Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Kelompok 8
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
II. Pathway
III. Tanda Gejala
Tanda gejala KB memiliki berhasil dan tidak berhasil. Dikatakan berhasil apabila tidak
memiliki tanda-tanda yang membahayakan bagi penggunanya. Dikatakan tidak berhasil
jika mengalami tanda-tanda membahayakan bagi penggunanya dan mengalami
pembuahan bagi penggunanya.
IV. Dampak
Dampak dan efek samping dari KB sesuai dengan tingkatan yang digunakan pada setiap
yang digunakan, akan dijelaskan secara detail pada tahap klasifikasi & penatalaksanan
dibawah.
2. Metode Modern
1) Kondom
a. Kondom Pria
Kondom adalah sarung karet yang dipakai pada alat kemaluan pria selama
melakukan hubungan seksual. Cara menggunakan kondom:
1) Bila seorang pria tidak disunat tarik selaput kulit kepala penis ke belakang.
Kemudian masukan ujung penis kedalam mulut kondom dan masukan
sampai ke ujung akhir penis yang keras.
2) Dengan terus memencet ujung penis, buka gulungan kondom sampai
semua kondom bisa meliputi semua permukaan penis. Bagian ujung
kondom yang agak longgar akan menampung cairan sperma. Bila ujung
penis tidak berongga, kondom bisa pecah.
3) Setelah pria ejakulasi, maka dia sebaiknya memegang ujung dan pinggiran
kondom dan mengeluarkannya dari vagina sewaktu penis masih dalam
keadaan tegang.
4) Tarik keluar kondom. Jangan sampai bocor sehingga cairan sperma
keluar.
5) Bentuk ikatan pada pangkal kondom kemudian dibuang dengan cara
dibakar atau dikubur sehingga jauh dari kemungkinan permainan ank-
anak atau binatang.
b. Kondom Wanita
Kondom wanita yang bisa pas divagina dan menutupi bibir luar bisa dimasukan ke
dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual. Kondom hanya digunakan
sekali pakai, karena akan mudah robek bila dicuci dan digunakan kembali.
Kondom wanita merupakan cara KB yang efektif bisa melindungi dari penularan
PMS dan kehamilan serta berada dibawah kendali wanita. Cara memakai kondom
wanita:
1) Buka bungkusan kondom cari cincin dalam yang berupa cincin yang bertutup.
2) Pencet cincin dalam tersebut dan pegang oleh jari-jari tangan.
3) Masukan cincin ke dalam lubang vagina
4) Dorong cincin sampai betul-betul masuk vagina. Sedangkan cincin luar tetap
berada diluar vagina.
5) Bila melakukan hubungan seksual masukan penis sampai masuk ke dalam
cincin luar tersebut.
6) Lepaskan segera kondom wanita setelah selesai berhubungan sebelum kita
berdiri. Plintir cincin luar kondom supaya cairan sperma masih tetap berada di
dalam kondom.
Kontraindikasi
Tidak semua wanita dapat menggunakan pil kombinasi untuk kontrasepsi.
Kontraindikasinya antara lain :
• Kontraindikasi mutlak
- Tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen
- Penyakit-penyakit hati yang aktif, baik akut maupun menahun
- Pernah mengalami trombo phlebitis, trombo-emboli, kelainan serebrovaskular
- Diabetes mellitus
- Kehamilan
• Kontraindikasi relatif
- Depresi
- Migraine
- Mioma uteri
- Hipertensi
- Oligomenorea dan amenorea
Kelebihan dan Kekurangan pil kombinasi
• Kelebihan
- Efektivitasnya dapat di percaya
- Frekuensi koitus tidak perlu di atur
- Siklus haid tidak teratur
- Keluhan dismenorea yang primer menjadi berkurang atau hilang sama sekali
• Kekurangan
- Pil harus di minum setiap hari
- Motivasi harus kuat
- Adanya efek samping walaupun efeknya sementara
- Kadang-kadang setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea yang
persisten
- Harganya relative mahal
Cara pemakaian pil kombinasi:
Pil tersedia dalam paket berisi 21 atau 28 tablet. Bila memakai paket 28 tablet,
minumlah pil setiap hari selama sebulan. Segera setelah selesai 1 paket, mulailah
dengan paket yang baru dan seterusnya. Bila memakai paket 21 pil, minumlah pil
setiap hari selama 21 hari, kemudian tunggu 7 hari sebelum mulai dengan paket yang
baru.
Pil yang terlambat diminum atau lupa akan menyebabkan perdarahan sedikit, seperti
datang bulan yang ringan.
1. Pil Progesteron
Karena jenis pil ini tidak mengandung estrogen maka pil ini lebih aman bagi wanita
yang tidak cocok pil kombinasi dan bagi wanita timbul efek samping pada
pemakaian pil kombinasi. Pil ini juga lebih baik bagi ibu menyusui karena tidak
mengandung zat yang menyebabkan pengurangan produksi ASI. Penggunaan pil
ini sangat efektif bagi ibu-ibu menyusui.
Pada beberapa wanita pil ini menekan ovulasi secara sempurna. Pada beberapa
wanita yang lain folikel mengalaman pematangan secara normal, tetapi terjadi fase
luteal yang dipersingkat dan tidak terjadi produksi progesterone. Kerja kontrasepsi
pil progesterone saja terletak pada kerjanya pada mucus serviks dengan membuat
mukus ini lebih kental dan sulit dilewati sperma, dan dengan mengurangi kerja
peristaltik tuba falopi sehingga sperma yang tetap hidup sangat sulit atau tidak
mungkin mencapai uterus.
Efek samping yang umum terjadi:
• Perdarahan tidak teratur atau bercak-bercak
• Datang bulan terlambat
• Sering pusing
2. Pil sekuensial
Pil ini hanya mengandung estrogen di minum selama setengah pertama siklus
mentruasi dan kemudian selama setengah siklus yang kedua diberikan pil yang
mengandung baik estrogen maupun progesterone. Efek keseimbangan hormone ini
ialah penekanan ovulasi, dan karena kadar estrogen tinggi, maka juga akan
menekan laktasi apabila diberikan kepada pasien post natal. Sekuensial
memberikan banyak efek samping, yang meliputi bertambahnya berat badan,
perubahan payudara, mual, sakit kepala dan penurunan libido.
Secara umum ada beberapa komplikasi yang terjadi pada kontrasepsi oral, yaitu
mencakup sebagai berikut :
A – Abdominal pain, mengindikasikan masalah pada hepar atau kandung empedu.
C – Chest pain atau sesak napas, mengindikasikan adanya sumbatan pembuluh
darah pada paru atau jantung.
H – Headaches, disebabkan oleh gangguan kardiovaskular atau hipertensi.
E – Eye problem, mengindikasikan gangguan vascular atau hipertensi.
S – Severe leg pain, mengidikasikan proses trombo-emboli.
3) Implant
Pengertian Kontrasepsi Implan
a. Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian
subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis
rendah, dan reversibel untuk wanita (Speroff & Darney, 2005).
b. Kontrasepsi Implan adalah sistem norplant dari implan subdermal levonorgestrel
yang terdiri dari enam skala kapsul dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan sylastic,
masing-masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format kristal dengan masa
kerja lima tahun (Varney, 1997).
Cara Kerja Kontrasepsi Implan :
a. Lendir serviks menjadi kental
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap terhadap mucus
serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar untuk
penetrasi sperma.
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang
diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah
implantasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada bukti mengenai
fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan.
c. Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga menghambat
pergerakan sperma.
d. Menekan ovulasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone (LH), baik
pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi.
4) KB Suntikan
Salah satu tujuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk mengembangkan suatu
metode kontrasepsi yang berdaya kerja panjang (lama), yang tidak membutuhkan
pemakaian setiap hari atau setiap akan bersanggama, tetapi tetap reversibel. Dua
kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang banyak dipakai adalah :
1. DMPA (Depot Medroxyprogesterone asetat) = Depo Provera
a. Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun dan
smapai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita.
b. Diberikan sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg.
2. NET-EN (Norethindrone enanthate) = Noristerat
a. Dipakai lebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor kira-kira 1,5 juta wanita.
b. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu atau sekali setiap 8 minggu
untuk 6 bulan pertama (= 3x suntikan pertama), kemudin selanjutnya sekali setiap
12 minggu.
Baik DMPA maupun NET EN sangat aktif dengan angka kegagalan untuk :
DMPA : < 1 per 100 wanita pertahun
NET EN : 2 per 100 wanita pertahun
Efek samping utama : gangguan pola haid. Sedangkan efek samping lain kecil sekali,
antara lain :
− Berat badan naik, antara 1-5 kg (DMPA).
− Sebagian besar wanita belum kembali fertilitasnya selama 4-5 bulan setelah
menghentikan suntikannya.
Penelitian-penelitian membuktikan bahwa sampai saat ini kontrasepsi suntikan tidak
menambah risiko terjadinya karsinoma seperti karsinoma payudara atau serviks,
progesteron, termasuk DMPA digunakan untuk mengobati karsinoma endometrium.
Farmakologi dari Kontrasepsi Suntikan
DMPA :
1. Tersedia dalam larutan mikrokristaline.
2. Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu kadarnya tetap
tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali.
3. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan, tetapi umumnya
ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih.
4. Pada pemakaian jangka alama, tidak tejadi efek akumulatif dari DMPA dalam
darah/serum.
NET EN :
1. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testosterone, dibuat dalam larutan
minyak. Larutan minyak tidak mempunyai ukuran partikel yang tetap dengan akibat
pelepasan obat dari tempat suntikan kedalam sirkulasi darah dapat sangat bervariasi.
2. Lebih cepat di metabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat dibandingkan
dengan DMPA.
3. Setelah disuntikkan, NET EN harus di ubah menjadi norethindrone (NET) sebelum
ia menjadi aktif secara biologis.
4. Kadar puncak dalam serum tercapai dlam 7 hari setelah penyuntikan, kemudian
menurun secara tetap dan tidak ditemukan lagi dalam waktu 2,5 – 4 bulansetelah
disuntikkan.
Kontra-Indikasi Suntikan
WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan pada:
❖ Kehamilan
❖ Ca Mammae
❖ Ca Traktus Genitalia
❖ Pendarahan Abnormal Uterus
Disamping itu WHO juga menganjurkan untuk:
❖ Mempertimbangkan kontra indikasi yang berlaku untuk POK
❖ Pada wanita dengan DM atau riwayat DM selama kehamilan, harus dilakukan
follow up dengan teliti, karena dari beberapa percobaan laboratorium, ditemukan
bahwa DMPA mempengaruhi metabolism karbohidrat.
6) Sterilisasi
Terdapat beberapa cara operasi yang bisa membuat pria atau wanita hampir tidak
mungkin bisa mempunyai anak lagi. Karena hasil operasi ini bersifat permanen, maka
tindakan ini hanya tepat bagi ibu atau bapa yang betul-betul telah yakin tidak ingin
mempunyai anak lagi.
Untuk mendapatkan pelayanan tindakan operasi ini, ibu atau bapa harus pergi ke RS yang
mampu melayani operasi tersebut. Operasi ini cukup cepat dan aman yang jarang
menimbulkan efek samping.
a. Vasektomi (operasi pria)
Adalah suatu tindakan bedah yang sangat sederhana dimana dilakukan pemotongan
saluran yang membawa sperma dari buah pelir ke penis. Buah pelirnya sendiri masih
tetap utuh, tidak dipotong sama sekali. Operasi ini dilakukan di Puskesmas, dimana
petugas kesehatan telah dilatih untuk melakukannya. Tindakan operasi ini hanya
berlangsung beberapa menit.
Operasi ini tidak mengubah kemampuan untuk melakukan hubungan seksual
ataupun untuk merasakan kenikmatan hubungan seksual. Pria masih mampu untuk
ejakulasi cairan sperma atau semen tetapi cairan tersebut tidak mengandung benih
sperma. Setelah operasi, pria tersebut harus terlebih dahulu ejakulasi sampai 20 kali
sebelum benih sperma betul-betul telah bersih. Selama menunggu pakailah cara-cara
kb yang telah biasa dipakai.
b. Tubektomi (operasi wanita)
Pemutusan saluran telur wanita sedikit lebih rumit dari pada vasektomi, tetapi tetap
merupakan tindakan bedah yang aman hanya berlangsung sekitar 30 menit.
Petugas kesehatan membuat sayatan kecil di kulit perut ibu, kemudian memotong
atau mengikat saluran yang membawa sel telur dari indung telur kerahim. Tindakan
ini tidak akan mengubah kemampuan wanita untuk melakukan hubungan seksual
ataupun menikmati hubungan seksual. Penting: sterilisasi tidak melindungi terhadap
PMS, termasuk AIDS. Kita harus tetap memikirkan cara untuk perlindungan untuk
penyakit-penyakit tersebut.
I. PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Gereja Indra Kasih
Tanggal Pengkajian : 27 Mei 2019
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama :Tn. S
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan dengan pasien : Suami
Alamat : Jl. Gereja Indra Kasih
B. ALASAN MASUK
Datang ke Puskesmas kecamatan Medan Tembung dengan keluhan haid tidak
teratur ( tidak normal )
C. KELUHAN UTAMA
Ny. M mengatakan haid tidak teratur, Ny. M Klien mengatakan ia adalah
akseptor KB Suntik 3 bulan, dan sebelum menggunakan KB suntik haid nya
selalu teratur
2. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
G3P3A0
Tgl/ tahun Tempat Umur Jenis Penolon anak Nifas Keadaan anak
partus partus kehamilan partus g sekarang
JK BB PB Keadaan Laktasi
H. DATA BIOLOGIS
1. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Makan : Ibu makan 3 kali sehari dengan MB (Makanan Biasa) dan lauk
pauk
Minum : Ibu minum air putih sebanyak 6-7 gelas/hari.
b. Istirahat tidur
Ibu tidur siang 2 jam, tidur malam selama 7-8 jam/hari dari pukul 21.00
wib – 05.00 wib.
c. Eliminasi
BAK : Frekuensi BAK pasien 3-4 kali/hari, warna kuning jernih
volume urine 1200-1500 cc/hari, berbau khas.
BAB : Ibu BAB pasien 1 kali/hari, berwarna kuning, konsistensi
lembek dengan bau yang khas.
d. Personal Hygine
Klien mandi 2 kali/hari semua kegiatan personal hygiene dilakukan
secara mandiri
2. Riwayat Psikologi
Ibu mengatakan merasa cemas karena haidnya tidak teratur, ibu selalu
bertanya mengapa haidnya tidak teratur dan Ibu tidak tahu bahwa amenore
yang dialaminya adalah efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi KB
Suntik 3 bulan, ibu mengatakan BB nya naik sejak memakai alat kontrasepsi
KB Suntik 3 bulan.
3. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 37,5 oC
HR : 76 x/i
RR : 20 x/i
Tinggi badan : 157 cm
BB sebelum menggunakan KB Suntik : 57 kg
Berat badan saat di kaji : 63 kg
2. Pemeriksaan Head to Toe
a. Kepala
Kulit kepala bersih, bentuk kepala oval dan tidak ada ditemukan luka
pada bagian kepala.
b. Rambut
Rambut pasien hitam dan lurus, tampak bersih.
c. Mata
Sklera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis, reaksi pupil terhadap
cahaya baik (+/+), mata isokor (+/+), fungsi penglihatan baik ditandai
dengan pasien dapat membaca dengan jelas. Tanpa mengguanakan
alat bantu.
Palpasi: Nyeri tekan tidak ada
d. Hidung
Bentuk dan posisi simetris, tidak dijumpai adanya kelainan struktur.
Perdarahan tidak ada, fungsi penciuman baik, pasien dapat
membedakan bau.
Palpasi: Nyeri tekan tidak ada
e. Telinga
Bentuk dan posisi simetris, tidak dijumpai adanya peradangan dan
perdarahan, fungsi pendengaran baik, ditandai dengan pasien biasa
mendengar detik arloji, dan tidak memakai alat bantu pendengaran.
f. Mulut
Bibir tampak kering, gigi berlubang, mukosa lembab, bau mulut ada.
Pasien dapat mengucapkan kata-kata dengan baik, tidak ada
pembengkakan atau peradangan, pengecapan baik dan dapat
membedakan rasa asam, asin, manis, dan pahit.
Inspeksi: bentuk dada simetris, frekuensi pernafasan 28x/i, klavikula
dan scapula simetris.
g. Gigi
Kebersihan gigi baik, tidak ada peradangan dan perdarahan pada gigi,
jumlah gigi 28 buah, tidak terdapat caries
h. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada peningkatan tekanan
vena jugularis dan tidak dijumpai adanya kaku kuduk.
i. Thorax/dada
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi : Stem fremitus kiri dan kanan
Perkusi : Sonur kiri dan kanan
Auskultasi : tidak ada ronchi, tidak ada wheezing
j. Jantung
Inspeksi : Frekuensi denyut jantung 76x/i, Tidak ada
pembesaran atau pembengkakan
Palpasi : Batas jantung tidak teraba dengan jelas
Perkusi : Shifting dullness
Auskultasi : Bunyi jantung Lub-Dup
k. Abdomen
Inspeksi : Datar, tidak nampak massa atau benjolan, turgor
kulit baik, kembali dalam ± 2 detik.
Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, tidak ada massa
Perkusi : Tidak kembung
Auskultasi : Bising usus normal 30 kali/menit
l. Ekstremitas
Atas : Akral hangat, tidak ada oedem, pergerakan baik, reflex,
bisep kiri dan kanan +/+, refreks trisep kiri dan kanan +/+.
Bawah : Akral hangat, tidak ada oedem, ROM kanan dan
kiri aktif, reflex patela kiri dan kanan +/+.
I. DATA FOKUS
DS:
1. Klien mengatakan merasa cemas karena haidnya tidak teratur
2. Klien mengatakan merasa bingung
Do:
1. Klien tampak gelisah
2. Klien tampak tegang
3. Kesadaran : Compos mentis
4. TD : 120/80 mmHg
5. Suhu : 37,5 oC
6. HR :76 x/i
7. RR : 20 x/i
J. ANALISA DATA
No. DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. Tanda dan Gejala Mayor Kurang terpapar Ansietas
DS : informasi
1. Klien mengatakan merasa
cemas karena haidnya tidak
teratur
2. Klien mengatakan merasa
bingung
DO:
1. Klien tampak gelisah
2. Klien tampak tegang
8. Kesadaran : Compos mentis
9. TD : 120/80 mmHg
10. Suhu : 37,5 oC
11. HR :76 x/i
12. RR : 20 x/i
K. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. D.0080 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan merasa khawatir dengan akibat kondisi yang dihadapi (hlm, 180).
2. D.0111 Defisit Pengetahuan Tentang Penggunaan Kontrasepsi KB Suntik
berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandau dengan
menanyakan masalah yang dihadapi (hlm,246).
L. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No. SDKI SLKI SIKI
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan
jenis relaksasi
2. Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
2. D.0111 Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
Defisit Pengetahuan tindakan keperawatan (I.12383)
Tentang Penggunaan selama 1 x 24 jam
Kontrasepsi KB Suntik diharapkan tingkat Observasi
berhubungan dengan pengetahuan pasien 1. Identifikasi
kurang terpapar informasi meningkat dengan kesiapan dan
ditandau dengan kriteria hasil : kemampuan
menanyakan masalah Tingkat Pengetahuan menerima
yang dihadapi 1. Perilaku sesuai informasi
anjuran meningkat 2. Identifikasi factor
2. Verbalisasi minat – factor yang dapat
dalam belajar meningkatkan dan
3. Kemampuan menurunkan
menggambarkan motivasi perilaku
pengalaman hidup bersih dan
sebelumnya yang sehat
sesuai dengan topik Terapeutik
1. Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
Edukasi
1. Jelaskan factor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
M. CATATAN PERKEMBANGAN
No. TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan