Anda di halaman 1dari 56

Daftar isi

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... 1

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 2


B. Tujuan ..................................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Community as Partner ............................................................................... 6


B. Konsep Remaja ....................................................................................................... 10
C. Masalah yang dialami remaja ................................................................................. 13

BAB III Pelaksanaan Askep kelompok khusus di Desa Salakbrojo

A. Karakteristik wilayah .............................................................................................. 24


B. Peta wilayah ............................................................................................................ 26
C. Hasil pengkajian...................................................................................................... 27
D. Analisa data ............................................................................................................. 34
E. Diagnosis keperawatan ........................................................................................... 35
F. Prioritas diagnosis ................................................................................................... 35
G. Intervensi................................................................................................................. 37
H. Implementasi .......................................................................................................... 41
I. Evaluasi ................................................................................................................... 45

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................... 49

BAB V KESIMPULAN ...................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 56

LAMPIRAN

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan mahkluk hidup yang memiliki tahap perkembangan, dimana setiap fase
perkembangan merupakan alur kehidupan yang harus dilalui oleh setiap individu, selain itu
banyak faktor yang mempengaruhi proses kehidupan tersebut salah satunya, pada masa
remaja didalam fase ini merupakan tahapan peralihan atau transisi dari periode anak-anak
menuju ke tahapan dewasa sehingga setiap individu harus benar-benar mempersiapkan diri
baik secara fisiologis maupun psikologis karena banyak perubahan yang dialami seperti
kepribadian, sikap, hingga perubahan fisik. Adapun remaja menurut WHO dalam Sarwono,
2011 terbagi menjadi 3 kriteria meliputi : biologis, psikologis, dan sosial ekonomi dimana
remaja adalah situasi individu berkembang dan diikuiti dengan adanya tanda-tanda seks
sekunder serta menuju sampai kematangan seksual, selain itu terjadinya peralihan dari
ketergantungan dalam bidang sosial ekonomi sehingga cenderung relatif lebih mandiri. Selain
itu remaja dapat didefinisikan melalui beberapa sudut pandang yaitu remaja merupakan
individu yang berusia 11-12 tahun sampai 20-21 tahun. Remaja merupakan masa yang
penting dalam perjalanan kehidupan manusia dimana dalam masa ini merupakan jembatan
antara masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab
(Kusmiran, 2011).

Proses seorang individu dalam menjalani masa remaja tidak terlepas dari berbagai masalah
salah satunya yaitu masalah kesehatan, kesehatan adalah aspek yang diharapkan bagi setiap
orang baik kesehatan jasmani maupun rohani, dalam upayanya untuk mencapai hidup
produktif secara sosial dan ekonomi, konsep kesehatan sendiri tidak memandang segi usia,
jenis kelamin, maka dari itu kesehatan perempuan perlu mendapatkan perhatian khusus
dimana telah menjadi topik yang tidak ada habisnya untuk dibahas. Tingkat kesehatan
perempuan mencerminkan pelayanan kesehatan disuatu negara, dimana terdapat masalah
kesehatan yang sering dialami oleh perempuan salah satunya yaitu haid, haid atau menstruasi
merupakan pengeluaran darah dan sel sel tubuh dari vagina yang berasaldari dinding rahim
perempuan secara periodik. Defenisi lain bisa juga diartikan sebagai siklus alami yang terjadi
secara regular untuk mempersiapkan tubuh perempuan setiap bulannya. Rata-rata masa haid

2
perempuan 3-8 hari dengan siklus rata-rata 28 hari pada setiap bulannya, serta batas
maksimal masa haid adalah 15 hari, selama darah yang keluar belum melewati batas tersebut,
maka darah yang keluar adalah darah haid.

Menstruasi diawali pada usia remaja 9-12 tahun, ada sebagian perempuan yang mengalami
haid lebih lambat dari itu (13-15 tahun), kondisi remaja yang sudah mengalami haid secara
emosional tidak stabil, sebagian dapat juga menimbulkan gejala-gejala seperti pegal pada
bagianpaha, sakit pada daerah payudara, lelah, mudah tersinggung, kehilangan
keseimbangan, ceroboh dan gangguan tidur, bahkan pada sebagian perempuan ada yang
mengalami rasa sakit saat haid yang disebut dengan dismenore. Dismenore adalah kondisi
medis yang terjadi sewaktu haid atau menstruasi yang dapat mengganggu aktifitas dan
memerlukan pengobatan, dismenore ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut atau
pinggul, nyeri haid yang bersifat kram dan berpusat pada perut bagian bawah.

Angka kejadian dismenore didunia sangat besar, dimana rata-rata lebih dari 50% perempuan
setiap negara mengalami dismenore, sementara di Amerika serikat angka presentasi mencapai
76%, sedangkan di Swedia angka terjadinya dismenore sekitar 72 %, untuk di Indonesia
diprediksi presentasinya kejadian dismenore 55% dimana perempuan pada masa produktif
mengalami dismenore. oleh karena itu dismenore dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari
seperti ketidakhadiran saat berkerja ataupun bersekolah sebanyak 13-51 % perempuan telah
absen sekali dan 5-14% telah absen berulang kali (Anurogo, 2008 dalam Yuniarti dkk, 2012).
Penelitian di Amerika menyatakan hasil bahwa 10-30% dismenore dialami oleh perempuan
pada usia produktif serta 10-15% diantaranya kehilangan kesempatan kerja, menggangu
kegiatan belajar disekolah dan kehidupan keluarga (Paramita, 2010 dalam Purba dkk, 2014).

Tingginya angka perempuan yang mengalami dismenore, maka perlu diberikan tindakan
pengobatan secara komprehensif dengan tujuan untuk meredakan nyeri dimana ada sebagian
perempuan hanya dengan tidur rasa nyeri hilang akan tetapi cara tersebut dikatakan kurang
efektif karena membutuhkan waktu yang lebih lama, sementara ada beberapa orang yang
menggunakan obat golongan analgesik pereda nyeri seperti paracetamol, aspirin, ibu profen,
padahal dampak mengomsumsi obat-obatan golongan analgesik sendiri mempengaruhi
gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare, dispepsia dan timbul gejala iritasi
lain terhadap mukosa lambung serta eritema kulit dan nyeri pada kepala (Rustam, 2013).
Selain diberikan tindakan secara farmakologi, dapat juga dilakukan tindakan non

3
farmakologis seperti kompres hangat, berolahraga, terapi mozart dan relaksasi (Marlinda dkk,
2013) dengan latihan berolahraga diharapkan mampu meningkatkan produksi endhopin
(pereda rasa sakit alami dari tubuh), dapat meningkatkan kadar serotonin selain itu
pencegahan melalui berolahraga lebih aman dengan melakukan senam dismenore latihan
olahraga ringan sangat dianjurkan untuk mengurangi nyeri dimana saat melakukan olahraga
atau senam otak dan susunan saraf tulang belakang akan menghasilkan endorphin, hormon
yang berfungsi sebagai penenang alami dan menimbulkan rasa nyaman (Harry, 2005 dalam
Marlinda dkk, 2013). Hal tersebut sesuai hasil penelitian Marlinda (2013) menyatakan hasil
ada pengaruh senam dismenore terhadap penurunan dismenore dilihat dari nilai Z hitung -2,
183 dan p-value sebesar 0,041 < ᾳ (0,05). Sementara penelitian lain yang dilakukan oleh
Martchelina (2011) dengan hasil terjadi penurunan rata-rata tingkat nyeri sebesar 5,6 % pada
pengukuran pertama, sedangkan pada pengukuran kedua mengalami penurunan sebesar 3,2
%. Berdasarkan pemaparan diatas mahasiswa tertarik untuk melakukan “ Asuhan
Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus Remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 desa Salak
Brojo Pekalongan”.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah gambaran proses pemberian asuhan keperawatan komunitas pada kelompok
khusus remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo ?

1.2.1 Tujuan umum


Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian asuhan keperawatan komunitas pada kelompok
khusus remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo.
Mahasiswa mampu menyusun diagnosa keperawatan komunitas pada kelompok khusus
remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo.
Mahasiswa mampu melaksanakan rencana keperawatan pada kelompok khusus remaja di
Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo.
Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada kelompok khusus remaja di Dukuh
Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo.
Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi pada kelompok khusus remaja di Dukuh Praan
Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo.

4
1.2.2 Tujuan khusus
1.2.2.1 Bagi Remaja
Diharapkan setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Komunitas Kelompok Khusus Remaja
selama 5 kali pertemuan pengetahuan akan tingkat kesehatan bertambah
Diharapkan mampu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat secara menyeluruh
Diharapkan mampu menghindari perilaku atau pergaulan bebas sesuai dengan kaidah agama
Diharapkan mampu menghindari bahaya narkoba dengan lebih memperdalam ilmu agama

1.2.2.2 Bagi Mahasiswa Selanjutnya


Diharapkan bagi mahasiswa selanjutnya dapat sebagai referensi dalam melakukan praktek
keperawatan komunitas

1.2.2.3 Bagi Pendidikan


Diharapkan bagi Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pekanjangan dapat meningkatkan dan mengembangkan pengabdian
masyarakat dalam bidang keperawatan komunitas berdasarkan hasil penelitian dan IPTEK.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKAN

A. Konsep Community as partner


1. Konsep
Community as partner merupakan roda pengkajian komunitas dan proses
keperawatan dimana roda pengkajian meliputi inti komunitas (the community core),
subsistem komunitas (the community sub systems), dan persepsi (perception). Model
ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan praktek,
keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam
meningkatkan kesehatannya (Anderson...), sedangkan model konseptual adalah
sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang mengintegrasikan konsep-konsep
tersebut menjadi suatu kesatuan, model keperawatan dapat didefinisikan sebagai
kerangkan pikir atau gambaran tentang lingkungan hidup, model ini sebagai
panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas meliputi analisa dan
diagnosa, perencanaan, implementasi komunitas yang terdiri dari tiga tingkatan
pencegahan primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi (Hitchock,
Schubert, Thomas, 1999).
Konsep Community as Partner diperkenalakan oleh Anderson dan McFarlane,
dimana model ini merupakan pengembangan dari model Neuman yang
menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan status kesehatan
klien. Neuman memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan
lingkungannya berada dalam interaksi dinamis, selain itu Neuman menyatakan untuk
melindungi klien dari berbagai stressor yang dapat menggangu keseimbangan, klien
memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksibel line of difense, normal line of difense,
dan resintance defense. Angregat klien dalam Community as Partner ini meliputi
intrasistem dan ektrasistem. Intrasistem terkait merupakan sekelompok orang-orang
yang memiliki satu atu lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat
ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan
keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan
sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Stanhope & Lancaster, 2004).

6
Komunitas sebagai klien atau partner berarti kelompok masyarakat tersebut turut
berperan secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah
kesehatannya. Berikut penjabaran pengkajian dalam Community as Partner meliputi
1.1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk
mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan
dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki
komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan, dalam tahap
pengkajian ini terdapat lima kegiatan yaitu :
a. Pengumpulan data
Tujuan dari pengumpulan data sendiri dimaksudkan untuk memperoleh
informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang
menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhinya. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam
pengumpulan data meliputi :
1) Data inti
Data inti terdiri dari riwayat atau sejarah perkembangan komunitas terkait
dengan terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru), tanyakan pada orang-
orang kompeten atau yang mengetahui sejarah area atau daerah itu
(TOMA/). Data demografi meliputi karakteristik orang-orang yang berada
di daerah tersebut, distribusi (jenis kelamin, usia, status perkawinan, etnis ),
jumlah penduduk. Vital statistik meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan
penyebab utama kematian atau kesakitan. Nilai dan kepercayaan
diantaranya kepercayaan yang dianut masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan, kegiatan keagamaan dimasyarakat, kegiatan masyarakat yang
mencerminkan nilai-nilai kesehatan.
2) Subsistem
Pengkajian subsistem meliputi lingkungan fisik catat lingkungan mutu air,
flora, perumahan, ruang, area hijau. Pelayanan kesehatan dan sosial seperti
ketersediaan klinik rumah sakit, profesi kesehatan yang praktek, layanan
kesehatan publik, rumah perawatan atau panti werda, fasilitas layanan
sosial. Ekonomi mengenai perkembangan ekonomi di wilayah komunitas
tersebut maju dengan pesat industri, toko-toko, dan tempat-tempat untuk

7
bekerja. Keamanan dan transportasi apa jenis transportasi publik dan
pribadi yang tersedia di wilayah komunitas, cara bagaimana orang
berpegian. Politik dalam pemerintahan aktivitas politik seperti bagaimana
peraturan pemerintah terdapat komunitas (pemilihan kepala desa).
Komunikasi saranan komunikasi formal dan informal yang terdapat di
wilayah komunitas. Pendidikan sekolah yang terdapat pada area tersebut
dan beserta kondisi, dan tingkat pendidikan masyarakat. Rekreasi apa saja
bentuk rekreasi utama, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan masyarakat
menggunakan waktu senggang.

b. Jenis data
Secara umum data diperoleh dari data subyektif maupun obyektif dimana data
subyektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara
langsung melalui lisan. Sedangkan data objektif yaitu data yang diperoleh
melalui proses suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran yang dilakukan pada individu dalam kelompok khusus komunitas.
c. Sumber data
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer: data yang dikumpulakn oleh
pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari
individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan
atau pengkajian. Sedangkan data sekunder : data yang diperoleh dari sumber
lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan
pasien atau medicalrecord. (Wahit, 2005)
d. Cara pengumpulan data
1. wawancara atau anamesa
2. pengamatan
3. pemeriksaan fisik
e. Pengolahan data
1. klasifikasi data atau kategorisasi data
2. perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan tally
3. tabulasi data

8
f. Interpretasi dan analisis data
Tujuan analisis data :
1. menetapkan kebutuhan komuniti;
2. menetapkan kekuatan;
3. mengidentifikasi pola respon komuniti;
4. mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
g. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
h. Prioritas masalah
Disesuaikan dengan kondisi dan dikategorikan sebagai berikut
1. perhatian masyarakat
2. prevalensi kejadian
3. berat ringannya masalah
4. kemungkinan masalah untuk diatasi
5. tersedianya sumber daya masyarakat
6. aspek politis

1.2.DiagnosaKeperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang
aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat
pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. American Nurses Of Association (ANA). Dengan demikian diagnosis
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan
masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakankeperawatan.

1.3. Perencanaan
a. tahapan pengembangan masyarakat
persiapan, penentuan prioritas daerah, pengorganisasian, pembentukan pokjakes
(kelompok kerja kesehatan)
b. tahap diklat
c. tahap kepemimpinan
koordinasi intersektoral, akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.

1.4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

9
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi keluhan status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994., dalam Potter & Perry, 1997).
Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan
dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk
klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari. Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga
kategori dari implementasi keperawatan, antara lain:
a. Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan
tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi
untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim
keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan
lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.
b. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan,
meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal
personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual, bertindak
sebagai advokasiklien, role model, dan lain lain.
c. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit,
melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien,
mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan
mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.

B. Definisi remaja
Masa remaja atau masa adolesensi merupakan suatu fase perkembangan yang
dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi
dari masa anak kemasa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan
fisik, mental, emosional, dan sosial, serta berlangsung pada dekade kedua masa
kehidupan (Nancy Pardede, 2002). Sundari (2004) memaparkan bahwa masa remaja
adalah suatu masa peralihan yang dialami oleh setiap individu dengan
perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa serta seorang
individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21tahundikategorikan sebagai remaja.
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi remaja
adalah seorang individu yang telah memasuki usia rentang antara 11 sampai dengan
21 tahun serta terjadinya perubahan fisiologis, psikologis yang ditemukan selain itu

10
pada masa remaja merupakan peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa baik dari
segi sikap, ataupun semua aspek yang mendukung terjadinya masa tersebut.

C. Batasan Usia Remaja


Remaja memiliki batasan usia agar dapat dikategorikan serta dalam upaya
meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku dewasa. Kartono (1995) membagi remaja dalam tiga
kelompok diantaranya yaitu :
1. Remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan
perkembangan intelektual sangat sensitif, selain itu pada masa ini remaja
cenderung merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan kecewa.
2. Remaja pertengahan (15-18 tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih tampak terlihat kekanak-kanakan akan
tetapi remaja mulai sadar dengan kepribadian dan menentukan arah nilai-nilai
tertentu, dimana rasa percaya diri pada remaja timbul serta pada masa ini remaja
menemukan diri sendiri atau jati dirinya.
3. Remaja akhir (18-21 tahun)
Pada masa ini remaja lebih stabil dan sudah mantap mengenal dirinya dan ingin
hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri berkat keberanian, sementara
remaja telah mempunyai pendirian terhadap suatu hal berdasarkan satu pola yang
jelas.

D. Perkembangan fisik pada remaja


Masa remaja dimana ditemukannya transisi atau peralihan dari masa anak-anak
menuju masa dewasa hal tersebut diikuti dengan perubahan-perubahan yang dialami
setiap individu dimana pada periode ini pula remaja menunjukkan gejala primer dan
sekunder dalam pertumbuhan remaja. Diantara perubahan fisik tersebut dibedakan
menjadi dua meliputi :
1) Ciri-ciri seks primer
Perubahan fisik secara primer menurut Darmasih (2009) disebutkan bahwa
remaja laki-laki apabila telah mengalami mimpi basah yang terjadi pada usia
antara 10-15 tahun, sedangkan pada remaja perempuan bila sudah mengalami
menarche(menstruasi) dimana menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah

11
dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang
mengandung darah.
2) Ciri-ciri seks sekunder
Tanda fisik sekunder merupakan tanda-tanda yang membedakan antara pria
dengan wanita, pada wanita bisa ditandai antara lain pertumbuhan tulang-tulang
(badan menjadi tinggi), pertumbuhan payudara, tumbuh bulu halus dan lurus
berwarna gelap dikemaluan, mengalami haid, tubuh bulu diketiak. Sedangkan
pada pria ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang, tumbuh bulu kemaluan
yang lurus, halus dan berwarna gelap, tumbuh bulu halus diwajah (kumis,
jenggot), tumbuh bulu diketiak, rambut diwajah bertambah tebal, dan tumbuh
bulu di dada.

E. Tugas tahap perkembangan remaja


Havighust menyatakan tugas perkembangan remaja meliputi :
1. Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang
berbeda jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku
dimasyarakat.
2. Mencapai peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin, selaras dengan tuntutan
sosial dan cultural masyarakat.
3. Menerima kesatuan organ-organ tubuh atau keadaan fisiknya sebagai pria atau
wanita dan menggunakannya secara efektif sesuai dengan kodratnya masing-
masing.
4. Menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab
ditengah-tengah masyarakat.
5. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
dan mulai menjadi “diri sendiri”.
6. Menpersiapkan diri untuk mencapai karir (jabatan dan profesi) tertentu dalam
bidang kehidupan ekonomi.
7. Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan dan kehidupan
berkeluarga.
8. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku
dan mengembangkan ideologi untuk keperluan kehidupan kewarganegaraannya.

12
F. Masalah yang sering mucncul pada remaja
1. Dismenore
Dismenore adalah nyeri haid yang sering terjadi sehingga memaksa penderita
untuk beristirahat dan meninggalkan kegiatanya sehari-hari,selama berapa jam
atau beberapa hari.definisi lain mengatakan, dismenore adalah suatu keadan aliran
siklus menstruasi yang sulit ata menstruasi yang disertai dengan nyeri. (Calis, et
al., 2009). Dismenore adalah rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat
menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Derajat nyeri bervariasi antaranya :
1) Ringan : berlangsung sementara dan masih bisa melakukan aktivitas.
2) Sedang : sakit yang memerlukan obat untuk mengurangi rasa nyeri, dan masih
bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
3) Berat : rasa nyeri yang amat sakit, sehingga memerlukan istirahat tidak bisa
melakukan aktivitas dan memrlukan obatuntuk mengurangi rasa nyeri.
(Manuba, 2008)
TANDA- TANDA KLINIK
Tanda – tanda klinik dismenore primer dan sekunder
1) Dismenore primer
Permulan awal 90% mengalami gejala didalam 2 tahun menarche. Lama
berlangsungnya dismenore dimulai bebrapa jam sebelumnya atau setelah
permulan menstruasi dan biasanya berlangsung selma 48-72 jam , gejala yang
menyertai antara lain mual, muntah, rasa lelah, diare, nyeri pinggang bawah,
nyeri kepala, nyerinya seperti kejang dan biasnya paling kuat pada perut
bagian bawah dan dapat menyebar ke punggung atau paha sebelah dalam.
Tanda gejala lainnya adalah :
1. Pada usia muda
2. Terjadi saat siklus ovulasi
3. Biasanya muncul dalam setahun setelah menarche (menstruasi pertama)
4. Nyeri dimulai bersamaan atau hanya sesaat sebelum menstruasi dan
bertahan selam 1-2 hari
5. Nyeri menyebar kebagian belakang (punggung) atau anterior medial paha
6. Pemeriksan pelvic normal
7. Sakit kepala,muntah, mual dan diare.
8. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spatik.
9. Cepat memberikan respon terhadap pengobatan

13
2) Dismenore sekunder
Dismenore sekunder nyerinya tidak terbatas pada menstruasi, kurang
berhubungan pada hari pertama menstruasi, terjadi pada wanita yang lebih tua
dan dapat disertai dengan gejala yang lain
(dispareunia,kemandulan,pendarahan yang abnormal).
1. Sering ditemukan pada usia tua
2. Cenderung mulai setelah 2 tahun mengalami siklus menstruasi teratur
3. Nyeri dimulai saat menstruasi dan meningkat bersamaan dengan keluarnya
darah menstruasi
4. Nyeri sering terasa terus –menurus
5. Sering di temukan kelainan pelivic
6. Pengobatan sering sekali memerlukan tindakan operatif. (August, 2009).
Pencegahan
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan nyeri
menstruasi, salah satu caranya dengan memperhatikan pola dan siklus
menstruasinya dan kemudian antisipasi agar tidak mengalami nyeri menstruasi .
Langkah-langkah pencegahan :
1) Hindari stress, tidak terlalu banyak pikiran terutama pikiran yang negatif
hingga membuat kita cemas
2) Memiliki pola makan yang teratur
3) Istrahat yang cukup
4) Usahakan tidak memin obat- obatan anti nyeri, jika cara pencegahan tidak
mengatasi dismenora lebih baik segera mengunjungi dokter untuk
pmengetahui tentang nyeri yang berkepanjangan
5) Hindari konsumsi alkhol,rokok, kopi karena dapat memicu bertambahnya
kadar estrogen.
6) Gunakan kompres hangat, kompres pagian punggung bawah dan
memperbanyak minuman yang hangat.(Alaettin, 2010).
2. Penanganan
1) Penangan farmakologi
a. Pemberian obat analgesik
b. Terapi hormonal
c. Terapi obat steroid

14
d. Dilatasi kanalis servikalis
2) Penangan non farmakologi
a. Konsling holistik
b. Pola hidup sehat
c. Pengomperesan menggunakan air hangat
d. Gunakan posisi knee chest
e. Mandi dengan air hangat
f. Istirahat yang cukup untung mengurangi ketegangan
g. Mengurangi konsumsi harian pada makan atau minuman yang
mengandung kafein yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah
h. Meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai sumber
makan yang mengandung vitamen B6.( Dyah, 2010).

2. Pergaulan bebas
Munculnya istilah dari pergaulan bebas seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam peradaban umat manusia. Tapi perlu diketahui
bahwa tidak selamanya perkembangan membawa kemajuan. Namun ada dampak
negatif yang lahir akibat perkembangan itu, salah satunya adalah dampak pergaulan
bebas. (R. Firman, 2015).Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul,
sedangkan bebas yaitu lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu dll), tidak terikat
atau terbatas oleh aturan-aturan. Jadi pergaulan bebas adalah suatu tindakan atau sikap
yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tidak terkontrol dan tidak
dibatasi oleh aturan-aturan hukum yang berlaku dalam masyarakat.Pergaulan bebas
merupakan masalah yang mengancam sistem sosial yang ada di lingkungan
masyarakat. Adapun macam-macam pergaulan bebas antara lain sebagai berikut :
1. Seks bebas
a. Pengertian seks bebas
Seks bebas merupakan salah satu masalah dari kurangnya pendidikan seks
dan beberapa masalah yang dapat ditimbulkan dari seks bebas pada remaja
dalam jangka pendek KTD (kehamilan tidak diinginkan), aborsi dan PMS
(penyakit menular seksual) sedangkan dalam jangka panjang remaja bisa
terkena kanker serviks. ( Ghalia yudistira, 2018).
Penyimpangan perilaku seks bebas ini bertentangan dengan nilai-nilai
agama, sosial dan budaya kita. Perilaku seks bebas dapat dikatakan tidak
meiliki iman karena orang yang beriman pasti tahu bahwa perilaku seks
bebas dilarang agama dan dikatakan tidak memiliki ilmu karena pelaku
tidak memahami masalah kesehatan reproduksi, sebagian besar tidak
memahami dampak seks bebas.

15
Era globalisasi sangat berpengaruh terhadap perkembangan remaja,
perkembangan gaya hidup yang sangat dipengaruhi budaya asing sangat
mempengaruhi perkembangan seksualitas remaja. Selain itu, ada beberapa
hal yang melatarbelakangi timbulnya perilaku seks bebas, antara lain
sebagai berikut :
1. Kurangnya pemahaman nilai-nilai agama
2. Belum adanya pendidikan seks secara formal di sekolah-sekolah
3. Pengaruh teman, internet dan lingkungan umum
b. Dampak Bahaya seks bebas
Dampak bahaya seks bebas dapat ditinjau dari aspek medis dan sosial
psikologis
1. Aspek medis
a. Penyakit Menular Seksual (PMS)
- HIV/AIDS, yaitu penyakit yang melumpuhkan sistem kekebalan
tubuh
- Penyakit herpes kelamin, yaitu penyakit yang ditandaigelembung-
gelembung kecil berisi getah bening, letaknya berkumpul.
- Gonore, yaitu penyakit yang ditandai dengan keluarnya nanah dari
saluran kencing
b. Kemandulan
Terjadinya kemandulan salah satunya diakibatkan aborsi yang
dilakukan sebagai jalan pintas karena hamil diluar nikah.
c. Kanker Leher Rahim
Penyebab kanker leher belum jelas. Diperkirakan penyebabnya
adalah virus HPV (human papilioma virus) ditularkan melalui
hubungan seksual dan masuk ke sel-sel tubuh lewat luka yang
terjadi di leher rahim.
2. Aspek sosial-psikologis
Seks bebas yang dilakukan pada masa remaja atau sebelum menikah
memiliki lebih banyak resiko daripada manfaatnya. Resiko yang harus
ditanggung, antara lain sebagai berikut :
a. Terpaksa menikah
b. Berhenti sekolah karena married by accident (MBA)
c. Perasaan takut karena tidak siap hamil
d. Dikucilkan dari keluarga besar, teman-teman, dan tetangga.

16
Dari segi mentalis, remaja yang melakukan penyimpangan seksual
memiliki kualitas metal yang rendah. Biasanya mereka tidak memiliki
etos kerja dan disiplin yang tinggi. Mereka cenderung rendah diri serta
tidak sanggup bersaing dan menghadapi tantangan hidup.

c. Faktor penyebab seks bebas


Banyak faktor yang melatarbelakangi maraknya seks bebas dikalangan
remaja sekarang, menurut sarwono (2010) menyatakan bahwa faktor
penyebab seks bebas adalah :
1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual
remaja
2. Akan tetapi penyaluran itu tidak dapat segera dilakukan karena adanya
penundaan usia perkawinan, undang-undang tentang perkawinan yang
menetapkan batas usia menikah (setidaknya 16 tahun untuk wanita dan
19 tahun untuk pria)
3. Sementara usia kawin ditunda, norma-norma agama tetap berlaku
dimana sesorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum
menikah
4. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya
penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa
adanya teknologi canggih (video casette, foto copy, VCD, telepon
genggam, internet dll)
5. Orang tua sendiri , baik karena ketidaktahuannya maupun karena
sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai masalah seks
dengan anak tidak terbuka terhadap anak, malah cenderung membuat
jarak dengan anak dalam masalah yang satu ini
6. Dipihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan
yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat.
d. Penanggulangan seks bebas
Untuk menanggulangi maslaah seks bebas ada beberapa cara yang perlu
ditempuh, yaitu cara preventif (pencegahan), preservatif, rehabilitatif
(penyembuhan) dan korektif.
1. Tindakan preventif
a. Pencegahan internal

17
- Membentangi diri dengan iman yang kuat
- Memperkaya diri dengan informasi seksualitas yang sehat dan
bertanggung jawab
- Meningkatkan pengendalian diri
- Kenal diri sendiri
- Tidak berduaan dengan lawan jenis di tempat sepi
b. Pencegahan eksternal
Orang tua, masyarakat, lembaga pendidikan/sekolah harus berperan
aktif mencegah meluasnya seks bebas salah satu dengan menggalakan
sex education. Sex education (pendidikan seks) harus dipahami sebagai
kesehatan reproduksi, bukan sebagai pendidikan seks secara vulgar.
Pendidikan seks sangat diperlukan untuk mengantisispasi, mencegah
kegiatan seks bebas, dan menghindari dampak-dampak negatif seks
bebas. Belajar mengenai seks bukanlah belajar bagaimana melakukan
aktivitas seks, melainkan apa dampak dari aktivitas seks tersebut. Oleh
karena itu, dengan memberikan Sex education kepada remaja, mereka
dapat memiliki informasi yang cukup untuk membentengi diri dari
perilaku seks bebas,

2. Tindakan preservatif
Untuk tindakan ini orang tua dan masyarakat berupaya memfasilitasi para
remaja untuk mengembangkan hal-hal positif yang mereka miliki
3. Tindakan rehabilitatif
Orang tua dan masyarakat mengidentifikasi kondisi remaja
dilingkungannya. Mereka menyelidiki latar belakang penyimpangan seks
yang dilakukan para remaja, apakah faktor keluarga, lingkungan, sekolah
teman atau hal lainnya.
4. Tindakan korektif
Orang tua memberikan penanganan yang tepat dan efektif terhadap
permasalahan yang dihadapi remaja, contohnya memberikan terapi baik
psikologis, spiritual maupun medis.

18
3. Bahaya perokok pasif
A. Bahaya merokok

Setiap batang rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia, 400
diantaranya beracun dan kira-kira 40 diantaranya bisa menyebabkan kanker,
diantaranya:
1. Nikotin, adalah salah satu obat perangsang yang dapat merusak jantung
dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan. Nikotin
merangsang otak supaya si perokok merasa cerdas pada awalnya,
kemudian ia melemahkan kecerdasan otak.
2. Tar, adalah cairan dan partikel-partikel kecil yang berasal dari asap rokok
yang lengket bersama membentuk bahan yang berwarna hitam kecoklat-
coklatan dan bau. Tar mengandung bahan kimia yang beracun, dapat
merusak paru-paru dan menyebabkan kanker.
3. Karbon monoksida (CO), mempunyai daya gabung atau afinitas dengan
hemoglobin 220 kali lebih besar dari oksigen. Akibatnya, setiap gas CO di
udara dengan cepat diambil oleh hemoglobin darah, sehingga jumlah
hemoglobin yang tersedia untuk membawa oksigen pemberi hidup itu ke
seluruh sistem jadi berkurang.
4. Sianida, menghambat penggunaan oksigen di dalam sel.
5. Benzopyrene, adalah bahan atau substansi yang terdapat di dalam tar dan
mengendap di saluran udara: mulut, pangkal tenggorokan, cabang
tenggorokan dan paru-paru, serta masih banyak lagi bahan kimia yang
beracun berada pada sebatang rokok.

B. Bahaya perokok pasif


Secara langsung, bahaya asap rokok yang langsung bisa dirasakan oleh
perokok pasif yaitu iritasi mata dan hidung, sakit kepala, sakit tenggorokan,
dan batuk. Lama-lama, kondisinya akan semakin parah dan bisa
meningkatkan berbagai masalah yang lebih serius seperti:
1. Kanker
Perokok pasif juga memiliki potensi terkena kanker seperti perokok
aktif. Selain kanker paru-paru, bahaya asap rokok bagi perokok pasif juga
membuatnya rentan mengalami berbagai macam kanker, seperti:

19
 Kanker laring
 Kanker tenggorokan
 Kanker hidung (sinus nasal)
 Kanker otak
 Kanker kandung kemih
 Kanker rektum
 Kanker lambung
 Kanker payudara

Asap rokok jadi satu dari sekian banyak penyebab kanker pada manusia.
Asap rokok yang dihirup perokok pasif adalah penyebab utama kanker
paru-paru pada orang-orang yang bukan perokok. Risiko kanker paru
meningkat hingga 20-30% pada orang-orang yang tidak merokok tapi
selalu dikelilingi oleh asap rokok, dibanding nonperokok yang tidak
terkena paparan asap, selain itu asap rokok dapat menjadi penyebab kanker
nasal sinus dan kanker payudara pada wanita yang belum menopause.
Namun masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk mendukung hal
ini.

2. Penyakit jantung
Selain kanker, perokok pasif juga sama berisikonya untuk terkena penyakit
jantung seperti perokok aktif. Meski tidak pernah merokok sebelumnya,
perokok pasif bisa mengalami peningkatan risiko penyakit jantung hingga
sekitar 25-30 persen. Hal ini tentu saja jika dibandingkan dengan mereka
yang tidak pernah terkena paparan asap rokok. Asap kepulan rokok yang
terhirup akan masuk ke dalam darah dan memengaruhi lapisan dinding
pembuluh darah sehingga darah mengental dan lebih mudah membeku.
Akibatnya, aliran darah jadi terhambat.
Karbon monoksida dari asap rokok kemudian mengikat oksigen dalam
darah, mengurangi aliran oksigen pada jantung dan otot. Dengan
berkurangnya oksigen, kerusakan jangka pendek atau permanen pada
jantung dan jaringannya bisa lebih mudah terjadi. Dalam beberapa tahun,
perokok pasif akan memiliki penumpukan lemak pada dinding pembuluh
darah yang akhirnya mengeras menjadi plak. Penyempitan pembuluh
darah alias aterosklerosis dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.

20
Hal ini membuat mayoritas kematian pada perokok pasif disebabkan oleh
penyakit jantung. Tak perlu waktu lama, dilansir dari laman Cleveland
Clinic, berdasarkan lama paparannya, perokok pasif akan mengalami
kondisi sebagai berikut:
a. Terpapar asap selama 5 menit, mengencangkan pembuluh aorta sama
seperti sedang merokok
b. Terpapar asap selama 20 sampai 30 menit, menyebabkan pembekuan
darah berlebih dan meningkatkan penumpukan lemak di pembuluh
darah
c. Terpapar asam selama 2 jam, meningkatkan kemungkinan detak
jantung yang tidak teratur dan memicu serangan jantung
4. Mengganggu kesuburan wanita
Perokok pasif terancam mengalami masalah kesuburan. Pada wanita, terpapar
asap rokok terlalu banyak bisa membuatnya menjadi sulit hamil. Hal ini diduga
kuat karena keberadaan tembakau dan zat lain di dalam rokok yang mengacaukan
kadar hormon di dalam tubuh. Bahkan, merokok juga bisa mempercepat
menopause pada wanita. Berbagai kandungan racun pada rokoklah yang
menyebabkan hal ini. Oleh karena itu, jauhi paparan asap rokok terlebih jika Anda
sedang merencanakan hamil. Mintalah pasangan untuk tidak merokok saat
program hamil sedang dijalani. Pasalnya, sebuah studi menemukan bahwa wanita
yang menjadi perokok pasif jumlah telurnya akan berkurang. Jumlah ini dilihat
ketika seorang wanita sedang menjalani program bayi tabung. Tak tanggung-
tanggung, jumlah telur yang berkurang hingga mencapai 46 persen.

5. Membahayakan kehamilan
Terlalu sering menghirup asap rokok selama hamil sangat berbahaya untuk janin
di dalam kandungan. Menjadi perokok pasif saat hamil sangat bahaya karena asap
rokok bisa membawa banyak masalah bagi bayi dan ibu, seperti:
a. Keguguran, kelahiran mati, dan hamil anggur. Dilansir dari WebMD, peneliti
melihat hubungan antara tingkat paparan asap rokok. Hasilnya, para
perempuan yang terpapar asap rokok di rumah 17 persennya lebih mungkin
mengalami keguguran. Sementara 55 persennya berisiko tinggi mengalami
kelahiran mati dan 61 persen lebih mungkin mengalami kehamilan ektopik
atau hamil anggur.

21
b. Kelahiran prematur
Kelahiran prematur adalah bahaya lain dari asap rokok bagi wanita hamil yang
jadi perokok pasif. Kelahiran prematur ini salah satunya bisa disebabkan
karena abruptio plasenta. Abruptio plasenta adalah kondisi saat plasenta
terlepas dari uterus sebelum melahirkan baik sebagian atau sepenuhnya.
Padahal plasenta bertugas untuk memasok bayi dengan nutrisi dan oksigen.
Ketika hal ini terjadi, asupan oksigen dan nutrisi pada bayi menjadi terhambat.
Akibatnya, tumbuh kembang si kecil bisa terhambat. Selain itu, hal ini juga
bisa menyebabkan perdarahan hebat pada ibu.
c. Berat bayi lahir rendah
Para ilmuwan telah menemukan hubungan sebab akibat antara merokok dan
paparan asap rokok selama kehamilan dengan berat bayi lahir rendah. Berat
bayi lahir rendah bukanlah kondisi sepele yang bisa diabaikan begitu saja. Di
Amerika Serikat, kondisi ini menjadi salah satu penyebab utama kematian
bayi hingga sekitar 300.000 setiap tahunnya. Tak hanya dari asap rokok secara
langsung, wanita hamil juga bisa terpapar asap rokok dari pihak ketiga. Pihak
ketiga maksudnya adalah residu atau sisa asap yang menempel pada benda di
sekitar mulai dari karpet, sofa, dan lainnnya. Asap ini bisa bertahan hingga
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Oleh karena itu, jika Anda
menemukan tempat yang berbau asap, sebaiknya menjauhlah dan cari tempat
yang udaranya lebih bersih. Pasalnya, racun yang menempel pada benda tetap
bisa masuk ke aliran darah ketika Anda menghirupnya. Ketika racun masuk ke
dalam tubuh, zat ini bisa sampai pada bayi. Dilansir dari laman American
Pregnancy, sebuah penelitian menetapkan bahwa residu asap dari pihak ketiga
ini punya efek merugikan untuk janin. Di kemudian hari, racun dari asap yang
menempel di benda ini bisa menyebabkan masalah pernapasan. Oleh karena
itu, sebisa mungkin jauhi tempat-tempat berbau rokok setiap kali Anda pergi
ke luar rumah. Jika pasangan Anda merokok, mintalah ia untuk merokok di
luar rumah dan mengganti bajunya saat masuk.
C. Tips menghindari asap rokok
Terdapat beberapa tempat yang patut diwaspadai oleh perokok pasif.
Langkah-langkah pencegahan bisa diterapkan pada tempat-tempat tersebut, di
antaranya:

22
1) Anda bisa meminta dengan sopan kepada perokok agar tidak merokok ketika
bersama Anda. Jika hal itu tidak berhasil, Anda bisa menjauh agar tidak
menghirup asap rokoknya.
2) Membuat rumah terbebas dari asap rokok merupakan salah satu cara terbaik
yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kesehatan keluarga. Larang siapa pun
yang ingin merokok di dalam rumah.
3) Asap rokok bisa ditemui di sejumlah tempat umum seperti bus, warung dan
kafe. Jika Anda memutuskan untuk pergi ke tempat umum, usahakan untuk
memilih tempat atau area non-smoking yang terbebas dari asap rokok.
Beberapa restoran dan mal telah menetapkan peraturan larangan merokok di
tempat umum dengan membuat tempat khusus bagi para perokok.
4) Selain itu, Anda juga dapat menggunakan masker atau penutup mulut saat ke
luar rumah. Untuk meminimalisir menghirup asap rokok.

23
BAB III

Pelaksanaan Askep Kelompok khusus remaja Di Desa Salakbrojo Pekalongan

A. Karakteristik Wilayah

Profil desa Desa Salakbrojo merupakan salah satu dari 19 Desa / Kelurahan di
Kecamatan Kedungwuni, yang berada di daerah selatan kota pekalongan. Kecamatan
kedungwuni memiliki 16 desa dan 3 kelurahan. Kota Pekalongan juga merupakan
salah satu kota yang terkenal akan kerajinan batik dan konveksi semacamnya.
Keduanya pun berasal dari kecamatan - kecamatan di kota Pekalongan, dan juga
termasuk didalamnya desa Salakbrojo. Desa yang dikelilingi oleh desa podo, desa
proto, desa kwayangan dll memiliki daerah persawahan yang luas sebagai mata
pencaharian penduduk mayoritas, hal ini ditunjukkan dengan keberadaan data
monografi yang menunjukkan nilai tersebut, dan juga terdapat berbagai jenis konveksi
baik konveksi besar maupun konveksi kecil di sekitar desa, yang memproduksi baju,
jaket, jeans, kemeja, dan lain sebagai merupakan salah satu hasil indsutri didesa salak
brojo.

Letak geografis Secara administratif, Desa Salakbrojo merupakan salah satu desa
yang terdapat di Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa
Tengah. Secara kondisi geografis desa Salakbrojo terletak diantara: 6°57′25″ Lintang
Selatan dan antara 109°39′59 Bujur Timur serta berbatasan dengan:
Sebelah Timur : Desa Kebonsari Kecamatan Karangdadap
Sebelah Utara : Desa Ambokembanga dan Desa Pekajangan
Sebelah Selatan : Desa Proto dan Desa Kwayangan
Sebelah Barat : Kelurahan Kedungwuni dan desa Podo

Kondisi geografis Secara geografis, Wilayah Desa Salakbrojo memiliki luas +17,26
ha2, dimana 60,4 persennya (10,4 ha2) merupakan lahan sawah yang terdiri sawah
pengairan teknis (79,26%) sisanya sawah tadah hujan (20,74%) dan 39,6 persen
merupakan lahan kering (bukan lahan sawah), desa Salakbrojo terletak pada
ketinggian ±900 mdl, memiliki suhu harian ±29,0C, dengan curah hujan ±2,1 mm,
memiliki 4 bulan musim hujan yang sering terjadi pada periode desember sampai

24
dengan maret merupakan silklus terjadinya musim hujan didesa salak brojo.

Sejarah Dikisahkan bahwa pada jaman dahulu, seorang wali membuka lahan untuk
membuka lahan untuk dijadikan sebuah pemukiman. Nama Salak dari salakbrojo
diambil dari dukuh pesalakan, dikarenakan dukuh tersebut merupakan dukuh yang
pertama kali didirikan. Nama Brojo berasal dari nama pusaka yang digunakan oleh
wali tersebut yang digunakan sebagai alat untuk membuka lahan bernama gaman
brojo mukti, sehingga sampai saat ini desa ini dikenal dengan nama desa Salakbrojo.
Daftar desa desa - desa dan kelurahan di kecamatan Kedungwuni dapat dilihat pada
tabel dibawah ini
No Desa/Kelurahan
1 PAKISPUTIH
2 KEDUNGWUNI BARAT
3 SALAKBROJO
4 KEDUNGWUNI TIMUR
5 KARANGDOWO
6 RENGAS
7 ROWOCACING
8 PAJOMBLANGAN
9 KWAYANGAN
10 PODO
11 BUGANGAN
12 PROTO
13 AMBOKEMBANG
14 TANGKIL KULON
15 TANGKIL TENGAH
16 LANGKAP
17 TOSARAN
18 PEKAJANGAN
19 KEDUNGPATANGEWU

Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus remaja di laksanakan


di Desa Salakbrojo yang terdiri dari dukuh Miyanggong, Brajan, Praan, dan

25
Pesalakan. Sedangkan pengambilan kelompok khusus remaja dilakukan pada Dukuh
Praan Rw 03, Rt 02,03,04 Desa Salakbrojo.

B. Peta Wilayah

26
C. Hasil Pengkajian

Fasilitas Yankes Puskesmas No. Registrasi


Nama Perawat yang Mengkaji Ganatri, Khrisna, SetioAdi Tanggal Pengkajian 11 februari 2020
Nama kelompok Kelompokkhususremaja Alamat Ds. Salakbrojo Dk. Praan RT 002
RW003

1. Data Dasar Anggota Kelompok 2. Status Kesehatan Anggota Kelompok


Analisis
Tanda Alat
Agam Status Gizi Riwyt Pola Ket. Masalah
No Nama JK Pendd Pekj Suku KU Tanda Vital Bantu/
a Penyk Kesehatan
Protesa
TD N P S TB BB Konjungtiva Olahraga Tidur
1. An. E P MTS Islam Jawa Bai 13 8 2 3 1 39 Ananemis Pern Satumin 7jm Pasienm
k 0/ 8 2 6 5 kg ahm gguseka perh engataka
90 x x 7 engal li ari nnyerisa
m / / c amig athaidha
m m m m ejala ripertam
H n n tipes a
g t t 1
tahu
n
yang
lalu
2. An. D P SMK Islam Jawa Bai 13 8 2 3 1 37 Ananemis Pern 1 kali 7 Pasieme
k 0/ 0 0 6 4 kg ahm semingg jam ngatakan
90 x x 8 engal u seha Nyerisaa
m / / c amig ri tmenstru
m m m m ejala asi
H n n tifoid
g t t sekit
ar 3
tahu

27
n
yang
lalu
3. An. A P SMA Islam Jawa Bai 13 8 2 3 1 42 Ananemis Kacam Satumin 7jm Pasienm
k 0/ 1 2 6 5 kg ata gguseka seha engtakan
90 x x , 2 minus li ri Nyerisaa
m / / 5 c tmenstru
m m m m asiharipe
H n n rtama
g t t
4. An. N P SD Njait Islam Jawa Bai 14 8 2 3 1 45 Ananemis Pern Semingg 7 Pasienm
k 0/ 0 2 6 5 kg ahm usekali jmse engataka
90 x x 6 engal hari nsesakna
m / / c amig fassaatu
m m m m ejala daradigin
H n n tipes sejak 1
g t t duab tahun
ulan yang
yang lalu,
lalu pasienm
engataka
nbatukse
jakharisa
btu,
pasienm
engataka
nkadang-
kadangm
erasapus
ing,
saatmen
sterasasa
kitpadah
ariperta
ma
5. An. N P SMA Belu Islam Jawa Bai 13 8 2 3 1 56 An anemis 1 7 Pasienm

28
mbek k 0/ 2 2 6 6 kg minggus jam engataka
erja 10 x x , 3 ekali seha npusings
0 / / 7 c ri aatbangu
m m m m ndaridud
m n n ukterasa
H t t berkuna
g ng-
kunang,
menstru
asiteratu
rtapitida
k lancer,
perutter
asasakits
aatmens
truasihar
ipertama
6. An. I P Penja Islam Jawa Bai 12 7 2 3 1 39 Anemis 1 7 Pasienm
it k 0/ 8 0 6 5 kg minggus jam engataka
70 x x , 4 ekali seha nnyerihai
m / / 5 c ri dpadaha
m m m m ripertam
H n n a
g t t
7. An. D P SMA Islam Jawa Bai 12 8 2 3 1 49 Anemis 1mingg 7jm Pasienm
k 0/ 0 2 6 4 kg usekali seha engataka
80 x x 8c ri nnyerisa
m / / m athaidpe
m m m rtama
H n n
g t t
8. An. P SMP Islam Jawa Bai 13 8 2 3 1 48 Anemis 1mingg 7 Pasienm
M k 0/ 2 0 6 5 kg u sekali jmse engataka
90 x x 4 hari nnyerisa
m / / c atmenstr
m m m m uasi

29
H n n
g t t
9. An. K P SMP Islam Jawa bai 10 8 2 3 1 42 An anemis Pasienm
k 0/ 0 2 6 5 kg engataka
80 x x , 3 nnyerisa
m / / 5 c atmenstr
m m m m uasiharip
H n n ertama
g t t

3. Upaya Peningkatan Kesehatan


Penilaian Gambaran Penilaian
No Uraian Pengkajian No Uraian Pengkajian Gambaran Kondisi
Ada Tidak Kondisi Ada Tidak
A Fasilitas pelayanan kesehatan E Status Ekonomi
yang tersedia untuk kelompok
1. Posyandu  Posyandudiadak 1.Sumbangan (asal sumber  7
an di pendanaan) dariremajamasihseko
balaidesayang lahsumberdanaberas
dilaksanakan 1 aldari orang tua
kali
sebulanpadamin
gguke 1
1. Tenaga kesehatan yang  Tenagakesehata 2.Jenis pekerjaan  2 dari 9
berpraktik n yang remajabekerja di
berpraktik di konveksisumberdana
posyanduadalah daripekerjaannya
bidan yang
melayanideganb
aik
2. Puskesmas dan Jaringannya  Jarakpuskesmas 3.Rata-rata pendapatan 
daridesakurangl perbulan
ebih 2 km
3. Klinik
4. Rumah Sakit

30
B Pelayanan Kesehatan yang F Status sosial budaya Di
dimanfaatkan oleh spriritual DukuhPraanterdapat
kelompoknya musholasebagaitemp
atberibadahsetiap
sore
hariterdapatanak-
anakmaupunremaja
yang mengaji di
mushola
1. Imunisasi dasar lengkap 1.Sarana ibadah  Mudahdijangkauada
nyaMusholadan
masjid yang dekat
2.Imunisasi ibu hamil 2.Kegiatan keagamaan  Pengajiandan TPQ
3.Makanan tambahan 3.Kepercayaan yang 
bertentangan dengan
penanggulangan masalah
kesehatan
4.Vitamin tambahan 4.Kegiatan sosial (kerja bakti,  Karangtarunauntuk
arisan dll) para remaja
5.Pelayanan kesehatan
6.Lainnya
C Fasilitas pendidikan G Komunikasi
1.Fasilitas pendidikan yang  1. Alat komunikasi yang  Handphone
tersedia untuk kelompok digunakan
a.Playgroup a.Telepon
b.TK b.Handphone
c.SD c.Faximile
d.SMP d. Lainnya
e.SMA
f.Perguruan Tinggi
g.Lainnya
2.Fasilitas Pendidikan yang  Balaidesa 2.Efektifitas proses  Menggunakanhpunt
dimanfaatkan untuk kelompok komunikasi antar anggota ukmengirimmaterise
untuk kegiatan penyuluhan dalam kelompok hinggadapatdipelajar
kesehatan, pembelajaran di idenganmudah
kelompok dll

31
D Lingkungan tempat tinggal H Fasilitas rekreasi yang
anggota kelompok tersedia untuk kelompok
1.Sumber air bersih  Sumur 1.Taman 
2.Dapur umum  2.Pantai 
3. Tempat pembuangan sampah  Tempatsampah 3.Sarana olah raga  Lapangan
yang
terbuatdaritana
h yang
dibuatlubang
4.Sarana MCK  Remajamemilikij
ambandirumah
masing-masing
5.Saluran pembuangan limbah  Limbahdibuang
di
selokanbelakang
rumah

J Kebiasaan/Perilaku dalam
kelompok
1.Pemeliharaan kebersihan  Remajamandi 2x
diri seharigantipakaian
2x seharigosokgigi 2x
sehari
2.Pengelolaan makanan  Bahanmakanansebel
bersih dan sehat umdiolahdicucimeng
gunakan air
bersihterlebihdahulu

K Status kesehatan L Keluhan yag dirasakan  Remajamengatakann


yerisaatmenstruasi
Sehat 
Sakit
M Upaya yang dilakukan untuk  Istirahat N Dampak dari penyakit yang  Sakitperut,
mengatasi keluhan dirasakan sulituntukberaktivita
sdenganbebas

32
33
D. Analisa Data
Berdasarkan hasil pengkajian dapat disusun analisa data yang terdiri dari temuan-
temuan dari hasil pengkajian meliputi data subyektif dan data obyetif diantaranaya

No Data Masalah
`1 DS : 9 dari 9 anggota kelompok remaja putri Defisit pengetahuan tentang
di Dk. Praan RT 02 RW 03 Ds. Salakbrojo proses penyakit pada
mengatakan nyeri perut saat terjadi kelompok khusus remaja
menstruasi, remaja belum mengetahui tentang Dk. Praan RT 02 RW 03 Ds.
PMS, 9 dari 9 anggota kelompok mengatakan Salakbrojo
nyeri dibagian perut dan paha, 7 dari 9
anggota kelompok remaja pengetahuan
tentang bahaya perokok pasif kurang, 6 dari 9
anggota kelompok pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi cukup, 1 dari 9
anggota kelompok remaja mengatakan sesak
nafas pada saat malam hari dan udara dingin
DO : anggota kelompok tampak bingung saat
ditanya tentang PMS
2 DS : 7 dari 9 remaja putri masih belum Resiko terjadinya proses
mengetahui tentang pergaulan bebas, bahaya penyakit tentang (pergaulan
perokok pasif, bahaya narkoba, cara merawat bebas, bahaya narkoba,
organ kewanitaan yang benar perokok pasif, dan
DO : anggota kelompok belum memanfaatkan dismenore) pada remaja di
fasilitas kesehatan Ds. Salakbrojo Dk. PraanRw
03 Rt 02

34
E. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian dapat dirumuskan diagnose keperawatan komunitas yang muncul
berdasarkan analisa data yaitu :
1. Defisit pengetahuan tentang proses penyakit (pergaulan bebas, bahaya narkoba,
bahaya perokok pasif, seks bebas, dismenore) pada remaja di Dukuh Praan Rw 03
Rt 02 Desa Salakbrojo.
2. Resiko terjadinya proses penyakit tentang (pergaulan bebas, bahaya narkoba,
perokok pasif, dan dismenore) pada remaja didesa Salakbrojo dukuh Praan Rw 03
Rt 02
Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan
diagnosa
Komunitas Domain 1 : Kelas 2 : 10029286 Deficit
pengetahuan
Promosi Manajemen
tentang
kesehatan kesehatan (pergaulan
bebas,
bahaya
perokok
pasif,
Komunitas 10032386 Resiko
terjadinya
penyakit
(dismenore)

F. Prioritas Diagnosis
Penilaian diagnose keperawatan komunitas berdasarkan scoring terdiri dari penilaian
berupa bilangan angka 1 sampai 5 dengan memiliki keterangan masing-masing serta
pembobotan intervensi meliputi alphabet huruf dari A sampai dengan K yang
mempunyai kriteria masing-masing terhadap nilai pembobotan.

Skor Diagnosa Keperawatan Komunitas

Diagnosa SKOR
No Total Prioritas
Keperawatan A B C D E F G H I J K
Deficit
1. 5 4 5 4 4 4 3 3 3 4 4 43 I
pengetahuan
Resiko
2. terjadinya 5 4 5 4 3 4 3 3 3 4 4 42 II
penyakit

35
Keterangan :

Bobot

1 = Sangat rendah

2 = Rendah

3 = Cukup

4 = Tinggi

5 = Sangat tinggi

Huruf

A : Risiko terjadi G : Tempat

B : Risiko keparahan H: Waktu

C : Potensial untuk pendkes I : Dana

D : Minat masyarakat J : Fasilitas kesehatan

E : Kemungkinan Diatasi

F: Sesuai dengan program pemerintah K : Sumber daya

36
G. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan kelompok khusus remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo
N Dx/Kep Tujuan Tujuan Strategi Renc. Evaluasi Sumb Tempat Penanggu
o umum khusus intervens Keg Kriteria Standar er ng jawab
i
1 Defisit Anggota Anggota Pendidik  Memberika  Remaja  Remaj Pustak Di Desa Mahasisw
pengetahu remaja remaja an n dapat a a buku Salakbro a
an tentang mampu mampu kesehata pendidikan memahami mamp jo Dukuh (Khrisna)
(dismenor memaha menerapk n dan kesehatan isi dari u Praan Ketua
e, mi an proses tentang pendidikan mengi Rw 03 kelompok
pergaulan kesehata perilaku kelompo kesehatan kesehatan kuti Rt 02 (Dwi)
bebas, n hidup k reproduksi tentang kegiata
bahaya reproduk bersih dismenore kesehatan n Mahasiwa
seks si sehat  Memberika reproduksi, sampai (Ganatri)
bebas, untuk n menghindar akhir Ketua
bahaya menjaga pendidikan i pergaulan  Remaj kelompok
narkoba, kesehatan kesehatan bebas, a (Dwi)
bahaya reproduks tentang bahaya mamp
perokok i pergaulan perokok u Mahasisw
pasif) di bebas pasif, mener a

37
Dukuh  Memberika bahaya seks apkan (Adi)
Praan Rw n bebas senam Ketua
03 Rt 02 pendidikan dismen kelompok
Desa kesehatan ore, (Dwi)
Salakbrojo tentang kompr
bahaya es
napza nyeri
 Memberika ketika
n menga
pendidikan lami
kesehatan haid
tentang  Anggot
bahaya a
perokok kelomp
ok
mampu
menera
pkan
vulva
hygien
e

38
dengan
rebusa
n daun
sirih
untuk
mengat
asi
keputih
an
2 Resiko  Memberika  Remaja  Remaj
terjadinya n dapat a
penyakit pendidikan memaha mamp
tentang kesehatan mi isi u
(dismenor tentang dari mener
e) di kesehatan pendidik apkan
Dukuh reproduksi an senam
Praan Rw dismenore kesehata dismen
03 Rt 02  Memberika n ore,
Desa n tentang kompr
Salakbrojo pendidikan kesehata es
kesehatan n nyeri

39
tentang reprodu ketika
keputihan ksi menga
 Mengajark (dismen lami
an cara ore, haid
mengatasi keputiha  Anggot
nyeri haid n) a
dengan kelomp
senam ok
dismenore mampu
 Mengajark menera
an cara pkan
kompres vulva
nyeri haid hygien
 Mengajark e
an vulva dengan
hygiene rebusa
dengan n daun
rebusan sirih
daun sirih untuk
untuk mengat
mengatasi asi

40
keputihan keputih
 an

H. Implementasi
Tindakan keperawatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kelompok maupun yang terkait dengan ADL (Activity Daily Living)
sehingga diharapkan dapat lebih efektif dan efisien dalam pemberian tindakan keperawatan. Bentuk tindakan keperawatan yang diberikan
berupa pendidikan kesehatan dan terapi modalitas dan penjabarannya ditabel implementasi sebagai berikut :

41
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS

DIAGNOSA TINDAKAN/ TEMPAT TTD


NO HARI/TANGGAL JAM PELAKSANA HASIL
KEPERAWATAN KEGAIATAN PETUGAS

1. Resiko terjadinya Rabu, 12 Februari 15.30 Melakukan Adi, Ganatri, Rumah DS : pasien
penyakit 2020 pendidikan Khrisna warga mengtakan
(dismenore) kesehatan An. D belum
tentang mengetahui
Selasa,18 Februari kesehatan tentang pms ,
16.00 reprodukisi pasien
2020 dismenore mengatakan
mau diajari
Mengajarkan senam nyeri
senam haid
dismenore
DO : pasien
tampak
menyimak
materi yang
disampaikan,
pasien tampak
mengikuti
dengan baik

DS: peserta
bersedia

42
2. diajarkan cara
kompres air
Mengajarkan hangat
kompres nyeri
haid DO: anggota
kelompok
Mengajarkan mampu
vulva hygiene memperagakan
dengan kembali
rebusan air kompres nyeri
sirih untuk haid
mengatasi
keputihan DS : 3 dari 9
anggota
kelompok
mengatakan
tidak tahu cara
mengatasi
keputihan

DO : anggota
kelompok
mampu
memperagakan
kembali vulva
hygiene
dengan
rebusan air
sirih untuk

43
mengatasi
keputihan

44
I. Evaluasi

HARI/ TINDA
KAN PELA Reko
DIAGNOS TEM KRITER
NO TUJ. TGL KSA HASIL RTL
A KEP. /KEGIA PAT IA mendasi
NA
/JAM TAN

Resiko Senin, Ganat Prevensi S : 9 dari 9 Mampu Perikasa


1. terjadinya Melakuk
16 ri Primer anggota memper ke
penyakit an
februa kelompok agakan layanan
(dismenore) pendidik  Peng senam kesehat
ri an mengataka
etahu dismeno an jika
2020 kesehata n nyeri
an : re, ada
n tentang ketika
keseh kompre masalah
Kelompok haid, 8
atan s nyeri
dari 9
remaja mampu
Ruma  Peng ketika
mengerti anggota
h etahu mengala
pentingnya kelompok
warga an : mi haid
menjaga mengataka
An. D prom
kesehatan n nyeri
osi Mampu
reproduksi pada
sehat memper
bagian
 Peng agakan
perut dan
etahu vulva
paah
an : hygiene
fungs dengan
i rebusan
seksu O : daun
al kelompok sirih

45
 Statu remaja ketika
s dapat mengala
keseh menyebut mi
atan kan keputih
kelua kembali an
rga tentang
pentingny
Melakuk
a
an
phbs,keseh
pendidik
atan
2. Defisit Pukul an
reproduksi
pengetahuan 15.00 kesehata
,
tentang WIB n tentang
(pergaulan (pergaula Kelompok
Perikasa
bebas, n bebas, remaja
ke
bahaya bahaya mampu
layanan
narkoba, narkoba, memperag
kesehat
bahaya seks bahaya akan
an jika
bebas, seks senam
ada
bahaya bebas, dismenore,
masalah
perokok bahaya kompres
pasif) perokok nyeri haid
pasif) dan vulva
hygiene
dengan
rebusan
daun sirih

46
A:
masalah
teratasi

P:
pertahanka
n kondisi

S: para
pekerja
mengataka
n paham
resiko
terjadinya
penyakit
yang
diakibatka
n dari
pekerjaaan
konveksi

O : para
pekerja
belum

47
mampu
melakukan
perilaku
yang dapat
mencegah
terjadinya
resiko
terjadinya
penyakit
yang
diakibatka
n dari
pekerjaaan
konveksi

A:
masalah
belum
teratasi

O:
lanjutkan
intervensi

48
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang pemaparan terkait asuhan keperawatan komunitas kelompok
khusus remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo, mahasiwa menjabarkan tentang
proses keperawatan dimulai dari pengkajian, menyusun analisa data, menentukan diagnosa,
melakukan intervensi, melaksanakan implementasi, dan memberikan evaluasi. Serta apakah
sesuai dengan konsep community as partner yang telah dilaksanakan di Desa Salakbrojo.

A. Pengkajian
Hasil pengkajian selama 2 minggu atau 5 kali pertemuan dimana pengkajian dilakukan
kepada kelompok khusus remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02, diperoleh data 9 dari 9
anggota kelompok mengatakan nyeri ketika haid atau dismenore, 9 dari 9 anggota
kelompok mengatakan nyeri pada bagian perut, hal tersebut sesuai dengan konsep
penjelasan Aulia (2009 dalam Rosaliana dkk, 2013) memaparkan bahwa hampir semua
wanita mengalami keadaan tidak nyaman pada perut bagian bawah dikarenakan uterus
dan otot rahim berkontraksi sehingga menimbulkan rasa nyeri. Hal tersebut diperjelas
oleh Mulyadi (2012) menyebutkan rasa nyeri yang ditimbulkan akibat dismenore dapat
meluas hingga bagian bawah dan paha.
B. Analisa data
Hasil analisa data yang diperoleh data subyektif maupun data obyektif, dimana data
subyektif meliputi 9 dari 9 anggota kelompok mengatakan nyeri ketika menstruasi hari
pertama, dari 8 anggota 9 kelompok mengatakan nyeri pada area perut bagian bawah, 8
dari 9 anggota kelompok mengatakan nyeri ketika malam hari. 6 dari 9 anggota
kelompok mengatakan ketika nyeri haid hanya tidur. Sedangkan data obyektif 9 dari 9
anggota kelompok belum memanfaatkan fasilitas kesehatan sebagai sarana konseling
kesehatan reproduksi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Purba (2014) dimana
kebanyakan beberapa wanita untuk mengatasi sakit saat mengalami haid dengan cara
tidur, selain itu Musaroh (2009) menjelaskan bahwa sebagian perempuan dalam
mengatasi nyeri haid dengan kompres botol air hangat.

49
C. Diagnosa keperawatan
Hasil pengkajian yang dilakukan pada kelompok khusus remaja di Dukuh Praan Rw 03
Rt 02 Desa Salakbrojo, dimana didapatkan diagnosa keperawatan komunitas yaitu
Defisit pengetahuan tentang proses penyakit (pergaulan bebas, bahaya narkoba, bahaya
perokok pasif, seks bebas, dismenore) pada remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa
Salakbrojo. Dimana diagnosa tersebut didapatkan dari analisa data meliputi 9 dari 9
anggota kelompok mengatakan tidak tahu mengenai dismenore, bahaya perokok pasif.
Hal ini sesuai penjelasan Paramita (2010 dalam Februanti, 2017) yang mengatakan
bahwa seseorang yang memiliki sumber informasi lebih banyak akan mempunyai
pengetahuan lebih luas, sehingga mampu menyerap sumber informasi yang ada.
Sedangkan untuk diagnosa kedua yaitu resiko terjadinya penyakit (dismenore) pada
remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salak brojo diperoleh dari data 9 dari 9
anggota kelompok mengatakan nyeri ketika menstruasi hari pertama, dari 8 anggota 9
kelompoknmengatakan nyeri pada area perut bagian bawah, 8 dari 9 anggota kelompok
mengatakan nyeri ketika malam hari, 7 dari 9 anggota kelompok pengetahuan remaja
tentang disminore masih rendah, 6 dari 9 anggota kelompok pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi cukup, 1 dari 9 anggota kelompok mengatakan menstruasi tidak
lancar, hal ini sesuai pemaparan Yeny (2001, dalam Suryati 2012) dimana ada peran
faktor ibu dalam pemberian informasi pertama tentang menstruasi sehingga terhindar
dari pemahaman yang salah akan kebersihan menstruasi dan kesehatan reproduksi.

D. Rencana tindakan keperawatan


Bentuk rencana tindakan dalam keperawatan komunitas menggunakan strategi intervensi
dimana strategi intervensi yang diterapkan yaitu pendidikan kesehatan dan terapi
modalitas, adapun dalam pemberian pendidikan kesehatan bertujuan meningkatkan
derajat kesehatan dan mengurangi disabilitas serta mengaktualisasi potensi yang dimiliki
suatu kelompok, selain itu respon anggota kelompok sangat antusias terutama ketika
dijelaskan tentang pergaulan bebas, hal ini sesuai penjelasan Rinta (2015) menyatakan
adanya pengaruh pendidikan kesehatan tentang kesehatan seksualitas terhadap ketahanan
psikologi remaja, dimana apabila remaja mendapatkan pendidikan kesehatan seksualitas
cukup, memiliki kemampuan untuk menghindari terjerumus pengaruh negatif seks bebas

50
E. Implementasi
Pelaksanaan implementasi pada kelompok khusus remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02
Desa Salakbrojo dilakukan selama 2 minggu atau dalam 5 kali pertemuan, untuk
pelaksanaan implementasi pertemuan satu pada Kamis 13 Februari 2020 pukul 16.00
WIB, diperoleh data S : 9 dari 9 anggota kelompok mengatakan nyeri ketika haid, 8 dari
9 anggota kelompok mengatakan nyeri pada bagian perut, 7 dari 9 anggota kelompok
mengatakan tidak tahu tentang dismenore, sedangkan O : 9 dari 9 anggota kelompok
mendengarkan penjelasan tentang kesehatan reproduksi dismenore.
Pelaksanaan implementasi pertemuan dua pada Senin 17 Februari 2020 pukul 16.00
WIB, dengan melakukan terapi modalitas mengajarkan senam dismenore didapatkan data
S : 7 dari 9 anggota kelompok mengatakan sudah mengetahui tentang dismenore, 5 dari 9
anggota kelompok mengatakan sudah mengetahui cara penanganan tentang nyeri haid.
Sementara O : anggota kelompok mampu memperagakan kembali bagaimana senam
dismenore.
Pelaksanaan implementasi pertemuan tiga pada Selasa 18 Februari 2020 pukul 16.00
WIB, dengan melakukan terapi modalitas mengajarkan kompres nyeri haid dan vulva
hygiene dengan rebusan daun sirih didapatkan data S : 8 dari 9 anggota kelompok
mengatakan masih hafal gerakan senam dismenore, sedangkan O : anggota kelompok
mampu memperagakan kembali bagaimana kompres nyeri haid dan vulva hygiene
dengan rebusan daun sirih untuk mengatasi keputihan.
Pelaksanaan implementasi pertemuan empat pada Rabu 19 Februari 2020 pukul 16.00
WIB, dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya perokok pasif diperoleh
data S : 4 dari 9 anggota kelompok mengatakan tahu mengenai perokok pasif, sedangkan
O : 3 anggota kelompok mampu menyebutkan kembali dampak bagi perokok pasif,
Pelaksanaan implementasi pertemuan lima pada Kamis 20 Februari 2020 pukul 16.00
WIB, dengan memberikan evaluasi sejauh mana kelompok khusus remaja paham akan
materi yang telah disampaikan terdiri S : 3 dari 9 anggota kelompok mampu
menyebutkan kembali pengertian dismenore, 5 dari 9 anggota kelompok mampu
menyebutkan kembali cara mengatasi nyeri haid, O : 7 dari 9 anggota kelompok mampu
memperagakan kembali senam dismenore.

F. Evaluasi
Penyusunan terakhir dalam proses keperawatan pada kelompok khusus remaja di Dukuh
Pran Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo adalah pemberian evaluasi, dalam melakukan

51
evaluasi menggunakan pendekatan SOAP, yang terdiri S : 8 dari 9 anggota kelompok
mengatakan mengerti dismenore, 8 dari 9 anggota kelompok mengetahui cara mengatasi
nyeri haid, 8 dari 9 anggota kelompok mengetahui cara mengatasi keputihan, O : anggota
kelompok mampu memperagakan kembali cara senam dismenore, kompres nyeri haid,
dan vulva hygiene dengan rebusan daun sirih, A : masalah resiko terjadinya penyakit
dismenore teratasi, P : anjurkan anggota kelompok untuk menerapkan senam dismenore,
kompres nyeri ketika mengalami menstruasi, anjurkan anggota kelompok untuk
menerapkan vulva hygiene dengan rebusan daun sirih untuk mengatasi keputihan,
anjurkan anggota kelompok untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan sebagai sarana
konseling kesehatan. Sedangkan untuk diagnosa keperawatan komunitas Defisit
pengetahuan tentang proses penyakit (pergaulan bebas, bahaya narkoba, bahaya perokok
pasif, seks bebas, dismenore) pada remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo.
Terdiri S : 8 dari 9 anggota kelompok mengatakan sudah mengerti kesehatan reproduksi,
dismenore, bahaya pergaulan bebas, bahaya narkoba, bahaya perokok pasif, bahaya seks
bebas, O : 8 dari 9 anggota kelompok mampu menyebutkan cara menjaga kebersihan
reproduksi, 8 dari 9 anggota kelompok mampu menyebutkan dampak dari pergaulan
bebas, perokok pasif, A : masalah Defisit pengetahuan tentang proses penyakit
(pergaulan bebas, bahaya narkoba, bahaya perokok pasif, seks bebas, dismenore) pada
remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo teratasi, P : anjurkan anggota
kelompok untuk menerapkan PHBS, anjurkan anggota kelompok untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan untuk konseling kesehatan reproduksi, anjurkan anggota kelompok
untuk menghindari pergaulan bebas.

G. Community as Partner
Berikut penjabaran community as partner pada kelompok khusus remaja didesa salak
brojo meliputi :
1. Data inti
a) Demografi
Komposisi penduduk di Desa Salakbrojo total 4062 jiwa, dimana meliputi
jenis kelamin laki-laki sebesar 2083 jiwa sedangkan untuk jenis kelamin
perempuan sebesar 1979 jiwa, sementara untuk data demografi berdasarkan
populasi perwilayah meliputi Dusun Brajan Kepala Dusun Agus Muhaimin,
jumlah Rt 3, jumlah KK 159, jumlah 771 jiwa terbagi menjadi laki-laki
391 dan perempuan 380 jiwa, Dusun Miyanggong Kepala Dusun Kiptiyah,

52
jumlah Rt 7, jumlah KK 389, jumlah 1162 jiwa terbagi menjadi laki-laki
820 dan perempuan 802 jiwa, Dusun Pesalakan Kepala Dusun Khairi,
jumlah Rt 1, jumlah KK 50, jumlah 211 jiwa terbagi menjadi laki-laki 115
dan perempuan 96 jiwa, Dusun Praan Kepala Dusun Warsito, jumlah Rt 6,
jumlah KK 357, jumlah 1456 jiwa terbagi menjadi laki-laki 757 dan
perempuan 699 jiwa.
b) Karakteristik penduduk
Aspek fisik jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya, aspek
psikologis, dimana ditemukan kasus balita dengan stanting menunjukkan
masih perlunya upaya pelayanan kesehatan dan pihak desa sebagai
kemitraan dalam mengatasi suatu masalah yang dialami warganya
2. Sub sistem
a) Lingkungan fisik
Pengkajian lingkungan fisik diperoleh data berdasarkan observasi
lingkungan desa tergolong masih kurang bersih dimana belum adanya
tempat TPA secara khusus dan untuk limbah konveksi cara pengelolaan
belum optimal
b) Ekonomi
Pekerjaan yang dominan pada Desa Salakbrojo yaitu konveksi hampir
setiap rumah ditemukan industri kecil konveksi, meproduksi celana jeans,
kemeja.
c) Keamanan dan transportasi
Terdapat mobil ambulance desa yang terdapat pada kantor kelurahan Desa
Salakbrojo sebagai sarana masyarakat untuk mempermudah akses layanan
kesehatan
d) Komunikasi
Komunikasi yang digunakan sebagian besar warga Desa Salakbrojo
menggunakan bahasa jawa dalam bentuk komunikasi sehari-hari.

3. Persepsi
Pandangan masyarakat atau keluarga terhadap suatu penyakit balita masih
kurang, dimana masih ditemukannya angka stanting yang tinggi dan penanganan
baik dari keluarga maupun pihak desa belum optimal.

53
BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Bersadarkan pemaparan diatas terkait proses pemberian Asuhan Keperawata
Komunitas pada Kelompok Khusus remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salak
Brojo, maka mahasiswa dapat menarik kesimpulan berdasarkan proses keperawatan
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Hasil pengkajian dapat disimpulkan masalah utama pada kelompok khusus
remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo berupa data subyektif
yaitu 9 dari 9 anggota kelompok nyeri ketika haid, 9 dari 9 anggota kelompok
belum mengetahui dismenore, 3 dari 9 anggota kelompok belum tahu cara
perawatan keputihan sedangkan data obyektif 9 dari 9 anggota kelompok
belum memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan komunitas yang muncul saat dilakukan pengkajian
pada kelompok khusus remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo
yaitu Defisit pengetahuan tentang proses penyakit (pergaulan bebas, bahaya
narkoba, bahaya perokok pasif, seks bebas, dismenore) pada remaja di Dukuh
Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salakbrojo serta Resiko terjadinya proses penyakit
dismenore pada remaja didesa Salakbrojo dukuh Praan Rw 03 Rt 02
3. Rencana tindakan keperawatan
Rencana keperawatan dalam bentuk startegi intervensi pada kelompok khusus
remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salak brojo dengan pendidikan
kesehatan dan terapi modalitas
4. Implementasi
Bentuk tindakan keperawatan pada kelompok khusus remaja di Dukuh Praan
Rw 03 Rt 02 Desa Salak brojo dengan memberikan pendidikan kesehatan
pergaulan bebas, bahaya narkoba, bahaya seks bebas, bahaya perokok pasif

54
serta terapi modalitas senam dismenore, kompres nyeri haid, vulva hygiene
dengan rebusan daun sirih untuk mengatasi keputihan
5. Evaluasi
Proses akhir tindakan keperawatan selama 2 minggu pada kelompok khusus
remaja di Dukuh Praan Rw 03 Rt 02 Desa Salak brojo, diperoleh hasil 9 dari 9
anggota kelompok sudah mengerti dismenore, bahaya pergaulan bebas, bahaya
peroko pasif, serta mampu menerapakan senam dismenore, kompres nyeri
ketika mengalami menstruasi dan vulva hygiene dengan rebusan daun sirih
untuk mengatasi keputihan.

55
Daftar pustaka

Februanti., S (2017). Pengetahun Remaja Putri tentang Penanganan Dismenore di SMPN 6


Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Diambil dari https://scholar.goole.co.id
Rinta., L (2015). Pendidikan Seksual dalam membentuk Perilaku Seksual Positif pada
Remaja dan Implikasinya terhadap ketahanan Psikologi Remaja Diambil dari
https://journal.ugm.ac.id
Rustam., E (2014). Gambaran Pengetahuan Remaja terhadap nyeri haid (dismenore) dan
cara penanggulangannya. Jurnal Kesehatan Diambil dari
https://jurnal.fk.unand.ac.id
Salakbrojo.web.id/index./wilayah. Diakses pada tanggal .15 Februari 2020
Suryanti., B (2015). Perilaku Kebersihan Remaja saat Menstruasi. Jurnal Keperawatan.
Diambil dari https://scholar.google.co.id

56

Anda mungkin juga menyukai