MAKALAH
OLEH
2.1. Perubahan biologi reproduksi yang terjadi pada wanita dan pria lanjut usia .....5
2.2. Proses penurunan fungsi fisik serta kemampuan tubuh lansia secara umum serta
contoh-contohnya ..........................................................................................................9
3
1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Memahami hal-hal terkait perubahan biologis dan fisiologis dibidang reproduksi pada
lanjut usia serta memahami dampaknya pada kemampuan fungsional tubuh sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi Lansia
Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tahun
2022
b. Tujuan Khusus
1) Memahami perubahan biologi reproduksi yang terjadi pada wanita dan pria lanjut
usia
2) Memahami proses penurunan fungsi fisik serta kemampuan tubuh lansia secara
umum serta contoh-contohnya.
3) Mengetahui manfaat gerak fisik teratur bagi lansia
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perubahan biologi reproduksi yang terjadi pada wanita dan pria lanjut usia
2.1.1 Wanita
Saxon, Etten, dan Perkins (2015) dalam buku berjudul Physical Change and Aging
Sixth Edition menyebutkan bahwa terdapat periode transisi pada wanita dimana kapasitas
reproduksi berkurang dan akhirnya berhenti. Perubahan sering dimulai pada usia 40-an,
menopause, penghentian siklus menstruasi, selesai pada awal hingga pertengahan 50-an
bagi kebanyakan wanita. Selama periode ini, siklus menstruasi menjadi kurang teratur.
Panjang periode menstruasi cenderung lebih pendek, meskipun periode menstruasi yang
lebih pendek dan lebih lama dapat terjadi selama bulan-bulan pramenopause. Menopause
telah terjadi ketika 1 tahun telah berlalu tanpa menstruasi. Perubahan ini terjadi akibat
penurunan produksi hormon yang berhubungan dengan menstruasi, terutama estrogen
dan progesteron yang diproduksi oleh ovarium. Lebih lanjut, perubahan spesifik terkait
usia dalam sistem reproduksi wanita meliputi:
a. Terjadinya klimakterik yang berpuncak pada menopause, terhentinya aliran
mestruasi
b. Penipisan dan uban pada rambut kemaluan
c. Hilangnya lemak subkutan dan jaringan elastik pada genitalia eksterna, yang sedikit
menyusut
d. Penipisan dinding vagina yang juga menjadi lebih kering, kurang elastis dan sedikit
menyusut. Penurunan aliran darah dan jumlah pelumasan vagina yang dihasilkan
dapat menyebabkan hubungan seksual menjadi tidak nyaman atau bahkan
menyakitkan
e. Penurunan ukuran dan berat ovarium dan rahim seiring bertambahnya usia, yang
terakhir menjadi lebih berserat. Ovulasi secara bertahap berhenti.
f. Menurunkan sekresi esterogen
g. Hilangnya beberapa elastisitas ligamen yang menopang ovarium dan rahim
h. Otot berkurang dan tonus kelenjar. Kulit kurang elastis, mengakibatkan hilangnya
kekencangan dan kendur pada payudara dan jaringan tubuh lainnya.
5
Dalam buku Kesehatan Reproduksi Lansia oleh Siregar dan Yusuf (2022)
disebukan 2 periode yaitu premenopause dan menopause. Premenopause adalah
munculnya tanda-tanda atau gejala awal perubahan dari sistem tubuh ketika siklus
menstruasi mulai tidak teratur. Hal ini dapat terjadi pada awal usia 30 tahun dan berakhir
1 tahun setelah siklus menstruasi berakhir. Rata-rata terjadi pada usia 47-51 tahun.
Premenopause atau periode klimakterium merupakan masa peralihan antara masa
reproduksi atau masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra menopause,
antara usia 40 tahun, ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan
haid yang memanjang dan relatif banyak. Premenopause juga dikenal dengan masa
klimakterium (sebelum berhenti haid) yaitu 4-5 tahun sebelum menopause yang ditandai
dengan timbulnya keluhan-keluhan pada siklus haid yang tidak teratur, dengan
perdarahan haid yang memanjang dan relatif lebih banyak. Masa ini dimulai pada usia 40
tahun. Pada klimakterium terdapat pernurunan produksi hormon esterogen dan kenaikan
hormon gonadotropin, kadar hormon ini akan terus tetap tinggi sampai kira-kira 15 tahun
setelah menopause dan kemudian mulai turun. Pada permulaan klimaterium kesuburan
akan menurun.
Pada fase pre menopause akan muncul tanda-tanda antara lain menstruasi menjadi
tidak lancar dan tidak teratur, kotoran haid yang keluar banyak sekali ataupun sangat
sedikit, muncul gangguan-gangguan vasomotor berupa penyempitan atau pelebaran pada
pembuluh-pembuluh darah, merasa pusing disertai sakit kepala, berkeringat tiada henti,
neuralgia atau gangguan/sakit syaraf. Semua keluhan ini disebut fenomena klimanterium,
akibat dari timbulnya modifikasi atau perubahan fungsi kelenjar-kelenjar. Sedangkan,
gejala-gejala menjelang menopause diantaranya:
a. Gejala fisik yang muncul adalah rasa panas (pada wajah, leher, dan dada yang
berlangsung selama beberapa menit, berkeringat di malam hari), berdebar-debar
(detak jantung meningkat/mengencang), susah tidur, sakit kepada, keinginan buang
air keciil menjadi lebih sering, tidak nyaman ketika buang air kecil, ketidakmampuan
untuk mengendalikan buang air kecil (inkontinensia)
b. Gejala seksual yang muncul pada wanita menopause adalah kekeringan vagina,
mengakibatkan rasa tidak nyaman selama berhubungan seksual, menurunnya libido
6
c. Gejala-gejala gangguan pada pembuluh darah meliputi pelebaran pembuluh darah
tepi, peningkatan frekuensi jantung (berdebar-debar), muka kemerah-merahan dan
terasa panas serta berkeringat pada malam hari, sebagai akibatg adanya pelebaran
pembuluh darah, ada juga yang menjadi gelisah dan sakit kepala
Selain gejala di atas, terdapat pula keluhan fisik yang dialami wanita
premenopause. Keluhan pertama adalah ketidakteraturan siklus haid. Disini, siklus
perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan seperti ini terjadi terutama
diawal menopause. Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang
kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan. Keluhan kedua
adalah kekeringan vagina. Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada
lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Hal ini disebabkan
karena penurunan kadar esterogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal pada vagina.
Lebih parah lagi dapat terjadi rasa sakit saat berhubungan seksual, disebabkan perubahan
pada vagina, maka wanita menopause biasanya rentan terhadap infeksi vagina.
Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresi lender.
Penyebabnya adalah kekurangan esterogen yang menyebabkan liang vagina menjadi
lebih tipis, lebih kering, dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengkerut, keputihan,
rasa sakit pada saat buang air kecil.
Menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami, yang biasa terjadi
saat wanita memasuki usia 45 hingga 55 tahun. Seorang wanita dikatakan sudah
menopause bila tidak mengalami menstruasi lagi, minimal 12 bulan. Tidak hanya berhenti
menstuasi, banyak perubahan lain terjadi dalam tubuh wanita yang menopause, mulai dari
penampilan fisik, kondisi psikologis, hasrat seksual, hingga kesuburan. Wanita yang
sudah menopause tidak dapat hamil lagi.
Perubahan dapat terjadi secara bertahap atau tiba-tiba, dan disebut sebagai gejala
menopause. Masa terjadinya perubahan tersebut dinamakan masa perimenopause yang
dapat berlangsun selama beberapa tahun sebelum menopause, dan umumnya dimulai saat
usia 40 tahun atau bisa juga lebih awal.
Gejala menopause terjadi dalam masa perimenopase, yaitu beberapa bulan atau
beberapa tahun sebelum menstruasi berhenti. Durasi dan tingkat keparahan gejala yang
timbul berbeda-beda pada tiap orang. Gejala atau tanda menopause dapat berupa:
7
a. Perubahan siklus menstruasi: mentruasi menjadi tidak teratur, kadang terlambat atau
lebih awal dari biasanya (oligomenorea). Darah yang keluar saat menstruasi dapat
lebih sedikit dapat lebih sedikit atau justru lebih banyak.
b. Perubahan penampilan fisik: rambut rontok, kulit kering, payudara kendur, berat
badan bertambah.
c. Perubahan psikologis: suasana hati berubah-ubah, sulit tidur, depresi.
d. Perubahan seksual: vagina menjadi kering, penurunan libido atau gairah seksual.
e. Perubahan fisik: merasa panas atau gerah sehingga mudah berkeringat, berkeringat
di malam hari, pusing, jantung berdebar, infeksi berulang pada saluran kemih
Selain mengalami berbagai perubahan di atas, wanita yang telah menopause menajdi
lebih berisiko mengalami penyakit jantung dan osteoporosis.
2.1.2 Pria
Saxon, Etten, dan Perkins (2015) menyebutkan perubahan penuaan pada pria
melibatkan hal-hal berikut:
a. Sperma yang dihasilkan lebih sedikit dan motilitas sperma menurun. Akan
tetapi, sebagian besar pria sehat terus memproduksi sperma yang cukup layak
untuk membuahi sel telur hingga usia yang lebih tua
b. Jumlah dan konsistensi perubahan cairan sperma serta kekuatan ejakulasi
berkurang
c. Penurunan kadar testoteron mungkin terjadi seiring bertambahnya usia, serta
testis menjadi kurang kencang dan lebih kecil
d. Ereksi kurang kencang dan sering membutuhkan stimulasi langsung untuk
mempertahankan kekakuan
e. Peningkatan ukuran kelenjar prostat sering menyertai penuaan. Pembesaran
prostat dapat menekan uretra dan menghambat atau mencegah aliran urin
Dalam buku Kesehatan Reproduksi Lansia oleh Siregar dan Yusuf (2022)
disebutkan istilah andropause pada pria. Kata andropause diambil dari bahasa Yunani,
yaitu andro yang berarti pria dan pause yang memiliki arti berhenti. Jadi secara harfiah
andropause dapat diartikan sebagai berhentinya proses fisiologis pada pria. Andropause
sendiri juga merupakan istilah yang digunakan bagi sekumpulan gejala atau keluhan yang
dialami pria diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda, dan
8
keluhan yang mirip dengan menopause pada wanita. Akan tetapi, beberapa ahli masih
memperdebatkan digunakannya istilah andropause pada pria karena tidak ada prses
fisiologik yang terhenti. Pada kaum pria, hormone testosterone tetap diproduksi mesi
kadarnya semakin menurun. Sejumlah ahli sepakat untuk menggunakan istilah Partial
Androgen Deficiency in Aging Male atau PADAM. Istilah ini dirasa lebiih tepat karena
menjelaskan bahwa pengurangan kadar testosteron hanya terjadi sebagian, bukan
seluruhnya. Akan tetapi, penurunan kadar testosterone pada pria ini terlanjur dikenal
dengan istilah andropause sehingga istilah ini tetap diterima sebagai istilah baku.
Andropause merupakan suatu istilah yang menjelaskan gejala kompleks pada pria menua
yang mempunyai kadar terstosteron rendah karena penurunan bertahap pada sekresinya.
Gejala dan tanda andropause berbeda dengan menopause, andropause memiliki
onset yang tersembunyi, progresinya lambat, dan gambaran klinisnya tidak sejenis
menopause. Gejala dan tanda yang timbul pada pria andopause bersifat kompleks,
meliputi:
a. Aspek vasocomotor: gejolak panas, berkeringat, susah tidur atau insomnia, rasa
gelisan, dan takut
b. Aspek fungsi kognitif dan suasana hati: mudah lelah, menurunnya well-being,
menurunnya motivasi, berkurangnya ketajaman mental atau intuisi, keluhan depresi,
hilangnya rasa percaya diri, dan menurunnya rasa harga diri.
c. Aspek virilitas: menurunnya kekuatan dan berkurangnya tenaga, menurunnya
kekuatan dan massa otot, kehilangan bulu-bulu seksual tubuh, penumpukan lemak
daerah abdominal, serta osteoporosis.
d. Aspek seksual: menurunnya minat terhadap seksual, perubahan tingkah laku dan
aktivitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya kemampuan ereksi,
berkurangnya kemampuan ejakulasi, dan menurunnya volume ejakulasi.
2.2. Proses penurunan fungsi fisik serta kemampuan tubuh lansia secara umum
serta contoh-contohnya
9
Perubahan Fisik
a. Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh
karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutamamterhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas,
sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun (Kholifah, 2016).
b. Sistem Intergumen:
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak.
Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,
timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
c. Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung
(kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai
pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat
mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan
kartilagopada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga
permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang
dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago
pada persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya
kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga
akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan mengakibatkan nyeri,
deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat
bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan
penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi;
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.
d. Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
10
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
e. Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi
kenaikan
ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
f. Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap
menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
g. Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi
oleh ginjal.
h. Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
i. Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
11
Menurut Nugroho (2000) dalam (Kholifah, 2016) Perubahan Fisik pada lansia
adalah :
a. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan
intra seluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah
sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat
otak menurun 10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan
berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf
penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap
dingin rendah, kurang sensitive terhadap sentuhan.
c. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram
(kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya
membedakan warna menurun.
d. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara
atau nada yang tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada
usia diatas umur 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan
otosklerosis.
e. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku karena kemampuan jantung
menurun 1% setiap tahun sesudah kita berumur 20 tahun, sehingga pembuluh
darah kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah. Berkurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, misalnya perubahan posisi
dari tidur ke duduk atau duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan darah meninggi, karena meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer.
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
12
Pengaturan suhu hipotalamus yang dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat (menetapkan suatu suhu tertentu). Kemunduran terjadi karena
beberapa faktor yang mempengaruhi yang sering ditemukan adalah temperatur
tubuh menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi aktifitas otot rendah.
g. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, sehingga kapasitas residu meningkat,
mengakibatkan menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun dan kedalaman nafas menurun pula. Selain itu, kemampuan batuk
menurun (menurunnya aktifitas silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, dan
CO2 arteri tidak berganti.
h. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran
esophagus, rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan
menurun, peristaltik lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi
menurun.
i. Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai
200 mg, frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput
lendir mengering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi
seksual intercrouse berefek pada seks sekunder.
j. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH),
penurunan sekresi hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan
testoteron.
k. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses
keratinisasi dan kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat
penurunan cairan dan vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar
keringat berkurang jumlah dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
l. Sistem Muskuloskeletal
13
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan
tulang, persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami
sclerosis, atropi serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram
dan tremor.
Fungsi fisik adalah kemampuan untuk melakukan fungsi dasar (ADL) dan
aktivitas instrumental kehidupan sehari-hari (IADL), dan kemampuan lansia untuk
tinggal di masyarakat. Lansia yang mengalami penurunan fungsi fisik, akan menghadapi
kesulitan yang semakin meningkat dalam terlibat dalam aktivitas instrumental kehidupan
sehari-hari (IADL), dan akan mengatasi kesulitan ini dengan menghindari atau membatasi
kegiatan tersebut. Karena penurunan fungsi fisik dapat terjadi secara bertahap, perubahan
fungsi fisik yang menyertainya mungkin tidak kentara dan tidak mudah terlihat oleh
tenaga kesehatan, keluarga- atau bahkan kepada individu – sampai lansia tersebut tidak
dapat melakukan aktivitas sama sekali (Garber et al., 2010).
Kemampuan untuk melakukan tugas motorik (aktivitas fisik), seperti yang
dilakukan sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, melibatkan integrasi kompleks dari
beberapa sistem fisiologis seperti neuromotor, muskuloskeletal, dan sistem
kardiorespirasi. Fungsi dari satu atau lebih sistem ini dapat berubah dengan adanya
penyakit atau cedera, dan ini dapat dimanifestasikan secara klinis oleh: perubahan fungsi
kognitif dan motorik, kebugaran fisik, aktivitas fisik kebiasaan, dan fungsi fisik (Garber
et al., 2010).
Penuaan terkait dengan penurunan sebagian besar sistem fisiologis yang
menyebabkan kemampuan fisik yang terbatas. Sistem kardiovaskular terjadi penurunan
dramatis dalam kinerja aerobik maksimal yang disebabkan oleh penurunan curah jantung
(yaitu pengiriman darah beroksigen ke otot) dan penyerapan oksigen di otot. Kekuatan
maksimal juga berkurang seiring bertambahnya usia, karena adanya hilangnya massa
otot (juga disebut sarcopenia) dan berkurangnya kontrol saraf (Manini and Pahor, 2009).
14
adaptasi sistem fisiologis, terutama dalam sistem neuromuskular untuk
mengkoordinasikan gerakan, sistem kardiopulmoner untuk lebih efektif mendistribusikan
oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, dan proses metabolisme terutama yang mengatur
metabolisme glukosa dan asam lemak, yang secara kolektif meningkatkan kekuatan
aerobik dan kemampuan fisik secara keseluruhan. Dengan demikian, lintasan menuju
kelemahan secara langsung dimodifikasi melalui kebiasaan aktivitas fisik (McPhee et al.,
2016).
Fungsi fisiologis dipertahankan sampai usia paruh baya dan sesudahnya secara
progresif akan memburuk. Garis putus-putus horizontal atas mewakili titik teoretis di
mana kemerosotan bermanifestasi sebagai defisit fungsional dan di atas garis ini tujuan
umum aktivitas fisik adalah untuk menjaga kesehatan. Semakin rendah garis putus-putus
horizontal menunjukkan ambang batas teoretis di luar di mana seseorang menderita cacat
dan kelemahan, sehingga tujuan aktivitas fisik adalah untuk memulihkan defisit dan
meningkatkan mobilitas. Garis lengkung a mewakili penuaan yang dipercepat, b penuaan
normal dan c penuaan yang sehat. Intervensi latihan harus sesuai dengan kemampuan
fisik, bukan usia kronologis agar didapatkan hasil yang efektif (McPhee et al., 2016).
15
Ketidakaktifan adalah penyebab utama buruknya kebugaran fisiologis dan
penyakit pada lansia, setidaknya sama dengan efek merokok, minum asupan alkohol yang
berlebihan dan obesitas. Orang yang tidak aktif berusia 50 tahun dan lebih tua memiliki
risiko kematian dua kali lipat dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat
aktivitas fisik tertinggi setelah disesuaikan untuk berbagai faktor risiko (termasuk usia,
dan sosial ekonomi). Orang dengan tingkat aktivitas dan kebugaran fisiologis yang lebih
tinggi memiliki risiko kematian yang lebih rendah. Aktivitas fisik mengurangi risiko
pengembangan kardiovaskular dan penyakit metabolik melalui kontrol darah yang lebih
baik (McPhee et al., 2016)
Gambar Fungsi fisik dilihat dengan bertambahnya usia dan onset penyakit.
Sumber Manini and Pahor (2009).
Aktivitas fisik diperkirakan berdampak pada fungsi fisik pada: banyak tahap
sepanjang hidup untuk mengubah lintasan penurunan. Garis putus-putus mewakili
lintasan baru dengan memulai dan mempertahankan program aktivitas fisik. Selain itu,
memulai program aktivitas fisik pada usia dini mungkin terkait dengan kapasitas
cadangan yang lebih besar dan penurunan yang terjadi di kemudian hari
16
Nilai batas menunjukkan tingkat fungsi fisik dan status kesehatan
Sumber: McPhee et al. (2016)
17
melalui kontrol darah yang lebih baik tekanan darah, kolesterol, dan lingkar pinggang
dalam dosis tergantung cara: lebih banyak aktivitas mengarah pada risiko penyakit
kardiovaskular dan metabolisme yang lebih rendah. Manfaat metabolisme dari
peningkatan oksidasi asam lemak di otot rangka, daripada dan menurunkan tekanan darah
membantu mengurangi risiko terkena diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit kardiovaskular
(McPhee et al., 2016).
Dalam sistem saraf, olahraga teratur membantu menjaga fungsi kognitif dan
jumlah peripheral neuron motorik yang mengontrol otot kaki dan secara keseluruhan
meningkatkan keseimbangan dan koordinasi untuk mengurangi risiko jatuh. Lansia yang
berolahraga secara teratur (terutama aktivitas menahan beban yang lebih tinggi) lebih
kecil kemungkinannya untuk menderita patah tulang karena tulang lebih kuat dan
memiliki kepadatan mineral tulang yang lebih tinggi (McPhee et al., 2016).
18
yang lemah. Massa dan kekuatan otot rendah dikaitkan dengan gangguan mobilitas dalam
usia yang lebih tua
Menentukan olahraga untuk lansia tidak dapat disamakan dengan olahraga untuk
muda-mudi. Sebagian besar orang yang sudah menginjak usia 65 tahun ke atas memang
dianjurkan mengurangi aktivitas berat, tetapi bukan berhenti begitu saja. Pasalnya,
beraktivitas di masa senja memberikan sejumlah manfaat, seperti keseimbangan tubuh
yang lebih stabil, mencegah penyakit, hingga menjaga ketajaman mental (Promkes,
2018).
Olahraga atau aktivitas fisik untuk lansia perlu disesuaikan dengan kemampuan
dan kondisi manula yang bersangkutan. Anda dapat memulainya dengan sesi konsultasi
untuk memperoleh rekomendasi tipe aktivitas yang cocok dan batasan yang masih aman
untuk tubuh mereka. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia atau WHO, kriteria aktivitas
fisik yang memenuhi kebutuhan para lansia di antaranya sebagai berikut.
19
membebani tubuh. Mulai secara perlahan dari hal-hal paling dasar, lalu tingkatkan kalau
dirasa mampu menguasainya. Cari juga teman sesama manula untuk meningkatkan
motivasi, sehingga tujuan olahraga untuk lansia dapat tercapai tanpa mengalami
hambatan (Promkes, 2018)
Selain aktivitas fisik dapat pula dilakukan latihan fisik yaitu kegiatan yang dilakukan
untuk meningkatkan atau memelihara kebugaran tubuh, misalnya senam ringan, berjalan
kaki, berenang, dan sebagainya. Untuk latihan fisik pada lansia:
1) Latihan fisik dapat dilakukan 3-5 kali dalam satu minggu dengan selang satu hari
istirahat, lamanya minimal 20 menit per kali latihan.
2) Latihan fisik yang teratur dilakukan secara bertahap. Jangan dipaksakan apabila
dirasakan tidak kuat. Mulai secara perlahan dari hal-hal paling dasar, lalu tingkatkan
apabila dirasa mampu menguasainya.
3) Dapat dilakukan bersama sesama lansia untuk meningkatkan motivasi.
4) Usahakan selalu dampingi lansia saat melakukan latihan fisik.
Di samping latihan fisik yang membutuhkan bantuan caregiver, dapat pula dilakukan
latihan secara mandiri oleh lansia, diantaranya Latihan pernafasan dan latihan pergerakan
sendi.(Kementerian Kesehatan RI, 2019)
20
4) Ambil nafas melalui hidung semampu dan semaksimal mungkin, kemudian
hembuskan perlahan melalui mulut dalam hitungan 10,
5) Ulangi hingga 4 – 5 kali dan lebih jika dirasa kurang.
Contoh latihan fisik yang dapat dilakukan secara mandiri oleh lansia dengan
ketergantungan sedang (B) dan ketergantungan berat (C).(Kementerian Kesehatan RI,
2019)
Gambar 1
Kedua tangan diletakkan di pinggang, dekatkan kepala ke bahu kanan. Tahan selama 8
hitungan dalam 10 detik. Lakukan ke arah sebaliknya.
Gambar 2
Tangan kanan memegang bahu kiri, dan siku kanan diangkat dengan tangan kiri dan
didorong ke arah belakang, sehingga otot lengan kanan belakang terasa teregang. Tahan
selama 8 hitungan dalam 10 detik. Lakukan pada lengan kiri.
Gambar 3
Lengan kanan ditekuk ke atas, tangan kanan memegang punggung di belakang kepala.
Tangan kiri memegang siku kanan, ditarik ke arah kiri sehingga otot sayap lengan kanan
terasa teregang. Tahan selama 8 hitungan dalam 10 detik. Lakukan pada lengan kiri.
21
Gambar 4
Kedua tangan dirapatkan di depan dada, dorong ke arah depan sampai lurus dan otot-otot
lengan samping terasa teregang. Tahan selama 8 hitungan dalam 10 detik.
Gambar 5
Kedua tangan dirapatkan di atas kepala, dorong ke atas sampai lurus dan otot lengan
samping terasa teregang. Tahan selama 8 hitungan dalam 10 menit.
Gambar 6 (Apabila kondisi lansia memungkinkan)
Kedua lengan dilipat diletakkan di dinding, tempelkan dahi pada kedua telapak tangan,
ujung jari kaki kanan menempel di dinding, tungkai kanan ditekuk, tungkai kiri lurus ke
belakang, sehingga otot-otot belakang tungkai kiri teregang. Tahan selama 8 hitungan
dalam 10 detik. Lakukan pada kaki sebaliknya.
22
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
a. Terdapat periode atau masa perubahan reproduksi pada wanita lanjut usia yaitu
premenopause dan menopause
b. Terdapat istilah andropause pada perubahan reproduksi pada pria lanjut usia
c. Aktivitas fisik secara teratur adalah aman untuk orang tua yang sehat dan lemah
serta risikonya menurunkan penyakit kardiovaskular, gangguan metabolism,
obesitas, jatuh, gangguan kognitif, osteoporosis dan kelemahan otot
23
DAFTAR PUSTAKA
24