DISUSUN OLEH :
(17.1953.P
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN/ PEMBELAJARAN
A. LATAR BELAKANG
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang ditandai dengan gejala batuk, serak,
pilek, demam, dan mengeluarkan lendir atau ingus yang berlangsung hingga 14 hari.Atau
Infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung
sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).(Waworuntu,
2016).
Masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu tempat.
Pekerja yang sudah lama bekerja dapat memberikan pengaruh positif berupa semakin
handalnya tenaga kerja tersebut dalam menjalankan pekerjaannya, disisi lain dengan
lamanya waktu seorang pekerja dalam melakukan pekerjaan yang sama secara terus-
menerus akan membuat pekerja tersebut jenuh, selain itu juga dapat berpengaruh pada
status kesehatan. Seperti halnya pekerja yang sudah lama bekerja di lingkungan berdebu
dapat berdampak buruk untuk kesehatannya terutama kesehatan saluran
pernapasan.Kedisiplinan dalam pemakaian alat pelindung diri terutama masker sangat
berpengaruh dalam mencegah terjadinya gangguan paru pekerja, terutama pekerja yang
terpapar oleh debu. (Fahmi, 2012)
Internasional Labour Organitation (ILO) menyebutkan bahwa, setiap tahun ada lebih dari
250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena
bahaya di tempat kerja. 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat
kerja, dimana dapat disimpulkan bahwa 1 pekerja di dunia meninggal setiap 15 detik
karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Data dari
International Labour Organization (ILO) menyebutkan bahwa penyebab kematian yang
berhubungan dengan pekerjaan diantaranya adalah kanker sebesar 34%, kecelakaan sebesar
25%, penyakit saluran pernapasan sebesar 21%, penyakit kardiovaskuler sebesar 15%, dan
faktor lain-lain sebesar 5%. (Fuqoha, Suwondo, & Jayanti, 2017)
Kejadian ISPA di Indonesia setiap tahunnya ditemukan 150.000 kasus atau dapat dikatakan
seorang meninggal tiap 5 menitnya. Pada tahun 2013, Period prevalence Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) di Jawa Tengah berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
keluhan penduduk yang dihitung dalam kurun 1 bulan terakhir adalah 26,6 %. (Fuqoha,
Suwondo, Jayanti, 2017)
Dari hasil suatu penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja salah satu pabrik
di daerah Gresik termasuk dalam rentang usia ≥ 40 tahun, yaitu sebanyak 29 orang (64,4%)
dari 45 orang pekerja. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar pekerja telah
mengalami masa produktif di mana semakin tua usia seorang pekerja maka risiko untuk
mengalami gejala ISPA akan semakin besar. Variabel usia berhubungan dengan gejala
ISPA kemungkinan disebabkan oleh faktor tentang kadar uap atau aerosol asam sulfat dan
debu fosfat, yang mana walaupun masih di bawah nilai ambang batas (0,4 mg/m3) namun
jika seorang pekerja mengalami frekuensi paparan yang tinggi, gejala ISPA masih mungkin
terjadi. Terlebih dengan usia yang tidak muda lagi, hal tersebut akan lebih memicu
terjadinya ISPA dan gejalanya. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin
banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. (Fahmi,
2012)
Pada suatu penelitian di salah satu PT. selain kurangnya kesadaran akan penggunaan APD
(masker). Faktor laiinya yaitu belum adanya sanksi yang tegas jika pekerja tidak
menggunakan APD (masker) pekerja bebas untuk tidak menggunakan APD terutama
masker atau pekerja sering melepas masker saat bekerja.
Oleh karena berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penyuluhan
kesehatan mengenai ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) pada pekerja pabrik yang
memiliki faktor resiko tinggi.
B. POKOK BAHASAN
ISPA ( Infeksi saluran pernafasan akut )
D. SASARAN
Masyarakat
E. TEMPAT
Puskesmas kedungwuni II pekalongan
F. WAKTU
Selasa, 6 November 2018, jam 10.20-13.50 WIB
G. TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini, diharapkan masyarakat dapat mengerti dan memahami
tentang ISPA.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini masyarakat dapat :
1. Menjelaskan pengertian ISPA dengan bahasa sederhana.
2. Menjelaskan faktor – faktor penyebab ISPA.
3. Memahami dan menjelaskan tanda dan gejala dari ISPA.
4. Memahamiklasifikasi dari ISPA.
5. Menjelaskan cara pencegahan terhadap ISPA.
6. Menjelaskan dan mendemonstrasikan penatalaksanaan terhadap ISPA.
I. METODE
Ceramah tanya jawab dan Demonstrasi
J. PENGORGANISASIAN
Peran mahasiswa sebagai pemateri
K. DENAH POSISI PENYULUHAN HURUF U
LCD LCD
penyaji
L. KEGIATAN PENYULUHAN
M. KRITERIA HASIL
a. Evaluasi strukstur
a. Ruang kondusif untuk kegiatan.
b. Peralatan memadai dan berfungsi.
c. Media dan materi tersedia dan memadai.
d. SDM memadai.
b. Evaluasi proses
a. Ketepatan waktu pelaksanaan.
b. Peran serta aktif masyarakat.
c. Kesesuaian peran dan fungsi dari penyuluhan.
d. Faktor pendukung dan penghambat kegiatan.
c. Evaluasi hasil
Hasil yang dicapai peserta selama proses penyuluhan
100% peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
90% peserta mampu menyebutkan pengertianISPA
80% peserta mampu menyebutkan penyebab ISPA
80% peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala ISPA
90%peserta mampu menyebutkan cara pencegahan ISPA
80% peserta mampu menyebutkan tatalaksana ISPA
90% peserta mampu mendemonstrasikan cara batuk efekstif
80% peserta mampu mendemonstrasikan cara penggunaan inhalasi
uap/uap sederhana (sederhana)
80% peserta mampu mendemonstrasikan cara pembuatan larutan jeruk
nipis kecap.
Herni Rejeki, M. Kep., Ns. Sp. Kep. Kom Anggar Ade Susfensen
N. LAMPIRAN MATERI
PENYEBAB
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya
infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab
utama yakni golongan A -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus
influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian
pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam
derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin sempit maka
dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung
mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim,
tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin.
KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a). Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam
(chest indrawing).
b). Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
c). Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis
dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
PENCEGAHAN
1. Tetap menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan yang
bergizi
2. Pada bayi/anak dilakukan imunisasi
3. Selalu menjaga kebersihan baik kebersihan pribadi maupun lingkungan
tempat tinggal
4. Mencegah anak agar tidak berhubungan dengan penderita ISPA.
PENATALAKSANAAN
1. Medis
a). Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yangadekuat,
pemberian multivitamin dll.
b). Antibiotik :
- Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab utama ditujukan pada S.
pneumonia, H. influensa dan S. aureus.
- Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin,
Ampisillin, Penisillin Prokain, Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol,
kloksasilin, gentamisin.
- Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon dll.
2. Keperawatan
Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup,
dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret
akan lebih mudah keluar.
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a). Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari.
b). Meningkatkan makanan bergizi.
c). Bila demam beri kompres dan banyak minum.
d). Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu
tangan
yang bersih.
e). Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
f). Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut
masihmenetek.
Pengobatan antara lain :
a). Mengatasi panas (demam)
Dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres hangat,
bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan
4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai
dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,
dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
Fahmi, T. (2012). Hubungan Masa Kerja dan Penggunaan APD dengan Kapasitas Fungsi Paru
Pada Pekerja Tekstil Bagian Ring Frame Spinning I di Pt. X Kabupaten Pekalongan. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 1(2).
, I.S, Suwondo, A., & Jayanti, S.(2017).Hubungan Paparan Debu Kayu dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Pekerja Mebel di PT. X Jepara.Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 5, 379-380.