Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KLIMAKTERIUM, MENOPAUSE, DAN SENIUM

DISUSUN OLEH:

1. Ani Anggita (P01740222006)


2. Detri Sri Wahyuni (P01740222013)
3. Fahrani Syabilah (P01740222019)
4. Indah Sartika Putri (P01740222025)
5. Melisa Tri Maharani (P01740222031)
6. Sandra Dwi Pitasari (P01740222038)
7. Verly Nopri (P01740222045)

DOSEN PENGAMPUH:

Lydia Febrina, SST.M.Keb.

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI DIII KEBIDANAN CURUP

T.A 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul “Klimakterium. Menopause, dan
Senium.” dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas bunda Lydia febrina,
SST.M.Tr.Keb. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan
kepada pembaca tentang unwanted pregnancy & unsafe abortion.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bunda Lydia Febrina,


SST.M.Tr.Keb. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan


banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap
adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah
ini.

Curup, 19 Januari 2024

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................................. i

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................4
...................................................................................................................
B. Rumusan masalah......................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Klimakterium ........................................................................................6
B. Menopause ............................................................................................9
C. Senium ..................................................................................................16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.............................................................................................18
.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................19
.............................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa reproduksi, beberapa gangguan kesehatan yang sering
dialami oleh individu meliputi osteoporosis, hipertensi, dan gangguan
lainnya. Untuk menjaga kesehatan reproduksi yang optimal, penting untuk
mengadopsi gaya hidup sehat secara menyeluruh, termasuk pola makan yang
seimbang, aktivitas fisik teratur, menghindari kebiasaan merokok dan
minuman beralkohol yang berlebihan, serta menjaga berat badan yang sehat.
Selain itu, menjaga keseimbangan hormon, mengelola stres, dan
mendapatkan perawatan medis yang tepat juga merupakan faktor penting
untuk menjaga kesehatan reproduksi. Untuk melakukan deteksi dini pada
masa ini salah satu program pemerintah yaitu Posyandu Lansia merupakan
solusinya. Pada masa ini seorang wanita secara reproduksi sudah tidak dapat
berperan, namun bukan berarti terbebas dari risiko gangguan reproduksi
(Wahyuni, Cahyani and..., 2022).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh kesehatan remaja terhadap proses klimakterium
pada wanita?
2. Apa dampak menopause pada kesehatan fisik dan mental remaja
perempuan?
3. Bagaimana perubahan hormon selama menopause dapat
mempengaruhi kesejahteraan remaja wanita?
4. Apa tindakan preventif yang dapat diambil untuk menjaga kesehatan
remaja dalam menghadapi gejala klimakterium dan menopause?

4
5. Bagaimana hubungan antara klimakterium, menopause, dan senium
dapat memengaruhi aspek kesehatan remaja secara menyeluruh?

C. Tujuan
1. Untuk Meningkatkan Pemahaman Remaja
2. Untuk Menyadarkan Dampak Kesehatan
3. Untuk Mendorong Tindakan Preventif
4. Untuk Memotivasi Pencarian Bantuan Medis
5. Untuk Pentingnya Kesehatan Seumur Hidup

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Klimakterium

1. Definisi dan karakteristrik


Istilah Yunani untuk masa reproduksi dan senium adalah
klimakterium. Fase yang disebut klimakterium berlangsung selama
beberapa tahun sebelum dan setelah menopause, bukanlah kondisi
patologis. Awal dan akhir klimakterium sulit ditentukan. Namun
berdasarkan kondisi endokrinologi (kadar estrogen mulai menurun dan
kadar hormon gonadotropin mulai meningkat), dapat dikatakan bahwa
klimakterium dimulai sekitar 6 tahun sebelum menopause, dan jika ada
gejala klinis. Sekitar 6-7 tahun setelah menopause, klimakterium
berakhir. Kadar estrogen saat ini rendah, sejalan dengan kondisi usia, dan
gejala neurovegetatif telah berhenti. Masa klimakterium berlangsung
hampir 13 tahun. Mengenai dasar-dasar klimakterium, dapat disebutkan
bahwa, berbeda dengan pubertas, yang disebabkan oleh mulainya
kelenjar pituitari memproduksi hormon gonadotropin, klimakterium
disebabkan oleh kegagalan ovarium dalam merespon rangsangan hormon
tersebut. Dapat dikatakan bahwa ovarium lebih tua dibandingkan organ
tubuh lainnya karena hal ini disebabkan oleh penuaan mereka.
Ketika seseorang mencapai usia 40 tahun, proses penuaan dimulai.
saat lahir, terdapat 750.000 folikel; selama menopause, hanya ada
beberapa ribu yang masih berfungsi tetapi lebih resisten terhadap
rangsangan gonadotropin. Siklus ovarium, yang mencakup
perkembangan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum, pada
akhirnya berakhir dengan cara ini. 25% siklus menstruasi pada wanita di
atas 40 tahun tidak termasuk ovulasi, sehingga menjadikannya siklus
anovulasi.
6
Kadar hormon gonadotropin meningkat dan produksi estrogen
turun pada masa klimakterium. Kadar hormon terakhir ini tinggi sekitar
15 tahun setelah menopause, dan pada saat itulah kadar hormon tersebut
mulai menurun. Penurunan hormon estrogen mengakibatkan tingginya
kadar hormon gonadotropin sehingga mengurangi umpan balik awal
terhadap gonadotropin.
Perubahan tertentu pada wanita selama klimakterium mungkin
mengakibatkan masalah ringan dan terkadang serius. Klimakterium
adalah masa perubahan, dan sebagian besar wanita melewatinya tanpa
banyak keluhan. Hanya sebagian kecil perempuan, 25% perempuan di
Eropa dan Indonesia yang merasakan keluhan yang cukup parah
sehingga mendorong mereka untuk mencari pertolongan medis.
Tergantung kapan klimakterium terjadi, pergeseran dan gangguan ini
mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Kesuburan menurun pada awal
klimakterik, masalah pendarahan terjadi pada masa pramenopause, dan
terdapat gangguan organik, psikologis, dan vegetatif pada masa
pascamenopause.
Gejala khas penyakit vegetatif adalah rasa panas disertai keluarnya
cairan di malam hari dan jantung berdebar kencang. Organ vagina mulai
mengalami atrofi setelah menopause dan terus berlanjut hingga usia
lanjut. Ovarium menyusut dan mengecil ukurannya dari 10-12 gram
selama masa reproduksi menjadi 4 gram pada saat seorang wanita
mencapai usia 60 tahun.
Selain itu, endometrium mengalami atrofi dan rahim secara
bertahap mengecil. Karena rahim masih merespons terhadap estrogen,
permulaan terapi estrogen eksternal yang diikuti dengan terapi estrogen
dapat menyebabkan perdarahan putus obat. Karena estrogen masih
tersedia, meskipun dalam jumlah yang lebih kecil, atrofi selaput lendir
vagina belum cukup terlihat, dan apusan vagina menunjukkan gambaran
bercampur (pola menyebar), meskipun epitel vagina menipis. Mama
mulai melunak, dan proses ini berlangsung sepanjang durasi. Selain
ovarium, kelenjar suprarenal merupakan sumber estrogen lainnya selama
7
klimakterium. Setelah menopause, konversi androstenedion merupakan
sumber utama estrogen. Perubahan metabolisme yang terjadi sekitar
menopause antara lain hiperlipemia yang menjadi salah satu penyebab
meningkatnya penyakit kardiovaskular saat ini. Kemungkinan
mengalami kelainan yang disebutkan lebih tinggi pada wanita yang
banyak merokok, mengonsumsi estrogen, atau menderita hipertensi.

2. Perubahan fisik dan hormonal pada karakteristrik


Perubahan fisik yang terjadi pada sebagian wanita karena
penurunanhormonesterogendanprogresteronadalah mengendur, saat kulit
beraktivitas jantung berberdebar-debardan mengalami osteoporosis
karena hormon estrogen rendah. Dengan adanya fase klimekterium,selain
terjadi pengoroposan tulang pada wanita, terdapat juga perubahan fisik
yang dialami oleh wanita yaitu kulit menjadi menipis, keriput, kerapuhan
pada kuku dan berubah warna menjadi kekuningan,mata mengalami
kekeringan bahkan sulit jika menggunakan lensa kontak.terjadi penipisan
pada rambut, bahkan ditemukan pertumbuhan rambut pada telinga,bibr
dan hidung.
Selain fisik yang mengalami perubabahan pada fase klimakterium,
Perubahan pada alat reproduksi juga dapat terjadi yaitu:
a. Rahim (Uterus) Banyaknya kandungan jaringan
fibrotik,menyebabkan terjadinya penyusutan,atropi dan
penipisan pada lapisan dalam rahim.mulut rahim menjadi
rata dengan dinding karena terjadi penyusutan.
b. Saluran Telur (Tuba Falopii): Terjadinya penipisan dan
pendek bahkan mengkerut.hilangnya rambut
getar(fimbria) pada tuba falopi.
c. Seviks (mulut rahim) dan Vagina: Hal yang samajuga
akan terjadi pada serviks, yaitu: mengkerut dan
memendek bahkan terjadi pengecilan pada vagina karena
otot jaringan sudah melemah dan fibrosisi.

8
d. Vulva: Penipisan pada jaringan akibat jaringan elastik dan
lemak sudah hilang.Lipatan vulva akan mengkerut karena
pembuluh darah berkurang dan kulit menipis.lubang pada
kemaluan mengkerut sehingga mempengaruhi waktu
bersenggama.
e. Hormon Haid dan siklusnya akan terganggu karena
penurunan hormon progesteron. Demikian juga lendir
rahim tidak tumbuh lagi karena hormon estrogen
berkurang f. Dasar Pinggul: Kekuatan dan elastisitas
menghilang karena atropi dan lemahnya daya sokong
yang disebakan karena prolapsus utero vaginal.
f. Perineum dan Anus: Lemak subkutan menghilang,
atropfi, otot sekitarnya menghilang yang menyebabkan
tonus spinkter melemah dan inkontinensia alvi vagina.
menghilang.Sering terjadi
g. Vesica Urinaria (kandung kencing): Akan hilang kendali
spinkter dan destrusor sehingga sering kencing tanpa
disadari.
h. Kelenjar Payudara Diserapnya lemak subkutan,jaringan
parenkim mengalami atrofi lobulis menciut,stroma
jaringan ikat fibrosa menebal.Puting susu
mengecil,kurang erektil,pigmentasi berkurang sehingga
payudara menjadi datar dan mengendor.

B. Menopause
1. Pengertian dan peran bidan dalam menopause
Menstruasi terakhir, waktu haid terakhir, atau waktu haid terakhir
dikenal dengan istilah menopause. Amenorrhea bertahan setidaknya satu
tahun setelah diagnosis. Siklus menstruasi yang lebih panjang dengan
jumlah darah yang lebih sedikit mengantisipasi berakhirnya menstruasi.
Usia menopause dipengaruhi oleh faktor keturunan, kesehatan umum,
dan pilihan gaya hidup. Saat ini, menopause biasanya terjadi di
9
kemudian hari. Menarche dan permulaan menopause saling
berhubungan. Menopause dimulai kemudian ketika menarche terjadi
lebih cepat. Menarche tampaknya terjadi lebih awal dan menopause
tampaknya terjadi lebih lambat pada waktu yang tidak diinginkan ini,
sehingga memperpanjang siklus reproduksi. Namun, menopause tidak
terjadi pada usia yang lebih muda di negara- negara maju. Batas atas
tampaknya telah tercapai.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang memiliki tanggung jawab
untuk memberikan asuhan pada masa menopause harus dapat melakukan
peran secara maksimal sehingga wanita menopause wanita menopause
dapat melalui masa menopause dengan menyenangkan. Adapun peran
yang dapat dilakukan bidan di antaranya adalah:
1. Memberikan asuhan kebidanan kepada wanita menopause
yang sesuai dengan kebutuhan wanita menopause.
2. Secara berkala memberikan penyuluhan ataupun Komunikasi
Edukasi dan Informasi (KIE) sesuai dengan kebutuhan wanita
menopause
3. Membentuk forum bagi wanita menopause yang memiliki
kegiatan fisik maupun spiritual
2. Proses menopause
Menopause dimulai setelah menstruasi terakhir. Dan ini
ditentukan setelah menstruasi berhenti selama 12 bulan. Sangat penting
Anda mencatat tanggal terakhir menstruasi karena jika terjadi perdarahan
vagina dalam jangka waktu satu tahun sejak tanggal tersebut, dianggap
tidak normal. Oleh karena itu, Anda harus memeriksakan diri ke dokter
ahli kandungan. Pada tahap ini Anda akan mengalami vagina kering
(atrofi) sehingga terjadi iritasi, sulit menahan kencing (urinary
incontinence), berkurangnya libido, suasana hati ber- ubah-ubah dan
sensitif, dan sebagainya.

3. Gejala dan tanda tanda Menopause

10
Menopause tidak hanya menghentikan haid, banyak perubahan
lain yang terjadi pada tubuh wanita menopause, mulai dari penampilan
fisik, keadaan psikologis, hasrat seksual hingga kesuburan. Perubahan ini
bisa terjadi secara bertahap atau tiba-tiba dan disebut gejala menopause.
Perubahan ini disebut perimenopause, yang dapat berlangsung beberapa
tahun sebelum menopause dan biasanya dimulai pada usia 40- an atau
lebih awal (Kementerian Kesehatan RI, 2022)
Perubahan hormon yang terkait dengan menopause dapat
memengaruhi kesejahteraan fisik, emosional, mental, dan sosial. Gejala
yang dialami selama dan setelah transisi menopause sangat bervariasi
dari orang ke orang. Beberapa memiliki sedikit jika ada gejala. Bagi
yang lain, gejalanya bisa parah dan memengaruhi aktivitas sehari-hari
dan kualitas hidup. Beberapa dapat mengalami gejala selama beberapa
tahun. (WHO, 2022)
Berikut ini merupakan gejala atau tanda-tanda menopause:
( Sebtalesy dan Irmawati Mathar, 2019; Kementerian Kesehatan RI,
2022; WHO, 2022) (Roberts dan Hickey, 2016) (Lee et al., 2019)
1) Perubahan siklus menstruasi
Menstruasi menjadi tidak teratur, kadang terlambat atau lebih
awal (Oligomenorrhea). Kehamilan masih mungkin terjadi
selama perimenopause. Kontrasepsi dianjurkan untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan sampai setelah
12 bulan berturut-turut tidak haid. Kehamilan setelah
menopause tidak mungkin terjadi tanpa perawatan kesuburan
yang melibatkan penggunaan sel telur donor atau embrio yang
sebelumnya dibekukan.
2) Perubahan penampilan fisik
a) Hot flushes/rasa panas
Gejala ini hampir selalu dirasakan oleh tiap perempuan,
rasa panas menyebar diseluruh tubuh, yang tersering
pada wajah, leher, dan dada yang berlangsung beberapa
menit; sensai panas ini disertai dengan warna kulit
11
kemerahan dan keringat berlebih. Sekitar 75% wanita
menopause mengalami hot flushes. Sebagian besar
mengalaminya lebih dari setahun dan 25- 30% lebih
dari 5 tahun. Perasaan ketidaknyamanan fisik akut yang
dapat berlangsung beberapa menit
b) Berkeringat di malam hari/ Night sweat
Terkadang rasa panas disertai dengan keringat malam
hari. Akibatnya, wanita sering terbangun dan sulit
untuk tidur kembali. Gejala vasomotor: hot flushes dan
night sweats normal selama transisi menopause dan
mempengaruhi sekitar 80% perempuan. Mekanisme
gejala vasomotor kurang dipahami, tetapi dianggap
gangguan termoregulasi hipotalamus setelah paparan
estrogen. Durasi rata-rata VMS adalah 7,4 tahun.
(Roberts dan Hickey, 2016)
c) Berdebar-debar (detak jantung meningkat)
Risiko penyakit jantung koroner akibat aterosklerosis
meningkat, akibat penurunan kadar estrogen.
Penurunan kadar estrogen meningkatkan kadar
kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL.
Komposisi tubuh dan risiko kardiovaskular juga dapat
terpengaruh. Keunggulan wanita dibandingkan pria
dalam hal penyakit kardiovaskular secara bertahap
menghilang dengan penurunan kadar estrogen yang
signifikan setelah menopause.
d) Kesulitan tidur (insomnia)
e) Sakit kepala, merasa pusing, kesemutan dan jantung
berdebar (palpitasi)
f) Lebih sering buang air kecil
g) Ketidaknyaman saat buang air kecil. Saluran kemih
(uretra) menjadi kering dan kurang elastis, sehingga

12
mudah terjadi infeksi pada saluran kemih dan perasaan
tidak puas saat buang air kecil.
h) Ketidakmampuan (inkontinensia) mengendalikan
buang air kecil
i) Gejala seksual: Vagina menjadi kering dan gatal karena
penipisan jaringan pada dinding vagina sehingga timbul
rasa tidak nyaman, nyeri atau iritasi pada saat
berhubungan seksual (dyspareunia). Perubahan pada
vagina juga memudahkan terjadi infeksi. Menurunnya
libido. Selama perimenopause dan setelah menopause,
masih mungkin tertular infeksi menular seksual (IMS),
termasuk HIV, melalui kontak seksual tanpa kondom,
termasuk seks oral, anal, dan vaginal. Penipisan
dinding vagina setelah menopause meningkatkan
kemungkinan lesi dan robekan, sehingga meningkatkan
risiko penularan HIV selama hubungan seks vaginal.
Fungsi seksual memburuk dengan meningkatnya status
menopause, terlepas dari usia.
Gejala yang paling sering dilaporkan termasuk hasrat
seksual yang rendah (40-55%), pelumasan yang buruk
(25-30%) dan dispareunia (12-45%), salah satu
komplikasi sindrom genitourinari menopause (GSM).
Disfungsi seksual (SD) pada masa kehidupan ini
berakar pada berbagai faktor predisposisi, pencetus
yang mungkin berasal dari biologis, psikologis dan
sosio-budaya. Oleh karena itu pendekatan multidimensi
untuk pengelolaan SD sangat penting dalam
menopause. (Scavello et al., 2019)
j) Mudah lelah (fatique)
k) Perubahan pada tekstur kulit. Kulit tidak elastis dan
mulai muncul keriput. Ini diakibatkan jaringan kolagen

13
yang makin berkurang akibat menurunnya kadar
estrogen.
l) Penurunan daya ingat
m) Melemahnya struktur penyangga panggul, sehingga
meningkatkan risiko prolaps organ panggul.
n) Efek menopause lanjut: osteoporosis (pengeroposan
tulang) Hilangnya kepadatan tulang saat menopause
merupakan kontributor yang signifikan terhadap tingkat
osteoporosis dan patah tulang yang lebih tinggi. Pada
menopause lanjut, laju regenerasi tulang tidak
sebanding dengan laju resorpsi tulang, yang
bagaimanapun lebih cepat. Oleh karena itu, wanita
berusia 60 tahun ke atas rentan mengalami patah
tulang. Risiko terkena osteoporosis adalah pada wanita
yang: kurus, merokok, terlalu banyak mengonsumsi
alkohol, menggunakan kortikosteroid, mengonsumsi
kalsium, jarang berolahraga. Sedikit
o) Gejala psikologis: mudah tersinggung, depresi, cemas,
perubahansuasana hati (mood) yang tidak menentu,
sering lupa, susah berkonsenterasi.

4. Pengaruh hormon terhadap kesehatan selama Menopause


Tahapan transisi menopause diklasifikasikan berdasarkan
perubahan perdarahan menstruasi, bersamaan dengan perubahan hormon
perangsang folikel gonadotropin (FSH) hipofisis. Transisi menopause
ditandai dengan variabilitas yang luas pada FSH dan estradiol dalam
darah, sehingga perubahan kadar hormon-hormon ini dalam sirkulasi
bukanlah indikator yang konsisten untuk status menopause selama
perimenopause. Ketika wanita memasuki masa menopause, ovarium
memproduksi lebih sedikit estrogen, dan perubahan paparan estrogen ini
mempunyai efek penting pada sebagian besar jaringan di tubuh.
Meskipun wanita PM telah kehabisan persediaan folikel yang mampu
14
berkembang menjadi sel telur matang, kelenjar pituitari terus
memproduksi FSH, dan produksi ini terus berlanjut sepanjang hidup.
Menariknya, paparan estrogen dan kadar gonadotropin pada masa
menopause dapat meningkat karena kondisi seperti obesitas dan
resistensi insulin, yang keduanya berhubungan dengan ketidakaktifan.
Tinjauan ini akan fokus pada efek paparan estrogen dan progesteron
yang lebih rendah terhadap regulasi cairan.
Estrogen dan progestogen sintetis versus yang diproduksi secara
alami. Terapi hormon (HT) adalah pengobatan utama untuk gejala
vasomotor dan gejala lain yang berhubungan dengan menopause.
Progestogen diberikan kepada wanita dengan rahim utuh untuk
menghindari hiperplasia endometrium yang dapat berkembang menjadi
karsinoma endometrium. Penting untuk membedakan antara efek
fisiologis estrogen sintetik dan progestogen dibandingkan dengan
estradiol dan progesteron yang diproduksi secara endogen. Dalam
konteks pengaturan air, misalnya, progesteron mempunyai afinitas tinggi
terhadap reseptor mineralokortikoid dan bersaing dengan aldosteron
untuk reseptor ini.
Terutama melalui mekanisme inilah progesteron meningkatkan
ekskresi natrium pada pria13– 17 dan dapat mencegah retensi air yang
berhubungan dengan estrogen. 14 Kebanyakan progestin tidak memiliki
efek antimineralokortikoid sehingga berdampak kecil pada sifat retensi
air dan natrium estrogen. Penelitian kami pada wanita muda
menunjukkan perbedaan yang membandingkan regulasi osmotik AVP
serta regulasi natrium dan air selama kontrasepsi oral kombinasi yang
mengandung norethindrone versus fase pertengahan luteal dari siklus
menstruasi. 15 Oleh karena itu, terdapat dugaan bahwa sifat progestin ini
mungkin berkontribusi terhadap penambahan berat badan yang terkait
dengan HT. Progestogen sintetik yang lebih baru, seperti drospirenone
(dikombinasikan dengan etinilestradiol untuk HT), memiliki
farmakodinamik yang mirip dengan progesteron dan mungkin
merupakan antagonis aldosteron yang efektif. 14 Cara pemberian
15
hormon-hormon ini juga dapat mempengaruhi respons fisiologis.
Estrogen diberikan secara oral, sebagai implan subkutan, gel vagina, atau
patch transdermal.
Dampak dari rute persalinan yang berbeda mempunyai efek
fisiologis, metabolik, dan kardiovaskular yang penting pada wanita PM,
16 meskipun dampak dari cara pemberian yang berbeda terhadap
pengaturan air belum diteliti. Untuk tinjauan yang sangat baik mengenai
berbagai cara penyampaian dan dampaknya terhadap sistem fisiologis
ini, lihat Khalil.

C. Senium
1. Definisi senium
Masa senium adalah masa sesudah menopause atau bisa disebut
dengan istilah pasca menopause. Kondisi ini dapat diidentifikasi bila
telah mengalami menopause 12 bulan sampai menuju ke senium dan
umumnya terjadi pada usia 50 tahun. Pada periode pasca menopause,
wanita telah mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak
mengalami gangguan fisik antara usia 65 tahun. Beberapa wanita juga
mengalami berbagai gejala karena perubahan keseimbangan hormon.
Bagian-bagian tubuh dapat mulai menua dengan jelas, tetapi kebanyakan
wanita seharusnya tetap aktif secara fisik, mental, dan seksual sesudah
menopause seperti sebelumnya. (Prawirohardjo2003: 3).
Tidak ada lagi penyakit vegetatif atau psikologis pada senium
karena keseimbangan hormonal yang baru. Penyederhanaan organ tubuh
dan kapasitas fisik pada periode ini, akibat proses penuaan, patut
diperhatikan. Setiap wanita mengalami osteoporosis dengan tingkat yang
berbeda-beda seiring bertambahnya usia. Penurunan osteotrofoblas
berperan dalam hal ini, meskipun penyebabnya masih belum jelas

2. Strategi menjaga kesehatan fisik dan mental diusia lanjut

16
Pusat Kesehatan Masyarakat harus melakukan upaya kepada para
masyarakat yang termasuk ke dalam kategori usia lanjut dengan
melakukan promotif dan penyuluhan mengenai menjaga kondisi badan,
fisik hingga mental health di usia lanjut. Sehingga tidak menimbulkan
penyakit yang muncul akibat kurang memperhatikan kondisi badan.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Isu kesehatan remaja umumnya tidak terkait dengan klimakterium, menopause, atau
senium. Klimakterium dan menopause adalah fase dalam kehidupan perempuan dewasa,
sementara senium merujuk pada usia lanjut. Fokus isu kesehatan remaja lebih pada
aspek-aspek seperti kesehatan mental, perilaku seksual, dan pola makan yang
mempengaruhi masa remaja.

17
DAFTAR PUSAKA

Waluyo srikandi. 2020._Menopause atau mati haid_.PT elex media komputindo. Jakarta

Ulilalbab arya,dkk.2023.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Sada Kurnia Pustaka.Banten

18
19

Anda mungkin juga menyukai