Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATANGAWAT DARURAT

“KEJADIAN LUAR BIASA NON ALAM”


Makalah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Menyelesaikan
Tugas Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana
Yang Diampu Oleh Pak Tri Sakti W.,M.Kep

Anggota Kelompok 1 :
1. Afrozi
2. Anggar Ade Susfensen
3. Anggi Lutfia
4. Anif Mahfiroh
5. Riska Siti Zulaekha
6. Rod’u Riyadhul Jannah
7. Saifurrohman
8. Sintia Indriani
9. Tri Sapto Aji
10. Tsalisa Mauliddiya

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa (KLB) penyakit
menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan perlunya peningkatan
sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB tersebut dengan langkah-langkah yang
terprogram dan akurat, sehingga proses penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat
pula. Untuk dapat mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal pengetahuan dan
keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan. Kenyataan tersebut
mendorong kebutuhan para petugas di lapangan untuk memiliki pedoman penyelidikan dan
penanggulangan KLB yang terstruktur, sehingga memudahkan kinerja para petugas
mengambil langkah-langkah dalam rangka melakukan respon KLB.

Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global, sehingga mendapat
perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Letusan penyakit akibat
pangan (foodborne disease) dan kejadian wabah penyakit lainnya terjadi tidak hanya di
berbagai negara berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga
di negara-negara maju. Oleh karena itu disiplin ilmu epidemiologi berupaya menganalisis
sifat dan penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta
mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan
pencegahan maupun penanggulangannya.

Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit di
wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang mengejutkan dan membuat
panik masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini kita sebut sebagai Kejadian Luar
Biasa (KLB), sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua penyakit menular
yang dapat menimbulkan KLB, penyakit yang disebabkan oleh keracunan makanan dan
keracunan lainnya. Penderita atau yang beresiko penyakit dapat menimbulkan KLB dapat
diketahui jika dilakukan pengamatan yang merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara
teratur, teliti dan terus-menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi,
penyajian data dan pelaporan. Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka
KLB, maka perlu dilakukan penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang dilakukan
untuk mengenal sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
dan penyebarluasan KLB tersebut di samping tindakan penanggulangan seperlunya. Hasil
penyelidikan epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
upaya penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan penyebaran
KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya.
Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua
pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan
KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Efendy Ferry, 2009).

Undang-Undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular serta PP No. 40 tahun
1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular mengatur agar setiap wabah
penyakit menular atau situasi yang dapat mengarah ke wabah penyakit menular (kejadian luar
biasa – KLB) harus ditangani secara dini. Sebagai acuan pelaksanaan teknis telah diterbitkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.

Dalam pasal 14 Permenkes Nomor 1501/Menteri/Per/X/2010 disebutkan bahwa upaya


penanggulangan KLB dilakukan secara dini kurang dari 24 (dua puluh empat) jam terhitung
sejak terjadinya KLB. Oleh karena itu disusun Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan
Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Menular dan Keracunan Pangan sebagai pedoman bagi
pelaksana baik di pusat maupun di daerah. Diperlukan program yang terarah dan sistematis,
yang mengatur secara jelas peran dan tanggung jawab di semua tingkat administrasi, baik di
daerah maupun di tingkat nasional dalam penanggulangan KLB di lapangan, sehingga dalam
pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang optimal.

1.2.Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah/topik bahasan sebagai
berikut :

1.2.1. Apa definisi kejadian luar biasa (KLB)?


1.2.2. Apa saja kriteria kejadian luar biasa (KLB)?
1.2.3. Bagaimana karakteristik penyakit yang berpotensi terjadi kejadian luar biasa (KLB)?
1.2.4. Bagaimana alur penanganan kejadian luar biasa (KLB)?
1.2.5. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya kejadian luar biasa (KLB)?
1.2.6. Apa saja kasus – kasus pada kejadian luar biasa (KLB)?
1.2.7. Bagaimana penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan prosedurnya?
1.3.Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.3.1. Untuk mengetahui definisi kejadian luar biasa (KLB)


1.3.2. Untuk mengetahui kriteria kejadian luar biasa (KLB)
1.3.3. Untuk mengetahui karakteristik penyakit yang berpotensi terjadi kejadian luar biasa.
1.3.4. Untuk mengetahui alur penanganan kejadian luar biasa (KLB)
1.3.5. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya kejadian luar biasa.
1.3.6. Untuk mengetahui kasus – kasus kejadian luar biasa
1.3.7. Untuk mengetahui penanggulangan kejadian luar biasa dan prosedurnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Definisi kejadian luar biasa (KLB)

Kejadian Luar Biasa (KLB) yaitu munculnya penyakit di luar kebiasaan (base line
condition) yang terjadi dalam waktu relatif singkat serta memerlukan upaya
penanggulangan secepat mungkin, karena dikhawatirkan akan meluas, baik dari segi
jumlah kasus maupun wilayah yang terkena persebaran penyakit tersebut. Kejadian luar
biasa juga disebut sebagai peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak
daripada eksternal normal di suatu area atau kelompok tertentu, selama suatu periode
tertentu. Informasi tentang potensi KLB biasanya datang dari sumber-sumber masyarakat,
yaitu laporan pasien (kasus indeks), keluarga pasien, kader kesehatan, atau warga
masyarakat. Tetapi informasi tentang potensi KLB bisa juga berasal dari petugas
kesehatan, hasil analisis atau surveilans, laporan kematian, laporan hasil pemeriksaan
laboratorium, atau media lokal (Tamher. 2004).

Pengertian kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya


kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah
tertentu. Batasan KLB meliputi arti yang luas, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Meliputi semua kejadian penyakit, dapat suatu penyakit infeksi akut kronis ataupun
penyakit non infeksi.
b. Tidak ada batasan yang dapat dipakai secara umum untuk menentukan jumlah
penderita yang dapat dikatakan sebagai KLB. Hal ini selain karena jumlah kasus
sangat tergantung dari jenis dan agen penyebabnya, juga karena keadaan penyakit
akan bervariasi menurut tempat (tempat tinggal, pekerjaan) dan waktu (yang
berhubungan dengan keadaan iklim) dan pengalaman keadaan penyakit tersebut
sebelumnya.
c. Tidak ada batasan yang spesifik mengenai luas daerah yang dapat dipakai untuk
menentukan KLB, apakah dusun desa, kecamatan, kabupaten atau meluas satu
propinsi dan Negara. Luasnya daerah sangat tergantung dari cara penularan penyakit
tersebut.
d. Waktu yang digunakan untuk menentukan KLB juga bervariasi. KLB dapat terjadi
dalam beberapa jam, beberapa hari atau minggu atau beberapa bulan maupun tahun.

Dari pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa KLB atau wabah adalah
terjadinya peningkatan jumlah masalah kesehatan di masyarakat (terutama penyakit) yang
menimpa pada kelompok masyarakat tertentu, di daerah tertentu, dan dalam periode
waktu tertentu.

2.2.Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010
Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010, yaitu:
2.2.1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah.
2.2.2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam
jam,hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
2.2.3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.
2.2.4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan
duakali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun
sebelumnya.
2.2.5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
perbulan pada tahun sebelumnya.
2.2.6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan
dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu
yang sama.
2.2.7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam
kurun waktu yang sama.
2.3.Karakteristik Penyakit yang Berpotensi KLB
Karakteristik penyakit yang berpotensi KLB, antara lain:
a. Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
b. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
c. Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
d. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Penyakit menular yang potensial menimbulkan wabah di Indonesia dicantumkan


Permenkes 560/MENKES/PER/VIII/1989 tentang Penyakit potensial wabah :

a. Kholera
b. Pertusis
c. Pes
d. Rabies
e. Demam Kuning
f. Malaria
g. Demam Bolak-balik
h. Influenza
i. Tifus Bercak wabah
j. Hepatitis
k. DBD
l. Thyphoid abdomen
m. Campak
n. Meningitis
o. Polio
p. Ensefalitis
q. Difteri
r. Antraks
2.4.Alur Penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB)
Penyelidikan KLB mempunyai tujuan utama yaitu mencegah meluasnya
(penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).
Langkah-langkah yang harus dilalui pada penyelidikan KLB, sebagai berikut:
1. Mempersiapkan penelitian lapangan
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3. Memastikan diagnosa etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)
7. Mengidentifikasi sumber penularan dan keadaan penyebab KLB
8. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
9. Menetapkan saran cara pengendalian dan penanggulangan
10. Melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepada sistim
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
Pada pelaksanaan penyelidikan KLB, langkah-langkah tersebut tidak harus dikerjakan
secara berurutan, kadang-kadang beberapa langkah dapat dikerjakan secara serentak.
Pemastian diagnosa dan penetapan KLB merupakan langkah awal yang harus dikerjakan
(Mausner and Kramer, 1985; Vaughan and Marrow, 1989 dalam Maulani, 2010).
1. Persiapan Penelitian Lapangan
Persiapan lapangan sebaiknya dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama
sesudah adanya informasi. Kelsey., (1986), Greg (1985) dan Bres (1986) dalam Maulani
(2010) mengatakan bahwa persiapan penelitian lapangan meliputi:
a. Pemantapan (konfirmasi) informasi.
b. Pembuatan rencana kerja
c. Pertemuan dengan pejabat setempat.
2. Pemastian Diagnosis Penyakit
Cara diagnosis penyakit pada KLB dapat dilakukan dengan mencocokan gejala/tanda
penyakit yang terjadi pada individu, kemudian disusun distribusi frekuensi gejala
klinisnya.
3. Penetapan KLB
Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang tengah
berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik) pada populasi yang
dianggap berisiko, pada tempat dan waktu tertentu. Adanya KLB juga ditetapkan apabila
memenuhi salah satu dari kriteria KLB. Pada penyakit yang endemis, maka cara
menentukan KLB bisa menyusun dengan grafik pola maksimum-minimum 5 tahunan atau
3 tahunan.
4. Identifikasi kasus atau paparan
Identifikasi kasus penting dilakukan untuk membuat perhitungan kasus dengan teliti.
Hasil perhitungan kasus ini digunakan selanjutnya untuk mendeskripsikan KLB. Dasar
yang dipakai pada identifikasi kasus adalah hasil pemastian diagnosis penyakit.
Identifikasi paparan perlu dilakukan sebagai arahan untuk indentifikasi sumber penularan.
Pada tahap ini cara penentuan paparan dapat dilakukan dengan mempelajari teori cara
penularan penyakit tersebut. Ini penting dilakukan terutama pada penyakit yang cara
penularannya tidak jelas (bervariasi). Pada KLB keracunan makanan identifikasi paparan
ini secara awal perlu dilakukan untuk penanggulangan sementara dengan segera (CDC,
1979 dalam Maulani, 2010).
Program pengendalian dilakukan oleh institusi kesehatan dalam upaya menurunkan angka
kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Tahapan – tahapan program, yaitu:
1) Perencanaan
Dalam tahap perencanaan dilakukan analisis situasi masalah, penetapan masalah prioritas,
inventarisasi alternatif pemecahan masalah, penyusunan dokumen perencanaan.
Dokumen perencaan harus detail terhadap target/tujuan yang ingin dicapai, uraian
kegiatan dimana, kapan, satuan setiap kegiatan, volume, rincian kebutuhan biaya, adanya
petugas penanggungjawab setiap kegiatan, metode pengukuran keberhasilan.
2) Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan dilakukan implemantasi dokumen perencanaan, menggerakan
dan mengkoordinasikn seluruh komponen dan semua pihak yang terkait.
3) Pengendalian (Monitoring/Supervisi)
Supervisi dilakukan untuk memastikan seluruh kegiatan benar-benar dilaksanakan sesuai
dengan dokumen perencanaan.
(Pickett dan John, 2009).
2.5.Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB)
a. Herd Immunity Yang Rendah
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd
Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang
dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat
disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat kekebalan
seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula dengan herd
immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi
tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit.
b. Patogenesitas
1) Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga
timbul sakit.
2) Lingkungan Yang Buruk
3) Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi
kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut (Notoatmojo, 2003)
c. Penyakit-Penyakit Berpotensi Wabah/KLB
1) Penyakit karantina/penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow Fever.
2) Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/mempunyai
mortalitas tinggi & penyakit yang masuk program eradikasi/eliminasi dan
memerlukan tindakan segera : DHF,Campak,Rabies, Tetanus neonatorum, Diare,
Pertusis, Poliomyelitis.
3) Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting : Malaria,
Frambosia, Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis, Meningitis,
Keracunan, Encephalitis, Tetanus.
4) Tidak berpotensi wabah dan atau KLB, tetapi Penyakit-penyakit menular yang
masuk program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis, Gonorrhoe, Filariasis,
dll.
d. Penggolongan KLB Berdasarkan Sumber
1) Sumber dari manusia: jalan nafas, tenggorokan, tinja, tangan, urine, dan
muntahan. Seperti : Salmonella, Shigela, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa,
Virus Hepatitis.
2) Sumber dari kegiatan manusia: penyemprotan (penyemprotan pestisida),
pencemaran lingkungan,penangkapan ikan dengan racun, toxin biologis dan
kimia.
3) Sumber dari binatang: binatang piaraan, ikan dan binatang pengerat.
4) Sumber dari serangga: lalat (pada makanan) dan kecoa. Misalnya : Salmonella,
Staphylococus, Streptoccocus.
5) Sumber dari udara, air, makanan atau minuman (keracunan). Dari udara, misalnya
Staphylococus, Streptoccocus, Virus, Pencemaran Udara. Pada air, misalnya
Vibrio cholerae, Salmonella. Sedangkan pada makanan, misalnya keracunan
singkong, jamur, makan dalam kaleng.
2.6.Kasus Flu Burung Pada Kejadian Luar Biasa (KLB)
Mengingat banyak kota melaporkan terjadinya peningkatan kasus demam berdarah
dengue (DBD) dan beberapa diantaranya meninggal dunia berarti telah terjadi kejadian
luar biasa (KLB)DBD di Indonesia. Oleh karena itu kepada rumah sakit diseluruh
Indonesia diminta agar memberikan pertolongan segera kepada seluruh masyarakat. Di
samping itu kepada seluruh jajaran kesehatan untuk berupaya semaksimal mungkin
menanggulangi masalah ini agar tidak terjadi penambahan kasus dan korban meninggal
dunia.
Demikian penegasan Menkes Dr. Achmad Sujudi kepada pers mengingat banyaknya
laporan peningkatan kasus penyakit DBD di beberapa wilayah di Indonesia usai melantik
pejabat Eselon I di Kantor Depkes Jakarta tanggal 16 Februari 2004. Menkes minta
seluruh komponen masyarakat dengan didukung oleh aparat pemerintah khususnya
Pemerintah Daerah setempat/Kelompok Kerja Nasional DBD untuk melakukan Gerakan
Serentak Pemberantasan Sarang Nyamuk (GERTAK PSN). Gerakan PSN atau lebih
dikenal dengan 3 M (menguras, menutup dan mengubur) plus membubuhi larvasida
(abate) serta melindungi diri dari gigitan nyamuk agar dapat mencegah keluarga dari
serangan penyakit DBD. Kegiatan 3 M plus harus dilakukan secara teratur seminggu
sekali dan terus menerus sepanjang tahun. Penyemprotan massal (fogging) juga dapat
dilaksanakan pada daerah-daerah kejadian luar biasa (KLB), namun itu hanya membunuh
nyamuk dewasa dan efeknya hanya 1 - 2 hari yang bisa membuat masyarakat "terlena".
Gerakan 3 M plus ini adalah untuk memutus rantai penularan nyamuk penular DBD
yaitu Aedes Aegypti yang berkembang biak di air bersih pada tempat-tempat
penampungan air di dalam maupun di luar rumah seperti di bak mandi, bak penampungan
air yang terletak pada menara air, vas bunga, tempat minuman burung/unggas, ember,
drum, kaleng bekas, ban bekas dan lain-lain.
Tahun ini diperkirakan merupakan siklus lima tahunan DBD sejak KLB DBD pada tahun
1998 yang menunjukkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 1999 terjadi 21.134
kasus, tahun 2000 terjadi 33.443 kasus, tahun 2001 terjadi 45.904 kasus, tahun 2002
terjadi 40.377 kasus dan tahun 2003 terjadi 50.131 kasus dengan jumlah kematian 743
orang.
Peningkatan kasus terjadi sejak bulan November 2003 di DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta dan Jawa Timur yang terus berlanjut hingga bulan Januari-
Februari 2004. Di luar P. Jawa kasus DBD dilaporkan dari Sulawesi Selatan dan Nusa
TenggaraTimur.
Khusus di DKI Jakarta pada Januari 2004 terjadi peningkatan kasus lebih dari dua kali
lipat dibanding Desember 2003 yaitu sebanyak 215 kasus dan pada minggu kedua
Februari 2004 telah dilaporkan 600 kasus DBD dari 5 Wilayah DKI Jakarta yang
menyebabkan beberapa rumah sakit dipenuhi oleh penderita DBD.</P>
Departemen Kesehatan bekerja sama dengan jajaran Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota telah dan sedang melaksanakan Program Nasional
Penanggulangan Demam Berdarah meliputi surveilans epidemiologi/sistem kewaspadaan
dini dan penanggulangan KLB, penyuluhan, pemberantasan vektor untuk nyamuk dewasa
dengan fogging fokus dan pemeriksaan jentik berkala, larvasidasi dan survei vektor, kerja
sama lintas program/sektor melalui Pokjanal DBD dan bulan bakti gerakan 3 M,
pengobatan/tatalaksana kasus termasuk pelatihan dokter serta pengadaan sarana untuk
buffer stok KLB DBD.

2.7.Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) Dan Prosedurnya


Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita,
mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu
KLB yang sedang terjadi. Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem
Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan
dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi
KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus
yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu
perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan
data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan
sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan
analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi
(Dinkes Kota Surabaya, 2002).
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
3.1.1. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia
untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit.
3.1.2. Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani penderita,
mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada
suatu KLB yang sedang terjadi.
3.1.3. Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB),
yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB
secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB.
3.2.Saran

Penyusun mengetahui bahwa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik sangat kami harapkan. Agar makalah ini bisa lebih baik lagi dan bisa menjadi
pembelajaran untuk kami di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

http://derenyy.wordpress.com/2013/09/28/kejadian-luar-biasa/

http://windaamelia.wordpress.com/2010/12/13/kejadian-luar-biasa-KLB/

http://fajarasma.wordpress.com/2010/12/16/wabah-kejadian-luar-biasa-KLB/

http://dunia-khayalanqyu.blogspot.com/2010/12/kejadian-luar-biasa.html

http://decha-ariani.blogspot.com/2013/07/kejadian-luar-biasa.html

Anda mungkin juga menyukai