STROKE
Disusun Oleh :
DIII KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2018
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung koroner
dan kanker. Satu dari 10 kematian disebabkan oleh stroke. Secara global, 15 juta orang terkena
stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan permanen.
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat dicegah (American Heart Association,
2014).
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-
tiba terganggu. Dalam jaringan otak kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi
biokimia yang dapat merusakan fungsi atau mematikan sel-sel saraf pada otak. Stroke dapat pula
didefinisikan sebagai manifestasi klinis dari gangguan otak (cerebrovascular disease) baik
seluruh maupun sebagian yang berlangsung secara cepat, berlangsung lebih dari 24 jam dan
dapat menyebabkan kematian (Tilong, 2012 & Gofir, 2009).
Penyakit stroke sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat, hal ini
diakibatkan oleh cukup tingginya kasus stroke yang terjadi. Setiap 15 juta orang di dunia
mengalami stroke, setiap 5 jutanya mengalami kelumpuhan permanen. Sedangkan di Asia
Tenggara kasus stroke terjadi sebanyak 4,4 juta per tahun. (WHO, 2010)
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, prevalensi stroke
di Indonesia adalah sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah sebesar
12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan.
Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di Jawa Tengah adalah sebesar 16,9%.
Sedangkan di Kabupaten Pekalongan prevalensi stroke mencapai 418 kasus. Dengan rincian
kasus stroke hemoragik sebanyak 212, dan stroke non hemoragik lebih sedikit dengan jumlah
206. (Dindukcapil, 2014)
Penyakit stroke diakibatkan oleh berbagai macam faktor, dimana faktor tersebut meliputi
faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat
diubah meliputi umur, jenis kelamin, ras, faktor keturunan dan kelainan pembuluh darah bawaan.
Sedangkan faktor yang dapat diubah terdiri dari hipertensi, penyakit jantung, diabetes milletus,
kolestrol, obesitas, merokok, dan obat-obatan terlarang.
Sayangnya tidak semua orang menyadari bahwa obesitas, merokok, dan mengkonsumsi
alkohol dapat memicu terjadinya stroke. Obesitas dapat memicu timbulnya stroke dikarenakan
adanya timbunan lemak yang dapat menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah. Asupan
lemak yang tinggi akan menyebabkan hormon natriouretik melakukan pengeluaran berlebihan
sehingga tekanan darah meningkat. Apabila peningkatan tekanan darah tersebut tidak terkendali
maka dapat menimbulkan stroke (Anggraeni, 2009).
Kebiasaan merokok berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah melalui gangguan
status lipid, peningkatan obesitas sentral, gangguan resistensi insulin, peningkatan masa ventrikel
kiri, dan peningkatan kekakuan dinding pembuluh darah. Sedangkan mengkonsumsi alkohol
dapat berpengaruh pada peningkatan kadar kortisol sehingga aktivitas renin-angiotensin dan
aldosteron akan meningkat, jika unsur-unsur ini meningkat maka dapat menyebabkan kenaikan
darah. Kenaikan darah inilah yang dapat memicu terjadinya stroke, baik stroke iskemik maupun
stroke hemoragik (Gray, 2008).
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang stroke
agar masyarakat dapat menyadari pentingnya menerapkan perilaku hidup sehat supaya bisa
terhindar dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan stroke.
1. Definisi stroke
2. Klarifikasi stroke
3. Penyebab stroke
4. Gejala stroke
F. Waktu
Hari : Selasa
G. Tujuan
1. Tujuan umum :
2. Tujuan khusus :
J. Pengorganisasian :
1. Peran
Karena penyuluhan dilakukan secara individu maka peran dilakukan secara mandiri.
Dengan rincian :
Moderator Pemateri
1 2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15 16
K. Kegiatan Penyuluhan
- Penyebab stroke
- Gejala stroke
- Cara menghindari
stroke
- Cara pengobatan/
penatalaksanaan
stroke
1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
3. Evaluasi hasil
STROKE
A. Definisi Stroke
`
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian
otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak kurangnya aliran darah menyebabkan
serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusakan fungsi atau mematikan sel-sel saraf pada
otak. Stroke dapat pula didefinisikan sebagai manifestasi klinis dari gangguan otak
(cerebrovascular disease) baik seluruh maupun sebagian yang berlangsung secara cepat,
berlangsung lebih dari 24 jam dan dapat menyebabkan kematian (Gofir, 2009).
Stroke terjadi ketika pasukan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam
jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat
merusak atau mematikan sel-sel saraf di otak. Kematian jaringan otak ini dapat menyebabkan
hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan tersebut (Tilong, 2012).
Stroke terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli. Emboli bisa berupa
kolesterol atau udara. Pada orang usia lanjut, stroke atau penyakit pembuluh darah otak
sering terjadi akibat pembekuan darah atau akibat perdarahan di dalam otak. Jika stroke
terjadi, wajah penderita sering kali kemerahan, nafas mengorok, serta denyut nadi menjadi
kuat atau lambat. Bahkan penderita bisa tidak sadarkan diri atau koma (Tilong, 2012).
B. Klarifikasi Stroke
Stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke hemoragik dan iskemik. Untuk kasus
stroke hemoragik, hampir 70% menyerang penderita hipertensi. Sedangkan stroke iskemik,
sebuah prognosis hasil dari penelitian menyatakan bahwa 75,2% stroke iskemik diderita oleh
kaum pria dengan prevalensi berupa kolesterol, kebiasaan merokok, dan mengkonsumsi
alkohol.
Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah
yang normal, lalu darah merembes ke suatu daerah di otak dan merusaknya. Pendarahan
dapat terjadi di seluruh bagian otak, seperti midbrain, thalamus, hipokampus, frontal,
parietal, cerebellum, dan pons.
Jika pada stroke hemoragik ditandai dengan pecahnya pembuluh darah, beda halnya
dengan stroke iskemik. Stroke iskemik ditandai dengan penyumbatan. Ini bisa terjadi
disepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju otak. Darah yang menuju otak disuplai
oleh dua pembuluh darah arteri, yakni arteri karotis internal, dan arteri vertebralis. Aretri
karotis internal merupakan cabang dari arteri karotis communis, sedangkan arteri vertebralis
merupakan cabang dari arteri subclavia. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari aorta
jantung.
Berhentinya aliran darah ke otak pada stroke iskemik disebabkan oleh penumpukan
kolesterol pada dinding pembuluh darah (ateroskleosis), atau tersumbatnya pembuluh darah
ke otak yang dikarenakan pembekuan darah. Penyumbatan dapat terjadi disepanjang jalur
pembuluh darah arteri yang menuju otak. Hampir sebagian besar pasien stroke ata sebesar
83% mengalami stroke jenis ini.
Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbetuk di dalam pembuluh darah arteri karotis
sehingga menyababkan kurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap
pembuluh darah arteri karotis memberikn darah ke sebagian besar otak dalam keadaan
normal. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah,
kemudian menyumbat ke arteri yang lebih kecil.
Faktor ini adalah beberapa kondisi yang dapat disembuhkan dengan bantuan obat-
obatan atau perubahan hidup. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah :
a. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama yang
dapat menyebabkan pengerasan dan penyumbata arteri. Penderita hiertendi
beresiko 4-6 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami
hipertensi. Dan sekitar 40-90% pasien stroke ternyata menderita hipertensi
sebelum terkena stroke.
Hipertensi akan merangsang terbentuknya sebuah plak ateroskleosis di
pembuluh darah arteri dan arteriol di dalam otak. Hipertensi juga menginduksi
sebuah lintasan lipolibialinosis di pembuluh darah ganglia bsal, hingga
menyebabkan infark lakunar atau pendarahan otak.
b. Jantung
c. Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk terkena stroke.
Penderita diabetes milletus cenderung menderita arteroskleosis yang dapat
meningkatkan terjadinya peningkatan lemak darah. Pengendalian diabetes sangat
menentukan turunnya peluang untuk terjadinya stroke.
d. Kolesterol
e. Obesitas
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab stroke, baik stroke karena
sumbatan maupun karena perdarahan dalam otak. Hal ini terjadi karena merokok
dapat memicu produksi fibrinogen yang berlebihan sehingga merangsang
timbulnya ateroskleosis. Resiko terjadinya stroke meningkat seiring
bertambahnya jumlah rokok yang dikonsumsi, baik pada laki-laki maupun pada
perempaun dengan segala usia.Resiko tersebut akan menurun dengan sendirinya
setelah berhenti merokok dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah
berhenti merokok.
g. Mengkonsumsi alkohol
h. Obat-obatan terlarang
Faktor lain yang tidak dapat dikendalikan adalah jenis kelamin. Pria lebih
beresiko terkena stroke daripada wanita. Tetapi penelitian menunjukan bahwa lebih
banyak wanita yang meninggal karena stroke. Hal ini terjadi karena serangan stroke
pada pria terjadi di usia muda, sehingga tingkat kelangsungan hidupnya lebih tinggi.
Dengan kata lain, stroke pada wanita lebih banyak terjadi pada usia tua sehingga
kemungkinan meninggal pun lebih besar.
Faktor genetik atau keturunan juga merupakan salah satu faktor penyebab
stroke yang dapat dikendalikan. Faktor genetik yang sangat berperan adalah
hipertensi, jantung, diabetes milletus, dan cacat pembuluh darah. Gaya hidup dan
pola suatu keluarga juga mendukung resiko stroke. Cacat pada pembuluh darah
(cadasil) mungkin merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan
dengan faktor resiko stroke yang lain.
D. Gejala Stroke
1. Hilang rasa atau adanya sensasi abnormal pada salah satu bagian tubuh
2. Kelumpuhan atau kelemahan
3. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
4. Pusing
5. Suara tidak jelas
6. Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
7. Tidak mampu mengendalikan bagian tubuh
8. Pergerakan yang tidak biasa
9. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
10. Ketidakseimbangan dan jatuh
11. Pingsan
Ada beberapa cara yang perlu dilakukan untuk terhindar dari stroke. Diantaranya
adalah dengan berhenti merokok dan mengontrol hipertensi. Resiko terjadinya penyakit
jantung koroner menurun sekitar 50% dalam satu tahun setelah berhenti merokok. Dan
apabila telah lima tahun berhenti merokok, resiko tersebut akan menurun seperti halnya
orang yang belum pernah merokok.
Selanjutnya dijelaskan bahwa pengontrolan hipertensi akan menurunkan resiko
stroke secara nyata. Pasien dengan hpertensi memerlukan terapi untuk mengembalikan
tekanan darahnya dalam keadaan normal. Selain itu, pemberian obat antihipertensi pada
pasien peningkatan tekanan darah ringan akan memberikan hasil yang baik. Pada pasien
dengan resiko stroke, penting dilakukan perubahan pola hidup, seperti penurunan berat
badan, berhenti merokok, dan rajin berolahraga.
1. Pengobatan Farmakologi
a. Untuk pasien yang menderita stroke iskemik, biasanya dokter akan meresepkan
obat-obat berikut :
Obat anti trombosit : untuk mencegah pembentukan gumpalan darah,
misalnya Aspirin
Obat anti koagulan : untuk mengurangi pembentukan bekuan darah dan
mengurangi emboli, misalnya Heparin dan Warfarin
Agen trombolik : diterapkan pada infark serebral yang telah terjadi tidak lebih
dari beberapa jam sebelumnya, misalnya rTPA
b. Untuk pasien yang menderita edema serebral (pembengkakan jaringan otak) yang
disebabkan oleh stroke berat, biasanya dokter meresepkan pbat-obatan seperti
Manitol dan Gliserol untuk menurunkan tekanan intrakranial
2. Pengobatan Non-Farmakologi
Wortel memiliki kandungan vitamin A yang tinngi per 100 gr, yaitu sebesar
12000 SI. Sedangkan unsur lainnya adalah kalori sebesar 42 kal, protein 1,2 gram,
lemak 0,3 gram, karbohidrat 9,3 gram, kalsium 39 mg, fisfir 37 mg, besi 0,8 mg,
vitamin B1 0,06 mg, dan vitamin C 6 mg.
Menurut salah satu sumber, orang yang terkena stroke jika banyak
mengkonsumsi wortel akan mengalami lebih sedikit kerusakan neurologis (saraf) dan
mempunyai kesempatan untuk sembuh, hal ini dikarenkan wortel banyak
mengandung vitamin A. Hal ini disebabkan karena waktu otak tidak mendapat
oksigen dalam beberapa waktu, sel mulai mengalami mal fungsi yang dapat
menyebabkan serangkaian kejadian. Kondisi tersebut dapat diredam apabila darah
banyak mengandung vitamin A.
Untuk mendapat khasiat yang maksimal, pilihlah wortel yang masih segar,
kulit halus, dan warna yang masih terang. Hal ini menunjukkan bahwa wortel masih
segar. Dan sebaiknya wortel tidak dikupas, tapi cukup digosok atau disikat
sedikit.Selain itu wortel tersebut sebaiknya dimakan secara langsung, namun bisa
juga dimasak atau dibuat jus. Konsumsi wortel ini sedikitnya 5 kali seminggu.
3. Operasi bedah
Suatu tim medis yang terdiri dari sejumlah ahli kesehatan profesional yang
memberikan perawatan terhadap stroke akut, perawatan rehabilitasi, terapi fisik,
terapi okupasi, terapi wicara, layanan kerja sosial medis, dan layanan psikologis
klinis, bekerjasama untuk mencegah komplikasi dan mempersiapkan pasien untuk
menerima perawatan rehabilitasi setelah kondisi pasien stabil.
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association. 2014. Heart Disease and Stroke Statistics. Diakses pada 7
November 2018 20.10 WIB.
WHO. 2010. Cerebrovascular Disease. Diakses pada 11 November 2018 19.32 WIB