Anda di halaman 1dari 6

MENUJU HIDUP DAMAI, HARMONIS & RUKUN?

PAHAMI
KONSEP MODERASI BERAGAMA

NARASUMBER :
Ida Panglisir Agung Putra Sukahet
Prof. Dr. Ida Bagus Yudha Triguna, M.S,
Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda
Dr. Drs. I Gusti Ketut Widana, M.Si
I Nyoman Lastra, S.Pd., M.Ag
I Nyoman Ardika

Dalam Kegiatan Dialog Moderasi Beragama


8 Maret s/d 10 Maret 2023

"MODERASI : TIDAK BERLEBIH & TIDAK KEKURANGAN"

Hidup dimulai dari perbedaan, Iya.... Dalam agama hindu kata Rwa Bhineda
sangat akrab dengan kehidupan masyarakat Hindu di Bali yang artinya Rwa Bhineda
(Dua hal yang berbeda/berlawanan). Rwa Bhineda adalah sebuah konsep perbedaan
yang diciptakan Hyang Widhi Wasa untuk menciptakan keharmonisan dan
keseimbangan alam semesta.

Bahkan kita bisa ada dan lahir karena unsur perbedaan dan pertemuan antara
adanya ibu & ayah. Hidup ini, penuh dengan begitu banyaknya perbedaan, baik
perbedaan secara sosial, ekonomi, agama, suku, ras, bangsa & bahasa, adat istiadat,
karakter, dan masih banyak lagi perbedaan yang jelas kita ketahui. Dua hal yang
berbeda akan bertemu dan melahirkan energi (makna).

"JIKA KITA TIDAK PERNAH MAU MENERIMA PERBEDAAN,


HIDUP TIDAK AKAN PERNAH TENANG"
Prof. Dr.Yudha Triguna

Harmonis? Bagaimana hidup merukunkan? Hubungan baik/rukun tidak hanya


secara horizontal namun hubungan vertikal (ISHW) mesti selalu tertuju dan utama
kepada beliau. Melahirkan keharmonisan & kesejahteraan 'Santhi Jagaditha' mesti
secara sekala dan niskala inilah maksud hubungan vertikal & horizontal.

Kerukunan dimulai dari dalam diri sendiri, kesabaran, kebijaksanaan &


keprofesionalan perlu dan mesti dilahirkan. Hiduplah hening dalam diri dengan paham
agama berdasarkan keyakinan yang kita miliki. Jangan ditanya mengapa? Karena
keyakinan agama (Ida Sang Hyang Widhi Wasa). Jalani hidup di tengah-tengah, karena
ketika kita hidup memiliki kepentingan maka kita akan saling berlomba, namun pada
akhirmya menuju rasa ingin menjatuhkan dan hubungan harmonis dengan manusia
satu dengan yang lain tidak akan tentram.

"SESUATU YANG DIJALANKAN JANGAN ADA KEPENTINGAN"


Ida Pengelingsir Agung Putra Sukahet

Perlu dan pasti kita mengalami yang namanya konflik, tapi bagaimana kita
mampu untuk memanajemen konflik dalam hidup yang kita alami. Dalam situasi yang
kita alami disuatu pertemuan atau perbedaan yang ada dan muncul suatu masalah
pertama penting untuk salah satu pihak mengalah (akomodatif) karena kita tidak bisa
menuntut orang lain sama dengan kita begitu juga sebaliknya orang lain tidak bisa
menuntut kita sama dengan dia, kedua kita juga perlu menghindar dalam situasi yang
sedang tidak baik-baik saja dalam hal ini kita bersikap untuk tersenyum menghadapi
masalah yang ada didepan mata secara metedologi ungkap narasumber ketika
dihadapkan suatu konflik ciptakan lengkungan pada bibir (Senyum, Menghindar,
Tinggalkan) rentang dalam memanajemen konflik, ketiga dapat kolaborasi perlu
memilili sikap rendah hati, keempat berkompromi antara dua belah pihak, kelima bisa
dengan berkompetisi artinya salah satu pihak harus mampu menerima kekalahan.
"JIKA ANDA INGIN SEHAT ~ HIDUPLAH SELALU TERSENYUM"

Membahas Moderasi Beragama sesuai dengan topik diawal, dimulai dari diri
sendiri. Sejatinya musuh dan ego yang ada hingga muncul ketidak tentraman dari
perbedaan yang ada itu berawal dari diri maka perlu kematangan diri dan pengendalian
diri, inilah dalam moderasi beragama pentingnya kita memiliki kualitas diri karena
semua itu ditentukan oleh diri kita sendiri. Pikiran murni mesti ditanamkan.

"MILIKILAH KEDAMAIAN DALAM DIRIMU


KENALI DIRI BUKAN HANYA INTELEKTUAL
(DAMAI HATI & PIKIRAN)"
Prof. Dr. Yudha Triguna

Apakah berdamai dengan orang lain untuk menciptakan keharmonisan dan


kerukunan hanya sebatas sampai disitu saja? Nyatanya yang paling penting juga
Berdamai dengan diri, Bagaimana caranya? Berbicaralah kepada diri.

Membangun Damai Dalam Diri :


 Sifat Terbuka
 Rendah hati
 Rukun berdamai dengan diri
 Memaafkan
 Lascarya/Iklas

Masalah dalam hidup pada akhirnya kita akan jatuh dari suatu hal yang kecil
sebagi contoh Batu kerikil kecil yang menjatuhi kita yang tidak kita terlalu lihat, jika batu
besar yang menjatuhi kita jelas kita sudah tahu. Ketika kita dihadapkan suatu masalah
belajarlah untuk jangan begitu terpuruk, sebaliknya juga ketika kita berada diatas
jangan buta akan hidup yang kita jalani. Maka penting untuk mengendalikan diri dan
semua itu kembali kepada karma dan jangan menyamakan perbedaan yang ada.
Tanamkan bahwa kita tidak bisa memuaskan semua orang.

"PIKIRAN DIBERSIHKAN OLEH KEJUJURAN, AKAL DENGAN KEBAJIKAN"


Kita Hidup tidak perlu Aktualisasi Diri. Konsep moderasi yang artinya

tidak berlebih dan tidak kekurangan. Melalui moderasi beragama kesucian ada dalam
diri, disini kita mampu untuk bersikap "Biasa - biasa saja/Berada di Garis Tengah"
Melalui agama dengan keyakinan yang kita miliki merupakan cara hidup yang benar.

Selama kita memiliki ego, kita akan menganggap orang lain tidak bernilai.
Untuk menghapus ego jangan merasa rendah & jangan merasa tinggi. Inilah bahwa
Manusia itu eksklusif dan masih ada pada setiap diri seseorang, maka perlu tatwa
(kebijaksanaan dari dalam). Sikap eksklusif pada manusia biasanya akan saling sibuk
menjelekan orang lain namun kembali kita ingat apa yang kita buat itu yang kita
dapatkan dari hasil perbuatan (Karma). Menurutku Benar adanya untuk berbuat baik
perlu belajar, tapi jika kita berbuat buruk tidak perlu belajar. Hiduplah berada ditengah-
tengah, tidak kekanan dan kiri serta biasa-biasa saja. Agar tidak merasa diri terlalu
tinggi hal yang perlu kita lakukan adalah mencari perbandingan kepada orang lain untuk
mengevaluasi diri.

"BIJAKSANALAH DALAM MENANGGAPI KEHIDUPAN"

"JANGAN MEMBENCI MAKHLUK KITA ~ JANGAN ADA


KEPENTINGAN"
Ida Pandita Mpu Acharya

Namun agar tidak salah arti terkait moderasi diatas, bukan agama yang kita
moderasi tetapi beragamanya yang kita moderasi. Jelas kita tidak tahu hidup ini, maka
belajarlah juga untuk hidup sendiri, tidak ada yang tahu hidup & matinya seseorang.
Selama kita menjalani karma untuk lahir didunia ini mulai sekarang belajarlah untuk
melayani. Tetapi segala yang kita lakukan di dunia ini, sebelum melayani orang lain kita
mesti mampu melayani diri kita sendiri maka Hidup akan harmonis yang tercipta dari
dalam diri terlebih dahulu kemudian akan berefek harmonis secara eksteren.

"KITA BERBEDA, JIKA KITA SAMA BAHAYA,


PERBEDAAN SALING MELENGKAPI"
Ida Pandita Mpu Acharya
Moderasi beragama berarti cara beragama jalan tengah sesuai pengertian
moderasi tadi. Dengan moderasi beragama ini, seseorang tidak ekstrem dan tidak
berlebih-lebihan saat menjalani ajaran agamanya. Serta Orang yang mempraktekkannya
disebut moderat. Orang moderat orang yang mampu memposisikan dirnya di tengah,
berdiri di antara kedua kutub ekstrem itu, la tidak berlebihan dalam beragama, tapi juga
tidak berlebihan menyepelekan agama, Dia tidak ekstrem mengagungkan teks, tanpa
menghiraukan akal/ nalar, juga tidak berlebih mendewakan kontek sehingga
mengabaikan teks.

Pendek kata, moderasi beragama bertujuan untuk menengahi serta


mengajak kedua kutub ekstrem dalam beragama untuk bergerak ke tengah, kembali
pada esensi ajaran agama, yaitu memanusiakan manusia.

"PENDEK KATA, UNTUK MODERAT SESEORANG PERLU TAHU


DAN MAMPU BERAGAMA YANG BAIK DAN BENAR"

Dr. Gusti Widana

"SATYAM SIVAM SUNDARAM"

Satyam (kebenaran), Sivam (kesucian) dan Sundaram (keindahan)

"APAPUN DALAM HIDUP ADALAH KESEPAKATAN"

Nyoman Lastra

Adanya Budaya mesti diperkuat dengan moderasi beragama harus

ditanmakan dan dilestarikan. Budaya yang berbeda juga harus melahirkan


keharmonisan. Dalam agama menebarkan nilai - nilai budaya adalah dari kita yang
menjadi prilaku karena Sesuatu yang kecil mesti di jaga.

Pengaruh dijaman sekarang adanya 3F (Food, Film, Fashion)


perkembangan dari ketiga ini dengan adanya globalisasi tentu tidak bisa kita batasi,
namun bagaimana kita juga tetap melestarikan budaya kita yang asli untuk tetap
menjamin keharmonisan & menjaga etika serta budaya yang mesti diperhatikan.
Dalam hidup jika dihubungkan dengan budaya kita memiliki "Taksu :
Kemurniaan Jiwa" dari kemurnian ini kita belajar jangan mengambil suatu pekerjaan
secara berlebih. Ketika kita sudah sakit karena terlalu banyak berfikir. Taksu turun
karena leluhur kita yang sebelumnya juga (Garis Histori).

"SEMUA MEMILIKI SENI & TAKSUNYA SENDIRI"

TIDAK BISA DISAMAKAN DENGAN ORANG LAIN


Nyoman Ardika

Anda mungkin juga menyukai