Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Senam Aerobik

a. Definisi

Salah satu jenis olahraga yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk menjaga

kebugaran tubuh, menyenangkan dan tentu saja memiliki banyak manfaat lain

adalah senam aerobic. Senam aerobic merupakan bagian dari aktivitas ritmik,

diartikan sebagai aktivitas gerak yang dilakukan perorangan maupun kelompok

orang secara berirama, dengan menggunakan otot-otot besar, serta penggunaan

energi dengan oksigen, yang bertujuan untuk pemeliharaan dan peningkatan

kebugaran tubuh serta tujuan lain yang relevan, dan penggalian nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya

b. Manfaat

Olahraga senam aerobic yang dilakukan secara dan dengan takaran yang tepat,

dapat memberikan manfaat :

(1) Dapat meningkatkan fungsi sistem tubuh, peningkatan kekuatan, daya tahan

otot dan kardiovaskuler, serta peningkatan fleksibilitas dan komponen

kebugaran lainnya.
(2) Dapat meningkatkan keharonisan fungsi saraf dan otot, melalui berbagai

latihan koordinasi di dalamnya.

(3) Dapat meningkatkan kemampuan menerima, membedakan dan

menerjemahkan isyarat, karena dalam melakukan senam aerobic terutama

yang diiringi dengan musik seseorang harus tetap mengikuti musik tersebut.

(4) Dapat meningkatkan kecerdasan, peserta senam pada suatu kelas senam

aerobic harus tetap mengikuti koreografi yang diberikan oleh instruktur.

(5) Dapat meningkatkan kepekaan terhadap kondisi lingkungan sehingga

mampu beradaptasi dengan mudah dan menjaga keharmonisan dalam hidup

bersama.

(6) Dapat meningkatkan kemampuan kontrol emosi, pelepasan ketegangan,

meningkatkan kreativitas, serta peningkatan pengalaman estetis.

Jadi sebenarnya senam aerobic ternyata tidak hanya mampu meningkatkan

kebugaran jasmani, tetapi juga mampu memberikan hal yang lebih.

Seperti yang disebutkan di atas, bahwa senam aeobik yang dilakukan secara benar

dan dengan takaran yang tepat, dapat memberikan manfaat seperti yang

diharapkan, tetapi nyatanya tidak banyak yang secara efektif mengambil manfaat

dari aktivitas tersebut. Hal ini dimungkinkan karena, pesenam tidak memiliki

pengetahuan definisi gerak yang cukup, bekal teknik yang pas-pasan, tidak

menguasai sistematika pelatihan yang benar, pemilihan musik pengiring yang

cocok, tidak mampu memanfaatkan alat bantu secara optimal, serta


ketidakcukupan pengetahuan dan pengalaman lain yang dapat digunakan sebagai

pendukung.

Pemahaman definisi gerak bagaimana harus memutar anggota tubuh,

menekuk, meluruskan, membentangkan, mengayun, serta gerakan lain yang

mungkin dilakukan sungguh sangat diperlukan, jika tidak, bukan tidak mungkin

gerak akan mengakibatkan cidera.

2. Kesuburan

a. Definisi

Yang dimaksud dengan masa subur adalah masa dimana terjadinya ovulasi

pada pertengahan siklus haid. Ovulasi mengeluarkan sel telur yang sudah matang

dan siap dibuahi oleh sperma. Jadi, bila pada saat masa subur, seorang wanita

melakukan hubungan seks dengan suaminya, dan bila sperma bagus, maka bisa

terjadi pertemuan antara sel telur dengan sel sperma sehingga terjadi konsepsi.

Hasil konsepsi inilah yang kemudian akan tumbuh menjadi janin (Iskandar,

2007).

Masa subur sangat besar artinya bagi mereka yang menginginkan hamil dan

bagi yang ingin menunda kehamilan. Bagi yang menginginkan kehamilan, masa

subur bisa dijadikan patokan untuk melakukan hubungan seksual karena saat ini

ovulasi sedang terjadi sehingga kemungkinan hamil sangat besar. Sedangkan bagi

yang mau menunda kehamilan, masa subur merupakan masa yang harus dihindari

untuk mencegah terjadinya kehamilan.


b. Cara Menentukan Masa Subur

Cara - cara menentukan masa subur yang umum digunakan yakni sistem

kalender, metoda lendir serviks, dan metoda suhu tubuh. Cara yang paling

sederhana adalah system kalender. System kalender dibagi menjadi 2 cara

berdasarkan siklus haidnya, Jika siklus haidnya teratur, masa subur berlangsung

14 +/- 1 hari haid berikutnya. Artinya masa subur berlangsung pada hari ke 13

sampai hari ke 15 sebelum tanggal haid yang akan datang. Sedangkan apabila

siklus haidnya tidak teratur maka pertama tama harus dicatat panjang siklus haid

sekurang kurangnya selama 6 siklus. Dari jumlah hari pada siklus terpanjang,

dikurangi dengan 11 akan diperoleh hari subur terakhir dalam siklus haid tersebut.

Sedangkan dari jumlah hari pada siklus terpendek dikurangi 8, diperoleh hari

subur pertama dalam siklus haid tersebut. Misal : siklus terpanjang = 31,

sedangkan siklus terpendek = 26, maka masa subur dapat dihitung, 31 - 11 = 20,

dan 26 - 8 = 18, jadi masa subur berlangsung pada hari ke 18 sampai hari ke 20.

Dalam metoda lender serviks, yang dinilai adalah sifat dari lendir atau cairan

yang dihasilkan oleh leher rahim atau serviks. Saat ovulasi atau masa subur, lendir

serviks akan bertambah jumlahnya dengan warna yang jernih dan elastis. Saat ini

wanita akan merasakan basah saluran kelaminya. Untuk memeriksa elastisitas

cairan serviks bisa dilakukan dengan cara memasukan jari telunjuk ke vagina

sampai menyentuh serviks, lalu setelah jari terisi cairan serviks itu dikeluarkan

dari vagina, dengan bantuan ibu jari, cairan itu ditarik sedemikian rupa (pelan

pelan) sampai putus. Bila terputus kurang dari 10 cm maka si wanita bukan dalam

masa subur, bila sampai kira kira 10 cm maka si wanita sedang dalam masa subur.
Sedangkan pada metoda suhu tubuh agak sedikit lebih rumit, tapi masih bisa

dikerjakan oleh pasangan usia subur. Pertama-tama, kita harus mengukur suhu

tubuh wanita tersebut sejak siklus pertama haid sampai haid berikutnya pada pagi

hari (baru bangun tidur). Suhu harian itu kemudian dicatat dan dihubungan

dengan garis (seperti membuat grafik). Saat ovulasi/masa subur, suhu tubuh akan

meningkat 0.05 sampai 0.2 derajat Celcius.

Identifikasi lainnya adalah adanya rasa nyeri pada perut bagian bawah

(mittelschmerz) karena pecahnya folikel (sel telur yang membesar, siap untuk ber-

ovulasi). Atau dengan pemeriksaan urine untuk mengukur hormon lutein

(luteinizing hormone). Bila hasilnya positif, berarti wanita sedang dalam masa

subur. Tes ini seperti tes kehamilan, tapi yang diukur adalah hormon beta HCG,

tapi hormon lutein yang ada di air kencing.

Cara yang lebih canggih adalah dengan USG. Pada hari ke-12 haid dihitung

dari hari pertama haid, folikel diukur. Jika pada hari ke-12 terdapat folikel yang

ukurannya hampir mencapai 18 mm (mengindikasikan waktu untuk ovulasi),

berarti wanita sedang dalam masa subur.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesuburan Wanita

(1) Faktor fisik

Jika fisik wanita optimal, tentu kesuburan dan siklus hormonal akan juga

optimal, sehingga memengaruhi kesuburan. Jika fisik lemah, misalnya

menderita penyakit kronis atau kondisi tubuh sedang sangat kurang, sulit

untuk ovulasi, untuk memenuhi kebutuhan sel-sel tubuh sehari-hari saja tidak
cukup. Akibatnya, tentu juga akan memengaruhi kesuburan. Terlalu gemuk

atau terlalu kurus juga bisa memengaruhi kesuburan(Iskandar, 2007). Adanya

penyakit tertentu, misalnya policystic ovarii (PCO) yang mempersulit

terjadinya sel matang, juga akan memengaruhi masa subur seseorang.

(2) Faktor psikis

Wanita yang mengalami gangguan psikis berat, seperti stres hebat atau

depresi, biasanya juga akan mengalami gangguan hormonal. Siklus haid jadi

kacau, tidak ada ovulasi dan sebagainya. Hal itu sangat berpengaruh pada

proses pematangan sel telur dan gangguan transportasi sel telur ataupun

embrio.

(3) Usia

Pada wanita puncaknya adalah umur 21-24 tahun, sebelum usia tersebut

kesuburan belum benar matang dan setelahnya berangsur menurun.

Kesuburan wanita yang menurun disebabkan karena cadangan sel telur yang

dimiliki semakin lama semakin menipis. Cadangan sel telur wanita paling

banyak sekitar enam hingga tujuh juta dan pada saat usia makin tua, jumlah

tersebut terus menurun. Keadaan seperti ini menyebabkan sel telur sulit untuk

dibuahi dan kalau dibuahi akan menyababkan abortus dan cacat bawaan.

(4) Gangguan siklus menstruasi

Siklus haid yang terlalu pendek (polimenorhae, di bawah 28 hari) atau

siklus haid yang terlalu panjang (oligomenorhae, lebih dari 35 hari) biasanya

tidak menghasilkan ovulasi (unovulasi).


(5) Gizi dan nutrisi

Antioksidan diketahui memperbaiki kinerja sel, bukan cuma sel yang

menunjang kesuburan (sel-sel kelamin), tapi juga seluruh sel-sel di seluruh

tubuh. Oleh karena itu, konsumsi antioksidan (makanan yang mengandung

vitamin E dan vitamin C tinggi) bisa membantu memacu atau

mengoptimalkan kesuburan. Kekurangan zat-zat tadi bisa menurunkan

kesuburan. Tapi, kalau asupan makanan baik, tidak ada penyakit, aliran darah

lancar, dan lain-lain, maka kesuburan pun akan optimal.

(6) Lingkungan

Baik fisik, kimis maupun biologis (panas, radiasi, rokok, narkotik,

alcohol) dapat mempengaruhi kesuburan pada wanita. Wanita perokok berat

tidak saja sulit hamil, tapi juga memiliki resiko abortus dan mendapatkan anak

cacat. hasil penelitian menunjukkan bahwa pria yang dilahirkan dari ibu

perokok berat mempunyai jumlah sperma yang lebih rendah. Karena itu

dampak merokok berat tidak hanya pada dirinya tapi juga pada keturunannya

(Gatra.com, 2005). Merokok bagi wanita, sungguh mengancam kesuburan.

Pengaruhnya tergantung pada jumlah rokok yang dihisap setiap harinya.

Wanita perokok sedang yaitu yang merokok kurang dari 20 batang per hari

kesuburannya menurun hingga tinggal 75 % dibanding dengan yang tidak

merokok. Sedangkan pada wanita perokok berat yaitu yang merokok lebih

dari 20 batang setiap harinya, kesuburannya jauh menurun hingga tinggal

57%. Kandungan nikotin pada rokok berdampak pada meningkatnya

amplitudo gelombang uterotuba sehingga angka kejadian kehamilan ektopik


(kehamilan di luar rahim) akan meningkat. Selain itu merokok juga

menyebabkan meningkatnya kejadian abortus dan kelainan kongenitas

khususnya sindroma down. Pada percobaan hewan coba, nikotin bisa

mempengaruhi desidualisasi, menghambat pembelahan sel, menghambat

pembentukan blastocyst, mengganggu masuknya buah kehamilan ke rongga

rahim, bahkan mencegah implantasi sehingga menurunkan angka keberhasilan

bayi tabung.

Alkohol menekan produksi hormon estrogen dan progesteron serta

meningkatkan prolaktin. Hal ini akan menghambat terjadinya proses ovulasi

(Farmacia, 2008). Pemakaian ganja, kokain, dan heroin ditengarai

menyebabkan gangguan sekresi gonadotropin dan prolaktin sehingga bisa

menghambat ovulasi.

Kafein yang banyak terkandung dalam kopi, teh dan soft drinks

merupakan stimulan yang dicurigai menurunkan kesuburan jika diminum

lebih dari 7 cangkir per hari. Hubungannya masih controversial (Farmacia,

2008).

Bahan kimia tertentu serta polutan yang terpapar secara terus menerus

selama bekerja dapat meningkatkan resiko infertilitas. Sebagai contoh, bahan

pestisida, solvent yang dipakai pada industri dry cleaning, thinner, logam berat

misalnya cadmium dan mercury, serta gas anestesi. Radiasi dalam dosis besar

serta jangka panjang atau berulang akan meningkatkan kejadian infertilitas.

Obat-obatan yang paling sering dikonsumsi untuk meredakan sakit kepala,

nyeri haid, dan nyeri sendi yaitu golongan NSAID ternyata turut pula
mempengaruhi kesuburan. Pasalnya, obat-obat ini menyebabkan luteinized

unrupted follicle syndrome, yakni kegagalan folikel untuk melepaskan sel

telur. Lain lagi dengan obat untuk epilepsi, berdasarkan penelitian

menyebabkan wanita yang mengkonsumsinya mengalami gangguan haid,

polikistik ovari dan peningkatan kadar hormon testosteron. Pada wanita yang

mendapat terapi kanker khususnya obat-obatan kemoterapi, dapat

menyebabkan kerusakan ovarium sehingga kadar hormon yang diperlukan

untuk mengontrol siklus haid menjadi terganggu. Sedangkan obat golongan

dopamin agonist seperti metoclopramide (anti mual), metil dopa

(antihipertensi), cimetidine (H2 antagonist) dan haloperidol menyebabkan

peningkatan kadar prolaktin sehingga menekan sekresi gonadotropin releasing

hormon (GnRH). Dampaknya bisa tidak terjadi ovulasi.

(7) Frekuensi dan Intensitas Olahraga

Olahraga penting artinya bagi kesehatan. namun olahraga yang berlebihan

akan mengganggu siklus haid berupa pemendekan siklus luteal dan

amenorhea sekunder. Olahraga yang berlebihan bisa menyebabkan seorang

wanita menjadi sulit hamil. Mekanismenya masih belum jelas. Diduga karena

penurunan produksi gonadotropin, peningkatan produksi endorfin dan

kortisol.

d. Tanda-tanda wanita subur dapat dilihat dari:


(1) Siklus haid

Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur.

Satu siklus haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari sebelum

haid datang kembali, yang biasanya berlangsung selama 28 hingga 35 hari.

Oleh karena itu siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai

seorang wanita subur atau tidak.

(2) Alat pencatat kesuburan

Kemajuan teknologi seperti ovulation thermometer juga dapat dijadikan

sebagai alat untuk mendeteksi kesuburan seorang wanita. Thermometer ini

akan mencatat perubahan suhu badan saat wanita mengeluarkan benih atau sel

telur. Bila benih keluar, biasanya thermometer akan mencatat kenaikan suhu

sebanyak 0,2 derajat celsius selama 10 hari. Namun jika wanita tersebut tidak

mengalami perubahan suhu badan pada masa subur, berarti wanita tersebut

tidak subur.

(3) Tes darah

Wanita yang siklus haidnya tidak teratur, seperti datangnya haid tiga bulan

sekali atau enam bulan sekali biasanya tidak subur. Jika dalam kondisi seperti

ini, beberapa tes darah perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab dari tidak

lancarnya siklus haid. Tes darah dilakukan untuk mengetahui kandungan

hormon yang berperan pada kesuburan seorang wanita.

(4) Pemeriksaan fisik


Untuk mengetahui seorang wanita subur juga dapat diketahui dari organ

tubuh seorang wanita. Beberapa organ tubuh, seperti buah dada, kelenjar tiroid

pada leher, dan organ reproduksi. Kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon

tiroksin berlebihan akan mengganggu proses pelepasan sel telur. Sedangkan

pemeriksaan buah dada ditujukan untuk mengetahui hormon prolaktin di

mana kandungan hormon prolaktin yang tinggi akan mengganggu proses

pengeluaran sel telur. Selain itu, pemeriksaan sistem reproduksi juga perlu

dilakukan untuk mengetahui sistem reproduksinya normal atau tidak.

(5) Track record

Wanita yang pernah mengalami keguguran, baik disengaja ataupun tidak,

peluang terjangkit kuman pada saluran reproduksi akan tinggi. Kuman ini

akan menyebabkan kerusakan dan penyumbatan saluran reproduksi.

3. Trias Atlet Wanita

Trias atlet wanita adalah kombinasi dari tiga kondisi yang saling berkaitan dan

dihubungkan dengan latihan atletik, yakni gangguan makan, amenorrhea dan

osteoporosis. Pasien dengan gangguan makan kan memiliki banyak kebiasaan yang

tidak baik, mulai dari makan berlebih sampai membatasi makan guna menurunkan

berat badan atau menjaga bentuk tubuh. Osteoporosis adalah keadaan hilangnya

densitas mineral pada tulang dan formasi tulang yang inadekuat, yang dapat

mengakibatkan tingginya kerapuhan tulang dan resiko fraktur.


Amenorrhea yang berhubungan dengan aktivitas atlet dan fluktuasi berat badan

disebabkan oleh gangguan di hipotalamus. Gangguan ini menyebabkan menurunnya

kadar estrogen. Amenorrhea pada atlet wanita diklasifikasikan menjadi dua, yaitu

primer dan sekunder. Pada pasien dengan amenorrhea primer, tidak ada perdarahan

uterine spontan pada kondisi: (1) wanita yang pada umur 14 tahun tidak menunjukkan

tanda-tanda kelamin sekunder, atau (2) wanita yang pada umur 16 tahun mengalami

pertumbuhan normal. Amenorrhea sekunder didefinisikan sebagai keadaan tidak

mengalami menstruasi selama 6 bulan pada wanita yang sudah mengalami siklus

menstruasi normal atau tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan dengan

oligomenorrhea sebelumnya.

Meskipun prevalensi pasti dari trias atlet wanita ini tidak diketahui, suatu

penelitian melaporkan 15-62 persen atlet wanita mengalami gangguan makan.

Amenorrhea terjadi pada 3.4-66 persen atlet wanita, dibandingkan dengan populasi

wanita yang hanya menunjukkan angka 2-5 persen. Trias atlet wanita sering tidak

terdeteksi karena ganguan makan adalah hal yang biasa dan amenorrhea dianggap

sebagai konsekuensi normal dari latihan itu sendiri.


B. Penelitian yang berhubungan

1. Exercise and Female Adolescents: Effects on the Reproductive and Skeletal

Systems oleh MICHELLE P. WARREN, MD dan AMANDA L. STIEHL

(JAMWA. 1999;54:115-120) yang hasilnya menunjukkan bahwa latihan yang

terlalu banyak dapat berakibat negative yaitu : amenorrhea primer (keterlambatan

menarche/mengalami menstruasi pertama kali), amenorrhea sekunder (tidak

mengalami menstruasi), menstruasi yang irregular dan komplikasi yang

berhubungan pada tulang (densitas tulang rendah atau osteopenia dan scoliosis).

2. Longitudinal Changes in Reproductive Hormones and Menstrual Cyclicity in

Cynomolgus Monkeys during Strenuous Exercise Training: Abrupt Transition to

Exercise-Induced Amenorrhea oleh NANCY I. WILLIAMS, ANNE L. CASTON-

BALDERRAMA, DANA L. HELMREICH, DAVID B. PARFITT, CONNIE

NOSBISCH, AND JUDY L. CAMERON (Endocrinology 142: 2381–2389, 2001)

yang hasilnya menunjukkan bahwa efek dari latihan pada ovulasi dan

karakteristik siklus menstruasi adalah siklus menstruasi yang abnormal bukan

tergantung pada frekuensi latihan tetapi pada lamanya latihan.

3. Taking it a step too far? Physical activity and infertility oleh Emma Derbyshire

(Nutrition & Food Science 2007, Vol. 37 No. 5) menemukan bahwa sekitar

446.113 wanita di Inggris infertil. Penelitian ini mengindikasikan abnormalitas

reproduksi terjadi pada wanita yang mempunyai aktivitas tinggi dan rendah

asupan energi. Asupan energi yang inadekuat dan intensitas aktivitas fisik

diketahui menekan fungsi reproduksi wanita. Dilaporkan bahwa disfungsi

reproduksi terjadi pada 6-79 persen atlet wanita.


4. The effects of intense exercise on the female reproductive system oleh M P Warren

and N E Perlroth (Journal of Endocrinology (2001) 170, 3–11) mengemukakan

bahwa keterlamabatan pubertas dan menarche pada atlet terjadi karena kurangnya

energy (energy-drain)i. Insidensi fase luteal yang inadekuat, anovulasi dan

oligomenorrhea lebih banyak terjadi pada atlet dibanding dengan yang bukan

atlet. Menstruasi yang tidak berkelanjutan (amenorrhea sekunder) dan banyaknya

aktivitas mendukung teori kurangnya energi.


C. Kerangka Konsep

Faktor fisik
Faktor psikis
Gaya hidup
Lingkungan

Wanita usia subur pelatih senam aerobik


(usia 18-40 tahun)

Olahraga yang berlebihan akan


mengganggu siklus haid dan bisa
menyebabkan seorang wanita menjadi
sulit hamil serta melemahkan kehamilan.

Frekuensi melatih tinggi


(>7 kali/minggu)
Gizi & Nutrisi
Frekuensi melatih rendah
(≤7 kali/minggu)

Kesuburan

Ovulasi/ Siklus Perdarahan Aborsi


Masa subur Menstruasi saat hamil

Ovulasi Anovulasi Reguler Iregular Pernah Tidak Pernah Tidak


pernah pernah

Keterangan : = variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti


D. Hipotesis

Pada atlet wanita atau instruktur senam wanita yang mempunyai intensitas

melatih tinggi mempunyai kecenderungan untuk mengalami gangguan reproduksi.

Gangguan reproduksi itu meliputi tidak mengalami ovulasi, siklus menstruasi yang

tidak normal, pernah mengalami perdarahan saat hamil atau keguguran yang dapat

mempengaruhi kesuburan pada wanita itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai