1. Metode Kalender
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara atau metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi.
Metode ini efektif bila dilakukan secara baik dan benar. Dengan penggunaan
sistem kalender setiap pasangan dimungkinkan dapat merencanakan setiap
kehamilannya. Sebelum menggunakan metode ini, pasangan suami istri harus
mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada setiap wanita tidaklah sama. Untuk
itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus menstruasi.
Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 siklus haid
2. Bila Siklus Haid Tidak Teratur
Catat jumlah hari dalam siklus haid selama 6 bulan (6 siklus menstruasi).
Masukan dalam rumus: jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid
dikurang 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur.
Masukan dalam rumus: jumlah hari terpanjang dalam 6 kali siklus haid
dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktivitas apapun biasanya diambil
pada saat bangun tidur dan belum meninggalkan tempat tidur. Suhu basal akan
meningkat setelah ovulasi terjadi. Pencatatan suhu basal dilakukan setiap hari.
Prinsip yang digunakan dalam metode suhu basal tubuh adalah menentukan masa
subur yaitu 4 hari sebelum ovulasi karena sperm dapat hidup sampai 4 atau 5 hari.
Metode ini berdasarkan kenaikan suhu tubuh setelah ovulasi sampai hari
sebelum menstrusasi berikutnya. Untuk mengetahui suhu tubuh benar-benar naik
maka harus dengan thermometer yang sama dan pada tempat yang sama (dimulut,
anus, vagina) setiap pagi setelah bangun tidur sebelum melakukan aktivitas serta
melakukan pencatatan.
Kenaikan suhu basal merupakan salah satu tanda bahwa tubuh sedang
mengalami ovulasi (masa subur) sehingga dapat digunakan sebagai penentu kapan
melakukan hubungan seksual agar tidak terjadi pembuahan.
Fase subur dan fase tidak subur dapat dinilai dengan ukuran dan dapat
digunakan untuk merencanakan dan menghindari kehamilan. Siklus menstruasi
dibagi dalam 2 fase yaitu sebelum ovulasi dan fase setelah ovulasi.
Dengan syarat suhu tubuh tidak boleh dalam kondisi demam, jangan tidur
dibawah lampu yang panas, jangan tidur menggunakan AC dalam suhu yang sangat
tinggi dan tidur minimal 5-6 jam.
Memiliki tingkat keamanan yang tinggi jika diukur secara rutin dan benar
Murah (ekonomis)
Kesalahan dapat terjadi jika sedang mengalami sakit, mengukur tidak pada waktu
biasanya, tidur terlalu larut malam, ganti thermometer, ganti tempat pengukuran
suhu.
Harus diperhatikan pada kasus-kasus tertentu, seperti ibu menyusui karena siklus
yang sangat tidak teratur.
Dasar perubahan siklus dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar
estrogen. Pola yang diidentifikasi menunjukkan bahwa individu wanita dapat
memperkirakan masa ovulasi dengan cukup akurat tanpa harus memperhatikan
perubahan suhu basal tubuh. Perubahan pola tersebut antara lain:
Hari-hari Kering: Setelah darah haid bersih, kebanyakan ibu mempunyai 1 sampai
beberapa hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa kering.
Hari-hari Subur: Ketika terobservasi adanya lendir sebelum ovulasi, ibu dianggap
subur ketika terlihat adanya lendir, walaupun jenis lendir yang kental dan lengket.
Lendir suhur yang basah dan hein mungkin sudah ada di serviks.
Hari Puncak: Adalah hari terakhir adanya lendir licin, malur dan ada perasaan
basah. Kenali masa subur dengan memantau lendir yang keluar dari vagina,
pengamatan dilakukan sepanjang hari dan ambil kesimpulan pada malam hari.
Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan
perubahan perasaan kering basah tidak dianjurkan untuk periksa ke dalam vagina.
Untuk menggunakan metode lendir serviks (MOB) seorang wanita harus
belajar mengenali pola kesuburan dan pada dasar ketidak suburannya. Untuk
menghindari kekeliruan dan untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar,
pasangan diminta secara penuh tidak bersenggama pada siklus haid, untuk
mengenali pola kesuburan dan ketidak suburan.
Catatlah setiap kali pengamatan dilakukan dengan suatu rangkaian kode misalnya
stiker atau tinta berwarna ataupun tulisan tangan.
Periksa lendir setiap kali ke belakang dan sebelum tidur, kecuali ada perasaan
sangat basah pada waktu siang. Setiap malam sebelum tidur, tentukan tingkat
yang paling subur dan beri tanda pada catatan untuk kode yang sesuai lendir
mungkin akan berubah pada hari yang sama.
Abstinen pantang senggama paling sedikit satu siklus sehingga klien akan
mengenali hari-hari lendir mengenali pola kesuburan dan pola ketidaksuburan
dengan bimbingan terlatih.
Pada hari kering setelah haid, aman untuk bersenggama selang satu malam (aturan
selang seling).
Hindari senggama segera setelah ada lendir jenis apa juga atau perasaan basal
muncul (aturan awal).
Tandai hari terakhir dengan lendir jernih, licin dan mulur dengan tanda X Ini
adalah hari puncak (hari ovulasi).
Setelah hari puncak hindari senggama untuk tiga hari berikut siang dan malam
(aturan puncak). Mulai dari pagi hari ke empat setelah kering, ini adalah hari hari
aman untuk bersenggama sampai hari haid berikutnya.
Membutuhkan komitmen.
Metode amenore laktasi merupakan salah satu cara alami untuk mencegah
kehamilan. Selain aman dan efektif, metode ini juga lebih praktis dan sangat mudah
dilakukan, terutama bagi ibu yang baru melahirkan.
Setelah melahirkan atau melalui masa nifas, siklus menstruasi akan terlambat
atau terhenti sementara karena terhambatnya pengeluaran sel telur (ovulasi). Hal yang
terjadi secara alami ini disebabkan oleh pelepasan hormon prolaktin, yaitu hormon
yang bertugas untuk merangsang produksi ASI pada tubuh ibu.
Ketika jumlah hormon ini meningkat, maka pelepasan sel telur akan dihambat.
Oleh sebab itu, semakin sering ibu menyusui si kecil, maka semakin kecil pula
kemungkinan ibu untuk segera hamil setelah melahirkan.
b. Efektivitas dan Syarat Keberhasilan Metode Amenore Laktasi
Belum menstruasi kembali setelah melahirkan atau setelah masa nifas. Jika
sudah kembali menstruasi, maka itu pertanda tubuh sudah mulai berovulasi dan
ibu berpeluang untuk hamil kembali, terlebih jika ibu tidak menggunakan alat
kontrasepsi lainnya.
Mampu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama. Ibu harus menyusui
si kecil setidaknya setiap 4 jam sekali pada siang hari dan setiap 6 jam sekali
pada malam hari. Pemberian ASI pun harus langsung dari payudara ibu , bukan
dengan menggunakan pompa dan botol ASI.
Belum memberikan MPASI, susu formula, atau minuman lain kepada si kecil.
Hanya bisa diandalkan selama enam bulan pertama setelah melahirkan atau
selama proses pemberian ASI ekslusif dilakukan.
Pemberian ASI eksklusif tidak selalu dapat dilakukan oleh setiap ibu. Misalnya,
pada ibu yang produksi dan jumlah ASI-nya memang sedikit walaupun sudah
dilakukan usaha untuk meningkatkanya, memiliki kelainan hormon, atau sedang
menderita penyakit infeksi, seperti HIV.
Nama lain dari Coitus Interuptus adalah senggama terputus atau ekspulsi pra
ejakulasi atau pancaran ekstra vaginal atau with drawal methods atau pull-out
method. Dalam bahasa lain disebut juga interrupted intercourse. Pengertian Coitus
Interuptus atau senggara terputus adalah metode keluarga berencana tradisional
alamiah, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
mencapai ejakulasi.
Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan
sperma selama senggama.
Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi
coitus.
Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari vagina
pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
Alat kontrasepsi dalam rahim mempunyai beberapa tipe, antara lain Copper T380A, Nova
T, dan beberapa AKDR yang diberi hormon (Mirena, Levo Nova).
Kelebihan:
Angka perlindungannya cukup tinggi, yaitu dengan kegagalan 0,3-1 per 100 wanita
tiap tahun.
Kekurangan:
a. Kondom
Kantong kecil yang terbuat dari karet ini bekerja dengan membungkus penis,
sehingga sperma yang keluar tetap berada dalam kantong tersebut.
Kelebihan:
Aman dipakai
Kekurangan:
Ada risiko robek. Oleh sebab itu, gunakan satu kondom hanya untuk satu kali
pakai. Kondom yang baik terasa licin dan basah. Jangan gunakan kondom yang
bagian dalamnya kering, yang terasa lengket di tangan, atau yang merekat pada
bungkus plastiknya.
b. Diafragma
Kelebihan:
Dapat dipakai berkali-kali.
Kekurangan:
Sulit dipasang.
c. Spermisida
Alat KB ini memiliki bentuk beragam. Ada foam aerosol (busa), tablet, krim, jeli,
dan spons. Dipakai dengan cara dioleskan ke dalam vagina sebelum berhubungan
intim. Spermisida mematikan sel-sel sperma sebelum sempat memasuki rahim.
Kelebihan:
Kekurangan:
Tidak terlalu ampuh bila hanya digunakan tanpa bantuan alat lain seperti kondom
atau diafragma.
C. Metode KB Hormonal
Kebanyakan kontrasepsi hormonal mengandung estrogen dan progesteron atau hanya
progesteron saja.
a. Pil KB
1. Pil KB Terpadu
Umumnya mengandung hormon gestagen dan estrogen sintetik. Pil yang dianjurkan
adalah pil dosis rendah yang mengandung estrogen kurang dari atau sebesar 35
mikrogram dan 1 miligram progesteron.
Kelebihan:
Mudah didapat
Kekurangan:
Tidak semua wanita disarankan menggunakan pil, yaitu: ibu menyusui, perokok,
berusia 40 tahun ke atas
Memiliki problema kesehatan apa pun seperti kejang, TBC, kanker, hipertensi,
diabetes, hepatitis, jantung pernah stroke, dan lainnya.
Menimbulkan efek samping: terjadi pendarahan tidak teratur di luar masa haid.
mual-mual, sakit kepala
2. Pil KB Mini
Beda dengan pil KB terpadu, pil ini hanya mengandung gestagen saja.
Kelebihan:
Kekurangan:
b. Suntikan
Cara kerja suntikan KB salah satunya yaitu menyebabkan pengentalan mukus serviks,
sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. Yang perlu diketahui, jika
kontrasepsi suntikan dihentikan harus menunggu 1 tahun atau lebih untuk bisa hamil
kembali. Pemakai akan menerima suntikan hormon setiap 1-3 bulan sekali, yaitu:
1. Suntikan Progestin
Suntikan yang hanya mengandung hormon gestagen saja. Contohnya, depo provera
dan depo noristerat.
Kelebihan: bisa digunakan untuk ibu menyusui atau wanita yang tidak boleh
memakai tambahan estrogen.
Kekurangan: memiliki efek samping: pendarahan tidak teratur, haid tidak datang,
berat badan bertamba.
2. Suntikan Terpadu
Kekurangan: tidak bisa dipakai ibu menyusui, sulit diperoleh, relatif mahal, tidak
dianjurkan bagi wanita yang tidak disarankan minum pil KB terpadu dan suntikan
progestin.
c. Susuk
Dipakai dengan memasukkannya ke bawah permukan kulit sebelah dalam lengan. Ada 2
jenis:
2. Implanon merupakan kontrasepsi yang terdiri atas satu batang susuk ini dapat
dipergunakan sedikitnya selama 3 tahun.
Kelebihan: sesudah dipasang alat ini akan mencegah kehamilan selama 5 tahun. bisa
digunakan oleh wanita yang mengalami masalah dengan hormon estrogen, bisa
digunakan oleh wanita yang menjalani pengobatan untuk kekejangan, walau dirancang
5 tahun, bisa dicopot sewaktu-waktu.
Kekurangan: susuk lebih gampang dipasang daripada dicopot. Jadi sebelum memakai
metode ini, pastikan pekerja kesehatan di klinik atau pos pelayanan KB sudah terlatih
dan terampil serta bersedia mencopot susuk seandainya tidak lagi dikehendaki.
Susuk sebaiknya dihindari jika yang bersangkutan: pengidap kanker atau benjolan keras
di payudara, haidnya sudah terlambat datang, mengalami perdarahan abnormal dari
vagina, menderita sakit jantung, ingin hamil dalam beberapa tahun mendatang
Biasanya IUD dipasang pada saat menstruasi. Jika kemungkinan terjadi infeksi serviks,
masa pemasangan IUD sebaiknya ditunda sampai infeksi mereda.
Cara kerja IUD adalah dengan menyebabkan reaksi peradangan di dalam rahim yang
akan menarik datangnya sel-sel darah putih. Zat yang dihasilkan oleh sel darah putih ini
merupakan racun bagi sperma sehingga tidak terjadi pembuahan sel telur. Melepaskan
IUD akan menyebabkan terhentinya proses peradangan.
Efek samping dari IUD: perdarahan dan nyeri, kadang IUD terlepas dengan sendirinya
(sekitar 20% IUD yang lepas tidak disadari/diketahui oleh pemakainya dan bisa
menyebabkan kehamilan), perforasi rahim, ketika baru dipasang akan terjadi infeksi
singkat pada rahim, tetapi infeksi ini akan mereda setelah 24 jam, risiko terjadinya
keguguran pada wanita hamil dengan IUD yang masih terpasang adalah sekitar 55% IUD.
a. Tubektomi
Caranya adalah dengan pengikatan atau pemotongan, serta pemasangan cincin oleh
dokter yang berkompeten. Anda dapat memperolehnya kapanpun, termasuk saat proses
persalinan sebagai berikut:
Bila tidak dilakukan dalam satu minggu pasca persalinan, ditunda 4-6 minggu
berikutnya.
Keuntungan:
Kerugian:
b. Vasektomi
Bila atas kesepakatan bersama, pihak suami yang akan menjalani kontrasepsi
mantap, maka vasektomi adalah pilihannya. Vasektomi adalah metode kontrasepsi
mantap pada pria. Metode yang dilakukan hampir sama yaitu menghambat saluran
yang mengeluarkan sperma, sehingga sperma tidak akan dapat keluar dari tubuh.
Jangan samakan tidak adanya sperma dan tidak adanya ejakulasi (mengeluarkan
cairan saat orgasme). Seorang pria yang memperoleh vasektomi akan tetap ejakulasi,
namun bedanya cairan yang keluar tidak mengandung sperma, melainkan hanya
berupa cairan semen (hasil produksi beberapa kelenjar).
Vasektomi dapat dilakukan kapan saja. Dua jenis pengerjaan yang ada adalah
proses yang melibatkan proses penyayatan maupun Vasektomi Tanpa Pisau (VTP).
VTP menjadi metode yang dapat mengurangi perdarahan dan rasa nyeri. Prosedur ini
dilakukan hanya secara singkat dan tidak membutuhkan bius umum.
Keuntungan:
Tidak memengaruhi kadar hormon, gairah seks atau mengganggu aktivitas seks
Dapat dipilih sebagai alternatif yang lebih sederhana dan lebih aman untuk
sterilisasi wanita (tubektomi)
Kerugian:
Harus tetap menggunakan kontrasepsi setelah operasi sampai tes menunjukkan air
mani bebas dari sperma
Penting diingat, berbeda dengan tubektomi yang langsung aktif, World Health
Organization (WHO) menyarankan kontrasepsi tambahan selama 3 bulan setelah
prosedur atau kurang lebih 20 ejakulasi setelah prosedur. Hal tersebut untuk
meyakinkan bahwa fungsi kontrasepsi mantap benar-benar berjalan.
Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah
tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan
program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi. Program
keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak kelahiran atau mengurangi
jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya
ini dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi
memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama.
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan wanita
sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan dipilih sesuai dengan kebutuhan serta
keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria yang memakai kontrasepsi seperti kondom,
coitus interuptus (senggama terputus) dan vasektomi. Sementara itu apabila istri yang
menggunakan kontrasepsi suami mempunyai peranan penting dalam mendukung istri dan
menjamin efektivitas pemakaian kontrasepsi. Usia produktif perempuan pada umumnya adalah
15-49 tahun. Maka dari itu perempuan atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk
menggunakan kontrasepsi atau cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari
cakupan peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan kontrasepsi, tempat pelayanan KB,
dan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh akseptor.
Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2013 jumlah PUS yang menjadi peserta KB aktif tercatat sebanyak 4.874.250
peserta dengan rincian, KB dengan metode IUD sebanyak 416.240 orang (8,53%), MOW
sebanyak 262.760 orang (5,39%), MOP sebanyak 52.758 orang (1,08%), kondom sebanyak
92.272 orang (1,89%), implant sebanyak 463.790 orang (9,51%), suntik sebanyak 2.753.967
orang (56,50%), dan pil sebanyak 832.463 orang (17,07%).
Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai
gambaran tingkat pengetahuan,pengalaman dan dukungan suami dalam penggunaan kontrasepsi.