150/100 mmHg √ √ √ √ √ 130/80 mmHg
7 Ny. M.T 53 tahun Perempuan SMA IRT 140/100 mmHg √ √ √ √ √ 120/80 mmHg
8 Tn. M.I 47 tahun Laki-laki SD Petani 160/100 mmHg √ √ √ √ √ 140/80 mmHg
9 Ny. H.D 50 tahun Perempuan SMA IRT 150/100 mmHg √ √ √ √ √ 130/80 mmHg
10 Ny. F.H 50 tahun Perempuan SMA IRT 150/90 mmHg √ √ √ √ √ 120/80 mmHg

Keterangan:
Umur : 1= Masa dewasa akhir (36-45 tahun) Pekerjaan : 1= IRT
2= Masa lansia awal (46-55 tahun) 2= Petani
Jenis Kelamin : 1= Perempuan
2= Laki-laki Tekanan Darah : 1= Normal :(120 / 80 mmHg)
Pendidikan : 1= SD 2= Prehipertensi (>120-139 / >80-89 mmHg)
2= SMP 3= Hipertensi stage 1 (140-149 / 90-99 mmHg)
3= SMA 4= Hipertensi stage 2 (>160 / >100 mmHg)

57
Lampiran 7. Hasil Uji SPSS
1. Karakteristik Responden
Statistics
Pendidikan
Umur Jenis Kelamin Terakhir Pekerjaan
N Valid 10 10 10 10
Missing 0 0 0 0
Mean 1,90 1,30 2,00 1,30
Median 2,00 1,00 2,00 1,00
Minimum 1 1 1 1
Maximum 2 2 3 2

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Masa dewasa akhir (36-45 1 10,0 10,0 10,0
tahun)
Masa lansia awal (46-55 9 90,0 90,0 100,0
tahun)
Total 10 100,0 100,0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Perempuan 7 70,0 70,0 70,0
Laki-laki 3 30,0 30,0 100,0
Total 10 100,0 100,0

Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 3 30,0 30,0 30,0
SMP 4 40,0 40,0 70,0
SMA 3 30,0 30,0 100,0
Total 10 100,0 100,0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 7 70,0 70,0 70,0
Petani 3 30,0 30,0 100,0
Total 10 100,0 100,0

58
2. Uji Normalitas Data

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PRE TEST 10 90 100 98,00 4,216
POST TEST 10 80 90 82,00 4,216
Valid N (listwise) 10

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
Pretest Posttest N Percent N Percent N Percent
Tekanan PreTest 10 100,0% 0 0,0% 10 100,0%
Darah PostTest 10 100,0% 0 0,0% 10 100,0%

Descriptives
Pretest Posttest Statistic Std. Error
Tekanan Darah PreTest Mean 150,00 2,108
95% Confidence Interval for Lower Bound 145,23
Mean Upper Bound 154,77
5% Trimmed Mean 150,00
Median 150,00
Variance 44,444
Std. Deviation 6,667
Minimum 140
Maximum 160
Range 20
Interquartile Range 5
Skewness ,000 ,687
Kurtosis ,080 1,334
PostTest Mean 126,00 2,211
95% Confidence Interval for Lower Bound 121,00
Mean Upper Bound 131,00
5% Trimmed Mean 125,56
Median 125,00
Variance 48,889
Std. Deviation 6,992
Minimum 120
Maximum 140
Range 20
Interquartile Range 10
Skewness ,780 ,687
Kurtosis -,146 1,334

Tests of Normality

59
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Pretest Posttest Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tekanan PreTest ,300 10 ,011 ,815 10 ,022
Darah PostTest ,305 10 ,009 ,781 10 ,008
a. Lilliefors Significance Correction

3. Uji Paired Sample T Test (Sistolik)


Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 PRE TEST 150,00 10 6,667 2,108
POST TEST 126,00 10 6,992 2,211

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 PRE TEST & POST TEST 10 ,715 ,020

Paired Samples Test


Paired Differences
Std. 95% Confidence Interval
Deviatio Std. Error of the Difference Sig. (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 PRE TEST - 24,000 5,164 1,633 20,306 27,694 14,697 9 ,000
POST TEST

4. Uji Paired Sample T Test (Diastolik)


Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 PRE TEST 98,00 10 4,216 1,333
POST TEST 82,00 10 4,216 1,333

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 PRE TEST & POST TEST 10 ,250 ,486

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval
Std. Std. Error of the Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 PRE TEST - 16,000 5,164 1,633 12,306 19,694 9,798 9 ,000
POST TEST

60
Lampiran 8. Dokumentasi

61

Anda mungkin juga menyukai