Anda di halaman 1dari 14

MASALAH KESEHATAN WANITA PADA MASA REPRODUKSI ;

KLIMAKTERIUM

Oleh :

1. Ni Luh Putu Lia Kristina (20089014027)


2. Anak Agung Ngurah Putu Putra Negara (20089014034)
3. Kadek Suastini Nadila Furtuna (20089014046)
4. Komang Santi Puspitasari (20089014058)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PRODI S1 KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Allah
SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, kami menyambut baik atas terselesaikannya
makalah dengan judul “Masalah Kesehatan Wanita Pada Masa Reproduksi;
Klimakterium” yang mempunyai sebuah peranan yang penting yang perlu untuk kita
telaah bersama dalam Mata Kuliah Keperwatan Maternitas II.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca sebagai panduan dalam
pembelajaran. Meskipun demikian, masih banyak makalah yang lain disamping ini yang
dapat juga membantu dalam mengetahui teori dalam keperawatan. Kritik dan saran dari
segenap pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini pada
pembuatan yang akan datang.

Singaraja , 14 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
2.1 Gejala Klimakterium ..................................................................................... 5
2.2 Gejala Pasca Klimakterium ........................................................................... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 10
3.2 Saran .............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Klimakterium adalah masa transisi yang berawal dari akhir tahap reproduksi
dan berakhir pada awal senium, terjadi pada wanita usia 35 – 65 tahun. Masa ini
ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif. Keluhan
tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya fungsi ovarium. Gejala
menurunnya fungsi ovarium adalah berhentinya menstruasi pada seorang wanita
yang dikenal sebagai menopause. Menopause merupakan suatu peristiwa
fisiologis yang disebabkan oleh menuanya ovarium yang mengarah pada
penurunan produksi hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan dari
ovarium. Kekurangan hormon ini menimbulkan berbagai gejala somatik,
vasomotor, urogenital, dan psikologis yang mengganggu kualitas hidup wanita
secara keseluruhan (Chuni dkk, 2011).
Pada akhir abad ini Indonesia telah ditemukan sebanyak 8-10% lansia dimana
jumlah wanita lebih banyak di bandingkan dengan jumlah laki-laki. Sekitar
separuh dari semua wanita berhenti menstruasi antara usia 45-50 tahun
seperempat lagi akan terus menstruasi sampai melewati sebelum usia 45 tahun
(kuswita, 2012).
Keluhan-keluhan klimakterik yang dapat timbul pada masa klimakterium
adalah panas pada kulit (hot flushes), keringat pada malam hari, kelelahan, sakit
kepala, vertigo, jantung berdebar-debar, berat badan bertambah, sakit dan nyeri
pada persendian, osteoporosis, kekeringan kulit dan rambut, kulit genitalia dan
uretra menipis dan kering (Hillegas, 2005).
Selain itu juga terdapat gejala psikis yang muncul pada masa klimakterium,
yaitu mudah tersinggung, depresi, gelisah, mudah marah, dan sebagainya (Baziad,
2003). Aktivitas fisik yang cukup dapat mengurangi keluhan-keluhan yang terjadi
pada wanita menopause (WHO, 2007). Yoga dapat menyeimbangkan perubahan
hormonal, mengurangi keluhan fisik dan psikis, memperkuat tulang dan mencegah
kerapuhan tulang, mencegah penyakit jantung, serta meningkatkan daya tahan

1
tubuh (Francina, 2003).
Menurut Nina (2007), secara fisiologis, olahraga dapat meningkatkan kapasitas
aerobik, kekuatan, flexibilitas, dan keseimbangan. Secara psikologis, olahraga
dapat meningkatkan mood, mengurangi risiko pikun, dan mencegah depresi.
Secara sosial, olahraga dapat mengurangi ketergantungan pada orang lain,
mendapat banyak teman dan meningkatkan produktivitas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas adapun beberapa rumusan masalah yang
akan dibahas, yaitu sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana gejala klimakterium ?
1.2.2 Bagaimana gejala pasca klimakterium ?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan rumusan masalah yang ada, kami mendapatkan beberapa tujuan
makalah yang kami buat diantaranya yaitu :
1.3.1 Untuk mengetahui gejala klimakterium.
1.3.2 Untuk mengetahui gejala pasca klimakterium.

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.
1.4.1 Bagi Penulis
Memberi manfaat kepada penulis dalam bentuk peningkatan ilmu
pengetahuan tentang gejala klimakterium dan gejala pasca klimakterium.

1.4.2 Bagi Pembaca


Memberi sumbangan pengetahuan bagi pembaca mengenai gejala
klimakterium dan gejala pasca klimakterium.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gejala Klimakterium


a) Definisi
Klimakterium dalam bahasa Yunani berarti tangga merupakan masa
peralihan antara tahap akhir masa reproduksi dengan tahap awal masa
senium. Klimakterium adalah masa di mana wanita menyesuaikan diri
dengan menurunnya produksi hormon-hormon ovarium yang membuat
seorang wanita tidak dapat bereproduksi. Usia klimakterium juga diartikan
sebagai usia maturitas di mana seseorang menjadi lebih matang dan
bijaksana baik secara intelektual maupun emosional. Setelah seorang
wanita memasuki masa klimakteriun mereka akan memasuki masa
menopause.
Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi
menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi
generatif ataupun endokrinologik dari ovarium. (Baziad, 2003)

b) Etiologi
Sebelum haid berhenti seorang wanita terjadi berbagai perubahan dan
penurunan fungsi pada ovarium seperti sclerosis pembuluh darah,
berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks yang
disebabkan penurunan sekresi estrogen, sehingga terjadi gangguan umpan
balik pada hipofise. (Hanifa,1999)
Menopause juga dapat terjadi lebih dini akibat beberapa penyakit,
antara lain anemia dan tuberkulosis. Selain itu menoupause dapat terjadi
secara buatan sebagai akibat dari pembedahan dan pengangkatan kedua
ovarium atau pengobatan dengan sinar radiasi.

c) Manifestasi klinis
Penurunan fungsi ovarium dapat berlangsung cepat pada sebagian

3
wanita dan lebih lambat pada yang lainnya. Sebagian wanita menghasilkan
estrogen endogen yang cukup sehingga tetap tanpa gejala, sedangkan yang
lain memperlihatkan beragam gejala semasa klimakterium. Adapula tanda
awal gejala dari klimakterium adalah sebagai berikut;
1) Terjadi perubahan pada ovarium seperti sclerosis pembuluh darah,
berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks
kemudian henti haid.
2) Dan ditandai dengan turunnya kadar estrogen dan meningkatnya
pengeluaran gonadotropin.

Gejala-gejalanya dapat dikelompokkan menjadi:


1) Gangguan neurovegetatif (vasomotorik-hipersimpatikotoni) yang
mencakup:
a. Gejolak panas (hotflushes); merupakan arus panas yang menjalar
pada tubuh dari kepala, dada, leher sampai ke area lain selama tiga
menit / lebih, akibat penurunan aktivitas ovarium yang mengurangi
jumlah hormon steroid seks ovarium.
b. Keringat malam yang banyak; akibat dari gejala panas yang
menjalar ke seluruh tubuh.
c. Nyeri senggama (dispareunia); hal ini dikarenakan penurunan
elastisitas karena penipisan lubang vagina dan kekeringan vagina yang
diakibatkan penurunan sekresi lendir dari leher rahim karena
kekurangan hormon estrogen yang berfungsi untuk membantu
perkembangan ovarium, tuba, uterus dan vagina.
d. Sakit kepala
e. Desing dalam telinga
f. Tekanan darah yang goyah
g. Berdebar-debar
h. Susah bernafas
i. Jari-jari atrofi
j. Gangguan usus (meteorismus)

4
2) Gangguan psikis
a. Depresi; Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-
kadang depresi merupakan respon terhadap perubahan sosial dan fisik
yang sering kali dialami dalam fase kehidupan tertentu, akan tetapi
beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam
yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka
dan mungkin sulit dihindarkan.
b. Lekas lelah; akibat dari gejala pada fase premenopause.
c. Kurang bersemangat
d. Mudah tersinggung; . Ini mungkin disebabkan dengan datangnya
menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang
sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat
sensitif terhadap sikap dan perilaku orang- orang di sekitarnya,
terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan sebagai
menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
e. Insomania atau sulit tidur; lazim terjadi pada waktu menopause,
tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat
berkeringat malam hari, wajah memerah dan perubahan yang lain..

d) Fase Klimakterium
Fase ini terdiri dari 3 fase yaitu;
1) Pramenopause terjadi dalam kurun waktu 3-5 tahun sebelum
menopause. Fase pramenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan
dimulainya fase klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang
tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah
darah haid yang relatif banyak dan kadang kadang disertai nyeri haid
(dismenorea). Pada wanita tertentu telah timbul keluhan vasomotorik
dan keluhan sindrom pramenstrual (PMS). Perubahan endokrinologik
yang terjadi adalah berupa fase folikuler yang memendek, kadar
esterogen yang tinggi, kadar FSH juga biasanya tinggi, tetepi juga
dapat ditetepkan kadar FSH yang normal. Fase luteal tetap stabil.

5
Akibat kadar FSH yang tinggi ini dapat terjadi perangsangan ovarium
yang berlebihan (hiperstimulasi) sehingga kadang – kadang dijumpai
kadar estrogen yang sangat tinggi.
2) Perimenopause Perimenopause merupakan fase peralihan antara
pramenopause dan pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus
haid yang tidak teratur. Pada kebanyakan wanita siklus haidnya > 38
hari dan sisanya.
3) Menopause adalah henti haid seorang wanita yang terjadi pada usia 40
– 65 tahun. Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat,
sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi
estrogenpun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir
dengan terjadinya menopause. Menopause tidak terjadi pada wanita
yang menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia perimenopause.
Perdarahan lucut terus terjadi selama wanita masih menggunakan pil
kontrasepsi secara siklik dan wanita tersebut tidak mengalami keluhan
klimakterik. Untuk menentukan diagnosa menopause, penggunaan pil
kontrasepsi harus segera dihentikan dan satu bulan kemudian
dilakukan pemeriksaan FSH dan estradiol. Pada awal menopause
kadar estradiol rendah pada sebagian wanita, apalagi pada wanita
gemuk, kadar estradiol dapat tinggi. Hal ini terjadi akibat proses
aromatisasi androgen menjadi estrogen di dalam jaringan lemak.
Diagnosis menopause merupakan diagnosis retrospektif. Bila seorang
wanita tidak haid selama 12 bulan, dan dijumpai kadar FSH darah >
40 mIU/ml dan kadar estradiol.
4) Pascamenopause adalah masa setelah menopause sampai senilis terjadi
dalam kurun waktu 3-5 tahun setelah menopause. Fase ini terjadi pada
usia di atas 60 – 65 tahun. Biasanya wanita beradaptasi dengan
perubahan fisik dan psikologis.

6
2.2 Gejala Pasca Klimakterium
a) Definisi
Pasca Klimakterium atau pascamenopause adalah fase dimana ovarium tidak
berfungsi sama sekali. Fase ini terjadi pada usia berkisar 51-55 tahun setiap
perempuan berbeda beda ada yang lebih cepat dari rentan usia tersebut bahkan
ada yang terlambat.
Kadar estradiol berada pada kisaran 20-30 pg/ml dan kadar hormone
gonadotropin meningkat. Peningkatan hormone tersebut disebabkan oleh
terhentinya produksi inhibin akibat tidak tersedianya folikel.
Folikel memproduksi inhibin yang cukup dan mampu menekan sekresi FSH,
bukan LH pada usia reproduksi. Kadar estradiol yang rendah dapat
menyebabkan endometrium menjadi atropik dan tidak memungkinkan terjadi
haid lagi.

b) Manifestasi Klinis
Tanda gejala pada pascaklimakterium sama saja dengan praklimakterium
1) Hot Flashes ( rasa panas pada bagian tubuh atas terutama wajah, leher dan
dada )
2) Keringat berlebih
3) Sakit kepala
4) Mudah depresi
5) Jantung berdebar
6) Insomnia
7) Nyeri badan tanpa sebab
8) Berat badan bertambah
9) Obstipasi
10) Gangguan libido

c) Pencegahan Beberapa Dampak Masa Klimakterium

7
Pencegahan beberapa dampak masa klimakterium yaitu (Nurfadillah et al.,
2020)

1) Pencegahan kehamilan :

Banyak wanita 40-50 tahun menjadi gelisah bila haidnya tiba-tiba berhenti
atau menjadi tidak teratur. Hal yang pertama sekali dipikirkan tentu hamil
atau tidak. Tetapi ada juga wanita yang berpendapat, bahwa bila usia sudah
di atas 40 tahun dan haid tidak teratur pasti tidak mungkin hamil lagi.
Perkiraan seperti ini sudah tidak dapat dibenarkan lagi. Haid yang tidak
teratur hanya menunjukkan bahwa pematangan ovum tidak terjadi lagi
secara siklis, tetapi bukan berarti tidak dapat terjadi pembuahan.
Pencegahan kehamilan harus tetap dilakukan. Kehamilan pada usia ini
mempunyai risiko baik bagi ibu yang hamil maupun bagi janinnya. Semua
jenis kontrasepsi alamiah seperti pantang berkala, pencatatan suhu basal
badan, maupun bentuk lainnya sebaiknya tidak dipakai. Cara ini hanya dapat
digunakan pada wanita yang siklus haidnya masih teratur.

2) Penggunaan pil sebagai kontrasepsi

Selain dapat mengatur siklus haid juga sekaligus dapat menghilangkan


keluhan klimakterik. Kerugiannya adalah bahwa dengan siklus haid yang
teratur tidak dapat ditentukan saat wanita tersebut memasuki menopause.
Bila sudah tidak haid lagi dua belas bulan berturut-turut, sudah pasti wanita
itu memasuki usia menopause, sehingga kehamilan sudah tidak mungkin
terjadi.

3) Pencegahan osteoporosis.

Pencegahan osteoporosis pasca menopause bukan hanya bergantung pada


estrogen, karena pengobatan dengan progestogen juga efektif dalam
mencegah kehilangan tulang (bone loss). Penambahan progestogen ke
pengobatan estrogen mungkin penting dalam mencegah osteoporosis tetapi

8
mungkin penting dalam mengobati penderita yang telah mengalami
osteoporosis. Sementara kebanyakan kajian menunjukkan bahwa
pengobatan estrogen menghambat penyerapan kalsium dari tulang, sangat
mungkin dengan memulihkan kadar kalsitonin yang turun setelah
menopause, sekurang-kurangnya 3 kajian telah memperli-hatkan bahwa
kombinasi pengobatan estrogen-progestogen sesungguhnya meningkatkan
massa tulang dengan memajukan pembentukan tulang baru.

4) Pencegahan penyakit jantung koroner

Beberapa kajian terbaru menyarankan bahwa estrogen dapat memberikan


khasiat protektif terhadap penyakit kardiovasku-ler, terutama bilamana
dipakai estrogen alamiah dosis rendah yang cukup untuk memulihkan gejala
menopause. Penurunan 63% pada harapan kematian akibat penyakit jantung
diamati pada 1.000 wanita yang dibati dengan estrogen yang diawasi selama
15 tahun. Pada wanita yang diobati selama 25 tahun yang diawasi selama 25
tahun dan dibandingkan dengan yang tidak pernah memakai estrogen,
ditemukan penurunan bermakna pada:

a) Penyakit arterikoroner,
b) Gagal jantung kongestif,
c) Penyakit kardiovaskuler aterosklerotik,
d) Hipertensi.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Klimaterium merupakan masa peralihan normal seorang wanita dari fase
reproduktif ke fase non reproduktif pada wanita akibat penurunan fungsi tubuh
endokrinologik (kadar estrogen mulai turun dan kadar hormone gonedotropin naik)
dikarenakan faktor usia (degeneratif) yang terdiri dari tiga fase yaitu fase
pramenopause, menopause, dan pascamenopause pada usia rata-rata 40-65 tahun
dan memunculkan keluhan-keluhan yang disebut sindroma klimakterik selama 12-
18 tahun.

3.2 Saran

Kami sadar bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan, baik dari tulisan
maupun bahasa yang kami sajikan. Oleh karena itu kami berharap untuk kritik dan
saran yang membangun agar kami dapat membuat makalah lebih baik lagi dan
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

10
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1992. Asuhan


Keperawatan dan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi. Jakarta :
Departemen Kesehatan

Puspa Swara Scott, James R. 2002. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya
Medika

Baziad, A. 2003. Menopause dan andropause Edisi:1.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Kasdu, D. 2002 Kiat Sehatdan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta: Puspa Swara

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2.


Edisi 6. Jakarta : EGC.

Kasdu. 2004. Kiat sehat & bahagia di usia menopause. Puspaswara. Jakarta: Gramedia.

Nursalam. (2003). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktek keperawatan


profesional. Jakarta : Salemba Medika

Ratih Wulandari (2005). Study deskriptif tingkat kecemasan ibu dalam masa
klimakterium. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nurfadillah, Agusriani, F., & Umaya, M. A. (2020). Klimakterium Dan Menopause.


Akademi Kebidanan Menara Primadani Kabupatensoppeng, 3.

11

Anda mungkin juga menyukai