Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

STROKE

Disusun Oleh :

Ni Made Galih Ratna Dewi


17.2007.P

DIII KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2018
A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung koroner
dan kanker. Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke. Secara global, 15 juta orang terkena
stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen.
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat dicegah (American Heart Association,
2014).

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-
tiba terganggu. Dalam jaringan otak kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi
biokimia yang dapat merusakan fungsi atau mematikan sel-sel saraf pada otak. Stroke dapat pula
didefinisikan sebagai manifestasi klinis dari gangguan otak (cerebrovascular disease) baik
seluruh maupun sebagian yang berlangsung secara cepat, berlangsung lebih dari 24 jam dan
dapat menyebabkan kematian (Tilong, 2012 & Gofir, 2009).

Penyakit stroke sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat, hal ini
diakibatkan oleh cukup tingginya kasus stroke yang terjadi. Setiap 15 juta orang di dunia
mengalami stroke, setiap 5 jutanya mengalami kelumpuhan permanen. Sedangkan di Asia
Tenggara kasus stroke terjadi sebanyak 4,4 juta per tahun. (WHO, 2010)

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, prevalensi stroke
di Indonesia adalah sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah sebesar
12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan.
Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di Jawa Tengah adalah sebesar 16,9%.
Sedangkan di Kabupaten Pekalongan prevalensi stroke mencapai 418 kasus. Dengan rincian
kasus stroke hemoragik sebanyak 212, dan stroke non hemoragik lebih sedikit dengan jumlah
206. (Dindukcapil, 2014)

Penyakit stroke diakibatkan oleh berbagai macam faktor, dimana faktor tersebut meliputi
faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat
diubah meliputi umur, jenis kelamin, ras, faktor keturunan dan kelainan pembuluh darah bawaan.
Sedangkan faktor yang dapat diubah terdiri dari hipertensi, penyakit jantung, diabetes milletus,
kolestrol, obesitas, merokok, dan obat-obatan terlarang.

Sayangnya tidak semua orang menyadari bahwa obesitas, merokok, dan mengkonsumsi
alkohol dapat memicu terjadinya stroke. Obesitas dapat memicu timbulnya stroke dikarenakan
adanya timbunan lemak yang dapat menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah. Asupan
lemak yang tinggi akan menyebabkan hormon natriouretik melakukan pengeluaran berlebihan
sehingga tekanan darah meningkat. Apabila peningkatan tekanan darah tersebut tidak terkendali
maka dapat menimbulkan stroke (Anggraeni, 2009).
Kebiasaan merokok berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah melalui gangguan
status lipid, peningkatan obesitas sentral, gangguan resistensi insulin, peningkatan masa ventrikel
kiri, dan peningkatan kekakuan dinding pembuluh darah. Sedangkan mengkonsumsi alkohol
dapat berpengaruh pada peningkatan kadar kortisol sehingga aktivitas renin-angiotensin dan
aldosteron akan meningkat, jika unsur-unsur ini meningkat maka dapat menyebabkan kenaikan
darah. Kenaikan darah inilah yang dapat memicu terjadinya stroke, baik stroke iskemik maupun
stroke hemoragik (Gray, 2008).

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang stroke
agar masyarakat dapat menyadari pentingnya menerapkan perilaku hidup sehat supaya bisa
terhindar dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan stroke.

B. Pokok Bahasan : Stroke

C. Sub Pokok Bahasan :

1. Definisi stroke

2. Klarifikasi stroke

3. Penyebab stroke

4. Gejala stroke

5. Cara menghindari stroke

6. Cara pengobatan/ penatalaksanaan stroke

D. Sasaran : Komunitas masyarakat Desa Sukasuka

E. Tempat : Balai Desa

F. Waktu

Hari : Selasa

Tanggal : 13 November 2018


Jam : 08.00-08.30 WIB

G. Tujuan

1. Tujuan umum :

Agar peserta mampu menerapkan pola hidup sehat sehingga faktor-faktor


penyebab stroke dapat dihindari

2. Tujuan khusus :

a. Peserta mampu menjelaskan definisi stroke

b. Peserta mampu menjelaskan klarifikasi stroke

c. Peserta mampu menjelaskan penyebab stroke

d. Peserta mampu menjelaskan gejala stroke

e. Peserta mampu menjelaskan cara menghindari stroke

f. Peserta mampu menjelaskan cara pengobatan stroke

H. Media dan alat : LCD, leaflet, video

I. Metode : ceramah, tanya jawab

J. Pengorganisasian :

1. Peran

Karena penyuluhan dilakukan secara individu maka peran dilakukan secara mandiri.
Dengan rincian :

Moderator : Ni Made Galih Ratna Dewi


Pemateri : Ni Made Galih Ratna Dewi

Fasilitator : Ni Made Galih Ratna Dewi

2. Denah posisi penyuluhan berbentuk lurus

Lembar penyuluhan (LCD)

Moderator Pemateri

1 2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15 16

Fasilitator 17 18 19 dst Fasilitator

K. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens Alat


yang
dipaka
i
Pembukaan  Memberi salam  Menjawab salam -
5 menit  Memperkenalkan diri penyaji

 Menjelaskan tujuan  Mendengarkan


penyuluhan dan
memperhatikan
 Menjelaskan kontrak
waktu  Mendengarkan
dan
 Menggali pengetahuan memperhatikan
audiens tentang stroke
 Menjawab
apabila
mengetahui
tentang stroke

Pelaksanaan  Menjelaskan materi,  Mendengarkan LCD


20 menit meliputi : dan
memperhatikan
- Definisi stroke
 Bertanya
- Klarifikasi stroke

- Penyebab stroke

- Gejala stroke

- Cara menghindari
stroke

- Cara pengobatan/
penatalaksanaan
stroke

 Memberi waktu untuk sesi


tanya jawab

Penutup  Memberikan beberapa  Menjawab -


5 menit pertanyaan untuk pertanyaan
mengevaluasi sejauh mana
pemahaman audiens  Menyimpulkan
tentang stroke
 Mendengarkan
 Menyimpulkan secara dan
bersama-sama tentang memperhatikan
stroke
 Membalas salam
 Mengakhiri penyuluhan penutup

 Memberi salam penutup


L. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi struktur

a. Materi sudah disiapkan 3 hari sebelum penyuluhan

b. Undangan sudah diberikan 2 hari sebelum penyuluhan

2. Evaluasi proses

a. Penyuluh memberikan materi sesuai SAP

b. Peserta tidak ada yang meninggalkan tempat saat penyuluhan berlangsung

c. Peserta menyimak dan berperan aktif saat penyuluhan berlangsung

3. Evaluasi hasil

a. 100% peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir penyuluhan

b. 75% peserta mampu menjelaskan pengertian stroke

c. 75% peserta mampu menjelaskan klarifikasi stroke

d. 75% peserta mampu menjelaskan penyebab stroke

e. 75% peserta mampu menjelaskan gejala stroke

f. 75% peserta mampu menjelaskan cara menghindari stroke

g. 75% peserta mampu menjelaskan cara pengobatan stroke


Pekalongan, 13 November 2018

Mengetahui Pembimbing Mahasiswa

Herni Rejeki , M.Kep., Ns.Sp.Kep.Kom Ni Made Galih Ratna Dewi


M. Lampiran Materi

STROKE

A. Definisi Stroke

`
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian
otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak kurangnya aliran darah menyebabkan
serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusakan fungsi atau mematikan sel-sel saraf pada
otak. Stroke dapat pula didefinisikan sebagai manifestasi klinis dari gangguan otak
(cerebrovascular disease) baik seluruh maupun sebagian yang berlangsung secara cepat,
berlangsung lebih dari 24 jam dan dapat menyebabkan kematian (Gofir, 2009).

Stroke terjadi ketika pasukan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam
jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat
merusak atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak ini dapat menyebabkan
hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan tersebut (Tilong, 2012).

Stroke terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli. Emboli bisa berupa
kolesterol atau udara. Pada orang usia lanjut, stroke atau penyakit pembuluh darah otak
sering terjadi akibat pembekuan darah atau akibat perdarahan di dalam otak. Jika stroke
terjadi, wajah penderita sering kali kemerahan, nafas mengorok, serta denyut nadi menjadi
kuat atau lambat. Bahkan penderita bisa tidak sadarkan diri atau koma (Tilong, 2012).

Bila dapat diselamatkan, terkadang penderita stroke mengalami kelumpuhan pada


salah satu sisi wajah dan tubuhnya. Selain itu, ia juga akan mengalami hilangnya sebagian
ingatan, serta kesulitan dalam berbicara, melihat, atau berfikir. Jika serangan stroke tergolong
ringan, sebagian dari gangguan tersebut dapat terjadi, namun kesadaran masih berfungsi
dengan cukup baik (Tilong, 2012).

B. Klarifikasi Stroke

Stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke hemoragik dan iskemik. Untuk kasus
stroke hemoragik, hampir 70% menyerang penderita hipertensi. Sedangkan stroke iskemik,
sebuah prognosis hasil dari penelitian menyatakan bahwa 75,2% stroke iskemik diderita oleh
kaum pria dengan prevalensi berupa kolesterol, kebiasaan merokok, dan mengkonsumsi
alkohol.
Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah
yang normal, lalu darah merembes ke suatu daerah di otak dan merusaknya. Pendarahan
dapat terjadi di seluruh bagian otak, seperti midbrain, thalamus, hipokampus, frontal,
parietal, cerebellum, dan pons.

Jika pada stroke hemoragik ditandai dengan pecahnya pembuluh darah, beda halnya
dengan stroke iskemik. Stroke iskemik ditandai dengan penyumbatan. Ini bisa terjadi
disepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju otak. Darah yang menuju otak disuplai
oleh dua pembuluh darah arteri, yakni arteri karotis internal, dan arteri vertebralis. Aretri
karotis internal merupakan cabang dari arteri karotis communis, sedangkan arteri vertebralis
merupakan cabang dari arteri subclavia. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari aorta
jantung.

Berhentinya aliran darah ke otak pada stroke iskemik disebabkan oleh penumpukan
kolesterol pada dinding pembuluh darah (ateroskleosis), atau tersumbatnya pembuluh darah
ke otak yang dikarenakan pembekuan darah. Penyumbatan dapat terjadi disepanjang jalur
pembuluh darah arteri yang menuju otak. Hampir sebagian besar pasien stroke ata sebesar
83% mengalami stroke jenis ini.

Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbetuk di dalam pembuluh darah arteri karotis
sehingga menyababkan kurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap
pembuluh darah arteri karotis memberikn darah ke sebagian besar otak dalam keadaan
normal. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah,
kemudian menyumbat ke arteri yang lebih kecil.

C. Beberapa Penyebab Stroke

1. Faktor penyebab stroke yang dapat dikendalikan

Faktor ini adalah beberapa kondisi yang dapat disembuhkan dengan bantuan obat-
obatan atau perubahan hidup. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah :

a. Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama yang
dapat menyebabkan pengerasan dan penyumbata arteri. Penderita hiertendi
beresiko 4-6 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami
hipertensi. Dan sekitar 40-90% pasien stroke ternyata menderita hipertensi
sebelum terkena stroke.
Hipertensi akan merangsang terbentuknya sebuah plak ateroskleosis di
pembuluh darah arteri dan arteriol di dalam otak. Hipertensi juga menginduksi
sebuah lintasan lipolibialinosis di pembuluh darah ganglia bsal, hingga
menyebabkan infark lakunar atau pendarahan otak.

b. Jantung

Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit yang masuk dalam


kategori atrial fibrillation, yakni penyakit dengan denyut jantung yang tidak
teratur do bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri mencapai 4 kali lebih
cepat dibandingkan bagian-bagian jantung yang lain. Ini menyebabkan aliran
darah menjadi tidak teratur, dan terjadi pembentukan gumpalan darah secara
insidental. Gumpalan-gumapaln inilah yang kemudian mencapai otak dan
menyebabkan stroke.

c. Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk terkena stroke.
Penderita diabetes milletus cenderung menderita arteroskleosis yang dapat
meningkatkan terjadinya peningkatan lemak darah. Pengendalian diabetes sangat
menentukan turunnya peluang untuk terjadinya stroke.

d. Kolesterol

Kolesterol merupakan salah satu faktor terjadinya stroke. Total serum


kolesterol, LDL, maupun trigliserida yang tinggi dapat meningkatkan resiko
stroke iskemik (tertama bila disertai hipertensi) hal ini terjadi karena terjadinya
arteroskleosis pada arteri karotis. Makanan yang kaya lemak jenuh dan kolesterol
seperti daging, telur, dan susu dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh
dan berpengaruh terhadap resido arteroskleosis dan penebalan pembuluh. Kadar
kolesterol dibawah 200 mg/dl dianggap aman. Sedangkan kolesterol diatas 240
mg/dl, berbahaya dan menempatkan seseorang pada resiko terkena stroke.

e. Obesitas

Pasien obesitaskegemukan memiliki tekanan darah, kadar glukosa darah,


dan serum lipid yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak gemuk.
Hal ini meningkatkan resiko terjadinya stroke.
f. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab stroke, baik stroke karena
sumbatan maupun karena perdarahan dalam otak. Hal ini terjadi karena merokok
dapat memicu produksi fibrinogen yang berlebihan sehingga merangsang
timbulnya ateroskleosis. Resiko terjadinya stroke meningkat seiring
bertambahnya jumlah rokok yang dikonsumsi, baik pada laki-laki maupun pada
perempaun dengan segala usia.Resiko tersebut akan menurun dengan sendirinya
setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah
berhenti merokok.

g. Mengkonsumsi alkohol

Penelitian di Yugoslavia membutikan bahwa terdapat hubungan antara


mengkonsumsi alkohol dengan terjadinya stroke. Hal ini terjadi karena
mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah sehingga
memperbesar resiko terjadinya stroke baik stroke iskemik maupun hemoragik.

h. Obat-obatan terlarang

Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan senyawa olahan


lainnya dapat menyababkan stroke. Kokain dapat menyebabkan gangguan
denyut jantung (arrhythmias). Sedangkan marijuana dapat mengurangi tekanan
darah, namun apabila berinteraksi dengan faktor lain seperti hipertensi dan
merokok, akan menyebabkan tekanan darah naik turun dengan cepat. Keadaan
inilah yang dapat menyebabkan rusaknya pembukuh darah.

2. Faktor penyebab stroke yang tidak dapat dikendalikan

Dikatakan tidak dapat dikendalikan karena faktor tersebut terjadi secara


alami dan tidak dapat dikendalikan dan dicegah oleh siapapun. Contohnya proses
penuaan. Semakin bertambah usia seseorang, resiko terjadinya stroke pun semakin
bertambah.

Faktor lain yang tidak dapat dikendalikan adalah jenis kelamin. Pria lebih
beresiko terkena stroke daripada wanita. Tetapi penelitian menunjukan bahwa lebih
banyak wanita yang meninggal karena stroke. Hal ini terjadi karena serangan stroke
pada pria terjadi di usia muda, sehingga tingkat kelangsungan hidupnya lebih tinggi.
Dengan kata lain, stroke pada wanita lebih banyak terjadi pada usia tua sehingga
kemungkinan meninggal pun lebih besar.

Faktor genetik atau keturunan juga merupakan salah satu faktor penyebab
stroke yang dapat dikendalikan. Faktor genetik yang sangat berperan adalah
hipertensi, jantung, diabetes milletus, dan cacat pembuluh darah. Gaya hidup dan
pola suatu keluarga juga mendukung resiko stroke. Cacat pada pembuluh darah
(cadasil) mungkin merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan
dengan faktor resiko stroke yang lain.

D. Gejala Stroke

Secara umum gejala atau tanda-tanda stroke adalah sebagai berikut :

1. Hilang rasa atau adanya sensasi abnormal pada salah satu bagian tubuh
2. Kelumpuhan atau kelemahan
3. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
4. Pusing
5. Suara tidak jelas
6. Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
7. Tidak mampu mengendalikan bagian tubuh
8. Pergerakan yang tidak biasa
9. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
10. Ketidakseimbangan dan jatuh
11. Pingsan

Gejala-gejala yang timbul kemungkinan berbeda, tergantung pada penyebab,


lokasi, serta luas area otak yang mengalami kerusakan.

E. Cara Menghindari Stroke

Ada beberapa cara yang perlu dilakukan untuk terhindar dari stroke. Diantaranya
adalah dengan berhenti merokok dan mengontrol hipertensi. Resiko terjadinya penyakit
jantung koroner menurun sekitar 50% dalam satu tahun setelah berhenti merokok. Dan
apabila telah lima tahun berhenti merokok, resiko tersebut akan menurun seperti halnya
orang yang belum pernah merokok.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pengontrolan hipertensi akan menurunkan resiko
stroke secara nyata. Pasien dengan hpertensi memerlukan terapi untuk mengembalikan
tekanan darahnya dalam keadaan normal. Selain itu, pemberian obat antihipertensi pada
pasien peningkatan tekanan darah ringan akan memberikan hasil yang baik. Pada pasien
dengan resiko stroke, penting dilakukan perubahan pola hidup, seperti penurunan berat
badan, berhenti merokok, dan rajin berolahraga.

F. Cara Mengatasi Stroke

1. Pengobatan Farmakologi

a. Untuk pasien yang menderita stroke iskemik, biasanya dokter akan meresepkan
obat-obat berikut :
 Obat anti trombosit : untuk mencegah pembentukan gumpalan darah,
misalnya Aspirin
 Obat anti koagulan : untuk mengurangi pembentukan bekuan darah dan
mengurangi emboli, misalnya Heparin dan Warfarin
 Agen trombolik : diterapkan pada infark serebral yang telah terjadi tidak lebih
dari beberapa jam sebelumnya, misalnya rTPA

b. Untuk pasien yang menderita edema serebral (pembengkakan jaringan otak) yang
disebabkan oleh stroke berat, biasanya dokter meresepkan pbat-obatan seperti
Manitol dan Gliserol untuk menurunkan tekanan intrakranial

2. Pengobatan Non-Farmakologi

Wortel memiliki kandungan vitamin A yang tinngi per 100 gr, yaitu sebesar
12000 SI. Sedangkan unsur lainnya adalah kalori sebesar 42 kal, protein 1,2 gram,
lemak 0,3 gram, karbohidrat 9,3 gram, kalsium 39 mg, fisfir 37 mg, besi 0,8 mg,
vitamin B1 0,06 mg, dan vitamin C 6 mg.

Menurut salah satu sumber, orang yang terkena stroke jika banyak
mengkonsumsi wortel akan mengalami lebih sedikit kerusakan neurologis (saraf) dan
mempunyai kesempatan untuk sembuh, hal ini dikarenkan wortel banyak
mengandung vitamin A. Hal ini disebabkan karena waktu otak tidak mendapat
oksigen dalam beberapa waktu, sel mulai mengalami mal fungsi yang dapat
menyebabkan serangkaian kejadian. Kondisi tersebut dapat diredam apabila darah
banyak mengandung vitamin A.
Untuk mendapat khasiat yang maksimal, pilihlah wortel yang masih segar,
kulit halus, dan warna yang masih terang. Hal ini menunjukkan bahwa wortel masih
segar. Dan sebaiknya wortel tidak dikupas, tapi cukup digosok atau disikat
sedikit.Selain itu wortel tersebut sebaiknya dimakan secara langsung, namun bisa
juga dimasak atau dibuat jus. Konsumsi wortel ini sedikitnya 5 kali seminggu.

3. Operasi bedah

Tidak semua pasien yang mengalami stroke hemoragik perlu menjalani


operasi beda. Hal ini tergantung pada ukuran, lokasi, dan kedalaman hematoma
(pengumpulan darah di luar pembuluh darah) dan apakah stroke itu diikuti
pembengkakan jaringan otak dan dilihat pula dari kondisi pasien seara keseluruhan.

Operasi bedah bisa membuang hematoma untuk menurunkan tekanan


intrakranial (tekanan di dalam tengkorak) pada pasien yang mengalami stroke
hemoragik. Tindakan operasi juga bisa memotong aneurisma (pembengkakan
pembuluh darah di otak) untuk menvegah perdarahan lebih lanjut. Untuk stroke
iskemik , tindakan operasi juga bisa dilakukan untuk membuang bagian intima dari
arteri karotis, dan untuk mencegah kambuhnya stroke.

4. Pengobatan Terpadu di Unit Stroke Akut

Suatu tim medis yang terdiri dari sejumlah ahli kesehatan profesional yang
memberikan perawatan terhadap stroke akut, perawatan rehabilitasi, terapi fisik,
terapi okupasi, terapi wicara, layanan kerja sosial medis, dan layanan psikologis
klinis, bekerjasama untuk mencegah komplikasi dan mempersiapkan pasien untuk
menerima perawatan rehabilitasi setelah kondisi pasien stabil.
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. 2014. Heart Disease and Stroke Statistics. Diakses pada 7
November 2018 20.10 WIB.

Anggraeni, A. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Terjadinya


Peningkatan Tekanan Darah pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa
Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Riau : Universitas
Riau.

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pekalongan. 2014. PROFIL


KESEHATAN KABUPATEN PEKALONGAN. Diakses pada 9 November 2018
17.12 WIB

Gofir, A. 2009. MANAJEMEN STROKE. Yogyakarta : Pustaka Cendekia Press.

Gray, H. 2008. Lectures Notes Kardiologi. Jakarta : Erlangga.

Riset Kesehatan Dasar Nasional. 2013. PREVALENSI STROKE DI INDONESIA. Diakses


pada 9 November 16.37 WIB

Tilong, A. 2012. Kitab Herbal Khusus Terapi Stroke. Jogjakarta : D-MEDIKA.

WHO. 2010. Cerebrovascular Disease. Diakses pada 11 November 2018 19.32 WIB

Anda mungkin juga menyukai