Anda di halaman 1dari 22

A.

Metode Kontrasepsi Tanpa Alat/Alamiah

1. Metode Kalender

a. Pengertian Metode Kalender

Metode kalender atau pantang berkala adalah cara atau metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.

Metode ini efektif bila dilakukan secara baik dan benar. Dengan penggunaan
sistem kalender setiap pasangan dimungkinkan dapat merencanakan setiap
kehamilannya. Sebelum menggunakan metode ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada setiap wanita tidaklah sama. Untuk
itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi.

b. Cara Penerapan Metode Kalender

Prinsip kerja metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan bahwa


wanita dalam siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya satu kali dalam
sebulan dan biasanya terjadi beberapa hari sebelum atau sesudah hari ke-14 dari
haid yang akan datang. Sel telur dapat hidup selama 6-24 jam, sedangkan sel mani
sperma selama 48-72 jam.

Sebelum menggunakan metode ini tentunya pasangan suami istri harus


mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada tiap wanita tidaklah sama. Untuk
itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi. Berikut ini cara dan
menghitung masa subur:

1. Bila Siklus Haid Teratur (28 hari)

 Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1

 Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 siklus haid
2. Bila Siklus Haid Tidak Teratur

 Catat jumlah hari dalam siklus haid selama 6 bulan (6 siklus menstruasi).

Untuk mengetahui siklus haid terpanjang dan terpendek.

 Masukan dalam rumus: jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid
dikurang 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur.

Rumus: Hari pertama masa subur jumlah hari terpendek -18.

 Masukan dalam rumus: jumlah hari terpanjang dalam 6 kali siklus haid
dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.

Rumus Hari terakhir masa subur jumlah hari terpanjang -11.

c. Keuntungan Metode Kalender

 Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.

 Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.

 Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.

 Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.

 Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko


kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.

 Tidak memerlukan biaya.

 Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

d. Keterbatasan Metode Kalender

 Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.

 Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.

 Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.

 Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.

 Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus

 Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).

 Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.


2. Metode Suhu Basal

a. Pengertian Metode Suhu Basal

Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktivitas apapun biasanya diambil
pada saat bangun tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. Suhu basal akan
meningkat setelah ovulasi terjadi. Pencatatan suhu basal dilakukan setiap hari.
Prinsip yang digunakan dalam metode suhu basal tubuh adalah menentukan masa
subur yaitu 4 hari sebelum ovulasi karena sperm dapat hidup sampai 4 atau 5 hari.

Metode ini berdasarkan kenaikan suhu tubuh setelah ovulasi sampai hari
sebelum menstrusasi berikutnya. Untuk mengetahui suhu tubuh benar-benar naik
maka harus dengan thermometer yang sama dan pada tempat yang sama (dimulut,
anus, vagina) setiap pagi setelah bangun tidur sebelum melakukan aktivitas serta
melakukan pencatatan.

Kenaikan suhu basal merupakan salah satu tanda bahwa tubuh sedang
mengalami ovulasi (masa subur) sehingga dapat digunakan sebagai penentu kapan
melakukan hubungan seksual agar tidak terjadi pembuahan.

b. Penentuan Masa Subur

Siklus mentruasi mempengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu estrogen


dan progesterone. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada
tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti

 Perubahan suhu basal tubuh.

 Perubahan lendir serviks.

 Perubahan sekresi lendir serviks.

 Panjangnya siklus menstruasi.

 Indikator minor kesuburan seperti perut dan perubahan payudara.

Fase subur dan fase tidak subur dapat dinilai dengan ukuran dan dapat
digunakan untuk merencanakan dan menghindari kehamilan. Siklus menstruasi
dibagi dalam 2 fase yaitu sebelum ovulasi dan fase setelah ovulasi.

c. Cara Mengukur Perubahan Suhu Basal


Suhu tubuh normal bisanya 35,5-36°C. Pada waktu ovulasi suhu tubuh akan
turun dan akan naik kembali mencapai 37-38°C dan tidak akan normal kembali ke
suhu normal 36°C.

Kenaikan suhu tubuh terjadi apabila sudah terbentuknya progesterone yang


bertugas menyiapkan jaringan dalam rahim untuk menerima sel telur yang telah
dibuahi. Perlu diketahui bahwa disaat ovulasi suhu basal badan meningkat 0,2-0,5°C
karena dipengaruhi oleh hormon progesterone. Pengukuran yang dilakukan teratur
beberapa bulan berguna sebagai referensi untuk mempelajari lebih jauh tentang
ovulasi wanita, sehingga hubungan intim dapat dilakukan pada saat tertentu.

Dengan syarat suhu tubuh tidak boleh dalam kondisi demam, jangan tidur
dibawah lampu yang panas, jangan tidur menggunakan AC dalam suhu yang sangat
tinggi dan tidur minimal 5-6 jam.

d. Keuntungan Metode Suhu Basal

 Memiliki tingkat keamanan yang tinggi jika diukur secara rutin dan benar

 Murah (ekonomis)

 Mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin

 Tidak ada efek samping sistemik

e. Kekurangan Metode Suhu Basal

 Kesalahan dapat terjadi jika sedang mengalami sakit, mengukur tidak pada waktu
biasanya, tidur terlalu larut malam, ganti thermometer, ganti tempat pengukuran
suhu.

 Harus diperhatikan pada kasus-kasus tertentu, seperti ibu menyusui karena siklus
yang sangat tidak teratur.

 Kelemahan cara ini adalah bila seseorang lupa untuk melakukannya.


 Pengukuran yang tidak teliti.

 Perlu pencatatan tiap hari.

3. Metode Lendir Serviks (Bilings)

a. Pengertian Metode Lendir Serviks (Bilings)

Definisi metode kontrasepsi dengan menghubungkan pengawasan terhadap


perubahan lendir serviks wanita yang keluar melalui vagina. Metode ovulasi
didasarkan pada pengenalan terhadap perubahan lendir serviks selama siklus
menstruasi yang menggambarkan masa subur dalam siklus dan waktu fertilitas
maksimal dengan masa subur.

b. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari Metode Lendir Serviks (Bilings)

Dasar perubahan siklus dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar
estrogen. Pola yang diidentifikasi menunjukkan bahwa individu wanita dapat
memperkirakan masa ovulasi dengan cukup akurat tanpa harus memperhatikan
perubahan suhu basal tubuh. Perubahan pola tersebut antara lain:

 Hari-hari Kering: Setelah darah haid bersih, kebanyakan ibu mempunyai 1 sampai
beberapa hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa kering.

 Hari-hari Subur: Ketika terobservasi adanya lendir sebelum ovulasi, ibu dianggap
subur ketika terlihat adanya lendir, walaupun jenis lendir yang kental dan lengket.
Lendir suhur yang basah dan hein mungkin sudah ada di serviks.

 Hari Puncak: Adalah hari terakhir adanya lendir licin, malur dan ada perasaan
basah. Kenali masa subur dengan memantau lendir yang keluar dari vagina,
pengamatan dilakukan sepanjang hari dan ambil kesimpulan pada malam hari.
Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan
perubahan perasaan kering basah tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
Untuk menggunakan metode lendir serviks (MOB) seorang wanita harus
belajar mengenali pola kesuburan dan pada dasar ketidak suburannya. Untuk
menghindari kekeliruan dan untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar,
pasangan diminta secara penuh tidak bersenggama pada siklus haid, untuk
mengenali pola kesuburan dan ketidak suburan.

c. Teknik Penggunaan Metode Lendir Serviks (Bilings)

 Catatlah setiap kali pengamatan dilakukan dengan suatu rangkaian kode misalnya
stiker atau tinta berwarna ataupun tulisan tangan.

 Periksa lendir setiap kali ke belakang dan sebelum tidur, kecuali ada perasaan
sangat basah pada waktu siang. Setiap malam sebelum tidur, tentukan tingkat
yang paling subur dan beri tanda pada catatan untuk kode yang sesuai lendir
mungkin akan berubah pada hari yang sama.

 Abstinen pantang senggama paling sedikit satu siklus sehingga klien akan
mengenali hari-hari lendir mengenali pola kesuburan dan pola ketidaksuburan
dengan bimbingan terlatih.

 Hindari senggama pada waktu haid.

 Pada hari kering setelah haid, aman untuk bersenggama selang satu malam (aturan
selang seling).

 Hindari senggama segera setelah ada lendir jenis apa juga atau perasaan basal
muncul (aturan awal).

 Tandai hari terakhir dengan lendir jernih, licin dan mulur dengan tanda X Ini
adalah hari puncak (hari ovulasi).

 Setelah hari puncak hindari senggama untuk tiga hari berikut siang dan malam
(aturan puncak). Mulai dari pagi hari ke empat setelah kering, ini adalah hari hari
aman untuk bersenggama sampai hari haid berikutnya.

d. Keuntungan Metode Lendir Serviks (Bilings)

 Dalam kendali wanita

 Memberikan kesempatan pada pasangan menyentuh tubuhnya.

 Meningkatkan kesadaran terhadap perubahan pada tubuh.

 Memperkirakan lendir yang subur sehingga memungkinkan kehamilan.


 Dapat digunakan mencegah kehamilan.

e. Kekurangan Metode Lendir Serviks (Bilings)

 Membutuhkan komitmen.

 Perlu diajarkan oleh spesialis KB alami.

 Dapat membutuhkan 2-3 siklus untuk mempelajari metode.

 Infeksi vagina dapat menyulitkan identifikasi lendir yang subur.

 Beberapa obat yang digunakan mengobati flu, tersebut dapat menghambat


produksi lendir serviks.

 Melibatkan sentuhan pada tubuh yang tidak disukai beberapa wanita.

 Membutuhkan pantang berhubungan intim.

4. Metode Amenore Laktasi

a. Pengertian Metode Amenore Laktasi

Metode amenore laktasi merupakan salah satu cara alami untuk mencegah
kehamilan. Selain aman dan efektif, metode ini juga lebih praktis dan sangat mudah
dilakukan, terutama bagi ibu yang baru melahirkan.

Setelah melahirkan atau melalui masa nifas, siklus menstruasi akan terlambat
atau terhenti sementara karena terhambatnya pengeluaran sel telur (ovulasi). Hal yang
terjadi secara alami ini disebabkan oleh pelepasan hormon prolaktin, yaitu hormon
yang bertugas untuk merangsang produksi ASI pada tubuh ibu.

Ketika jumlah hormon ini meningkat, maka pelepasan sel telur akan dihambat.
Oleh sebab itu, semakin sering ibu menyusui si kecil, maka semakin kecil pula
kemungkinan ibu untuk segera hamil setelah melahirkan.
b. Efektivitas dan Syarat Keberhasilan Metode Amenore Laktasi

Metode amenore laktasi dipercaya dapat mencegah kehamilan secara alami.


Namun, metode ini hanya akan efektif jika ibu memenuhi syarat atau kondisi
tertentu. Tingkat efektivitas kontrasepsi alami ini cukup tinggi, yakni 98 persen.
Berikut ini adalah beberapa kondisi yang bisa membuat pemberian ASI dapat
mencegah kehamilan:

 Belum menstruasi kembali setelah melahirkan atau setelah masa nifas. Jika
sudah kembali menstruasi, maka itu pertanda tubuh sudah mulai berovulasi dan
ibu berpeluang untuk hamil kembali, terlebih jika ibu tidak menggunakan alat
kontrasepsi lainnya.
 Mampu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Ibu harus menyusui
si kecil setidaknya setiap 4 jam sekali pada siang hari dan setiap 6 jam sekali
pada malam hari. Pemberian ASI pun harus langsung dari payudara ibu , bukan
dengan menggunakan pompa dan botol ASI.
 Belum memberikan MPASI, susu formula, atau minuman lain kepada si kecil.

Selain menstruasi, seperti yang dijelaskan sebelumnya, metode amenore laktasi


tidak lagi efektif untuk mencegah kehamilan jika frekuensi atau durasi pemberian
ASI berkurang karena si kecil mulai mengonsumsi minuman lain dan MPASI setelah
ia berusia 6 bulan atau lebih.

Jika kondisi ibu tidak lagi memungkinkan untuk menggunakan metode


amonore laktasi, maka ibu pun perlu menggunakan metode kontrasepsi lain untuk
mencegah kehamilan.

c. Keuntungan Metode Amenore Laktasi

 Tidak memiliki efek samping

 Nyaman dan tidak perlu mengeluarkan biaya

 Tidak memengaruhi keseimbangan hormon alami tubuh

 Tidak memerlukan resep atau pengawasan dari dokter

 Dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan

 Mengurangi resiko anemia

d. Kekurangan Metode Amenore Laktasi


 Tidak memberikan perlindungan dari penyakit menular seksual. Untuk
mencegah penularan penyakit ini, perlu dilakukan pencegahan dengan
mempraktikkan seks aman dan menggunakan kondom

 Hanya bisa diandalkan selama enam bulan pertama setelah melahirkan atau
selama proses pemberian ASI ekslusif dilakukan.

 Penurunan kadar estrogen yang terjadi selama proses menyusui diketahui


berkaitan dengan dengan berkurangnya pelumas alami vagina yang berisiko
menyebabkan vagina kering

 Pemberian ASI eksklusif tidak selalu dapat dilakukan oleh setiap ibu. Misalnya,
pada ibu yang produksi dan jumlah ASI-nya memang sedikit walaupun sudah
dilakukan usaha untuk meningkatkanya, memiliki kelainan hormon, atau sedang
menderita penyakit infeksi, seperti HIV.

5. Metode Coitus Interuptus

a. Pengertian Metode Coitus Interuptus

Nama lain dari Coitus Interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra
ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau with drawal methods atau pull-out
method. Dalam bahasa lain disebut juga interrupted intercourse. Pengertian Coitus
Interuptus atau senggara terputus adalah metode keluarga berencana tradisional
alamiah, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
mencapai ejakulasi.

b. Cara Penerapan Metode Coitus Interuptus

Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak


musuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum dan
kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan
air mani mencapai rahim.

Efektifitas metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan


benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan
kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih efektif. Manfaat Coitus
Interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.

c. Keuntung Metode Coitus Interuptus

 Efektif bila dilakukan dengan benar.


 Tidak mengganggu produksi ASI.

 Tidak ada efek samping.

 Tidak membutuhkan biaya.

 Tidak memerlukan persiapan khusus.

 Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

 Dapat digunakan setiap waktu.

Keuntungan non kontrasepsi:

 Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

 Menanamkan sifat saling pengertian.

 Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.

d. Keterbatasan Metode Coitus Interuptus

 Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan
sperma selama senggama.

 Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).

 Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi
coitus.

 Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.

 Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.

e. Teknik Melakukan Coitus Interuptus

 Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling membangun


kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan dan
sepakat untuk menggunakan metode senggama terputus.

 Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan kandung


kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi
sebelumnya.

 Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari vagina
pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
 Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.

 Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.

 Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.

B. Metode Kontrasepsi Dengan Alat

1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim mempunyai beberapa tipe, antara lain Copper T380A, Nova
T, dan beberapa AKDR yang diberi hormon (Mirena, Levo Nova).

Kelebihan:

 Angka perlindungannya cukup tinggi, yaitu dengan kegagalan 0,3-1 per 100 wanita
tiap tahun.

Kekurangan:

 Mengundang risiko infeksi radang panggul, perdarahan, dan kehamilan di luar


kandungan.

 Komplikasi perforasi (lubang) uterus.

 Tidak memberi perlindungan terhadap penyakit kelamin dan hepatitis B maupun


HIV/AIDS.

2. Kontrasepsi Dengan Metode Perintang

a. Kondom

Kantong kecil yang terbuat dari karet ini bekerja dengan membungkus penis,
sehingga sperma yang keluar tetap berada dalam kantong tersebut.
Kelebihan:

 Aman dipakai

 Mudah didapatCukup efektif bila digunakan dengan benar.

 Dapat mencegah penyebaran penyakit menular seksual dan hepatitis B


HIV/AIDS.

Kekurangan:

 Ada risiko robek. Oleh sebab itu, gunakan satu kondom hanya untuk satu kali
pakai. Kondom yang baik terasa licin dan basah. Jangan gunakan kondom yang
bagian dalamnya kering, yang terasa lengket di tangan, atau yang merekat pada
bungkus plastiknya.

 Angka kegagalan tinggi, yaitu 3 - 15 per 100 wanita per tahun.

b. Diafragma

Berbentuk seperti mangkok ceper, terbuat dari karet. Cara penggunaannya


dimasukkan ke dalam vagina. Alat ini berkerja dengan cara menutupi mulut rahim,
sehingga sperma, meski masih masuk ke vagina, tak bisa meneruskan perjalanan ke
rahim.

Kelebihan:
 Dapat dipakai berkali-kali.

 Melindungi dari kehamilan dan penyakit menular seksual hepatitis B HIV/AIDS.

Kekurangan:

 Angka kegagalan tinggi, yaitu 5 - 20 per 100 wanita per tahun.

 Sulit dipasang.

c. Spermisida

Alat KB ini memiliki bentuk beragam. Ada foam aerosol (busa), tablet, krim, jeli,
dan spons. Dipakai dengan cara dioleskan ke dalam vagina sebelum berhubungan
intim. Spermisida mematikan sel-sel sperma sebelum sempat memasuki rahim.

Kelebihan:

 Tidak didapatkan efek samping sistemik/pada tubuh.

Kekurangan:

 Angka kegagalan 10-25 dari 100 wanita per tahun.

 Tidak memberi perlindungan terhadap hepatitis B, penyakit menular seksual,


seperti HIV/AIDS, klamidia, gonorrhea.

 Bisa menimbulkan gatal-gatal atau lecet pada vagina.

 Tidak terlalu ampuh bila hanya digunakan tanpa bantuan alat lain seperti kondom
atau diafragma.
C. Metode KB Hormonal
Kebanyakan kontrasepsi hormonal mengandung estrogen dan progesteron atau hanya
progesteron saja.

a. Pil KB

1. Pil KB Terpadu

Umumnya mengandung hormon gestagen dan estrogen sintetik. Pil yang dianjurkan
adalah pil dosis rendah yang mengandung estrogen kurang dari atau sebesar 35
mikrogram dan 1 miligram progesteron.

Kelebihan:

 Mudah didapat

Kekurangan:

 Harus diminum setiap hari.

 Tidak semua wanita disarankan menggunakan pil, yaitu: ibu menyusui, perokok,
berusia 40 tahun ke atas

 Memiliki problema kesehatan apa pun seperti kejang, TBC, kanker, hipertensi,
diabetes, hepatitis, jantung pernah stroke, dan lainnya.

 Menimbulkan efek samping: terjadi pendarahan tidak teratur di luar masa haid.
mual-mual, sakit kepala

2. Pil KB Mini
Beda dengan pil KB terpadu, pil ini hanya mengandung gestagen saja.

Kelebihan:

 Dapat digunakan untuk ibu menyusui


 Mudah didapat

Kekurangan:

 Pendarahan tidak teratur

 Haid tidak datang

 Terkadang muncul sakit kepala

b. Suntikan

Suntikan KB melindungi dari kehamilan sampai tiba waktunya disuntik kembali.


Efektivitasnya hampir sama dengan pil kombinasi dan melebihi pil mini maupun
AKDR. Kegagalan pada umumnya terjadi karena ketidakpatuhan terhadap jadwal suntik
atau teknik penyuntikan yang salah.

Cara kerja suntikan KB salah satunya yaitu menyebabkan pengentalan mukus serviks,
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Yang perlu diketahui, jika
kontrasepsi suntikan dihentikan harus menunggu 1 tahun atau lebih untuk bisa hamil
kembali. Pemakai akan menerima suntikan hormon setiap 1-3 bulan sekali, yaitu:

1. Suntikan Progestin

Suntikan yang hanya mengandung hormon gestagen saja. Contohnya, depo provera
dan depo noristerat.

Kelebihan: bisa digunakan untuk ibu menyusui atau wanita yang tidak boleh
memakai tambahan estrogen.

Kekurangan: memiliki efek samping: pendarahan tidak teratur, haid tidak datang,
berat badan bertamba.
2. Suntikan Terpadu

Suntikan yang mengandung hormon gestagen dan estrogen, misalnya, depo


estrogen-progesteron atau cyklofem.

Kelebihan: tidak mempengaruhi siklus haid

Kekurangan: tidak bisa dipakai ibu menyusui, sulit diperoleh, relatif mahal, tidak
dianjurkan bagi wanita yang tidak disarankan minum pil KB terpadu dan suntikan
progestin.

c. Susuk

Dipakai dengan memasukkannya ke bawah permukan kulit sebelah dalam lengan. Ada 2
jenis:

1. Norplant merupakan salah satu metode kontrasepsi berjangka waktu 5 tahun.


Efektivitas kontrasepsi yang terdiri dari 6 batang susuk ini sangat tinggi. Angka
kehamilan rata-rata pertahun hanya kurang dari 1 %.

2. Implanon merupakan kontrasepsi yang terdiri atas satu batang susuk ini dapat
dipergunakan sedikitnya selama 3 tahun.

Kelebihan: sesudah dipasang alat ini akan mencegah kehamilan selama 5 tahun. bisa
digunakan oleh wanita yang mengalami masalah dengan hormon estrogen, bisa
digunakan oleh wanita yang menjalani pengobatan untuk kekejangan, walau dirancang
5 tahun, bisa dicopot sewaktu-waktu.
Kekurangan: susuk lebih gampang dipasang daripada dicopot. Jadi sebelum memakai
metode ini, pastikan pekerja kesehatan di klinik atau pos pelayanan KB sudah terlatih
dan terampil serta bersedia mencopot susuk seandainya tidak lagi dikehendaki.

Susuk sebaiknya dihindari jika yang bersangkutan: pengidap kanker atau benjolan keras
di payudara, haidnya sudah terlambat datang, mengalami perdarahan abnormal dari
vagina, menderita sakit jantung, ingin hamil dalam beberapa tahun mendatang

d. IUD (Intra Uterine Device, Spiral)

Keuntungan dari IUD adalah efek sampingnya terbatas di dalam rahim.

Terdapat 2 macam IUD:

1. Melepaskan progesteron (harus diganti setiap tahun)

2. Melepaskan tembaga (efektif selama 10 tahun).

Biasanya IUD dipasang pada saat menstruasi. Jika kemungkinan terjadi infeksi serviks,
masa pemasangan IUD sebaiknya ditunda sampai infeksi mereda.

Cara kerja IUD adalah dengan menyebabkan reaksi peradangan di dalam rahim yang
akan menarik datangnya sel-sel darah putih. Zat yang dihasilkan oleh sel darah putih ini
merupakan racun bagi sperma sehingga tidak terjadi pembuahan sel telur. Melepaskan
IUD akan menyebabkan terhentinya proses peradangan.

Efek samping dari IUD: perdarahan dan nyeri, kadang IUD terlepas dengan sendirinya
(sekitar 20% IUD yang lepas tidak disadari/diketahui oleh pemakainya dan bisa
menyebabkan kehamilan), perforasi rahim, ketika baru dipasang akan terjadi infeksi
singkat pada rahim, tetapi infeksi ini akan mereda setelah 24 jam, risiko terjadinya
keguguran pada wanita hamil dengan IUD yang masih terpasang adalah sekitar 55% IUD.

D. Metode Kontrasepsi Mantap (Kontap)

Kontrasepsi mantap adalah kontrasepsi yang ditujukan untuk mencegah kehamilan


dalam jangka waktu yang lama (tidak terbatas). Kontrasepsi mantap dapat dilakukan pada
salah satu pasangan, dengan persetujuan dari kedua belah pihak, serta tentunya atas hasil
pertimbangan yang matang. Dengan efeknya yang dapat bersifat permanen, kontrasepsi
mantap menjadi pilihan terbaik bagi pasangan yang sepakat tidak lagi menambah jumlah
anak (atas berbagai alasan).

a. Tubektomi

Metode kontrasepsi mantap yang dilakukan pada seorang wanita adalah


tubektomi. Tubektomi dilakukan dengan menghambat saluran penghubung indung telur
dan rahim (disebut tuba fallopi). Dengan metode ini, sel telur yang dilepaskan dari
indung telur tidak akan mampu bertemu dengan sperma yang masuk, dan kehamilan
akan sulit terjadi.

Caranya adalah dengan pengikatan atau pemotongan, serta pemasangan cincin oleh
dokter yang berkompeten. Anda dapat memperolehnya kapanpun, termasuk saat proses
persalinan sebagai berikut:

 Idealnya dilakukan dalam 48 jam pasca-persalinan.

 Dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi cesar.

 Bila tidak dilakukan dalam satu minggu pasca persalinan, ditunda 4-6 minggu
berikutnya.
Keuntungan:

 Efektivitas yang tinggi yaitu 99,5%.

 Tidak mempengaruhi proses menyusui.

 Tidak mengganggu proses berhubungan seksual, dan tidak mengubah fungsi


seksual.

 Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

 Mengurangi risiko kanker ovarium.

Kerugian:

 Risiko dan efek samping pembedahan

 Kadang-kadang sedikit merasakan nyeri pada saat operasi

 Infeksi mungkin saja terjadi, bila prosedur operasi tidak benar

 Kesuburan sulit kembali

 Tidak melindungi diri dari IMS

b. Vasektomi

Bila atas kesepakatan bersama, pihak suami yang akan menjalani kontrasepsi
mantap, maka vasektomi adalah pilihannya. Vasektomi adalah metode kontrasepsi
mantap pada pria. Metode yang dilakukan hampir sama yaitu menghambat saluran
yang mengeluarkan sperma, sehingga sperma tidak akan dapat keluar dari tubuh.

Jangan samakan tidak adanya sperma dan tidak adanya ejakulasi (mengeluarkan
cairan saat orgasme). Seorang pria yang memperoleh vasektomi akan tetap ejakulasi,
namun bedanya cairan yang keluar tidak mengandung sperma, melainkan hanya
berupa cairan semen (hasil produksi beberapa kelenjar).

Vasektomi dapat dilakukan kapan saja. Dua jenis pengerjaan yang ada adalah
proses yang melibatkan proses penyayatan maupun Vasektomi Tanpa Pisau (VTP).
VTP menjadi metode yang dapat mengurangi perdarahan dan rasa nyeri. Prosedur ini
dilakukan hanya secara singkat dan tidak membutuhkan bius umum.
Keuntungan:

 Efektivitas tinggi 99,6%-99,8%.

 Sangat aman, tidak terdapat efek jangka panjang.

 Efektif dalam jangka waktu panjang.

 Dibandingkan kontrasepsi kondom, vasektomi memberikan efisiensi biaya dan


lamanya penggunaan kontrasepsi.

 Tidak memengaruhi kadar hormon, gairah seks atau mengganggu aktivitas seks

 Dapat dipilih sebagai alternatif yang lebih sederhana dan lebih aman untuk
sterilisasi wanita (tubektomi)

Kerugian:

 Tidak melindungi dari penyakit menular seksual (PMS)

 Sulit dikembalikan ke kondisi semula

 Harus tetap menggunakan kontrasepsi setelah operasi sampai tes menunjukkan air
mani bebas dari sperma

 Kemungkinan komplikasi bisa terjadi, termasuk pengumpulan darah di dalam


skrotum (hematoma), benjolan keras yang disebut granuloma sperma (disebabkan
oleh kebocoran sperma dari saluran), infeksi, atau nyeri testis jangka panjang yang
mungkin memerlukan operasi lebih lanjut
 Tabung vas deferens dapat tersambung kembali, tetapi ini sangat jarang terjadi

Penting diingat, berbeda dengan tubektomi yang langsung aktif, World Health
Organization (WHO) menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3 bulan setelah
prosedur atau kurang lebih 20 ejakulasi setelah prosedur. Hal tersebut untuk
meyakinkan bahwa fungsi kontrasepsi mantap benar-benar berjalan.

Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah
tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan
program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi. Program
keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak kelahiran atau mengurangi
jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya
ini dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi
memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama.

Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan wanita
sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan dipilih sesuai dengan kebutuhan serta
keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria yang memakai kontrasepsi seperti kondom,
coitus interuptus (senggama terputus) dan vasektomi. Sementara itu apabila istri yang
menggunakan kontrasepsi suami mempunyai peranan penting dalam mendukung istri dan
menjamin efektivitas pemakaian kontrasepsi. Usia produktif perempuan pada umumnya adalah
15-49 tahun. Maka dari itu perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk
menggunakan kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari
cakupan peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan kontrasepsi, tempat pelayanan KB,
dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor.

Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2013 jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif tercatat sebanyak 4.874.250
peserta dengan rincian, KB dengan metode IUD sebanyak 416.240 orang (8,53%), MOW
sebanyak 262.760 orang (5,39%), MOP sebanyak 52.758 orang (1,08%), kondom sebanyak
92.272 orang (1,89%), implant sebanyak 463.790 orang (9,51%), suntik sebanyak 2.753.967
orang (56,50%), dan pil sebanyak 832.463 orang (17,07%).

Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah pengetahuan,


dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik pengetahuan seseorang tentang kontrasepsi
semakin rasional dalam menggunakan kontrasepsi. Pengalaman istri dalam penggunaan
kontrasepsi yang dipilih merupakan hal yang tidak terlupakan. Pengalaman baik akan selalu
dijadikan acuan untuk mengikuti program keluarga berencana. Dukungan suami juga
mempengaruhi penggunaan kontrasepsi, karena istri yang mendapat dukungan dari suami akan
menggunakan kontrasepsi secara terus menerus sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan
akan sedikit yang menggunakan kontrasepsi.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai
gambaran tingkat pengetahuan,pengalaman dan dukungan suami dalam penggunaan kontrasepsi.

Anda mungkin juga menyukai