Anda di halaman 1dari 46

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Medis

1. Keluarga Berencana

a. Definisi

Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10

tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan

keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui pendewasan usia perkawinan (PUP),

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan

kesejahteraankeluarga kecil, bahagia dan sejahtera. (Handayani, Sri.

2010; h.28)

Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam

program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan

kesejahteraan ekonomi, spritual dan sosial budaya penduduk

indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan

kemampuan produksi nasional. (Depkes, 1999)

Sejak pelita V, program KB nasional berubah menjadi gerakan

KB nasional yaitu gerakan masyarakat yang menghimpun dan

mengajak segenap potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam

melembagakan dan membudayakan NKKBS dalam rangka

meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. (Sarwono, 1999)

b. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan umum untuk lima tahun kedepan mewujudkan visi dan

misi program KB yaitu membangun kembali dan melestarikan pondasi

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
yang kokoh bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk

mencapai keluarga berkualitas tahun 2015.

Sedangkan tujuan program KB secara fisiologis adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian

kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk indonesia.

2. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia

yang bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

(Handayani, Sri. 2010; h.29)

c. Sasaran Keluarga Berencana

Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung

dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.

Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usian Subur (PUS) yang

bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara

penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran

tidak langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan

menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan

kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang

berkualitas, keluarga sejahtera. (Handayani, Sri. 2010; h.29)

Adapun sasaran program KB nasional lima tahun kedepan

seperti tercantum dalam RPJM 2004-2009 adalah sebagai berikut :

1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara

nasional menjadi 1,14% per tahun.

2. Menurunkan angka kelahiran Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,2

per perempuan.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
3. Meningkatkan peserta KB pria menjadi 4,55.

4. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan

efesien.

5. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh

kembang anak.

6. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera

1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif.

7. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelanggaraan

pelayanan KB dan kesehatan reproduksi. (Sujiyatini & Dyah

Noviawati. 2011, h. 29-3

d. Ruang Lingkup Keluarga Berencana

Ruang lingkup program KB meliputi :

1. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

2. Konseling

3. Pelayanan Kontrasepsi

4. Pelayanan Infertilitas

5. Pendidikan sex (sex education)

6. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan

7. Konsultasi genetik

8. Tes keganasan

9. Adopsi.

(Handayani, Sri. 2010; h.29-30)

2. Kontrasepsi

a. Definisi Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya

kehamilan. (Proverawati, dkk. 2010; h. 1) Kontrasepsi merupakan

bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
kehamilan, dan merupakan hak setiap individu sebagai mahkluk

seksual. (Saifuddin, 2006; h. U-46) Disimpulkan Kontrasepsi adalah

upaya untuk mengatur kehamilan.

b. Syarat - syarat alat kontrasepsi

Syarat - syarat alat kontrasepsi yaitu sebagai berikut :

1) Aman pemakaiannya dan dipercaya

2) Tidak ada efek samping yang merugikan

3) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan

4) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan

5) Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama

pemakaiannya

6) Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit

7) Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat

8) Dapat diterima oleh pasangan suami istri

(Proverawati, dkk. 2010; h. 2)

c. Cara – cara berkontrasepsi

Cara – cara berkontrasepsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Berdasarkan jenis kelamin

a) Cara atau alat kontrasepsi yang dipakai oleh suami (pria)

b) Cara atau alat kontrasepsi yang dipakai oleh istri (wanita)

2) Berdasarkan pelayanan

a) Cara medis dan non medis

b) Cara klinis dan non klinis

3) Berdasarkan efek kerja

a) Tidak mempengaruhi fertilitas

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
b) Menyebabkan infertilitas temporer atau sementara

c) Kontrasepsi permanen atau mantap (kontap) dimana terjadi

infertilitas menetap

4) Berdasarkan cara kerja atau cara kontrasepsi

a) Berdasarkan keadaan biologis: coitus interuptus (senggama

terputus), sistem kalender, metode suhu badan, dan lain-lain

b) Penggunaan alat barier: kondom, diafragma, spermatisida

c) Kontrasepsi intra uterine: Intra Uterine Device (IUD)

d) Kontrasepsi hormonal: pil, suntikan

e) Kontrasepsi operatif: tubektomi dan vasektomi

(Proverawati, dkk. 2010; h. 3)

d. Faktor – faktor yang berperan dalam pemilihan Kontrasepsi

Beberapa faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih metode

kontrasepsi antara lain sebagai berikut:

1) Faktor pasangan dan motivasi, meliputi:

a) Umur

b) Gaya Hidup

c) Frekuensi senggama

d) Jumlah keluarga yang diinginkan

e) Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu

2) Faktor kesehatan, meliputi:

a) Status Kesehatan

b) Riwayat haid

c) Riwayat keluarga

d) Pemeriksaan fisik dan panggul

3) Faktor metode kontrasepsi

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
a) Efektivitas

b) Efek samping

c) Biaya

(Proverawati, dkk. 2010; h. 3 - 4)

3. Metode Kontrasepsi

Menurut Handayani, 2010; 57 – 188 metode kontrasepsi dapat

dibagi menjadi :

a. Metode Sederhana

1) Tanpa alat

a) Metode kalender

Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan

masa subur dimana harus menghindari hubungan seksual

tanpaperlindungan tanpa kontrasepsi pada hari ke 8 - 19 siklus

menstruasi.

b) Senggama terputus

Suatu metode di mana senggama diakhiri sebelum terjadinya

ejakulasi intra-vagina. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia

eksterna.

c) Metode suhu basal

Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur

suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal, untuk

menentukan masa ovulasi

d) Metode lendir serviks

Metode kontrasepsi dengan menghubungkan pengawasan

terhadap perubahan lendir serviks wanita yang dapat dideteksi di

vulva.

2) Dengan alat

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
a) Kondom

Kondom adalah suatu selubung atau sarung karet yang terbuat

dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil),

atau bahan alami (produksi hewani yang dipasang dalam penis

(kondom pria) atau vagina (kondom wanita) pada saat

berhubungan seksual.

b) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentukmbulat cembung, terbuat dari

lateks (karet) yang dimasukkan ke dalam vagina sebelum

melakukan hubungan seksual dan menutupi serviks.

c) Kap serviks

Kap serviks yaitu suatu alat kontrasepsi yang hanya menutpi

serviks saja.

b. Metode Modern

1) Pil KB

a) Pil oral kombinasi

(1) Pengertian

Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang berisi

hormon sintesis estrogen dan progesteron.

(2) Jenis – jenis piloral kombinasi :

(a) Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen / progesteron,

dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon

aktif. Jumlah dan porsi hormonnya konstan tiap hari.

(b) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen / progestin, dengan

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
dua dosis berbeda 7 tablet tanpahormon aktif, dosis

hormon bervariasi tiap hari.

(c) Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet

mengandung hormon aktif estrogen / progestin, dengan

tiga dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis

hormon bervariasi setiap hari.

b) Pil Progestin

(1) Pengertian

Pil progestin merupakan pil kontrasepsi yang hormon

sintesis progesteron.

(2) Jenis

(a) Kemasan dengan isi 35 pil : 300 ig

Levonorgestrel atau 350 ig norentindron.

(b) Kemasan dengan isi 28 pil : 75 ig norgestrel.

2) Suntikan / Injeksi

a) Suntikan Kombinasi

(1) Pengertian

Merupakan kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintesis

estrogen dan progesteron.

(2) Jenis

(a) 25 mg depo medoksiprogesteron asetat dan 5 mg

estradiol valerat.

(b) 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat.

b) Suntikan Progesteron

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(1) Pengertian

Merupakan kontrasepsi suntikan yang berisi hormon

progesteron

(2) Jenis

(a) Depo medroxyprogesterone Asetat, Depo Provera

(DMPA) : 150 mg depotmedroxypesterone Asetat yang

diberikan setiap 3 bulan

(b) Noristate (NET – EN) : 200 mg norethindrone enanthate

yang diberikan setiap 2 bulan.

3) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (IUD))

a) Pengertian

Adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam

rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang,

dapat dipakaioleh semua perempuan usia reproduktif.

b) Jenis

(1) AKDR Non-hormonal

Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 :

(a) Bentuk terbuka (oven device)

Misalnya: Lippesloop, CuT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil,

Multiload, Nova-T

(b) Bentuk tertutup (closed device)

Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.

Menurut Tambahan atau Metal

(a) Medicated IUD

Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220

(daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja

5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun)

Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera

dibelakang IUD menunjukan luasnya kawat halus

tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti

tembaga adalah 200mm2.

(b) Un Medicated IUD

Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-t Coil, Antigon.

(2) IUD yang mengandung hormonal

(a) Progestasert-T = Alza T

Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang

ekor warna hitam

(b) LNG-20

Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan

pelepasan 20 mcg per hari

4) Implant

a) Pengertian

Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang

terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang

pada lengan atas

b) Jenis

(1) Non Biodegradable implant

Dengan ciri-ciri :

(a) Norplant (6 “kapsul”)

(b) Norplant -2

(c) Hormon ST – 1435

(d) Hormone 3-keto

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(2) Biodegrodable implant

(a) Capronor

(b) Pellets

5) Metode mantap dengan cara operasi (Kontrasepsi Mantap)

a) Pada wanita tubektomi

Adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang

mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak

akan mendapatkan keturunan lagi.

b) Pada pria vasektomi

Adalah suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang

sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu

operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum.

4. Kontrasepsi Implant

a. Definisi

Implant adalah salah satu jenis kontrasepsi yang pemakaiannya

yaitu dengan cara memasukkan tabung kecil dibawah kulit pada

bagian tangan yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan.

(Proverawati, dkk. 2010; h.51)

Implant adalah salah satu alat kontrasepsi yang berupa susuk yang

terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada

lengan atas. (Handayani Sri. 2010; h. 116)

Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa Implant adalah

salah satu jenis alat kontrasepsi hormonal yang dipasang dibagian

lengan atas dengan bantuan petugas kesehatan.

b. Jenis – jenis implant Non Biodegradable Implant

Yaitu dengan ciri-ciri sebagai berikut :

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
1) Norplant (6 “kasul”), berisi hormon levono gestrel, daya kerja 5

tahun

2) Norplant -2 (2 batang), berisi hormon levonogestrel, daya kerja 3

tahun.

3) Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun.

4) Satu batang, berisi hormon 3-keto desodegesteri daya kerja 2,5-

4tahun.

(Handayani Sri. 2010; h. 116-119)

5) Biodegradable Implant

a) Carpronor

suatu “kapsul” polymer yang berisi levonorgestrel, daya kerja

18 bulan, Narethindrone pellets

b) Pellets

Berisi orethindroe da sedikit kolester ol, daya kerja 1 tahun.

( Hanafi. 2004; h. 180 )

5. Norplant-2

Norplant-2 adalah jenis implant yang terdiri dari dua kapsul silastik

padat, yang berisi Levonorgestrel yang disisipkan dibawah kulit lengan

atas.

a. dipakai sejak tahun 1987

b. terdiri dari 2 “kapsul” Silastic yang padat,

c. panjang tiap batang 44 mm. dengan masing-masing batang diisi

dengan 70 mg levonorgestrel didalam matriks batangnya

d. sangat efektif untuk mencegah kehamilan 3 tahun.

Pada kedua macam implant tersebut, levonogestrel berfungsi

melalui membrane silastik dengan kecepatan yag lambat dan

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
konstan. Dalam 24 jam setelah insersi, kadar hormone dalam plasma

darah sudah cukup tinggi untuk mencegah ovulasi.

Pelepasan hormone tiap harinya berkisar antara 50-85 mcg pada

tahun pertama, kemudian menurun 30-35mcg perhari untuk lima

tahun. ( Handayani Sri. 2010; h.117 )

1) Cara kerja Implant Norplant-2

(a) Lendir serviks menjadi kental

Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata

terhadap mucus servik. Mucus tersebut menebal dan

jumlahnya menurun yang membentuk sawar untuk penetrasi

sperma.

(b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga

sulit terjadi implantasi

Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi

siklik endometrium dan akhirnya menyebabkan atrofi.

(c) Mengurangi transportasi sperma

Perubahan lender servik menjadi lebih kental dan sedikit

menghambat pergerakan sperma.

(d) Menekan ovulasi

Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan

Luteinizing Hormone ( LH ) yang berperan peting dalam

ovulasi.

( Sulistyawati Ari. 2012; h. 81 )

2) Keuntungan Implant Norplant-2

Keuntungan :

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(a) Keuntungan kontrasepsi

(1) Daya guna tinggi.

(2) Perlindungan jangka panjang ( sampai 5 tahun )

(3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah

pencabutan.

(4) Tidak memerlukan pemeriksaa dalam.

(5) Bebas dari pengaruh estrogen.

(6) Tidak menggaggu kegiatan senggama.

(7) Tidak menggaggu ASI.

(8) Klien haya perlu kembali ke kliik bila ada keluhan.

(9) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

(b) Keuntungan non kontrasepsi

(1) Mengurangi nyeri haid.

(2) Mengurangi jumlah darah haid.

(3) Mengurangi/memperbaiki anemia.

(4) Melindungi terjadinya kanker endometrium.

(5) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.

(6) Melindungi diri dari beberapa beberapa penyebab

penyakit radang panggul.

(7) Menurunkan agka kejadian endometritis.

(Saefudin. 2006; h. MK-54)

3) Kerugian

a) Insersi dan pengeluaran harus dilakukan oleh tenaga

terlatih.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
b) Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi

da pengangkatan implant.

c) Lebih mahal.

d) Sering timbul perubahan pola haid.

e) Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya

sendiri.

f) Beberapa orang wanita mungkin segan untuk

menggunakannya karena kurang mengenalnya.

g) Implant kadang-kadang dapat terlihat oleh orang lain.

( Hanafi. 2004; h. 190 )

4) Indikasi

a) Semuanya adalah metode pilihan pertama bagi mereka yang

menginginkannya.

b) Membutuhka kontrasepsi jangka panjang selama 1 sampai 5

tahun atau lebih.

c) Kurang dapat diandalkan atau kurang motivasi untuk minum

pil.

d) Wanita yang menyenangi kontrasepsi yang bekerja lama

( Glasier Anna, Gebbie Ailsa. 2005; h. 107)

5) Kotra Indikasi

a) Kehamilan / diduga hamil.

b) Perdarahan traktus genitalis yang tidak diketahui

penyebabnya.

c) Tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-emboli.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
d) Penyakit hati akut.

e) Tumor hati jinak atau ganas.

f) Karsinoma payudara / tersangka karsinoma payudara.

g) Tumor / neoplasma ginekologik.

h) Penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus.

( Hanafi. 2004; h. 180-182 )

6) Klien yang boleh menggunakan Implant Norplant-2

a) Perempuan pada usia reproduksi.

b) Telah memiliki anak ataupun yang belum.

c) Meghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan

menghendaki pencegahanan kehamilan jangka panjang.

d) Meyusui dan membutuhkan kontrasepsi.

e) Pascapersalinan dan tidak menyusui.

f) Pascakeguguran.

g) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak strerilisasi.

h) Riwayat kehamilan ektopik.

i) Tekanan darah dibawah 180/110 mmHg, dengan massalah

pembekuan darah atau anemia bulan sabit (sickle cell)

j) Perempuan yang tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi

hormonal yang mengandung estrogen.

k) Perempuan yang sering lupa menggunakan pil

7) Klien yang tidak boleh menggunakan Implant Norplant-2

a) Hamil atau diduga hamil.

b) Perempuan dengan perdarahan pervagiam yang belum jelas

penyebabnya.

c) Memiliki benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker

payudara.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
d) Perempuan yang tidak dapat menerima perubaha pola haid

yang terjadi.

e) Memiliki miom uterus.dan kanker payudara.

f) Mengalamii gangguan toleransi glukosa.

(Sulistyawati Ari. 2012; h.82)

8) Efektivitas

a) Angka kegagaln norplant < 1 per 100 wanita per tahun

dalam 5 tahun pertama namun efektivitas norplant sedikit

berkurang setelah 5 tahun, dan pada tahun ke 6 kira-kira 2,5

– 3 % akseptor menjadi hamil. (Handayani Sri. 2010; h. 120)

b) Norplant-2 untuk waktu pertama diharapka Norplant-2 akan

efektif 5 tahun, tetapi ternyata setelah pemakaian 3 tahun

terjadi kehamilan dalam jumlah besar yaitu sebesar 5-6 %.

Penyebabnya belum jelas, disangka terjadi penurunan

dalam pelepasan hormonnya. ( Hanafi. 2004; h.182-183)

9) Efek samping dan penanganannya

a) Amenorrhea

Yakinkan ibu bahwa hal itu adalah biasa, bukan merupakan

efeksamping yang serius. Evaluasi untuk mengetahui

apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi amenorrhea

setelah masa siklus haid yang teratur. Jika tidak ditemui

masalah, jangan berupaya untuk merangsang perdarahan

dengan kontrasepsi oral kombinasi.

b) Perdarahan bercak (spotting) ringan

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Spotting sering ditemukan terutama pada tahun pertama

penggunaan. Bila tidak ada masalah dan klien tidak hamil,

tidak diperlukan tindakan apapun. Bila klien mengeluh dapat

diberikan :

(a) Kontrasepsi oral kombinasi (30-50 µg EE) selama 1

siklus 1, atau

(b) Ibuprofen (hingga 800 mg 3 kali sehari x 5 hari)

Terangkan pada klien bahwa akan terjadi perdarahan

setelah pil kombinasi habis.

Jika terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2

tablet pil kombinasi selama 3-7 hari dan dilanjutkan dengan

satu siklus pil kombinasi.

c) Pertambahan atau kehilangan berat badan ( perubahan nfsu

makan )

Informasi bahwa kenaikan / penurunan BB sebanyak 1-2 kg

dapat saja terjadi. Perhatikan diit klien jika perubahan terlalu

mencolok. Bila BB berlebihan, hentikan suntikan dan

anjurkan metode kontrasepsi yang lain.

d) Ekspulsi

Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain

masih ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi

daerah insersi.

Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada

tempatya, pasang kapsul baru satu buah pada tempat

insersi yag berbeda.

Bila ada innfeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang

kapsul baru pada lengan yang lain atau ganti cara.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
e) Infeksi pada daerah insersi

Bila infeksi tanpa nanah bersihkan degan sabu dan air atau

antiseptic, berikan antibiotic yang sesuai untuk 7 hari.

Implant jangan dilepas dan minta klien control 1 mg lagi. Bila

tidak membaik, cabut implant dan pasang yang baru

dilengan yang lain atau ganti cara.

Bila ada abses bersihkan dengan antiseptic, insisi dan

alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka,

beri antibiotika oral 7 hari.

(Handayani Sri. 2010; h. 120-122)

10) Prosedur pemasangan

a) Tahapan calon akseptor dilakukan konseling dan edukasi

(KIE) yang selengkap mungkin mengenai Norplant ini

sehingga calon akseptor betul-betul mengerti dan

menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan

dipakainya dan berikan informed consent untuk ditanda

tangani oleh suami.

b) Memberikan KIE tetang alat kontrasepsi implant, yaitu

pengertian implant, jenis implant, pengertian norplant-2, cara

kerja implant, keuntungan dan kerugian norplant-2, kontra

indikasi implant, efeksamping dan fektifitas.

c) Informed consent

Informed consent adalah persetujuan secara tertulis yang

diberikan oleh klien atau pihak keluarganya atas dasar

informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang

akan dilakukan. Jika kontrasepsi yang dipilih oleh klien

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
11) Instruksi untuk klien setelah pemasangan implant Norplant-2

a) Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih

selama 48 jam pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah

infeksi pada luka insisi.

b) Perlu dijelaskan bahwa mungkin akan terasa sedikit perih,

pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi, tetapi hal ini

tidak perlu dikhawatirkan

c) Pekerjaan rutin harian tetap dapat dilakukan, amun hindari

benturan, gesekan, atau penekanan pada daerah insersi.

d) Balutan penekanan tetap ditinggalkan selama 48 jam,

sedangkan plaster tetap dipertahankan hingga luka sembuh

( biasanya lima hari ).

e) Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan

dicuci dengan tekanan yang wajar.

f) Apabila ditemukan adanya tanda – tanda infeksi seperti

demam, peradangan, atau bila rasa sakit menetap selama

beberapa hari, segera kembali ke klinik.

( Sulistyawati ari. 2012; h. 84 )

B. Tinjauan Asuhan Kebidanan

Penulis dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan pola

fikir Varney sebagai manajemen kebidanan.

1. Pengertian

a. Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi kegiatan yang menjadi

tanggung jawab bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien

yang mempunyai kebutuhan / masalah dibidang kesehatan ibu pada

masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga

berencana. (Mufdlilah, 2009)

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
b. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan

dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara siistematis

mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Mufdlilah, 2009)

Sedangkan menurut Depkes RI (2005) manajemen kebidanan adalah

metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang

khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan

kepada individu, keluarga dan masyarakat.

2. Proses manajemen kebidanan disusun menjadi 7 langkah, ketujuh

langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Langkah I (pengumpulan data dasar)

Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien

secara lengkap, yaitu :

1) Riwayat kesehatan

2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya

3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

4) Meninjau data laoratorium dan membandingkan dengan hasil studi

Pada langkah pertama ini, dikumpulkan semua data yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

(Simatupang, 2008)

b. Langkah II (interpretasi data dasar)

Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan intrepetasi

yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang

sudah dikumpulkan diintrepetasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosis yang spesifik. Kata masalah dan diagnosis keduanya

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti

diagnosis, tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan

kedalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah yang sering

berkaitan dengan wanita yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai

dengan masalah ini sering menyertai diagnosis. (Simatupang, 2008)

c. Langkah III (mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial)

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang

sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien bidan

diharapkan dapat bersiap diri bila diagnosis/masalah potensial ini

benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan

asuhan yang aman. (Estiwidani, 2008)

d. Langkah IV (identifikasi perlunya penanganan segera)

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah

keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Jadi, manajemen bukan hanya selama asuhan primer

periodic atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita

tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu wanita

tersebut dalam persalinan. (Simatupang, 2008)

e. Langkah V (perencanaan asuhan komprehensif)

Pada langkah ini, dilakukan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini, informasi atau data

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang

menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari

kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari

kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa

yang diperkirakan terjadi berikutnya.

Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah

mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan.

Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu

oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena

klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh

karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana

asuhan sesuai dengan pembahasan rencana bersama klien, kemudian

membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. (Varney,

2007)

f. Langkah VI (pelaksanaan rencana)

Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti

yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanankan secara efisisen

dan aman. Perencanan ini dapat dilaksanakan seluruhnya oleh bidan

atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lain. Jika bidan

tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya (missal memastikan agar langkah-

langkah tersebut terlaksana). Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi

dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,

keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah

bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama

yang menyeluruh tersebut.manajemen yang efisien akan menyingkat

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
waktu dan menghemat biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien.

(Mufdlilah, 2009)

g. Langkah VII (evaluasi)

Pada langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan

yang sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap

masalah yang telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis.

(Estiwidani, 2008)

Metode pendekatan SOAP meliputi :

S : Subjektif

Berisi tentang data dari pasien melalui anamnesis yang merupakan

ungkapan langsung tentang keluhan atau masalah KB.

O : Objektif

Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik

sebelum atau selama pemakaian KB

A : Assesment

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan

meliputi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya

tindakan segera.

P : Planning

Merupakan rencana tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan

mandiri kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta konseling

untuk tindak lanjut. ( Muslihatun.2009; h. 122-124)

C. Asuhan Kebidanan Berdasarkan 7 Langkah Manajemen Menurut

Varney

1. Langkah I : Pengkajian

a. Data subjektif

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
1) Identitas

a) Identitas pasien

Nama : Perlu dikaji dengan jelas dan lengkap agar

tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan

asuhan kebidanan. (Estiwidani, 2008)

Umur : untuk mengetahui adanya rIsiko dalam

penggunaan AKBK. Selain itu untuk

mengetahui dalam fase menunda atau

mengakhiri kehamilan. (Hanafi, 2004; h. 30-

31)

Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan pasien

sehingga akan lebih mudah dalam pemberian

pendidikan kesehatan. (Saifuddin. 2006; h.U-

3)

Pekerjaan : untuk mengetahui jenis pekerjaan apakah

berhubungan dengan IMS (Infeksi Menular

Seksual) atau tidak. Karena implant tidak

melindungi klien dari penyakit menular

seksual, termasuk AIDS sehingga pengguna

implant dengan resiko perlu menggunakan

kondom saat berhubungan seksual.

(Saifuddin. 2006; MK-57)

Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal pasien harus

dituliskan dengan jelas dan lengkap dengan

nomer rumah, nama jalan, RT, RW,

kelurahan dan kecamatan serta bila ada

nomer telponnya. Kejelasan alamat keluarga

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
ini amat diperlukan agar sewaktu-waktu

dapat dihubungi, disamping itu setelah pasien

pulang mungkin diperlukan kunjungan rumah

(Matondang S, 2009; h.6).

2) Alasan Datang

Perlu dikaji untuk mengetahui apakah yang diharapkan calon

akseptor baru terhadap alat kontrasepsi yang akan digunakan,

diantaranya :

a) Cara temporer (sapcing), yaitu menjarangkan kelahiran

selama beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi.

b) Cara permanen (kontrasepsi mantap), yaitu mengakhiri

kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara

permanen.

(Proverawati, dkk. 2010; h.1)

3) Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi klien berkaitan

dengan penggunaan alat kontrasepsi. Jika keluhan klien menjurus

pada penyakit kulit atau penyakit-penyakit yang menjadi kontra

indikasi pemasangan implant ( Hanafi. 2004; h. 180-182 ) anjurkan

klien untuk tidak menggunakan KB implant.

4) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Untuk mengetahui keadaan ibu saat ini apakah ibu sedang

menderita suatu penyakit yang menyebabkan pasien tidak

diperbolehkan menggunakan KB implant yaitu hamil atau

diduga hamil. Perempuan dengan perdarahan pervaginam

yang belum jelas penyebabnya, memiliki benjolan/kanker

payudara atau riwayat kanker payudara, perempuan yang

tidak dapat menerima perubaha pola haid yang terjadi,

memiliki mioma uterus dan kanker payudara, mengalami

gangguan toleransi glukosa. (Sulistyawati Ari. 2012; h.82)

b) Riwayat kesehatan dahulu

Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit

yang berpengaruh terhadap alat kontrasepsi yang akan

dipakai (KB implant) seperti tromboflebitis aktif atau penyakit

trombo-emboli, penyakit hati akut, tumor hati jinak atau ganas,

karsinoma payudara / tersangka karsinoma payudara, tumor /

neoplasma ginekologik, penyakit jantung, hipertensi, diabetes

mellitus. ( hanafi. 2004; h. 180-182 )

c) Riwayat kesehatan keluarga

Data keluarga pasien perlu ditanyakan untuk mengetahui

apakah dalam keluarga klien ada riwayat penyakit yang bisa

menurun dan berpengaruh terhadap penggunaan implant

misalnya penyakit hipertensi, diabetes mellitus. ( Hanafi. 2004;

h. 180-182 )

5) Riwayat Menstruasi

Riwayat Menstruasi, meliputi :

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
a) HPHT untuk mengetahui siklus menstruasi, adanya

keterlambatan, dan untuk mengetahui adanya kehamilan atau

tidak.

b) Siklus menstruasi dan lamanya untuk mengetahui apakah

mempunyai riwayat menstruasi yang teratur atau tidak karena

penggunaan implant akan berpengaruh pada hal tersebut.

c) Perdarahan pervaginam juga perlu diketahui karena

penggunaan implant tidak diperbolehkan untuk penderita

perdarahan pervaginam yg tidak diketahui penyebabnya.

d) Flour albus, karena penggunaan kontrasepsi hormonal dapat

meningkatkan flour albus.

(Hanafi. 2004; h. 183)

6) Riwayat Obstetri

Para (P).... Abortus (A)...., meliputi: perdarahan pada

kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, hipertensi dalam

kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, BB bayi lahir kuran dari

2500 gram atau lebih dari 4000 gram serta masalah kehamilan,

persalinan dan nifas yang lalu. (Muslihatun. 2009; h. 226)

7) Riwayat perkawinan

Riwayat perkawinan terdiri atas: status perkawinan,

perkawinan ke, umur klien saat perkawinan dan lama perkawinan

karena usia pernikahan mempengaruhi kematangan organ

reproduksi. (Muslihatun. 2009; h. 226)

8) Riwayat keluarga Berencana (KB)

Untuk mengetahui apakah ibu sudah pernah

menggunakan alat kontrasepsi dan apakah ibu pernah mengalami

permasalahan selama penggunaan alat kotrasepsi tersebut.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Riwayat Keluarga Berencana, meliputi: jenis metode yang dipakai,

waktu, tenaga dan tempat saat pemasangan dan berhenti,

keluhan/alasan berhenti. (Muslihatun. 2009; h. 226)

Tidak disarankan menggunakan implant apabila pernah

mempunyai riwayat menggunakan KB hormonal dan mengalami

masalah.

9) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

a) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum,

frekuensi, banyaknya, jenis makanan dan makanan pantangan

atau yang dihindari. Karena efek dari penggunaan KB implant

adalah kenaikan berat badan. (Handayani Sri. 2010; h. 120-

122)

b) Aktivitas

Perlu dikaji pada pola aktivitas klien, apabila pekerjaannya

terlalu berat yang bertumpu pada lengan dapat menyebabkan

terjadinya ekspulsi. (Handayani Sri. 2010; h. 120-122)

c) Pola Seksualitas

Perlu dikaji karena untuk mengetahui kapan terakhir kali

berhubungan yang mungkin dapat menyebabkan kehamilan

dan kehamilan adalah kontraindikasi pemasangan implant. (

Hanafi. 2004; h. 180-182 )

d) Personal hygiene

Karena penggunaan implant dapat meningkatkan flour albus

maka klien harus menjaga kebersihan terutama di bagian

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
genetalia untuk menghindari tumbuhnya jamur dan bakteri.

(Hanafi. 2004; h. 183)

10) Data Psikologis, social da cultural

a) Psikologis meliputi pengetahuan dan respon klien terhadap

semua metode kontrasepsi yang digunakan saat ini, keluhan/

kondisi yang dihadapi saat ini, apakah penggunaan KB ini

dipaksa atau tidak.

b) Sosial meliputi jumlah keluarga dirumah, respon keluarga

terhadap metode kontrasepsi dan atau kontrasepsi yang

digunakan saat ini, dukungan keluarga, pengambilan dan

pilihan tempat mendapat pelayanan kontrasepsi. (Muslihatun,

2009; h. 227)

c) Kultural berkaitan dengan ada atau tidaknya adat yang

melarang penggunaan kontrasepsi.

b. Data objektif

1) Pemeriksaan Fisik Umum

a) Keadaan umum

Keadaan umum, meliputi: kesadaran dan BB (Muslihatun,

2009; h. 227)

Kesadaran meliputi :

(1) Composmentis yaitu sadar penuh dan respon cukup

terhadap stimulus yang diberikan

(2) Apatis yaitu acuh tak acuh terhadap keadaan sekitar

(3) Somnolen yaitu kesadaran lebih rendah, selalu ingin tidur,

tidak responsif terhadap rangsangan ringan dan masih

memberikan respon pada rangsangan yang kuat

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(4) Sopor yaitu tidak memberika responringan mau sedang,

tetapi masih memberikan sedikit respon pada ranngsangan

yang kuat, ditandai refleks pupil terhadap cahaya masih

positif

(5) Koma yaitu tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apa

pun, refleks pupil terhadap cahaya tidak ada

(6) Delirium yaitu tingkat kesadaran paling bawah, disorentiasi,

sangan iriatif, kacau, salah persepsi terhadap rangsangan

sensorik.

(Muslihatun. 2009; h. 201-202)

b) Tanda-tanda vital

(1) Tekanan darah

Tekanan Darah >180/110 mmHg, yang menyebabkan

tidak diperbolehkan menggunakan implant, karena dapat

memperparah hipertensinya. (Saifuddin, 2006. H. MK-55)

(2) Suhu

Suhu dikaji untuk mengetahui suhu tubuh klien. Apabila

terjadi kenaikan, maka diduga terjadinya infeksi pada

daerah insersi. (Handayani Sri. 2010; H. 120-122)

(3) Kepala dan Leher

(a) mata meliputi warna kelopak mata, warna sklera

untuk mengetahui adanya sianosis atau tidak

(b) mulut meliputi warna bibir, keadaan gigi ada karies

atau tidak untuk mengetahui adanya sianosis dan

kebersihan mulut.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
(c) Leher meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan limfe

untuk mengetahui ada atau tidaknya pembesaran

kelenjar tiroid dan limfe

(Muslihatun. 2009; h. 227)

(4) Payudara

Meliputi bentuk dan ukuran, hiperpigmentasi aerola,

keadaan puting susu, adanya benjolan / masa yang

mencurigakan, pengeluaran cairan dan pembesaran

kelenjar limfe jika ada maka itu merupakan kontra indikasi

pemasangan implant sehingga klien tidak diperbolehkan

menggunakan kontrasepsi implant. ( Hanafi, 2004; h. 180-

182 )

(5) Abdomen

Meliputi adanya pembesaran, adanya benjolan / masa

tumor, pembesarah hepar, nyeri tekan dan jika ada maka

itu merupakan kontra indikasi pemasangan implant

sehingga klien tidak diperbolehkan menggunakan

kontrasepsi implant. (Muslihatun, 2009; h. 227)

Selain itu pembesaran abdomen dapat dicurigai

terjadinya kehamilan.

(6) Ekstremitas

Meliputi, varises pada kaki, klien dengan varises dikaki

tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi implant

karena dapat memperparah varisesnya. (Muslihatun,

2009; h. 227)

(7) Genetalia

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Meliputi adanya perdarahan pervaginam dan flour albus

yang abnormal karena perdarahan pervaginam

merupakan kontra indikasi pemasangan implant dan

pemakaian implant akan meningkatkan flour albus yang

akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi jamur

dan bakteri di genitalia. (Muslihatun, 2009; h. 227)

2) Pemeriksaan penunjang

Pada kondisi tertentu, calon / akseptor KB harus menjalani

pemeriksaan penunjang untuk melengkapi data yang telah

dikumpulkan dan keperluan menegakkan adanya kehamilan.

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada

calon / akseptor KB adalah pemeriksaan PP Test / Pemeriksaan

HCG dalam urin, untuk memastikan apakah calon peserta KB

hamil atau tidak, dan jika hamil maka tidak dapat dilakukan

pemasangan implant (Muslihatun, 2009; h. 228)

2. Langkah II : Interpretasi data dasar

a. Diagnosis kebidanan

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data – data

yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang

spesifik. Sehingga muncul diagnosa sebagai berikut : Ny..... P..... A.....

Umur.... tahun sebagai calon akseptor baru kontrasepsi implant

(Muslihatun, 2009; h. 228)

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
3. Langkah III : Diagnosis Potensial

a. Ekspulsi

Lepasnya batang implant pada daerah pemasangan (ekspulsi)

dapat terjadi akibat melakukan pekerjaan terlalu berat, terutama pada

tangan tidak dominan yang terpasang implant (Varney, 2006; 485)

b. Infeksi

Infeksi dapat terjadi pada akseptor KB implat, karena perawatan

daerah insersi yang kurang bersih, dan daerah insersi yang basah

akan menyebabkan bakteri lebih mudah masuk dan menimbulkan

infeksi. (Handayani Sri. 2010; H.122)

Penggunaan alat yang tidak steril pada saat pemasangan dapat

meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada klien. (Handayani Sri,

2010; h. 134 )

4. Langkah IV : Identifikasi Tindakan segera, Konsultasi, Dan Kolaborasi

a. Ekspulsi

Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain

masih ditempat, dan apakah terdapat tanda-tanda infeksi daerah

insersi. Bila tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada

tempatya, pasang kapsul baru satu buah pada tempat insersi yag

berbeda.

Bila ada innfeksi cabut seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul

baru pada lengan yang lain atau ganti cara. (Handayani Sri. 2010; h.

121)

b. Infeksi

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Bila infeksi tanpa nanah bersihkan degan sabu dan air atau

antiseptic, berikan antibiotic yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan

dilepas dan minta klien control 1 mg lagi. Bila tidak membaik, cabut

implant dan pasang yang baru dilengan yang lain atau ganti cara.

Bila ada abses bersihkan dengan antiseptic, insisi dan alirkan pus

keluar, cabut implant, lakukan perawatan luka, beri antibiotika oral 7

hari. (Handayani Sri. 2010; h. 122)

5. Langkah V : Perencanaan

a. Berikan KIE tentang alat kontrasepsi Implant yaitu pengertian implant,

jenis implant, pengertian norplant-2, cara kerja implant, keuntungan

dan kerugian norplant-2, kontra indikasi implant, efeksamping dan

fektifitas.

b. Berikan Inform consent

c. Persiapkan alat – alat yang akan digunakan

d. Pemasangan Implant

e. Jelaskan tentang perawatan umum Implant

f. Memberikan KIE tentang kunjungan ulang

6. Langkah 6 : Pelaksanaan

Rencana asuhan yang diberikan kepada akseptor baru Implant

a. Memberikan KIE tentang alat kontrasepsi Implant, antara lain :

2) Pengertian Implant

fungsi : agar klien mengetahui dan paham tentang apa itu implant.

3) jenis – jenis implant

fungsi : agar klien mengetahui jenis-jenis dari implant dan bisa

memilih jenis implant mana yang sesuai dan dikehendaki.

4) mekanisme kerja implant

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
fungsi : agar klien mengetahui bagaimana cara kerja implant yang

dipilih klien.

5) keuntungan implant

fungsi : agar klien mengetahui keuntungan apa saja yang didapat

dalam penggunaan implant.

6) kerugian implant

fungsi : agar klien mengetahui apa saja kerugian dari penggunaan

implant sehingga klien bisa mempertimbangkan pemilihan implant.

7) persyaratan pemakaian implant

fungsi : agar klien mengetahui syarat yang dibutuhkan bagi calon

pengguna implant sehingga klien bisa mempertimbangkan apakah

dirinya sudah memenuhi syarat sebagai pegguna implant atau

tidak.

8) efektifitas implant

fungsi : agar klien mengetahui keefektifan penggunaan implant.

b. Melakukan inform choice dengan memberikan pilihan jenis kontrasepsi

yang akan digunakan oleh klien

c. Mengisi inform consent dan minta tanda tangan dari pasien dan suami

sebagai saksi

d. Pemasangan

1) Persiapan alat – alat yang diperlukan:

a) Sabu anti septic

b) Kasa steril

c) Cara antiseptic (betadine)

d) Kain steril yang mempunyai lubang

e) Obat anastesi local

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
f) Sepuit dan jarum suntik

g) Trokar

h) Sepasang sarung tangan steril

i) Satu set kapsul Norplant

j) Scalpel yang tajam

Alat dipersiapkan dengan lengkap dan sesuai dengan

kebutuhan agar tidak terjadi adanya kekurangan pada saat

pelaksanaan pemasangan implant.

2) Tehnik pemasangan

a) Tenanga kesehatan mencuci tangan dengan sabun

b) Daerah tempat pemasanga ( lengan kiri bagian atas ) dicuci

dengan sabun antiseptic

c) Calon akseptor dibaringkan terlentang ditempat tidur dan

lengan kiri diletakkan pada meja kecil disamping tempat tidur

akseptor

d) Gunakan hand scoon steril dengan benar

e) Lengan kiri pasien yang akan dipasang diolesi dengan cairan

antiseptic / betadin

f) Daerah tempat pemasangan norplant ditutup dengan kain

steril yang berlubang

g) Dilakukan injeksi obat anestesi kira-kira 6-10 cm diatas lipata

siku

h) Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5 cm

dengan skalpel yang tajam

i) Trocart dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai

pada jaringan bawah kulit

j) Kemudian kapsul dimasukkan di dalam trokar dan

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
k) Demikian dilakukan berturut-turut dengan kapsul kedua,

kapsul dibawah kulit diletakkan demikian rupa sehingga

membentuk seperti huruf “V”

l) Setelah semua kapsul berada dibawah kulit, trokar ditarik

pelan-pelan keluar

m) Kontrol luka apakah ada perdarahan atau tidak

n) Dekatkan luka da beri plaster kemudian dibalut dengan

perban untuk mencegah perdarahan dan agar tidak terjadi

haematom

o) Nasehat pada akseptor agar luka jangan basah, selama lebih

kurang 3 hari dan datag kembali jika terjadi keluhan-keluhan

yang mengganggu

( Handayani Sri. 2010; H. 122 – 128 )

Pemasangan implant harus sesuai dengan prosedur yang berlaku

agar tidak terjadi kesalahan dalam pemasangan yang dapat

merugikan pengguna implant.

e. Perawatan umum

1) Daerah insersi harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48

jam pertama. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi pada luka

insisi.

2) Perlu dijelaskan bahwa mungkin akan terasa sedikit perih,

pembengkakan, atau lebam pada daerah insisi, tetapi hal ini tidak

perlu dikhawatirkan.

3) Pekerjaan rutin harian tetap dapat dilakukan, amun hindari

benturan, gesekan, atau penekanan pada daerah insersi.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
4) Balutan penekanan tetap ditinggalkan selama 48 jam, sedangkan

plaster tetap dipertahankan hingga luka sembuh ( biasanya lima

hari ).

5) Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci

dengan tekanan yang wajar.

6) Apabila ditemukan adanya tanda – tanda infeksi seperti demam,

peradangan, atau bila rasa sakit menetap selama beberapa hari,

segera kembali ke klinik.

( Sulistyawati ari. 2012; h. 84 )

f. Kunjungan Ulang

Klien dianjurkan untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari setelah

pemasagan untuk menilai luka bekas insisi. Dan kunjungan ulang juga

dapat dilakukan jika ada masalah kesehatan atau klien ingin mencabut

implant. Klien dianjurkan kembali ke klinik tempat implant dipasang bila

ada keluhan.

7. Langkah 7 : Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan pelaksanaan yang

sudah dilakukan. Apakah setelah dilakukan pelaksanaan tersebut

memberikan dampak atau therapy yang positive bagi pasien atau tidak

(Estiwidani, 2008).

D. Landasan Hukum

Landasan hukum yang dipakai seorang bidan untuk melakukan

Asuhan Kebidanan Kontrasepsi Baru dengan pemasangan Implant adalah

RI No. 900/Menkes/VII/2002.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
Pasal 14

Bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan

pelayanan yang meliputi :

1. pelayanan kebidanan

2. pelayanan keluarga berencana

3. pelayanan kesehatan masyarakat

Pasal 19

Bidan dalam melakukan pelayanan keluarga berencana

sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf b, berwenang untuk :

1. Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat kontrasepsi

dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom

2. Melakukan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi

3. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim

4. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit

5. Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga berencana

dan kesehatan masyarakat

Pasal 24

Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program

pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya

kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana.

Pasal 25 ayat 1

Bidan dalam menjalankan praktik harus sesuai dengan kewenangan

yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam

memberikan pelayanan berdasarkan standar profesi.

1. Peran Fungsi Bidan

a. Peran sebagai pelaksana

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
12) Tugas mandiri

Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan

yang diberikan.

13) Tugas kolaborasi

Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi

dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan

tindakan kolaborasi.

14) Tugas merujuk

Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada

hamil dengan resiko tinggi dengan kegawatdaruratan.

b. Peran sebagai pengelola

Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama

pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khuus dan

masyarakat diwilayah kerja dengan melibatkan masyarakat atau klien.

c. Peran sebagai pendidik

Memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada

individu keluarga kelompokdan masyarakat tentang penanggulangan

masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak

terkait kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.

d. Peran sebagai peneliti

Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang

kesehatan, baik melakukan secara mandiri maupun secara kelompok.

2. Kompetensi bidan

Kompetensi bidan ke-2

Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi, pendidikan

kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di

masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
sehat, perencanaan kehamilan dan kesepian menjadi orang tua (50 tahun

IBI, 2006).

Pengetahuan dasar :

a. Pertumbuhan dan perkembangan seksualitas dan aktivitas seksual.

b. Anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan dengan

konsepsi dan reproduksi

c. Norma dan praktek budaya dalam kehidupan seksualitas dan

kemampuan bereproduksi

d. Komponen riwayat kesehatan, riwayat keluarga, dan riwayat genetik

yang relevan

e. Pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi potensi

kehamilan yang sehat

f. Berbagai metode alamiah untuk menjarangkan kehamilan dan metode

lain yang bersifat tradisional yang lazim digunakan

g. Jenis, indikasi, cara pemberian, cara pencabutan dan efek samping

berbagai kontrasepsi yang digunakan antara lain pil, suntikan, AKDR,

AKBK, kondom, tablet vagina dan tisu vagina.

h. Metode konseling bagi wanita dalam memilih suatu metode

kontrasepsi

Ketrampilan Dasar :

a. Memberikan pelayanan KB yang tersedia sesuai kewenangan dan

budaya masyarakat

b. Melakukan pemeriksaan berskala akseptor KB dan melakukan

intervensi sesuai kebutuhan

c. Mendokumentasikan temuan – temuan dan intervensi yang ditemukan

d. Melakukan pemasangan Implant

e. Melakukan pencabutan Implant dengan letak normal.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013
3. Kewenangan bidan

Sesuai dengan keputuan mentri kesehatan Republik Indonesia

No. 900/Menkes/VII/2002 yang berkaitan dengan Asuhan Kebidanan

Kontrasepsi Baru dengan pemasangan Implant :

Pasal 19

Bidan dalam melakukan pelayanan keluarga berencana

sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf b, berwenang untuk :

a. Memberikan obat dan alat kontrasepsi oral, suntikan dan alat

kontrasepsi dalam rahim, alat kontrasepsi bawah kulit dan kondom

b. Melakukan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi

c. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi dalam rahim

d. Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit tanpa penyulit

e. Memberikan konseling untuk pelayanan kebidanan, keluarga

berencana dan kesehatan masyarakat

Pasal 24

Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah

dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya kesehatan

ibu dan anak

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Idah Zuraidah Amnah, Kebidanan DIII UMP, 2013

Anda mungkin juga menyukai