Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
kasihnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kontrasepsi metode
sederhana/alamiah”. Semoga makalah ini mampu menambah wawasan bagi para
pembaca maupun pendengar mengenai topik tersebut.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan kepaa kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
dan penyempurnaan makalah ini.
1. Latar belakang
Abstinensi merupakan suatu cara kontrasepsi yang telah tua, yaitu sejak manusia
menyadari bahwa hubungan seks dapat menyebabkan kehamilan. Kemudian orang
menduga bahwa ada masa subur dan tidak subur pada seorang wanita, sehingga tidak
usah melaksanakan abstinensi secara terus-menerus.
Soranus menduga bahwa haid bermaksud untuk membersihkan uterus dari mani
dan ia berkesimpulan bahwa masa subur ialah tentu jauh dari masa pembersihan ini, jadi
setelah haid.
Bischof pada permulaan abad ke-19 menduga bahwa perdarahan dari vagina
pada anjing sewaktu oestrus analog dengan menstruasi dank arena oestrus merupakan
masa subur, masa haid pun dianggap subur.
Baru pada tahun 1930 maka ogino (jepang) dan knaus (Austria) membuktikan
bahwa ovulasi terjadi antara dan bukan sewaktu menstruasi. Mereka juga
mengemukakan bahwa saat ovulasi tetap, ialah 2 minggu sebelum haid yang akan
datang.
Dengan diketahuinya saat ovulasi maka diketahui juga masa subur dan tak
subur, sehingga abstinensi hanya perlu dilakukan secara periodik yaitu sewaktu masa
subur.
Maka atas dasar teori onigo dan knaus ini cara kontrasepsi alamiah seperti
metode kalender, metode suhu basal, metode lender servik dan metode simtomtermal.
Namun yang dibahas pada makalah ini hanyalah mengenai metode kalender dan metode
suhu basal.
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan metode KB Kalender, Suhu basal, Metode amenore laktasi, Coitus
interuptus, dan Lendir serviks.
2. Menjelaskan manfaat metode KB kalender, suhu basal, amenore laktasi, coitus
interuptus, dan lendir serviks.
3. Menjelaskan cara kerja KB metode kalender, suhu basal, amenore laktasi, coitus
interuptus, dan lendir serviks.
4. Menjelaskan kekurangan atau efek samping dari KB dengan metode kalender,
suhu basal, amenore laktasi, coitus interuptus, dan lendir serviks.
BAB II
PEMBAHASAN
Selama tiap siklus menstruasi, kelenjar hipofisis melepaskan folikel stimulating
hormone (FSH). Hormone ini memicu perkembangan folikel yang berisi ovum yang
belum matang dan disebut fase folikular. Ketika berkembang, folikel tersebut
mengekresikan hormon estrogen. Hal ini menyebabkan penurunan FSH sehingga
perkembangan ovum lebih lanjut dihambat, endometrium menebal dan siap untuk
implantasi dan kelenjar servik menghasilkan mucus yang cocok untuk penetrasi sperma.
Ketika ovum matang, kadar estrogen meningkat yang menyebabkan kelenjar hipofisis
menghasilkan Luteinizing hormone (LH). Hal ini menyebabkan folikel rupture, yang
melepaskan ovum menuju tuba falopii, peristiwa ini disebut ovulasi. Peningkatan kadar
estrogen menyebabkan servik melunak dan naik keatas dan ostium serviks membuka.
Folikel yang kosong menjadi korpus luteum, yang menyekresi hormoin progesterone.
Bagian siklus menstruasi tersebut disebut fase luteal. Progesterone menyebakan suhu
tubuh basal meningkat selama fase luteal setelah ovulasi. Kelenjar hipofisis saat ini
dihambat menghasilkan LH dan FSH sehingga mencegah ovulasi lebih lanjut. Setelah
ovulasi, lendir servik mengental dan lengket, yang membuat penetrasi sperma menjadi
sulit. Servik mengeras dan ostium menutup. Jika ovum dibuahi korpus luteum berlanjut
menghasilkan progesterone selama awal masa kehamilan. Namun jika tidak dibuahi
korpus luteum akan pecah, kadar progesterone akan turun dan menstruasi akan terjadi.
Peralihan suhu tubuh, posisi servik dan perubahan lendir servik semuanya digunakan
sebagai untuk keluarga berencana alami dan kesadaran terhadap kesuburan guna
mengkaji masa subur seorang wanita.
Masa Ovulasi:
Pada siklus terpendek : tanggal 26-14 hari = tanggal 12 September, lebih cepat atau
lebih lambat 2 hari, jadi ovulasi antara tanggal 10 September – 14 September.
Pada siklus terpanjang : tanggal 29-14 hari = tanggal 15 September lebih cepat atau
lebih lambat 2 hari, jadi ovulasi antara tanggal 13 September – 17 September.
Maka : masa ovulasi pada siklus haid 26-29 hari tersebut terjadi mulai tanggal 10
september sampai tanggal 17 September.
Masa Berpantang : Pada siklus terpendek mulai tanggal 26-18 hari = 8 September dan
berakhir pada tanggal 26-11 = tanggal 15 September.
Pada siklus terpanjang mulai tanggal 29-18 = 11 September dan berakhir pada tanggal
29-11 = 18 September.
Maka ; masa berpantang pada siklus haid 26-29 hari mulai tanggal 8 September dan
berakhir pada tanggal 18 September.
Misalnya seorang ibu mempunyai siklus terpendek 21 hari dan siklus terpanjang
32 hari, maka hari pertama masa berpantang adalah hari ketiga sesudah haid dan
terakhir masa berpantang adaah hari ke 21 sesudah haid. Dengan demikian ibu ini harus
berpantang selama 18 hari yaitu 3 hari sesudah haid sampai 21 hari sesudah haid. Untuk
ibu-ibu yang mempunyai siklus haid yang sangat bervariasi maka metode pantang
berkala tidak tepat maka mereka diharapkan menggunakan metode kontrasepsi lain.
Kerugian cara ini ialah masa berpuasa bersenggama sangat lama sehingga menimbulkan
rasa kecewa dan kadang-kadang berakibat pasangan tersebut tidak bisa mentaati.
KERUGIAN
membutuhkan motivasi
perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami
suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, stress, alkohol dan
obat-obatan seperti aspirin.
Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama setiap hari akan
menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh basal.
Tidak mendeteksi permulaan masa subur sehingga mempersulit untuk mencapai
kehamilan.
Membutuhkan masa pantang yang lama, karena ini hanya mendeteksi paska
ovulasi.
KEUNTUNGAN
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur
Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan cara mendeteksi
ovulasi
Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh lain seperti lendir servik
Berada dalam kendali wanita
Dapat digunakan mencegah atau meningkatkan kehamilan
Pakai catatan shu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama siklus haid ibu
untuk menentukan suhu tetinggi dari suhu normal dan rendah (misalnya, catatan suhu
harian pada pola tertentu tanpa suatu kondisi yang luar biasa). Abaikan setiap suhu
tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain. Tarik garis pada 0.05 – 0.1 ºC
diatas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Ini dinamakan garis pelindung (cover
line) atau garis suhu. Masa tidak subur mulai pada sore hari ketiga berturut-turut suhu
berada diatas garis pelindung tersebut (Aturan Perubahan Suhu).
Untuk Kontrasepsi Pantang sanggama mulai dari awal siklus haid sampai sore hari
ketiga berturut-turut berada diatas garis pelindung. Masa pantang pada Aturan
Perubahan Suhu lebih panjang dari pemakaian MOB.
Catatan :
Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung selama perhitungan
3 hari, ini mungkin tanda bahwa ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari kehamilan
tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung sebelum
memulai sanggama. Ketika mulai masa tidak subur, tidak perlu untuk mencatat suhu
basal ibu. Ibu dapat berhenti mencatat sampai haid berikut mulai dan bersanggama
sampai hari pertama hari berikutnya.
F. COITUS INTERUPTUS
Coitus interuptus atau biasa disebut dengan senggama terputus adalah metode
KB tradisional dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
pria mencapai ejakulasi
Cara kerja : Penis dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk
ke dalam vagina sehigga tidak ada pertemuan antara sel sperma dan sel ovum, dan
kehamilan dapt di cegah.
Keuntungan
Efektif bila dilaksankan dengan benar
Tidak mengganggu produksi ASI
Tidak ada efek samping
Dapat digunakan sebagai metode pendukung kb lainnya
Dapat digunakan setiap waktu
Tidak membutuhkan biyaa
Meningkjatkan keterlibatan suami dalam menggunakan KB
Untuk pasangan, memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat
dalam.
Kontra Indikasi
Suami dengan pengalaman ejakulasi dini
Suami yang sulit melakukan senggama terputus
Suami yg memiliki kelainan fisik
Suami yg memiliki kelainan psikologis
Istri yg py pasangan sulit bekerja sama
Pasangan yang kurang dapat berkomunikasi
Pasangan yg tdk bersedia melakukan senggama terputus
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Metode Kalender melakukan perkiraan kapan jatuhnya masa subur dengan
asumsi bahwa fase subur rata-rata perempuan dimulai semenjak hari ke 14 setelah
menstruasi, sampai dengan 5 hari menjelang datangnya haid lagi. Sebelum memulai
melakukan perkiraan fase subur, harus dilakukan pengamatan siklus menstruasi selama
minimal 6 bulan . Selain itu juga dapat ditentukan bahwa fase subur terjadi 14+2 hari
sesudah atau 14-2 hari sebelum menstruasi yang akan datang.
Teknik Metode Kalender, Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan :
1. Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal dari
masa suburnya.
2. Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menentukan akhir dari
masa suburnya.
Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun, biasanya diambil
pada saat bangun tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. Suhu basal tubuh akan
meningkat setelah ovulasi. Pencatatan suhu dilakukan setiap hari pada sebuah
tabel/kertas grafik.
Efektifitas bergantung pada tingkat motivasi dan komitmen pasangan yang
diberikan metode tersebut. Banyak pria dan wanita ynga menggunakan metode ini untuk
menjarangkan kehamilan, yang konsekuensinya mereka lebih siap mengambil resiko
lebih besar. Kehamilan yang terjadi sedikit lebih awal dari yang direncanakan dapat
menjadi sebuah kecelakaan yang membahagiakan. Namun, pasangan yang
menggunakan metode ini untuk menghindari kehamilan cenderung lebih termotivasi
dan berhati-hati, mereka cenderung tidak mau mengambil resiko supaya angka
kegagalan pengguna labih rendah dan efektifitas lebih tinggi. Terakhir, tingkat dan
keahlian penyuluhan tentang metode ini memengaruhi efektifitas metode tersebut,
karenanya metode ini sangat penting diajarkan oleh seorang yang terlatih dalam
keluarga berencana alami.
MAL menggunakan praktik menyusui untuk menghambat ovulasi sehingga
berfungsi sebagai kontrasepsi. Apabila seorang wanita memiliki seorang bayi berusia
kurang dari 6 bulan dan amenore serta menyusui penuh, kemungkinan kehamilan terjadi
hanya sekitar 2%.
Metoda lendir serviks dilakukan dengan wanita mengamati lendir serviksnya
setiap hati. Lendir serviks bervariasi selama siklus. Setelah menstruasi, ada sedikit
lendir serviks dan ini sering kali disebut sebagai“kering”. Kadar hormon estrogen dan
progesteron rendah dan lendir tersebut dikenal sebagai lendir tidak subur. Wanita diajar
mengamati dan mencatat lendir serviksnya beberapa kali dalam sehari, baik dengan
mengumpulkannya pada kertas toilet ataupun dengan memasukkan jari tangannya ke
dalam vaginanya untuk memeriksa konsistensi dan tampilannya.
Coitus interuptus atau biasa disebut dengan senggama terputus adalah metode
KB tradisional dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
pria mencapai ejakulasi.
Merencanakan jumlah anak dalam keluarga perlu dibicarakan antara suami istri
dengan mempertimbangkan berbagai aspek antara lain kesehatan dan kemampuan untuk
memberikan pendidikan dan kehidupan yang layak.
Keluarga merupakan komponen terkecil dari sebuah Negara dan dari sebuah
keluarga dihasilkan manusia berkualitas akan membangun bangsa dan Negara. Keluarga
Berencana(KB) adalah salah satu cara menghasilkan manusia yang berkualitas, baik
dari sisi materi maupun spiritual. Keluarga Berencana membantu PUS (Pasangan Usia
Subur)dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi, mencegah kehamilan yang
tidak diinginkan dan mengurangi insidens kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan
kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh
semua orang. Dengan mengikuti keluarga berencana dapat merencanakan jarak
kehamilan dan jumlah anak sehingga orangtua bisa memper siapkan dana buat
pendidikan anak dan mempunyai cukup waktu bagi ibu untuk memperhatikan
kepentingan anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 1993. Keluarga Berencana. Jakarta : Depkes RI
2. Saifuddin, Abdul Bari, DKK. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
3. Leon, Sperroff, dkk. 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi. Jakarta : EGC
4. Klein, susan dan Thomson, Fiona. 2008. Panduan Lengkap Kebidanan.
Yogyakarta : Palmall
5. Everett, Suzanne. 2008. Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduktif. Jakarta :
EGC
6. Glasier, Anna dan Gebbie, Ailsa. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : EGC
7. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung. Teknik Keluarga Berencana. 1980. Bandung : Elstar Offset.
8. BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF International. 2013. Survei Demografi
Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: BPS, BKKBN, Kemenkes, dan ICF
International.
9. Fridalni, N. 2012. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Suami tentang
KB dengan Keikutsertaan KB OlehPasangan Usia Subur(PUS)di RW III Kelurahan
Korong Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Kuranji Padang Tahun 2012. [Skripsi
Ilmiah]. Padang: STIKES Mercubaktijaya.