Anda di halaman 1dari 10

SISTEM REPRODUKSI WANITA SAAT AKTIVITAS FISIK

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Olahraga Kesehatan Wanita

yang dibina oleh Ibu Dra. Desiana Merawati, M.S

Oleh

Dita Angelia Damayanti 190621642405

Febry Saputra 190621642408

Rosyida Oktaviani 190621642483

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN

NOVEBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,


karunia, dan hidayah-Nya Tak lupa shalawat serta salam kita curahkan kepada
Nabi besar Muhammad Saw beserta Keluarga dan Para Sahabatnya. Tak lupa
kami ucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Dra. Desiana Merawati, M.S yang
telah memberi ilmu dan kepercayaan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sistem Reproduksi Wanita Saat Aktivitas Fisik”.
Meskipun makalah ini masih banyak kekurangan. Kami berharap supaya makalah
ini memberi banyak manfaat bagi para pembaca.

Akhir kata semoga makalah ini dapat dipahami oleh pembaca dan
bermanfaat untuk menambah pengetahuan. Sebelumnya kami sebagai penyusun
berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini, sehingga kami dapat meperbaiki makalah menjadi lebih baik lagi.

Malang, 14 November
2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………..................................................................1
B. Rumusan Masalah…………….........................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kebugaran Reproduksi Dan Aktivitas Fisik .....................................3


B. Menarche Dan Aktivitas Fisik...........................................................4
C. Aktivitas Fisik Dan Menstruasi.........................................................4
D. Kehamilan Dan Aktivitas Fisik.........................................................5
E. Respon Biologis Monopause Terhadap Aktivitas Fisik....................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………........................................................6
B. Saran…………………………..........................................................6

DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................7

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal
(fisiologi). Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual
dan meskipun siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut
masih dapat bertahan hidup, sebagai contoh manusia yang dilakukan
tubektomi pada organ reproduksinya atau mencapai menopause tidak akan
mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia
tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa kelamin, dan hal ini diatur oleh
kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan dalam tubuh manusia.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang
bertanggung jawab terhadap kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan
makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses
reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak
dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut
terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang
merupakan sarana untuk melanjutkan generasi.
Suhu tubuh didefinisikan sebagai salah satu tanda vital yang
menggambarkan status kesehatan seseorang. Energi panas dihasilkan di dalam
tubuh kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah,
namun suhu bagian-bagian tubuh tidak merata.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pokok pembahasan dalam makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksut sisitem reproduksi wanita?
2. Mengapa aktivitas fisik mempengaruhi sistem reproduksi ?
3. Bagaimana kerja sistem reproduksi daat aktivitas fisik ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebugaran Reproduksi Dan Aktivitas Fisik


Upaya untuk mendapatkan kondisi fisik yang prima salah satunya
dapat dilakukan dengan pelatihan olahraga secara kontinu dan teratur.
Olahraga merupakan perilaku aktif yang dapat meningkatkan metabolisme dan
mempengaruhi fungsi kelenjar di dalam tubuh untuk memproduksi sistem
kekebalan tubuh dalam upaya mempertahankan tubuh dari gangguan penyakit
dan stres. Satiadarma (2001) mengatakan bahwa olahraga merupakan aktivitas
yang sangat penting untuk mempertahankan kebugaran.
Berolahraga secara teratur membuat seseorang akan menjadi lebih
bersemangat dan terlihat muda, tidak hanya itu olahraga juga dapat
menghilangkan ketegangan, stress, dan ketakutan yang berlebihan yang
mungkin. Olahraga juga membuat sirkulasi darah menjadi lebih lancar
termasuk aliran darah yang menuju titik-titik peka yang mampu meningkatkan
seksualitas yang lebih baik. Hanya dari fisik yang sehat muncul seks yang
sehat, dan fisik yang sehat sangat bergantung pada kesehatan fisik, mental,
dan sosial (Boyke, 1996).
Kesehatan fisik dan psikis merupakan modal utama untuk dapat
melakukan aktivitas seksual dengan optimal, dengan demikian kesehatan fisik
dan psikis harus dijaga dengan baik melalui latihan olahraga. Boyke (1996)
mengatakan bahwa seseorang tidak dapat melakukan aktivitas seksual apabila
keadaan tubuh dan pikiran orang tersebut terganggu. Jadi kehidupan seksual
yang sehat biasanya terdapat pada pasangan yang sehat pula baik secara fisik
maupun psikis. Jika salah satu merasa tidak bugar, loyo, dan staminanya
menurun bahkan merasa sakit, aktivitas seksual tidak akan optimal, demikian
pula dengan keadaan psikhisnya, apabila ada masalah dan banyak pikiran
aktivitas seksualnya tidak akan berjalan dengan baik.

B. Menarche Dan Aktivitas Fisik


Kekhususan sistem reproduksi wanita terjadi pada masa pubertas yang
di tandai dengan timbulnya menarche. Menarche (datang bulan untuk pertama

User3
kalinya), sekitar usia 9-14 tahun, biasanya menyebabkan perlambatan
pertumbuhan tinggi tapi meningkatkan pertumbuhan melebar. Setelah
memarche, perempuan akan ber tambah tinggi sekitar dua inchi. Terdapat
penelitian yang menyimpulkan bahwa rata-rata pada 18 bulan setelah
menarche terjadi percepatan pertumbuhannya sampai mencapai puncak.

C. Aktivitas Fisik Dan Menstruasi


Menstruasi adalah proses pengeluaran darah dan cairan melalui
kelamin wanita (vagina) yang mengandung sel-sel mati dari lapisan selaput
lendir (lapisan endometrium) rahim (Depdikbud, 1997: 20). Haid dimulai pada
pubertas sekitar 11-12 tahun sampai menopause pada sekitar 45-50 tahun John
Gibson, 2003: 341). Masa haid paling singkat (sedikit) adalah sehari semalam
(24 jam) dan paling lama 15 hari. Walaupun demikian, pada umumnya wanita
mengeluarkan darah haid selama 6 atau 7 hari. Interval siklus berkisar 21
sampai 35 hari dengan rata-rata siklus 28 hari. Menurut Derek Liewellyn-
Jones (2002:13) haid adalah pengeluaran darah secara periodik, cairan
jaringan dan debris sel-sel endometrium dari uterus dalam jumlah bervariasi.
Pada sebagian orang, menstruasi dapat menimbulkan masalah-masalah
seperti kram/nyeri perut, mual, pusing/sakit kepala, nyeri pinggang, pegal-
pegal pada tungkai, emosional dan timbul jerawat. Bila hal tersebut terjadi,
maka olahraga (aktivitas fisik) akan menganggu. Maka dianjurkan untuk
mengurangi atau mengganti dengan olahraga yang ringan, seperti jogging,
jalan, dan tidak di anjurkan untuk pasif sama sekali bila kondisi tidak
memaksa. Bagi wanita normal atau jika gangguan-gangguan tersebut tidak
muncul, maka tidak ada anjuran unnik mengurangi bahkan menghentikan
olahraga selama masa menstruasi.
Menurut data-data yang terkumpul bahwa pemecahan rekor olahraga
terjadi di semua fase dari siklus termasuk menstruasi. Oleh karena itu banyak
pelatih yang tidak mengubah jadwal latihan maupun perlombaan. Jadi rupanya
menstruasi tidak berpengaruh terhadap prestasi terutama dalam lari. Yang
perlu diperhatikan adalah kekurangan besi pada mentruasi. Apabila
kekuarangan persediaan besi, sebaiknya pada wanita tes hemoglobin (Hb)
dikerjakan apabila ada penurunan prestasi maupun ada gejala-gejala kurang
darah.

D. Kehamilan Dan Aktivitas Fisik


Kehamilan merupakan pengalaman yang unik disamping menstruasi
dan monopause. Keunikan tersebut ada yang sangat dinikmati namun ada juga
yang dianggap sebagai beban dengan berbagai alasan. Secara fisik, wanita
hamil akan mengalami kesulitan fisik seiring dengan bertambahnya usia
kandungan. Kehamilan akan meningkatkan berat badan. Pada akhir trimester
pertama sebaiknya penambahan berat badan berkisar antara 1-2 kg, sementara
berat janin sekitar 1 ons. Selanjutnya berat badan bertambah 0.5 kg per
minggu. Akan tetapi banyak pula yang justru mengalami penurunan berat
badan pada trimester pertama ini (Wells 1985: 173).
Kemampuan ambilan O2 wanita hamil tidak mengalami perubahan.
Namun setiap beban latihan akan menaikkan ventilasi per menit, juga
menurunkan kadar O2 antara arteri dan vena. Kehamilan meningkatkan
frekuensi detak jantung per menit saat istirahat, sementara olahraga yang
benar justru menurunkan, Meskipun demikian, dosts dan intensitas latihan
sebaiknya diturunkan seiring bertambahnya usia kehamilan, Olahraga ringan
menyebabkan glucagons, norepinefrin dan epinefrin. Dengan recovery 30
menit, tidak ada perubahan kadar glukosa dan cortisol. Meskipun belum ada
kontraindikasi namun wanita hamil harus lebih berhati-hati dalam
berolahraga: Jika terjadi ketidaknyamanın, flek atau pendarahan, nyeri,
kelelahan atau tidak ada gerakan janin, maka aktivitas sebaiknya dihentikan.

E. Respon Biologis Monopause Terhadap Aktivitas Fisik


Menopause adalah berhentinya menstruasi. Klimakterik
(perimenopause) merupakan perubahan bertahap dari masa reproduktif ke
masa nonreproduktif, suatu proses yang memakan waktu beberapa tahun
untuk berhenti sama sekali. Menstruasi biasanya menjadi irreguler dan
berhenti antara 45-55 tahim. Dengan kemajuan zaman, usia menopouse
meningkat menjadi 52 tahun (Wells, 1985; Ganong, 2001).
Kejadian utama pada wanita menopause yaitu produks i estrogen yang
rendah bersama dengan peningkatan gonadotropin serum, FSH , dan LH .
Menstruasi yang tidak teratur disebabkan oleh maturasi folikel ovarium yang
tidak teratur pula, tanpa atau disenai ovulasi. Perdarahan vaginal masih terjadi
setelah peningkatan dan penurunan estrogen, Masa transisi kemunduran fungsi
menstruasi ini disebut perimenopouse.
Rasa panas memancar dari badan ke wajah (hotflashes) wanita
menopause yang berolahraga, meskipun mengalami gejala tersebut, namun
tidak seberat wanita yang tidak berolahraga. Apabila hot plash disebabkan
oleh defisiensi estrogen, pengurangan gejala dapat disebabkan oleh kadar
estrogen dan progesteron darah meningkat setelah berolahraga. Dimungkinkan
, olahraga teratur dapat mengurangi derajat defisiensi estrogen
perimenopausal, setidaknya mengaktifkan produksi estrogen yang bukan
berasal dari ovarium. Apabila hot plash disebabkan oleh peningkatan LH yang
pulsatil, latihan teratur akan mengurangi hot plash dengan menurunnya
konsentrasi LH.
Sebuah hasil penelitian menemukan bahwa berolahraga dapat
memperlambat onset menopause menjadi premenopause, dan
postmenoupause menjadi mirip premenopause. Dua kelompok wanita pre dan
postmenopouse, 65 % postmenopause sudah mengalami flushing ringan.
Diberi perlakuan 6 minggu latihan, 4 kali per minggu, dengan intensitas
latihan 70 % denyut nadi maksimal. Volume oksigen maksimal (VO2maks)
kedua kelompok meningkat bermakna dan lemak tubuh menurun. Estradiol
(E2) meningkat pada kedua kelompok, dan profil estroneestradiol pada wanita
postmenopausal mirrip premenopausal. Beratnya flushing menurun pada 36 %
wanita postmenopause dan 29 % tidak berubah. Peneliti menyimpulkan bahwa
pengkondisian fisik dapat memperlambat onsetmenopause melalui mekanisme
yang meningkatkan konsentrasi estradiol serum (Guyton, 2000; Ganong,
2001).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keterkaitan antara kegiatan berolahraga dengan keberadaan
manusia. Berdasarkan uraian bab sebelumnya, kami dapat mengemukakan
simpulan yaitu anatomi fisiologi sistem reproduksi perempuan merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang susunan suatu rangkaian dan
interaksi organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk
berkembang biak.
A. Saran
Penyusun mengetahui bahwa makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat kami
harapkan. Agar makalah ini bisa lebih baik lagi dan bisa menjadi
pembelajaran untuk kami dikemudian hari.

6
Daftar Rujukan

Anindita, P., Darwin, E., & Afriwardi, A. 2016. Hubungan Aktivitas Fisik Harian
dengan Gangguan Menstruasi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(3).

Emilia, O., & Prabandari, Y. S. 2019. Promosi kesehatan dalam lingkup kesehatan


reproduksi. UGM PRESS

Nalurita, E. 2015. Hubungan Faktor Reproduksi, Asupan Zat Gizi dan Aktivitas
Fisik dengan Komposisi Tubuh Wanita Pekerja Berdasarkan Status
Menopause.

Qomariyati, AU 2013. Hubungan Kecemasan dan Aktivitas Fisik dengan


Kehidupan Seksual pada Wanita Menopause di Kelurahan Sajen Wilayah
Kerja Puskesmas Trucuk I Kabupaten Klaten. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro , 2 (1), 18831.

Anda mungkin juga menyukai